• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Hipotesis

Dalam dokumen PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE ( (Halaman 91-104)

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Analisis dan Pengujian Hipotesis

2. Pengujian Hipotesis

76

kelas eksperimen. Persentase terkecil terdapat pada kelas eksperimen untuk jenjang kognitif menganalisis (C4), yaitu 14,44%, sedangkan persentase terbesar terdapat pada kelas kontrol untuk jenjang kognitif memahami (C2), yaitu sebesar 48,33%.

Adapun hasil persentase Posttest kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen untuk jenjang kognitif mengingat (C1), memahami(C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4) lebih unggul dibandingkan siswa kelas kontrol. Persentase terbesar terdapat pada siswa kelas eksperimen untuk jenjang kognitif mengingat (C1) yaitu sebesar 86,66%, sedangkan persentase terkecil terdapat pada kelas kontrol untuk jenjang kognitif menganalisis (C4) yaitu sebesar 33,33% (dapat dilihat pada lampiran 20).

2. Pengujian Hipotesis

berdistribusi normal jika sig. > 0,05 (5%). Berikut ini hasil dari uji normalitas Shapiro Wilk:

Tabel 4. 21

Ringkasan Hasil Uji Normalitas Variabel

Terikat

Kelas Shapiro Wilk Tingkat

Kepercayaan Keterangan Statistic df Sig.

Keaktifan Kontrol .944 30 .114

α = 0,05

Normal

Eksperimen .941 30 .095 Normal

Hasil Belajar

Kontrol .926 30 .324 Normal

Eksperimen .933 30 .061 Normal

Berdasarkan tabel 4.21 di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi uji Shapiro Wilk angket keaktifan belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen adalah 0,114 dan 0,095, kemudian Posttest pada kelas kontrol adalah 0,324 sedangkan kelas eksperimen 0,061. Hal ini menunjukkan bahwa data angket keaktifan belajar siswa dan data Posttest di kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah data yang digunakan bersifat homogen atau tidak. Data yang digunakan adalah data Posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen serta data angket keaktifan. Data diuji menggunakan bantuan program SPSS 26.0 dengan uji F yaitu analisis Levene test (dapat dilihat pada lampiran 17 dan lampiran 27).

Pengambilan keputusan uji homogenitas dilakukan berdasarkan ketentuan pengujian hipotesis homogenitas, yaitu jika nilai sig.

78

> 0,05 maka H0 diterima, data dinyatakan memiliki varian yang sama (homogen). Hasil perhitungan uji homogenitas data Posttest dan angket keaktifan dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut:

Tabel 4. 22

Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Variabel

Terikat Kelas Homogenity of Variance

Tingkat

Kepercayaan Keterangan Keaktifan Kontrol

.169

α = 0,05

Homogen Eksperimen

Hasil Belajar

Kontrol

.425 Homogen

Eksperimen

Berdasarkan pengujian homogenitas data angket keaktifan belajar siswa dan Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai taraf signifikan > 0,05 sehingga data angket keaktifan belajar siswa dan Posttest bersifat homogen.

b. Hasil Uji Hipotesis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Independent Sample T-Test dengan taraf signifikansi 0,05, hal ini dikarenakan data telah memenuhi uji prasyarat analisis yakni data berdistribusi normal dan homogen. Uji Independent Sample T-Test bertujuan untuk mengetahui ada tidak perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan. Adapun hipotesis statistik yang akan diuji adalah:

1) : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET terhadap keaktifan siswa materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah‖

: tidak terdapat pengaruh model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET terhadap hasil belajar materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah‖

2) : terdapat pengaruh model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET terhadap keaktifan siswa materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah‖

: terdapat pengaruh model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET terhadap hasil belajar materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah‖

Dengan kriteria pengujian:

Jika nilai sig. < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika nilai sig. > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

Setelah melakukan uji Independent Sample T Test dengan menggunakan SPSS 26.0, maka hasil uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran 21 dan lampiran 28 dengan rincian sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.23 di bawah ini.

80

Tabel 4. 23

Hasil Uji Independent Sampel T-Test Variabel

Terikat

Sig.(2- Tailed)

Α Keputusan Kesimpulan Keaktifan .000 0,05 diterima Ada

pengaruh Hasil

Belajar

.000 0,05 diterima Ada pengaruh Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa keaktifan belajar siswa memiliki signifikansi sebesar 0,000 dan hasil belajar memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar memiliki nilai sig. < 0,05. Maka Hasil uji hipotesisnya sebagai berikut:

1) ditolak dan diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajarah PDEODE berbantuan simulasi PhET berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah Jember

2) ditolak dan diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET berpengaruh terhadap hasil belajar materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah Jember

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan dari model pembelajaran PDEODE (Predict, Discuss, Explain, Observe, Discuss,

Explain) terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIII.

Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VIII di SMP Plus Darus Sholah. Materi IPA yang disampaikan pada penelitian ini adalah materi getaran dan gelombang. Materi ini disampaikan sebanyak 4 kali pertemuan pada masing-masing kelas.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET sedangkan pada kelas kontrol menerapkan pembelajaran yang sesuai di sekolah pada umumnya.

Setelah masing-masing kelas diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda dilakukan Posttest untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA materi getaran dan gelombang. Setelah itu masing-masing kelas juga diberi angket keaktifan belajar. Angket keaktifan belajar diberikan dengan tujuan untuk mengetahui keaktifan belajar peserta didik.

1. Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE Terhadap Keaktifan Belajar Peserta Didik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan model pembelajaran PDEODE (Predict, Discuss I, Explain I, Observe, Discuss II, Explain II) berbantuan simulasi PhET terhadap keaktifan belajar siswa materi getaran dan gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah. Adanya pengaruh ini dapat dilihat

82

berdasarkan hasil uji Independent Sample T Test angket keaktifan belajar pada tabel 4.23 yang menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikan sebesar 0,05 yang dapat diartikan bahwa model pembelajaran PDEODE (Predict, Discuss I, Explain I, Observe, Discuss II, Explain II) berbantuan simulasi PhET berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa. Selain berdasarkan hasil uji Independent Sampel T-Test, hasil skor rata-rata angket keaktifan belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PDEODE (Predict, Discuss I, Explain I, Observe, Discuss II, Explain II) berbantuan simulasi PhET di kelas eksperimen sebesar 136,60 lebih besar dibandingkan skor rata-rata dari kelas kontrol sebesar 94,40.

Siswa pada kelas eksperimen terlihat lebih aktif jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat terjadi karena terdapat perbedaan langkah-langkah yang ditempuh siswa selama pembelajaran.

Siswa di kelas kontrol tidak dituntut untuk membuat prediksi mengenai permasalahan yang disajikan di awal pembelajaran juga tidak ada proses presentasi yang membuat siswa aktif berbicara mengemukakan pemikirannya dengan siswa lainnya. Siswa kelas kontrol hanya aktif pada saat kegiatan observasi dan diskusi. Keberhasilan pembelajaran yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran PDEODE ini juga telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Krisna, dkk yang menyatakan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran PDEODE, siswa menjadi lebih aktif dalam

pembelajaran. Keaktifan tersebut ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan diskusi, presentasi, observasi, dan tanya jawab kepada guru atau teman mereka sendiri ketika menyelesaikan permasalahan.63 Selain karena perbedaan langkah pembelajaran antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, perbedaan keaktifan antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dikarenakan oleh adanya penggunaan simulasi PhET di kelas eksperimen sedangkan di kelas kontrol hanya menggunakan percobaan konvensional. Penggunaan media simulasi PhET dapat memudahkan siswa dalam memanipulasi variabel-variabel sehingga siswa mampu aktif dalam pembelajaran dan dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.64 Anis Prasetyaningsing dalam penelitian nya juga membuktikan bahwa dengan model pembelajaran POE mampu menciptakan keingintahuan siswa dan kerja secara berkelompok dapat menimbulkan interaksi anggota, sehingga aktivitas siswa meningkat.65 2. Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE Terhadap Hasil Belajar Peserta

Didik

Hasil uji Independent Sampel T-Test pada saat Posttest menunjukkan Sig (2-tailed) 0,000 yang bisa dilihat pada tabel 4.23 lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikan sebesar 0,05 maka terdapat

63 N. L. P.K. Dewi, Ni. Wyn. Arini, and P. N. Riastini, ―Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas V SD Laboratorium Undiksha,‖ Mimbar PGSD Undiksha 1, no. 1 (2013): 1–9.

64 Iwan Wicaksono, Indrawati, and Supeno, ―PhET (Phisics Education Technology) Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa,‖ FKIP E- Proceeding 5, no. 1 (2020): 1–5.

65 Anis Prasetiyaningsih, ―Meningkatkan Kemampuan Analitik Dan Aktivitas Siswa SMP Melalui Penerapan Model Pembelajaran POE (Prediction, Observation, Explanation),‖ Jurnal Pembelajaran Fisika 9, no. 1 (March 2020): 26–34.

84

pengaruh model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET juga ditunjukkan pada hasil Posttest kedua kelas, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model PDEODE berbantuan simulasi PhET sebesar 69,87 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran direct instruction dengan percobaan konvensional sebesar 50,87. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anang Budianto, dkk menyatakan bahwa model pembelajaran PDEODE berbasis multimedia efektif meningkatkan hasil belajar.66 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suci Heryani, dkk yang menemukan bahwa model pembelajaran PDEODE sangat efektik digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir krtitis siswa dan menyebabkan hasil belajar baik.67 Selain itu penggunaan PhET juga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.68 Keberhasilan model PDEODE berbantuan simulasi PhET pada penelitian ini dalam meningkatkan hasil belajar sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanda Meilya Anggaraeni yang

66 Anang Budianto, Syahmani, and Maya Istyadji, ―Komparasi Hasil Belajar Antara Strategi Predict-Discuss-Explain-Observe Discuss-Explain (PDEODE) Berbasis Laboratorium Dan Berbasis Multimedia Pada Pembelajaran Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan,‖ QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, 6, no. 1 (April 2015): 1–7.

67 Suci Heryani, Nurul Azmi, and Hadi Pramono, ―Penerapan Model Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe- Discuss-Explain) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota Cirebon,‖

Jurnal Pendidikan Fisika & Sains (JPFS) 4, no. 2 (2021): 48–57.

68 Bella Wisma Gatika Sari, ―Penerapan Aplikasi PhET Untuk Pembelajaran Materi Suhu Dan Kalor Pengaruhnya Pada Hasil Belajar Siswa Di SMP Kelas VII‖ (Jember, Universitas Jember, 2020).

mengemukakan model PDEODE berbantuan simulasi PhET dapat menurunkan miskonsepsi sehingga hasil belajar meningkat. 69

Perbedaan peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dikarenakan pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran PDEODE berbantuan PhET, dimana pada setiap pertemuannya diberikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk melakukan diskusi,percobaan dan presentasi sesuai dengan langkah yang terdapat di LKS dan menggunakan komputer dengan softwere PhET yang terlebih dahulu sudah diinstal di komputer tersebut, sehingga dengan ini mampu melatih siswa untuk membangun konsep-konsep yang ilmiah karena siswa dapat berpikir mandiri, siswa aktif berbicara atau menulis, secara interaktif mengkomunikasikan hasil pemikiran kepada siswa lain, melakukan dan mengamati percobaan, mengklarifkasi, mepertahankan, mengembangkan, dan menjelaskan pemikiran siswa atau dengan kata lain model pembelajaran ini menghubungkan antara konsep baru yang diperoleh dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, sedangkan pada kelas kontrol dibelajarkan dengan pembelajaran biasa dengan metode ceramah dan percobaan konvensional. Sehingga rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya, bahwa dengan adanya diskusi sebanyak dua kali membuat peserta didik dapat menyelesaikan tugas dari guru dengan saling bertukar pendapat antar peserta didik sehingga

69 Yanda Meilya Anggareni, ―Remediasi Miskonsepsi Dengan Model Pembelajaran Predict- Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain (PDEODE) Berbantu PhET Simulation Pada Materi Fluida‖ (Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018).

86

berpengaruh pada hasil belajar meningkat.70 Selain itu, perbedaan peningkatan hasil belajar ini juga disebabkan karena pada model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik karena konsep yang menyimpang yang mereka miliki dapat dibenahi melalui tahap discuss II dimana pada tahap ini terjadi konstruksi pengetahuan dari pengetahuan yang sudah ada (hipotesis yang sudah ada) dengan pengetahuan baru (hasil percobaan) sehingga peserta didik bisa membenahi kekeliruan pemikiran yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bayram Costu bahwa model PDEODE pada tahap discuss terjadi konstruksi pengetahuan.71

Peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol dan eksperimen juga bisa dillihat dari persentase nilai rata-rata Pretest dan Posttest berdasarkan jenjang kognitif pada tabel 4.17. Jika dibandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan kelas kontrol pada setiap jenjang kognitif mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4).

Jenjang kognitif C1 (mengingat), kelas eksperimen memperoleh persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan media PhET mampu memberikan visualisasi berupa gambar

70 Nursinar, ―Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar,‖ Suara Guru: Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, Dan Humaniora 3, no. 4 (Desember 2017): 689–96.

71 Costu, ―Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students Make Sense of Everyday Situations.‖

dan animasi, sehingga mempermudah siswa untuk mengingat materi pelajaran. Visualisasi yang terdapat di PhET memungkinkan siswa untuk berinteraksi, bereaksi, dan berkomunikasi. Sehingga pengetahuan yang didapat mudah untuk diingat kembali.72 Selain pengaruh dari media simulasi PhET, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran dengan model PDEODE yang menekankan siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya menjadikan siswa akan lebih banyak mengingat dan menguasai karena aktivitas untuk melakukan dan mengatakan memiliki kedudukan yang penting dalam proses pembelajaran.

Jenjang kognitif C2 (memahami), kelas eksperimen memperoleh persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran PDEODE memberikan kesempatan siswa untuk memahami konsep-konsep ilmiah dengan berfikir mandiri, berdiskusi dalam kelompok, melakukan dan mengamati percobaan secara langsung, membandingkan konsep awal dengan hasil pengamatan sehingga siswa menemukan konsep baru yang lebih ilmiah.73 Selain itu juga dikarenakan adanya penggunaan simulasi PhET. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Prihatiningtyas dalam penelitiannya, bahwa

72 Suparwoko et al., ―The Effect of Phet Simulation Media for Physics Teacher Candidate Understanding On Photoelectric Effect Concept,‖ International Journal of Science and Applied Science 1, no. 1 (2017): 33–39.

73 Noor Emmy Ekawati, ―Application of Blended Learning with Edmodo Application Based on PDEODE Learning Strategy to Increase Student Learning Achievement,‖ Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 8, no. 1 (April 2018): 7–16.

88

penggunaan simulasi PhET lebih efektif dibandingkan dengan KIT sederhana dalam membantu siswa untuk memahami konsep.74

Jenjang kognitif C3 (Menerapkan), kelas eksperimen memperoleh persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kelas eksperimen menggunakan media simulasi PhET yang dapat membantu peserta didik dalam memperoleh keterampilan pemecahan masalah.75

Jenjang kognitif C4 (Menganalisis), kelas eksperimen memperoleh persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan model PDEODE dalam proses pembelajarannya menuntut siswa untuk terlibat langsung dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga mampu mendorong berkembangnya kemampuan analisis siswa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, bahwa pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa secara aktif (pendekatan student centered learning) dapat mengembangkan kemampuan analisis siswa.76

74 S. Prihatiningtyas, T. Prastowo, and B. Jatmiko, ―Imlementasi Simulasi PhET Dan KIT Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada Pokok Bahasan Alat Optik,‖

Jurnal Peendidikan IPA Indonesia 2, no. 1 (2013): 18–22.

75 Andi Rusdiana, ―Penggunaan Media Phisics Education and Technology (PhET) Terhadao Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah Peserta Didik SMA Negeri 4 Makassar‖, Skripsi (Makassar, Universitas Muhammadiyah Makassar, 2019).

76 Saniya Novita, Slamet Santosa, and Yudi Rinanto, ―Perbandingan Kemampuan Analisis Siswa Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Dengan Guided Discovery Learning,‖

Proceeding Biology Education Conference 13, no. 1 (2016): 359–67.

BAB V PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan beberapa data yang telah dianalisis dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran PDEODE (Predict, discuss, explain, observe, discuss, explain) terhadap keaktifan belajar siswa materi Getaran dan Gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah Jember didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dengan Independent Sample T-Test yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada keaktifan belajar siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Disamping itu, juga berdasarkan skor rata-rata angket keaktifan belajar siswa kelompok kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kelas kontrol.

2. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran PDEODE (Predict, discuss, explain, observe, discuss, explain) terhadap hasil belajar siswa materi Getaran dan Gelombang pada peserta didik kelas VIII SMP Plus Darus Sholah Jember. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil uji Independent Sample T-Test dan dari hasil Posttest yang terbukti lebih tinggi kelas dengan model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET daripada

90

tanpa menggunakan model pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran untuk perbaikan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Untuk guru, diharapkan selalu berusaha untuk melakukan inovasi pembelajaran agar tercapai pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran salah staunya dengan menerapkan model pembelajaran PDEODE sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan keterlibatan siswa dalam belajar.

2. Untuk peneliti selanjutnya, dapat dilakukan pada materi atau konsep lain untuk mengetahui kemungkinan pembelajaran PDEODE berbantuan simulasi PhET dapat memberikan hasil belajar dan keaktifan yang lebih baik khususnya untuk mata pelajaran Ilmu Pengatahuan Alam tingkat SMP/MTs atau sederajat dengan tetap menyesuaikan dengan karakteristik materi yang diajarkan. Sebagaimana materi getaran dan gelombang yang bersifat konseptual dan bersifat pengalaman (hand-on), maka model pembelajaran PDEODE ini juga dapat diterapkan pada materi IPA tekanan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Sa’dun. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.

Alviaturrohmah, Khossy, Hanin Niswatul Fauziah, Aristiawan Aristiawan, and Aldila Candra Kusumaningrum. ―Efektivitas Model Pembelajaran PDEODE (Predict – Discuss – Explain – Observe – Discuss – Explain) Berorientasi pada Socio Scientific Issue terhadap Kemampuan Observasi Peserta Didik.‖

Jurnal Tadris IPA Indonesia 1, no. 2 (July 26, 2021): 171–78.

Anggareni, Yanda Meilya. ―Remediasi Miskonsepsi Dengan Model Pembelajaran Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss-Explain ( PDEODE) Berbantu PhET Simulation Pada Materi Fluida.‖ Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018.

Ardiyan, Farid Rahman. ―Pengaruh Strategi Pembelajaran PDEODE (Predict- Discuss-Explain Observe-Discuss-Explain) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Macam-Macam Gerbang Dasar Rangkaian Logika Di SMKN 2 Surabaya.‖ Jurnal Pendidikan Teknik Elektro UNESA 4, no. 3 (2015): 681–86.

Arifin, Zaenal. ―Metodologi Penelitian Pendidikan.‖ Al-Hikmah Way Kanan 1, no.

1 (2020): 1–5.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Budianto, Anang, Syahmani, and Maya Istyadji. ―Komparasi Hasil Belajar Antara Strategi Predict-Discuss-Explain-Observe Discuss-Explain (PDEODE) Berbasis Laboratorium Dan Berbasis Multimedia Pada Pembelajaran Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan.‖ QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains 6, no. 1 (April 2015): 1–7.

Costu, Bayram. ―Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy:

Helping Students Make Sense of Everyday Situations.‖ Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technologi Education 4, no. 1 (2008): 3–9.

Darwis, Rahmiati, and Muhammad Rizal Hardiansyah. ―Pengaruh Penerapan Laboratorium Virtual PhET Terhadap Motivasi Belajar IPA Siswa Pada Materi Gerak Lurus.‖ ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika 7, no. 2 (2021): 271–77.

Dewi, N. L. P.K., Ni. Wyn. Arini, and P. N. Riastini. ―Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas V SD Laboratorium Undiksha.‖

Mimbar PGSD Undiksha 1, no. 1 (2013): 1–9.

92

Ekawati, Noor Emmy. ―Application of Blended Learning with Edmodo Application Based on PDEODE Learning Strategy to Increase Student Learning Achievement.‖ Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 8, no. 1 (April 2018): 7–16.

Elu, Maxima E.J., Steafanus Notan Tupen, and Ningsih Ningsih. ―Penerapan Model Talking Stick untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar pada MateriI Operasi Bentuk Aljabar.‖ Factor M 3, no. 2 (June 30, 2021): 139–

48.

Faisal. ―Mengintegrasikan Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran Biologi.‖ Jurnal Sainsmat 4, no. 2 (2015): 102–12.

Halimah, Mamah. ―Penerapan Model Pembelajaran PDEODE untuk Meningkatkan KPS Siswa pada Materi Larutan Penyangga.‖ Jurnal Profesi Keguruan 5, no. 1 (2019): 15–22.

Heryani, Suci, Nurul Azmi, and Hadi Pramono. ―Penerapan Model Pembelajaran PDEODE (Predict-Discuss-Explain-Observe- Discuss-Explain) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota Cirebon.‖

Jurnal Pendidikan Fisika & Sains (JPFS) 4, no. 2 (2021): 48–57.

Indayani, Mawar, Abdul Jalil Hunusalela, and Enggal Mursalin. ―Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SMP.‖ ORBITA. Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika 7, no. 2 (2021): 359–65.

Jakni. Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2016.

Jauhari, Tantawi, Hikmawati Hikmawati, and Wahyudi Wahyudi. ―Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Phet Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 1 Gunungsari Tahun Pelajaran 2015/2016.‖ Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi 2, no. 1 (April 22, .2017): 7–12.

Jufri, A. Wahab. Belajar Dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013.

Kadir. Statistika Terapan. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Kementerian Agama Republik Indonesia. Alquran Dan Terjemahan. Bandung:

Semesta Al-Qur’an, 2013.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII Edisi Revisi 2017. Jakarta, 2017.

Dalam dokumen PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PDEODE ( (Halaman 91-104)

Dokumen terkait