4.
NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN
4. NILAI TUKAR PETANI PETERNAKAN (NTPT)
Rata-rata NTPT pada tahun 2018 sebesar 107,36. Rata-rata It tahun 2018 sebesar 135,62. Rata-rata Ib tahun 2018 sebesar 126,32. Rata-rata It tertinggi pada tahun 2018 adalah pada sub kelompok ternak besar (138,80), sementara It terendah adalah pada sub kelompok ternak kecil (125,58) (Tabel 4.1). Jika dirinci menurut Provinsi (Tabel 4.2), rata-rata NTPT tertinggi pada tahun 2018 berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (125,68) dan terendah di Provinsi DI. Yogyakarta (91,55).
Rata-rata NTPT pada tahun 2019 sebesar 108,05. Rata-rata It tahun 2019 sebesar 140,65. Rata-rata Ib tahun 2019 sebesar 130,17. Rata-rata It tertinggi pada tahun 2019 adalah pada sub kelompok ternak besar (145,16), sementara It terendah adalah pada sub kelompok ternak kecil (130,56) (Tabel 4.3). Jika dirinci menurut Provinsi (Tabel 4.4), rata-rata NTPT tertinggi pada tahun 2019 berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (130,99) dan terendah di Provinsi DI. Yogyakarta (91,60).
Rata-rata NTPT pada tahun 2020 sebesar 98,08. Rata-rata It tahun 2020 sebesar 104,23. Rata-rata Ib tahun 2020 sebesar 106,27. Rata-rata It tertinggi pada tahun 2020 adalah pada sub kelompok ternak besar (106,01), sementara It terendah adalah pada sub kelompok unggas (101,09) (Tabel 4.5). Jika dirinci menurut Provinsi (Tabel 4.6), rata-rata NTPT tertinggi pada tahun 2020 berada di Provinsi Papua (108,34) dan terendah di Provinsi DI. Yogyakarta (92,84).
Rata-rata NTPT pada tahun 2021 sebesar 99,19. Rata-rata It tahun 2021 sebesar 107,75. Rata-rata Ib tahun 2021 sebesar 108,63. Rata-rata It tertinggi pada tahun 2021 adalah pada sub kelompok ternak kecil (109,94), sementara It terendah adalah pada sub kelompok unggas (104,56) (Tabel 4.7). Jika dirinci menurut Provinsi (Tabel 4.8), rata-rata NTPT tertinggi pada tahun 2021 berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (108,61) dan terendah di Provinsi DI. Yogyakarta (93,41).
Rata-rata NTPT pada tahun 2022 sebesar 101,24. Rata-rata It tahun 2022 sebesar 113,65. Rata-rata Ib tahun 2022 sebesar 112,25. Rata-rata It tertinggi pada tahun 2022 adalah pada sub kelompok hasil ternak (116,59), sementara It terendah adalah pada sub kelompok unggas (111,23) (Tabel 4.9). Jika dirinci menurut Provinsi (Tabel 4.10), rata-rata NTPT tertinggi pada tahun 2022 berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (110,71) dan terendah di Provinsi Aceh (95,34).
PENJELASAN TEKNIS
Nilai tukar petani peternakan (NTPT) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani peternakan (It) dengan Indeks harga yang dibayar petani peternakan (Ib) yang dinyatakan dalam persentase. Secara konsep NTPT menyatakan tingkat kemampuan tukar atas barang-barang (produk) yang dihasilkan petani peternakan di pedesaan terhadap barang/jasa yang dibutuhkan untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam proses produksi peternakan.
2. Arti Angka NTPT :
• NTPT > 100, berarti petani peternakan mengalami surplus.
Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani peternakan naik lebih besar dari pengeluarannya.
• NTPT = 100, berarti petani peternakan mengalami impas.
Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi.
Pendapatan petani peternakan sama dengan pengeluarannya.
4. LIVESTOCK FARMERS TERMS OF TRADE (LFTT)
The Average of LFTT in 2018 was 107.36. The average of It in 2018 was 135.62. The average of Ib in 2018 was 126.32. The highest average It in 2018 was in large livestock subgroup (138.80), while the lowest It was in small livestock subgroup (125.58) (Table 4.1). If broken down by Province (Table 4.2), the highest average LFTT in 2018 was in West Nusa Tenggara Prov- ince (125.68) and the lowest one was in DI. Yogyakarta Province (91.55).
The Average of LFTT in 2019 was 108.05. The average of It in 2019 was 140.65. The average of Ib in 2019 was 130.17. The highest average It in 2019 was in large livestock subgroup (145.16), while the lowest It was in small livestock subgroup (130.56) (Table 4.3). If broken down by Province (Table 4.4), the highest average LFTT in 2019 was in West Nusa Tenggara Province (130.99) and the lowest one was in DI. Yogyakarta Province (91.60).
The Average of LFTT in 2020 was 98.08. The average of It in 2020 was 104.23. The average of Ib in 2020 was 106.27. The highest average It in 2020 was in large livestock subgroup (106.01), while the lowest It was in poultry subgroup (101.09) (Table 4.5). If broken down by Province (Table 4.6), the highest average LFTT in 2020 was in Papua Province (108.34) and the lowest one was in DI. Yogyakarta Province (92.84).
The Average of LFTT in 2021 was 99.19. The average of It in 2021 was 107.75. The average of Ib in 2021 was 108.63. The highest average It in 2021 was in small livestock subgroup (109.94), while the lowest It was in poultry subgroup (104.56) (Table 4.7). If broken down by Province (Table 4.8), the highest average LFTT in 2021 was in West Nusa Tenggara Province (108.61) and the lowest one was in DI. Yogyakarta Province (93.41).
The Average of LFTT in 2022 was 101.24. The average of It in 2022 was 113.65. The average of Ib in 2022 was 112.25. The highest average It in 2022 was in the production of livestock subgroup (116.59), while the lowest It was in poultry subgroup (111.23) (Table 4.9). If broken down by Province (Table 4.10), the highest average LFTT in 2022 was in Bangka Belitung Island Province (110.71) and the lowest one was in Aceh Province (95.34).
TECHNICAL EXPLANATION
The Livestock Farmers Terms of Trade (LFTT) is a ratio between the index of prices received by livestock farmers (It) and the index of prices paid by livestock farmers (Ib) expressed
in a percentage. Conceptually, LFTT indicates the exchangeability level of goods (products) produced by the livestock farmers in the rural to the goods/services required for household consumption and for purposes in livestock production processes.
2. Meaning of LFTT Rate:
• LFTT > 100, means the livestock farmers have a surplus.
The production prices rise greater than the increase in consumption rates. The livestock farmers’ income increases higher than their expenditures.
• LFTT = 100, means livestock farmers experiences a breakeven. Increase/decrease in their production cost equals to percentage of increase/decrease in prices of consumer goods. The livestock farmers’ income equals to their expenditure.
Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT)/Livestock Farmers Terms of Trade (LFTT)
• NTPT < 100, berarti petani peternakan mengalami defisit.
Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani peternakan turun, lebih kecil dari pengeluarannya.
3. Dari Indeks Harga Yang Diterima Petani Peternakan (It), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani peternakan. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan subsektor peternakan.
4. Dari Indeks Harga Yang Dibayar Petani Peternakan (Ib), dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani peternakan yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil peternakan.
Perkembangan Ib juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di pedesaan.
5. Cakupan Komoditas Subsektor Peternakan seperti: ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba, babi, dll), unggas (ayam, itik, dll), hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dll).
6. Mulai Desember 2013 s.d. Desember 2019 perhitungan NTPT menggunakan tahun dasar 2012 (2012=100), sementara data mulai Januari 2020 menggunakan tahun dasar 2018 (2018=100).
• LFTT < 100, means livestock farmers experiences a deficit.
Increase in production cost is relatively small compared to the increase in prices of their consumption goods. The live- stock farmers’ income is falling down, smaller than their expenditure.
3. From the Index of Prices Received by Livestock Farmers (It), the fluctuation of prices of goods produced by livestock farmers can be seen. This index is also used as a supporting data in calculating the livestock subsector incomes.
4. From the Index of Prices Paid by Livestock Farmers (Ib), the fluctuation of prices of goods consumed by the livestock farmers, who are the largest part of the rural communities, and the fluctuation of prices of goods required to produce the livestock products can be seen. The Ib developments can also depict the development of inflation in the rural.
5. Livestock Sub-Sector Commodity Coverage, such as: large livestock (cattle, buffalos), small livestock (goats, sheep, pigs, etc.), poultries (chickens, ducks, etc.), livestock products (dairy milks, eggs, etc.).
6. Since December 2013 until Desember 2019, LFTT calculation using base year 2012 (2012=100), while since Januari 2020, LFTT calculation using base year 2018 (2018=100).
Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT)/Livestock Farmers Terms of Trade (LFTT)
Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT)/Livestock Farmers Terms of Trade (LFTT)
Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 2022
Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
Sumber Gambar : freepik Sumber Data : BPS