• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Validitas Instrumen

INSTRUMEN PENELITIAN

F. Pengujian Validitas dan reliabilitas Instrumen

1. Pengujian Validitas Instrumen

Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity), maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.

kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang terdiri 7 butir pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya. (Dalam prakteknya menggunakan sekitar 30 responden) Jawaban 7 responden ditunjukkan pada tabel 6.8. Arti angka: 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.

Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor terse but positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen terse but merniliki validitas konstruksi yang baik.

TABEL6.8

DATA PRESTASI KERJA 7PEGAWAI

No. Skor Faktor 1 Jim SkorFaktor 2 JrnI Jml

Res. untuk butir No: 1 untuk butir No: 2 Total

1 2 3 (Xl) 1 2 3 4 (X2) (Y)

1. 3 4 3 10 3 3 2 4 12 22

2. 4 3 2 9 4 3 4 4 15 24

3. 1 2 1 4 3 2 1 2 8 12

4. 3 3 3 9 4 4 3 3 14 23

5. 2 2 4 8 3 1 2 1 7 15

Berdasarkan tabel 6.9 tersebut telah dihitung bahwa korelasi antara jumlah faktor 1(Xi) dengan skor total (Y) =0,85 dan korelasi antarajumlah faktor 2 (X2) dengan skor total CY)

=

0,94. Karena koefisien korelasi ke dua faktor

tersebut di atas 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai.

Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan an tara skor butir dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ke tujuh butir instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel 6.9 berikut:

Berdasarkan tabel 6.9 berikut dapat diketahui, bahwa butir no 2 (faktor 1) tidak valid, karena korelasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22 (di bawah rkritis 0,3). Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.

TABEL 6.9

HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN VAUDIT AS KONSTRUK No. r hitung r kritis Keputusan

rlY 0,95 0,30 valid

r2Y 0,79 0,30 valid

r3Y 0,22 0,30 tidak valid

r4Y 0,73 0,30 valid

r5Y 0,79 0,30 valid

r6Y 0,84 0,30 valid

r7Y 0,83 0,30 valid

Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Dalam hal ini Masrun (1979) menyatakan bahwa ".... analisis untuk mengetahui daya pembeda, sering juga dinamakan analisis untuk mengetahui validitas item". Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27%

dari sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test. Berikut ini diberikan contoh analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.

TABEL 6.10

KELOMPOK SKOR TINGGI DAN RENDAH PADA INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR KINERJA

APARATUR NEGARA

Skor-skor kelomRok Tinggi Skor-skor kelompok Rendah

126 81

128 96

135 104

135 107

135 108

140 108

142 109

Xl

=

135,1 X2

=

101,85

51

=

6,1 s,

=

10,2

Sl2

=

38,1. Sl2

=

104,4

Contoh:

Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada para ahli aparatur dan dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji cob a diberlakukan terhadap sampel 25 responden yang tahu masalah aparatur. Bcrdasarkan 25 responden tersebut

dapat dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan 27%

skor rendah (27% responden berarti 0,27 x 25 = 7), seperti tertera dalam tabel 6.9 di atas.

Untuk menguji daya pembeda secara signifikan digunakan rumus t-test sebagai berikut.

Xl-X2

Rumus 6.1

l~ Sgah

fI0z

Dimana:

Rumus 6.2

\

---

(n, +n2)- 2

Berdasarkan data yang ada pada tabel 6.10 di atas dan rumus tersebut, maka varian gabungan (Sgab) dapat dihitung.

Sgab

=

=8,4

(7- 1) 38,1 +(7 - 1) 104,4

Sgab

=

(7 +7) - 2

--. selanjutnya dimasukkan dalam rumus t.

135,1 - 101,85

t= ---

8,84 ( 1/7

+

1/7 Jadi t hitung =7,37.

=

7,37.

Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka harga t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan harga t tabel. Bila t hitung lebih besar dengan t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.

Berdasarkan tabel t (tabel II dalam lampiran), dapat diketahui bahwa bila tingkat kesalahan 5%, dengan dk 12, maka harga t tabel = 1,78. (dk =n, +n2- 2 = 7 + 7 - 2

=

12). Ternyata harga t hitung 7,37 jauh lebih besar daripada t tabel 1,78 sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok skor tinggi (Xi) dan kelompok rendah (Xz). Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut valid.

Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal.

Dengan demikian kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan bentuk kurva normal.

h. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)

Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.

Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

Pada setiap instrumen baik test maupun nontest terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda (seperti contoh di atas). Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi an tara skor butir instrumen dengan skor total dan uji bed a dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27%

skor kelompok bawah.

c. Pengujian ValiditasEksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta- fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.

Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil

penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrumen, rnaka dapat dilakukan dengan memperbesar jurnlah sarnpel.