DAFTAR TABEL
KRP 3: Pembangunan Infrastruktur
3.5.5 Pengkajian Ekonomi Hijau
No. Kebijakan dan Rencana Program
(KRP)
Potensi Dampak Menurut Isu Strategis PB (yangUtama)
Indikasi Awal Implikasi kawasan hutan
untuk kegiatan pengembalaan dan pakan ternak
untuk pengembalaan dan produksi pakan ternak
3. Program peningkatan pengolahan hasil produksi peternakan
1, 3-7 (1 dan
5) Meningkatnya alih fungsi lahan untuk kawasan industri pengolahan hasil peternakan
Dibutuhkan mitigasi untuk meminimilisasi dampak negatif dari limbah industri pengolahan hasil peternakan
II. Pengembangan industri dan wisata
1. a.Program pengem- bangan kawasan industri
1, 3-7 (1 dan
5) Pembangunan
kawasan industri di lokasi kec.
Seruway 400 Ha untuk Halal Food serta kawasan untuk
pembangunan Industri lainnya.
Kondisi ini berdampak pada meningkatnya alih fungsi lahan untuk kegiatan
pertambangan untuk bahan baku pabrik semen dan pembangunan PLTA di kawasan hulu Sungai Tamiang dan akses jalan ke lokasi kegiatan tambang, akan secara tidak langsung
berdampak pencemaran lingkungan, berupa debu dan pencemaran lingkungan.
Dibutuhkan langkah mitigasi/adaptasi berupa langkah minimalisi dampak tidak langsung; dan perlu adanya SOP yang disepakati pihak terkait sehingga dapat mengurangi dampak negative yang muncul.
b. Pengembangan Industri dan Agro Industri
1, 3-7 (1,2
dan 5) Meningkatnya alih fungsi lahan di kawasan hutan dan degradasi hutan sangat signifikan, bila keseluruhan
Dibutuhkan langkah mitigasi/adaptasi
berupa upaya
memastikan
pelaksanaan KRP ini secara intensifikasi, terutama untuk
No. Kebijakan dan Rencana Program
(KRP)
Potensi Dampak Menurut Isu Strategis PB (yangUtama)
Indikasi Awal Implikasi pengembangan
pabrik semen dan pabrik pengolahan kelapa sawit di kawasan hutan.
klaster agroforestry.
Begitu juga halnya untuk pengembangan tanaman tumpang sari
dalam skema perhutanan sosial.
2. Program pengembangan destinasi pariwisata
1, 3-7 (1 dan
5) Luas bukaan hutan
dan degradasi hutan serta alih fungsi lahan produktif akibat kegiatan ekonomi di sektor non pertanian.
Pembangunan kawasan objek pariwisata di Kec.
Tenggulun 20 Ha dan Tamiang Hulu 10 Ha dan Wilayah pesisir di Kec.
Bendahara
akibatnya terjadi alih fungsi lahan mangrove.
Dibutuhkan langkah mitigasi/adaptasi berupa kepastian alokasi ruang kegiatan ekonomi agar
tidak masuk pada Tanaman Nasional
atau Kawasan
Ekosistem Leuser.
Oleh sebab itu, kegiatan ini perlu disinergikan
dengan penataan dan pengembangan KPH
III. Pembangunan jalan
dan jembatan 1, 3-7 (1 dan
5) Luas bukaan
bentang
alam/hutan akan sangat signifikan, terutama karena bukaan tidak langsung sebagai
efek ganda
pembukaan jalan dan jembatan
Dibutuhkan langkah mitigasi/adaptasi berupa pengaturan tata guna lahan.
Sumber: Hasil analisis tim pokja KLHS Aceh Tamiang (2018)
Keterangan: 1. Degradasi hutan dan lahan gambut; 2. Keterbatasan Energi; 3. Pencemaran dan Degradasi Lingkungan Hidup (udara, air, tanah); 4. Bencana Hidrometeorologi (banjir, longsor, sedimentasi); 5 Alih fungsi lahan (pertanian, hutan dan lahan basah); 6. Konflik Sosial (lahan, satwa); 7. Keanekaragaman Hayati
Tabel 3.52. memberikan informasi awal, bahwa secara kualitatif hampir semua KRP yang ditelaah, sangat berpotensi menimbulkan dampak negatif atas lingkungan hidup, terutama dari sisi degradasi hutan dan alih fungsi lahan. Potensi dampak itu tentunya berpeluang merembet ke dampak sosial dalam jangka menengah dan panjang; terlebih
saat belum cukup tersedia informasi dan jelas terkait rincian struktur pelaksanaan untuk setiap KRP Prioritas dan upaya antisipatif, terutama berupa rencana aksi, untuk masing-masing setiap detail eksekusi KRP Prioritas. Ketiga KRP prioritas ini keseluruhannya memiliki kaitan dan dampak dengan keseluruhan isu strategis pembangunan berkelanjutan, terutama isu strategis degradasi hutan dan alih fungsi lahan hutan. Data dan informasi untuk masingmasing KRP yang diperoleh dari serangkaian FGD dan pertemuan informal memperlihatkan gambaran awal pelaksanaan KRP prioritas ini sebagaimana tampak pada Tabel 3.52.
Tabel 3.52.Gambaran awal rencana pelaksanaan KRP prioritas No KPR
Prioritas Deskripsi dan Asumsi Rencana Pelaksanaan Catatan 1. KRP 1a
dan 1b. Lahan perkebunan terbagi menjadi 2, yaitu perkebunan swasta dan perkebunan rakyat, kajian difokuskan pada alih fungsi lahan hutan yang berdampak potensi kehilangan karbon.
Lokus dan luasan
masingmasing KRP diperoleh dari
masing-masing sektor/OPA terkait dan dikaji dengan pendekatan spasial 2. KRP 2.1.a. Pembangunan PLTA pada hulu Sungai Tamiang dan
kegiatan tambang untuk bahan baku pabrik semen akan memberikan dampak langsung dan tidak langsung terhadap intervensi pembukaan lahan yang dapat mengakibatkan potensi kehilangan baik status maupun fungsi hutan, termasuk hutan dalam kawasan ekosistem leuser
3. KRP 2.1.b. Terdapat bukaan kawasan hutan untuk pengembangan industry pengolahan kelapa sawit dan klaster pengelolahaan hutan adat. Oleh sebab itu, akan ada potensi karbon yang hilang apabila dibuka di dalam area hutan.
Namun demikian apabila klaster hutan adat dapat dikelola dengan tanaman tahunan dan kawasan lindung setempat dipertahankan, maka akan dapat mengurangi potensi kehilangan karbon
4. KPR 2.2. Lokasi indikatif pembangunan kawasan objek pariwisata akan dipertahankan atau diintervensi sehingga menekan potensi kehilangan hutan. Ini dapat sebagai alternatif rekomendasi Klaster Kawasan Adat Lestari.
5. KPR 3a
dan 3b. Diasumsikan kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan akan berdampak pada pembukaan hutan dan lahan 50 m di kiri dan kanan ruas jalan, termasuk lebar jalan 8 m pada highland. Sedangkan untuk lowland berdampak pada pembukaan hutan dan lahan 200 m di kiri dan kanan ruas jalan, termasuk lebar jalan 8 m, termasuk penapis di setiap kelas penutup lahan.
Sumber: Hasil analisis tim pokja KLHS Aceh Tamiang (2018)
Kajian spatial atas gambaran pelaksanaan KRP prioritas tersebut, menunjukkan bahwa keseluruhan kelima KRP berpotensi mengurangi dan atau mengalihfungsi kawasan hutan sekaligus berpeluang meningkatkan laju deforestasi dan degradasi hutan.
Potensi dampak pelaksanaan KPR atas kawasan hutan dapat dihitung berdasarkan
hutan lindung, (2) kawasan hutan produksi, (3) kawasan hutan produksi terbatas, (4) kawasan hutan margasatwa, dan (5) kawasan hutan taman nasional. Setiap KRP memiliki kontribusi dampak atas kawasan hutan dengan kemungkinan perubahan fungsi kawasan mulai pada hutan lindung sampai wilayah suaka margasatwa.
Untuk mencapai berbagai target pembangunan ekonomi dengan berbagai indikator sebagaimana tertuang dalam RPJMD Aceh Tamiang, maka pembangunan ekonomi hijau Kabupaten Aceh tamiang perlu memperhatikan potensi pengorbanan kehilangan sumber daya alam dan kondisi lingkungan dari hutan yang hilang dan beralih fungsi termasuk berkurang atau hilangnya ke 12 fungsi jasa lingkungan dengan besaran nilai moneter akibat dari pelaksanaan KRP sehingga pembangunan Aceh Tamiang berada dalam koridor pembangunan berkelanjutan yang menjamin peningkatan kesejahteraan dan keadilan sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan pilihan atas skenario optimal dalam pembangunan ekonomi hijau, sehingga memungkinkan Aceh Tamiang mengejar target pembangunan ekonomi dengan tidak mengorbankan sumberdaya alam dan lingkungan secara berlebihan dan juga dapat meminimalisasi alih fungsi lahan dari kawasan hutan.
Pilihan ini dapat menguatkan konsistensi Aceh Tamiang dalam mewujudkan pembangunan ekonomi hijau dan pembangunan berkelanjutan.
3.6 Perumusan Mitigasi/Adaptasi dan/atau Alternatif