82 | P a g e
Bab XVII. Pengelolaan Berbagai Resiko Dalam
83 | P a g e
Prinsip-prinsip pengelola resiko yang lain yaiti:
2. Memisahkan tujuan pembelajaran dari tujuan tindakan.
3. Mengumpulkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu.
4. Sebagai peningkatan kemampuan, gunakan tujuan tindakan untuk konsolidasi atau penggabungan dan kontribusi kesenangan pada tingkat tindakan.
A. Percaya Diri dan Toleransi Frustasi
Salah satu kemungkinan yang terjadi dalam situasi belajar adalah frustasi, jika tujuannya belum sesuai dengan kemampuan seseorang. Kesuksesan masa depan tergantung pada bagaimana individu dalam mengelola emosi. Seseorang yang memiliki kepercayaan pada kemampuan belajarnya akan dapat mentolerir rasa frustasi yang timbul saat berada pada batas daerahnya. Semakin dia mampu mengelola rasa frustasi pada pembelajaran, kemungkinan keberhasilannya semakin besar, begitupun sebaliknya. Jadi kepercayaan diri, atau ketidakpercayaan diri menjadi bagian dari gambaran dirinya untuk masa yang akan datang. Pengalaman keberhasilan belajar meningkatkan kepercayaan diri dalam kemampuan belajar, dan meningkatkan kemungkinan siswa dalam mengerjakan tugas. Jadi prioritas utama adalah menyediakan lingkungan belajar yang mendukung. Jadi prinsip pengelolaan resiko yang selanjutnya yaitu:
5. Menjaga lingkungan belajar yang mendukung dan membantu menumbuhkan kepercayaan diri, bukan lingkungan yang menakutkan dan merusak kepercayaan diri siswa.
Faktor lain yang dapat membantu menumbuhkan kepercayaan diri adalah kebebasan untuk keluar masuk pada daerah perbatasan sesuai kebutuhannya. 2 prinsip berikutnya dalam pengelolaan resiko pembelajaran yaitu :
6. Luangkan waktu untuk menggabungkan daerah-daerah nyaman baru sebelum memahami sesuatu yang baru.
7. Sepanjang mudah dilaksanakan memungkinan para siswa untuk memilih langkah dimana mereka memperluas batas pengetahuan mereka
B. Kepanikan
Buxton telah menyelidiki tentang kepanikan secara spesifik pada situasi pembelajaran matematika dengan menggunakan berbagai macam metode. Termasuk di dalamnya wawancara individu secara mendalam; situasi pembelajaran kelompok dengan memilih tutor sebaya, berlangsung terus selama satu periode; dan percobaan tunggal dan kelompok. Dia menjelaskan sebagai berikut (Buxton, 1985, lihat juga Buxton, 1981).
84 | P a g e
Saya membuka acara kerja dengan pernyataan semacam ini: "Saya Staf inspektur Matematika dan saya akan memberikan kalian sebuah tes. Saya ingin melihat jawaban Anda sehingga saya bisa menilainya. Ada batasan waktu yang ketat "(mengambil arloji dan memegangnya.).
Setelah jeda sebentar, saya kemudian akan mengatakan: "Sekarang saya ingin kalian menutup mata, temukan kata emosional tunggal yang paling tepat menggambarkan perasaan Anda dan tulislah. Jangan cantumkan nama Anda di atas kertas. "
Pelepasan ketegangan itu biasanya sangat terlihat, dan disertai dengan hembusan tawa gugup.
Ketika hasil telah dikumpulkan, saya membacanya kembali ke penonton. Sebagian dari mereka berada di wilayah panik.
Berikut adalah daftar tanggapan dari salah satu eksperimen ini dalam urutan keparahan. Teror, panik, panik, panik, berkeringat / berdebar-debar, rasa takut, rasa takut, Ugh!, Ketatukatan, kekhawatiran, tegang, ketegangan, ketegangan, gugup, kegembiraan, konyol, bodoh, sukacita. Masalah utama muncul ketika ancaman dipandang sebagai hal yang serius bukan sampai menderita karena mengabaikan konsekuensi ini, ketika delta- satu tidak memiliki rutinitas, dan ketika delta-dua gagal. Ini mungkin gagal:
(a) Karena tidak dapat membuat rencana.
(b) Karena tidak dapat membuat rencana tepat waktu.
(c) Karena ia tidak memiliki harapan untuk dapat membuat rencana
Dua prinsip selanjutnya dari pengelolaan resiko dapat diringkas sebagai berikut.
8. Membedakan secara jelas antara kekuasaan posisi dan kekuasaan pengetahuan.
9. Memungkinkan banyak waktu agar kecerdasan yang reflektif berfungs C. Percaya Diri Dan Pemahaman
Siswa merasa cemas ketika berhadapan dengan tugas yang baru dipelajari. Secara intuitif meskipun dia mengetahui perbedaan antara kebiasaan belajar (menghafal) dan belajar dalam pemahaman (ide – ide yang tersambung). Dia juga tahu bagaimana cara menghafal sehingga mudah memahaminya. Sebagai hasilnya dia mengatur dirinya sendiri pada tujuan pembelajaran yang benar dan kekhawatirannya berubah menjadi rasa aman.
Pembelajaran dengan kebiasaan berada pada bagian daerah perbatasan. Beberapa situasi yang berbeda di mana siswa telah hafal aturan-aturan membuatnya serta kembali pada guru untuk aturan baru, atau contoh metode yang dapat ditiru. Dengan pembelajaran yang cerdas, zona perbatasan dapat diasimilasikan ke skema yang sudah ada. Peta kognitif seseorang membawa kepada daerah perbatasan. Bagian-bagian dari peta kognitif sangat familiar, sehingga mereka dapat memahami dengan memperluas atau mengeksplorasi pemahaman-pemahaman yang ada.
85 | P a g e
Dengan demikian, merupakan kontribusi penting untuk kepercayaan yang menyeluruh dalam zona perbatasan adalah keyakinan bahwa seseorang dapat mengerti ide- ide baru yang dapat diterima untuk memahami skema domain yang ditetapkan. Jadi dua prinsip yang dijelaskan dalam bab 2, dan aplikasi yang telah dijelaskan sangat penting dalam konteks ini. Untuk menambahkan prinsip pengelolaan risiko, yaitu:
10. Dengan proses analisis konseptual, diuji dengan percobaan mengajar, guru harus mampu menghubungkan konsep – konsep atau peta konsep, menunjukkan di mana konsep adalah pra-syarat bagi yang lain. Jalur belajar harus direncanakan dan dibimbing sehingga ketika memasuki zona perbatasan itu, seorang siswa selalu memiliki skema yang diperlukan untuk memberinya kepercayaan pada kemampuannya untuk memahami materi baru.
D. Interaksi Kelompok Belajar Dalam Pembelajaran
Sebuah situasi belajar yang telah ditemukan untuk memberikan suasana emosional yang baik untuk belajar cerdas telah dikembangkan selama beberapa tahun ketika penulis sedang bekerja di sekolah dasar di Inggris dan Wales. Di antara fitur-fitur yang ditekankan adalah nilai interaksi belajar kelompok dalam situasi pembelajaran.
Sebuah organisasi kelas di mana anak-anak bekerja sama dalam kelompok kecil sudah tidak bisa dipungkiri di banyak sekolah dasar. Dalam matematika, bagaimanapun, ini jarang dimanfaatkan: anak-anak masih bekerja sendiri-sendiri dari buku dan kartu kerja yang mereka ambil untuk guru mereka agar dikoreksi.
E. Kesimpulan
Prinsip-prinsip pengelolaan resiko adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan-kesalahan seharusnya dijadikan sebagai kontribusi yang potensial untuk pembelajaran berikutnya, tentunya bukan sebagai pelanggaran undang-undang.
2. Memisahkan tujuan pembelajaran dari tujuan tindakan.
3. Mengumpulkan tujuan pembelajaran terlebih dahulu.
4. Sebagai peningkatan kemampuan, gunakan tujuan tindakan untuk konsolidasi atau penggabungan dan kontribusi kesenangan pada tingkat tindakan juga.
5. Menjaga lingkungan belajar yang mendukung dan membantu menumbuhkan kepercayaan diri, bukan lingkungan yang menakutkan dan merusak kepercayaan diri siswa.
6. Luangkan waktu untuk menggabungkan daerah-daerah nyaman baru sebelum memahami sesuatu yang baru.