BAB II TEORI PENDUKUNG MODEL
E. Teori yang Mendasari Model PVO
1. Pengertian PbM
63
menyelesaikan masalah tersebut secara efektif dan efisien. Semua itu dilaksanakan dengan mempraktekan, menggunakan, dan mengembangkan keterampilan penguasaan, keterampilan kerjasama kelompok, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan belajar sendiri yang nantinya mengacu pada pemecahan masalah. Suksesnya PbM tergantung pada mahasiswa untuk mengkombinasikan semua keterampilan tersebut di bawah fasilitasi oleh seorang fasilitator staf pengajar.
Level keterikatan mereka dengan pembelajaran mempunyai efek yang besar untuk hasil akhir untuk menampilkan dan memberikan solusi atau masalah apapun yang mereka hadapi dikehidupan nyata.
Jelas bahwa pembelajaran dengan model PbM dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh mahasiswa maupun staf pengajar. Kemudian mahasiswa membahasnya melalui pengetahuannya untuk memecahkan masalah tersebut. Karena itu, mahasiswa dan dosen dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperanan aktif dalam belajar.
Kesimpulannya adalah bahwa dalam model pembelajaran PbM masalah dijadikan titik awal pembelajaran dan sebagai fokus pembelajaran. Masalah diselesaikan mahasiswa melalui kelompok, sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada mahasiswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
64
situasi dunia nyata yang kompleks biasanya tidak mengandung satu jawaban yang ‘benar’ oleh karena itu pembelajaran fokus kepada pembelajaran yang direncanakan, (b) mahasiswa bekerja mengenal masalah, mengenal pembelajaran, dan membina penjelasan yang sudah diterima melalui kerja kelompok, (c) mahasiswa memperoleh informasi dan pengalaman baru melalui proses pembelajaran terarah secara mandiri, (d) dosen berperanan sebagai fasilitator, dan (e) masalah membawa kepada pengembangan kompetensi penyelesaian masalah.
Bahwa PbM adalah model pembelajaran yang memakai masalah (problem) sebagai langkah awal dalam kegiatan pembelajaran dan kemudian menghubungkannya dengan pengetahuan yang baru (Suradijono, 2004). Selanjutnya Paulina et al. (2001) berpendapat bahwa PbM adalah pembelajaran yang mengarahkan pelajar kepada masalah yang nyata ataupun simulasi. Setelah pelajar merumuskan masalah kemudian mereka mencari pemecahannya melalui teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu.
Mirip dengan pendapat ini, Torp dan Sage (2002:276) menyatakan bahwa ”PbM adalah strategi pembelajaran aktif yang umumnya digunakan pada pembelajaran di pedidikan tinggi, tetapi dia juga bisa dipakai pada pendidikan di jenjang sekolah menengah”.
Dengan kata lain PbM adalah strategi pedagogi dan pembelajaran aktif yang sering digunakan dalam pendidikan lebih tinggi, tetapi dapat diadaptasi untuk digunakan dalam sekolah umum.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PbM) adalah satu model pembelajaran yang menjadikan masalah yang nyata dan relevan serta bermakna sebagai fokus
65
dalam kegiatan pembelajaran. PbM sangat sesuai digunakan bukan saja dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tetapi juga mampu mendukung kepada pembangunan dan peningkatan keterampilan hard skill dan soft skill seperti keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan bekerja dalam kelompok, keterampilan berkomunikasi (Barrows & Tamblyn, 1980).
Selanjutnya Hall (2006) menyatakan bahwa PbM adalah model pembelajaran yang terbentuk daripada masalah-masalah tanpa disadari yang berlaku dalam kehidupan seharian kita.
Ahli lain melihat model PbM terfokus kepada pengalaman pembelajaran “pikiran” dan “tangan”
nya melalui cara penyelesaian masalah tertentu secara nyata dan tuntas. Artinya dalam PbM, mahasiswa diberikan suatu masalah atau situasi nyata dan dikehendaki. Mereka dapat menyelesaikannya dengan mencari informasi dan bahan pembelajaran dari berbagai sumber antara lain;
buku referensi, jurnal ilmiah, koran, risalah, survey lapangan, internet dan organisasi-organisasi yang terlibat. Terlihat bahwa staf pengajar bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator kepada penyelesaian masalah yang dilaksanakan oleh para mahasiswa (Torp dan Sage, 2002).
Artinya bahwa PbM adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai titik awal pembelajaran, sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Di sisi lain menurut Hall (2006: 172) menyatakan
66
bahwa “Pembelajaran berdasarkan masalah adalah proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa dan merupakan tanggung jawab masing-masing mahasiswa untuk berpartisipasi penuh, tidak hanya untuk pembelajarannya sendiri, tetapi juga untuk membantu pembelajaran orang lain dalam kelompok. Meskipun banyak waktu dihabiskan sendirian di perpustakaan atau di komputer, manfaat penuh dari PbM tidak dapat diwujudkan secara terpisah” Dapat dikemukakan bahwa PbM adalah proses yang berpusat pada peserta didik dan tanggung jawab individu untuk berpartisipasi secara penuh, tidak hanya dalam pembelajarannya, tetapi juga untuk kelompok. Meskipun banyak menghabiskan waktu sendiri di perpustakaan atau komputer, PbM sangat bermanfaat, karena PbM dapat membentuk peserta didik mampu berberpikir kritis, dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok,menumbuhkan dan mengembangkan kebiasaan belajar mandiri.
Selanjutnya Savery & Duffy (1995:182) menyatakan bahwa PbM “Pembelajaran PbM adalah strategi pembelajaran yang mencontohkan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa. Ini menekankan pemecahan masalah yang kompleks dalam konteks yang kaya dan bertujuan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi”. Artinya PbM adalah suatu pendekatan pembelajaran berpusat pada pelajar.
Pembelajaran yang menekankan pemecahan masalah komplek kaya konteks dan tujuan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Sementara itu Boud & Felleti (1991:345) menyatakan bahwa “PbM adalah cara membangun dan belajar menggunakan masalah sebagai perangsang dan fokus pada kegiatan mahasiswa. PbM adalah strategi
67
pembelajaran yang mengharuskan mahasiswa untuk belajar mempelajari sesuatu”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari pemecahan masalah dunia kerja nyata”.
Selanjutnya Ronis (2001:76) mengatakan bahwa
“Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PbM) adalah gagasan bahwa sebagian besar individu membentuk pemahaman mereka melalui apa yang mereka alami”.
Seterusnya Ronis (2001) menyatakan variasi dari PbM adalah inqury contact, case study, simulations, workshops, and study questions.
Sejalan dengan itu, Sungur (2004) menegaskan bahwa PbM memungkinkan mahasiswa bertanya, berdiskusi, berdebat, menyortir informasi dan kegiatan sejenisnya yang menuju terjadinya proses penemuan (discovery) dalam proses pembelajaran.
Sungur (2004) menyatakan bahwa siklus inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, dan (4) pengumpulan data.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan PbM diantaranya itu adalah melalui proses mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru melalui kerjasama (kelompok). Bahwa PbM dapat dilihat dalam dua pandangan, yaitu; (1) dari sisi falsafah yang mendasari proses merancang kurikulum dan (2) dari model pembelajaran dalam kelas. Karena PbM dapat dilaksanakan dalam berbagai disiplin ilmu, maka usaha untuk mendefinisikan PbM tidak harus terfokus hanya pada cara masalah awal pembelajaran. Tetapi terkait juga dengan cara pengimplimentasian PbM sesuai dengan karakter disiplin ilmu tersebut.