• Tidak ada hasil yang ditemukan

38 | P a g e

39 | P a g e

dimodifikasi berdasarkan hasil tindakan. Rencana-rencana itu memungkinkan kita untuk mencapai banyak tujuan yang berbeda di dalam berbagai situasi. Lebih dari itu, kita bisa menyusun beberapa rencana, dan memilih yang terbaik sebelum menterjemahkan rencana itu menjadi tindakan. Pembelajaran dengan cerdas seringkali mendahului tindakan. Dan tindakan bukan hanya dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan, namun untuk menguji hipotesis-hipotesis.

Pada level pembelajaran dengan kebiasaan, orang bisa menemukan justifikasi bagi pandangan kaum behavioris bahwa perilaku kita dibentuk oleh lingkungan.

Secara berlawanan, model pembelajaran dengan cerdas yang saya ajukan menyatakan bahwa kita juga bisa membentuk perilaku kita untuk mencapai tujuan yang sama di dalam lingkungan yang berbeda. Kedua jenis pembelajaran bisa dilakukan oleh kita sebagai manusia, dan keduanya memiliki kegunaannya masing-masing. Kombinasi yang tepat untuk matematika ialah sekitar 5% pembelajaran dengan hafalan, 95%

pembelajaran dengan cerdas: namun sangat sering matematika diajarkan dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat tak mungkin untuk melakukan pembelajaran dengan cerdas.

C. Kapan Sebuah Stimulus Tak Menjadi Stimulus

Suatu stimulus hanya akan menjadi stimulus jika stimulus tersebut berguna sebagai tanda atau petunjuk untuk menuju tujuan. Contohnya adalah petunjuk jalan akan menjadi stimulu jika dia menunjukkan tempat yang akan kita tuju. Tapi jika tidak, maka sebaliknya, dia hanya akan menjadi sebatas petunjuk arah.

D. Tindakan yang Diarahkan Pada Pencapaian Tujuan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mengamati bahwa banyak dari aktivitas manusia yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Ini mengimplikasikan bahwa jika kita ingin memahami secara memadai apa yang dilakukan orang-orang, kita harus melihat melampaui aspek penampilan luar dan yang mudah teramati dari tindakan-tindakan mereka, dan bertanya-tanya apakah yang menjadi tujuan mereka. Membatasi deskripsi mengenai apa yang sedang terjadi hanya pada perilaku-perilaku yang teramati, yang biasanya sangat berbeda, akan membuat kita melewatkan apa yang sama dari semua perilaku itu, yaitu tujuan yang sama. Kita tidak sedang menyatakan bahwa semua perilaku kita bersifat terarah pada pencapaian tujuan; hanya beberapa, mungkin banyak dari perilaku kita, yang memang begitu; dan jika memang itu kasusnya, maka

40 | P a g e

pengabaian terhadap kenyataan ini merupakan pengabaian terhadap fitur-fitur terpenting dari perilaku kita.

E. Kelangsungan Hidup, Daya Adaptasi, dan Evolusi

Jika asumsi ini memang benar, maka pertanyaan yang satu akan membawa kita kepada pertanyaan yang lain. Jika kita bisa mengidentifikasi sebuah tujuan yang melandasi aktivitas tertentu yang teramati, kita selanjutnya ingin tahu apakah arti penting dari tujuan itu jika dibandingkan dengan tujuan lainnya. Dan semakin banyak contoh yang kita kejar, semakin terlihat bahwa banyak dari tujuan-tujuan kita yang memiliki satu hal yang sama: yaitu bahwa tujuan-tujuan tersebut lebih mengacu pada keberlangsungan hidup. Ada tiga pilihan tujuan, yaitu jangka menengah, jangka panjang, dan jangka pendek, dan keberhasilan di dalam mencapai ketiganya akan memberikan manfaat-manfaat yang turut mendukung keberlangsungan hidup.

Dan untuk sebagian besar dari tujuan yang kita pilih, kita bisa melihat bahwa begitu kita menemukan jalan untuk mencapainya, manfaat-manfaat dari tujuan itu terkait erat dengan keberlangsungan hidup: entah itu kondisi lokasi fisik, kondisi fisik tertentu seperti suhu, atau keadaan mental. Seringkali semua ini saling terkait.

Adanya relasi yang sering antara pilihan tujuan kita dan keberlangsungan hidup kita bukanlah sesuatu yang aneh. Setiap spesies yang ada sekarang ada karena dan hanya karena spesies itu mengembangkan karakteristik-karakteristik yang memungkinkannya untuk bertahan hidup. Karakteristik-karakteristik ini bisa bersifat fisik maupun perilaku. Kebanyakan dari yang pertama, dan beberapa dari yang kedua, terprogram secara genetis: karakteristik-karakteristik itu menjadi bagian dari perlengkapan bertahan hidup dari spesies itu. Namun, proses evolusi adaptasi dari karakteristik-karakteristik bawaan ini, meski seringkali sangat efektif, berjalan lambat.

Kita, sebagai anggota dari spesies homo sapiens, merupakan spesies yang paling mampu beradaptasi; dan yang membuat kita memiliki daya adaptasi itu ialah kemampuan untuk belajar dengan cara tertentu yang saya sebut sebagai pembelajaran dengan cerdas. Kemampuan untuk belajar itu disebut sebagai kecerdasan. Kita sekarang akan beralih membahas keterkaitan antara kecerdasan, kemampuan adaptasi, dan pencapaian tujuan-tujuan kita.

F. Sistem-Sitem Pengarah

Titik awal dari model ini ialah asumsi bahwa banyak, mungkin sebagian besar, dari tindakan kita secara sistematis terarah kepada usaha untuk mencapai tujuan. Nah,

41 | P a g e

situasi-situasi dimana di dalamnya kita melakukan ini tidaklah sama. Meski begitu, kita mampu mencapai tujuan-tujuan kita dengan membuat tindakan-tindakan kita beragam secara tepat, dan kemampuan ini di dalam dirinya sendiri sangatlah bersifat pro-keberlangsungan hidup. Sebuah sistem untuk melakukan hal ini saya sebut sebagai sebuah sistem pengarah (director system), dan karena ide ini dipinjam dari ilmu sibernetika, cara-cara dimana sebuah sistem pengarah bekerja akan terasa akrab buat banyak pembaca. Namun, saya harus memberikan ringkasan awal terlebih dulu agar bisa menyampaikan penjelasan yang lebih jauh.

Esensi dari konsep tersebut ialah adanya perbedaan antara kondisi saat ini dari pelaku di dalam lingkungan dan tujuan yang ingin dicapainya, dikombinasikan dengan sebuah rencana aksi yang terarah selalu sedemikian rupa sehingga meredusir perbedaan ini sampai kondisi saat ini serupa dengan tujuan yang ditetapkan.

Kita membutuhkan sebuah comparator untuk membandingkan keduanya. Dan kita membutuhkan sebuah rencana aksi: apa yang harus kita lakukan secara aktual untuk mengubah kondisi pelaku dari kondisi saat ini ke kondisi tujuan yang diinginkan. Perbedaan antara sumber-sumber rencana aksi yang mungkin, dan perbedaan-perbedaan yang dihasilkan, merupakan fitur kunci dari model kecerdasan saat ini.

G. Pembelajaran yang Diarahkan pada Pencapaian Tujuan

Kemampuan untuk mempelajari secara lebih maju inilah yang saya sebut sebagai kecerdasan.

Gambar 8.2

Kecerdasan ialah sebuah jenis kemampuan belajar yang menghasilkan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan di dalam beragam kondisi, dan melalui beragam rencana. Dan jika kita bisa bersepakat bahwa tindakan (banyak tindakan) tidaklah ditentukan oleh stimulus, namun terarah ppada pencapaian tujuan,

Delta-Two Delta-one

Information (Mental)

Action

Action

Information E n v I r o n m m e n t

42 | P a g e

maka kita bisa melangkah lebih jauh lagi: yaitu memahami bahwa ada jenis pembelajaran yang juga bersifat terarah pada pencapaian tujuan.

Dalam model kecerdasan saat ini, bukan hanya tindakan yang dipahami sebagai terarah pada tujuan, namun pembelajaran itu sendiri: Dalam kasus ini, pembangunan dan pengujian dari struktur-struktur pengetahuan yang terintegrasi. Untuk itu, kita membutuhkan dua sistem pengarah, yang saya sebut delta-satu dan delta-dua.

Delta-satu ialah sistem pengarah yang bertindak dalam diri pelaku dalam lingkungan fisik. Delta-dua adalah sebuah sistem pengarah tingkat kedua dimana delta-satu menjadi pelakunya. Fungsinya ialah untuk memberitahu delta-satu kondisi- kondisi seperti apa yang membuat delta-satu bisa melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Kondisi-kondisi inilah yang menjadi tujuan dari pembelajaran. Jadi, marilah kita membahas apa saja kemungkinan kondisi-kondisi tersebut.

H. Tujuan-Tujuan dari Pembelajaran Dengan Cerdas

Untuk bisa menjalankan fungsinya, yaitu untuk memperoleh sesuatu dari kondisi saat ini guna mencapai sebuah tujuan yang diinginkan, delta-satu harus memiliki sebuah rencana aksi. Pembelajaran dengan kebiasaan seperti jika saya menghafal rencana yang akan dilakukan dengan tepat, atau bahkan menuliskannya di kertas, kelemahan dari pembelajaran itu masih tetap ada, berdampingan dengan kelemahan tambahan lain yang akan dibahas kelak.

Dengan menggunakan metafora transisional dari ide Tolman yang sangat berguna, yaitu peta kognitif, contoh ini memberikan gambaran umum yang sangat bagus mengenai konsep struktur pengetahuan yang merupakan nama lain dari skema.

Salah satu tujuan utama dari delta-dua ialah pembentukan skema-skema ini.

Pembelajaran jenis inilah yang terutama menjadi kegiatan utama kecerdasan, dan meskipun fungsinya satu langkah di belakang tindakan, namun pembelajaran itu membuat tindakan lebih mungkin untuk berhasil karena setiap rencana diadaptasikan secara lebih baik untuk tujuan tertentu.

Kecerdasan dengan demikian turut andil terhadap pengembangan daya adaptasi melalui dua caara: (a) Dengan membangun skema-skema ini – bukan hanya satu, namun banyak sekali, untuk semua jenis pekerjaan yang berbeda yang dilakukan oleh delta-satu. Kita bisa membayangkan skema-skema ini sebagai model-model mental yang memuat fitur-fitur terpilih dari dunia luar. (b) Berdasarkan skema-skema ini, disusun rencana-rencana tertentu yang cocok dengan kondisi awal dan kondisi yang

43 | P a g e

diinginkan. Rencana-rencana ini kemudian bisa menjadi basis bagi tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan seperti yang telah dijelaskan.

Ada dua tujuan dari delta-dua. Yang pertama ialah tujuan pembelajaran. Tujuan kedua ialah tujuan perencanaan: yaitu menemukan sebuah rencana yang tepat untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Jika rencana semacam itu sulit ditemukan, bahkan meskipun pengetahuan yang dibutuhkan telah dimiliki, kita menyebut aktivitas tersebut sebagai pemecahan masalah (problem solving)

I. Pembentukan Skema

Struktur pengetahuan jenis ini tak bisa dikomunikasikan secara langsung.

Struktur itu hanya bisa dibangun melalui aktivitas delta-dua dari sang pembelajar, yang beroperasi berdasarkan delat-satunya. Banyak pembaca yang akan melihat ini sebagai pandangan konstruktivis. Namun pengajaran yang bagus sangat besar perannya dalam membantu pembelajaran dengan cerdas.

Untuk itu, kita harus mengetahui bagaimana delta-dua menjalankan fungs pertamanya, yaitu membentuk skema-skema. Saya menggunakan kata membentuk dalam artian membangun dan menguji – melakukan sesuatu buat pelaku, dan mengecek apakah perubahan ini semakin mendekatkan pada tujuan yang diinginkan.

Bangunan Skema

Pembangunan Skema Pengujian Skema

Mode 1

dari kontak kita dengan dunia fisik:

pengalaman

Mode 1

dihadapkan pada kejadian-kejadian fisik yang diharapkan: eksperimen

Mode 2

dari skema-skema dari orang lain:

komunikasi

Mode 2

Melakukan perbandingan dengan skema- skema yang dianut orang lain: diskusi Mode 3

dari dalam diri sendiri dengan membentuk konsep-konsep yang lebih tinggi: dengan ekstrapolasi, imajinasi, intuisi: kreativitas

Mode 3

Melakukan perbandingan dengan pengetahuan dan kepercayaan yang dianutnya sendiri: konsistensi internal

Meskipun kita bisa melihat kaitan antar mode-mode pembangunan dan pengujian yang berkaitan, setiap mode pembangunan bisa digunakan dengan setiap mode pengujan; dan kita bisa menggunakan lebih dari satu mode pembangunan pada

44 | P a g e

satu waktu. Mode-mode itu lebih hebat kemampuannya ketika digunakan secara berkombinasi.

Efek Doppler menjadi sebuah teladan bagus mengenai ketiga mode. Mungkin kebanyakan dari kita pernah mengalami perubahan dalam efek pengaruh gerak dari benda yang bergerak cepat saat melewati kita – entah sebuah mobil atau sepeda motor, sebuah kereta api, atau sebuah pesawat terbang yang melintas. Kita mengamati adanya keteraturan-keteraturan tertentu, semisal bahwa hal itu terjadi untuk semua obyek yang bergerak dengan cepat yang memancarkan bunyi; bahwa efek itu menjadi lebih tinggi ketika mendekati ketimbang saat menjauhi. Inilah yang dibangun oleh mode 1:

pengalaman.

Dengan komunikasi verbal dan/atau bacaan (pembangunan mode 2), kita bisa mempelajari mengenai teori gelombang bunyi. Hal ini menjadi dasar bagi skema umum yang dengan bantuannya, baik berkat aktivitas delta-dua kita atau berkat komunikasi lebih jauh dengan orang lain, kita bisa menjelaskan efek ini. Kita sekarang bisa menguji model mental kita mengenai efek Doppler dengan menggunakan mode 1. Untuk itu, kita pertama-tama harus melakukan inferensi-inferensi pasti yang didasarkan pada model tersebut: semisal bahwa perubahan dalam efek akan lebih besar ketika obyeknya bergerak lebih cepat.

Karena bersifat independen dari konteks tertentu, model matematis ini menjadi mungkin untuk diekstrapolasikan (pembangunan mode 3). Yang dimaksud ialah bahwa model itu mulai menjadi sutau kesadaran akan fenomena bunyi tertentu, dan mampu menghitung vibrasi bunyi, dan menerapkan jenis-jenis vibrasi ini untuk menghtung perilaku dari cahaya. Dan sekarang kita bisa menggunakan matematika yang sama untuk menghitung kecepatan dari galaksi-galaksi yang jauh yang bergerak mendekati atau menjauh dari kita.

J. Penggunaan Skema-Skema Kita

Skema-skema kita memiliki banyak kegunaan, dan bisa dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama. Adapun ketiga jenis kelompok itu adalah:

1. Untuk mengintegrasikan pengetahuan, dan memungkinkan munculnya pemahaman.

2. Untuk membantu kita bekerjasama dengan orang lain dalam banyak cara yang berbeda.

3. Sebagai agen-agen bagi perkembangan mereka sendiri.

45 | P a g e

Refleksi Bab

Pembelajaran yang saya peroleh dari presentasi pada Bab ini adalah bahwa dalam belajar, kita perlu membangun skema-skema yang nantiya bisa kita gunakan dalam mencapai tujuan. Hal ini dipandang lebih efektif daripada ketika kita hanya menghafalkan informasi-informasi baru itu. Selain dapat menyesatkan kita pada tujuan yang salah, bisa juga apa yang sudah kita hafalkan mudah dilupakan.

Dalam mencapai tujuan, kita haru dapat membedakan mana hal yang bisa menjadi stimulus dalam mencapai tujuan, dan mana hal yang tidak dapat menjadi stimulus. Hal ini dikarenakan supaya jalan/cara yang kita pilih adalah yang efektif. Oleh sebab itu perlu bagi kita untuk membuat suatu perjalanan pada bagaimana mendapatkan tujuan tersebut. Cara skematik adalah cara yang sangat direkomendasikan untuk menyusun rencana demi mencapai tujuan. Selain itu juga dapat memberikan kita ilmu tambahan, dikarenakan untuk menyusun suatu skema, kita perlu mencari dan membentuk skema awal dari kumpulan konsep-konsep yang secara tidak sengaja menjadi ilmu tambahan bagi kita dimana bisa jadi konsep-konsep tersebut diluar konsep yang akan digunakan untuk mendapatkan tjuan kita.

46 | P a g e