• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Penafsiran Ayat-Ayat Laknat

Dalam dokumen AYAT LAKNAT DALAM AL- (Halaman 122-127)

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

E. Perbandingan Penafsiran Ayat-Ayat Laknat

1. Perbedaan

a. Dalam Q.S Al-Baqarah: 159 – 162

Dalam penjelasan Kitab Ibnu Katsir, Beliau menegaskan bahwa ayat ini merupakan ancaman yang keras terhadap orang-orang yang menyembunyikan ilmu atau kebenaran berupa dalil-dalil yang dibawa oleh Rasulullah. Menurut Ibnu Katsir dalam firman Allah yang berbunyi “

َنْوُ نِع ّللا ُمُهُ نَعْلَ يَو

”, menunjukkan bahwa ayat ini turun

berkenaan dengan Ahlul Kitab, hal ini berdasarkan pendapat Abu al- Aliyah, Rabi bin Anas dan Qatadah.Ahlul Kitab disini notabenenya ialah Yahudi dan Nasrani. Ahlul Kitab tersebut menyembunyikan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad, sehingga Allah dan seluruh makhluk hidup melaknat mereka. Ibnu Katsir menguatkan ayat ini dengan dua hadis mengenai ancaman terhadap orang yang menyembunyikan ilmu, yang keduanya beliau ambil dari Hadits riwayat Ibnu Majah

Sedangkan menurut Quraish Shihab, meskipun ayat ini turun berkenaan dalam konteks ancaman kepada orang-orang Yahudi, tapi redaksi yang berada dalam ayat tersebut bersifat umum sehingga ayat tersebut menjadikannya sebagai ancaman pula terhadap setiap orang

151Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, cet. I, Vol 5, 103-105

yang menyembunyikan kebenaran yang diperintahkan oleh agama, berupa ilmu maupun ajaran keagamaan ataupun mengenai hak-hak manusia. Quraish Shihab juga semakin memperkuat landasannya dengan Sabda Rasulullah saw mengenai ancaman terhadap orang yang menyembunyikan ilmu atau kebenaran. Lebih lanjut, Quraish Shihab menjabarkan tentang ucapan yang tentu memiliki konteks yang berbeda-beda setiap keadaan. Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa ada informasi yang harus disimpan atau tidak boleh disebarkan dan ada informasi yang memang harus disebarluaskan.

b. Dalam Q.S. An-Nisa: 46

Menurut penafsiran Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan tentang kekafi ran orang Yahudi. Mereka menakwilkan kalam Allah Subhânahu wa Ta‟ala dengan takwil yang salah, mereka menafsirkannya tidak sesuai dengan apa yang Allah Subhânahu wa Ta‟ala inginkan dan hal itu sengaja mereka lakukan sebagai suatu kebohongan. Orang-orang Yahudi berkata „Kami mendengar‟, tetapi mereka tidak mau menurutinya, ini menunjukkan betapa mendalam penentangan dan kekufuran mereka. Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis, maksudnya mereka tidak beriman dengan iman yang bermanfaat.

Sedangkan Menurut penafsiran M. Quraish Shihab, ayat di atas mengisyaratkan tentang musuh Allah, yaitu orang-orang Yahudi.

Kemudian disebut sebagian keburukan mereka, yakni, mereka

mengubah perkataan dari tempattempatnya. Quraish Shihab menafsirkan ini dalam beberapa bentuk. Pertama, mereka mengubah satu kata dengan kata lain, misalnya mengubah kata rajam, yakni melontari pezina sampai mati dengan kata jilid, yakni mencambukkan saja. Kedua, memberikan penafsiran keliru terhadap ayat-ayat dengan penafsiran yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Ketiga, mereka datang kepada Rasulullah menanyakan hal-hal tertentu, dan setelah mendengar jawaban beliau, mereka keluar untuk memutarbalikkan dan menyampaikan secara salah apa yang telah mereka dengar itu. Allah Subhânahu wa Ta‟ala mengutuk mereka karena kekafi ran mereka.

Mereka tidak beriman, kecuali iman yang sangat tipis, sehingga tidak tecermin dalam tingkah laku mereka. Atau hanya sedikit sekali dari mereka yang beriman.

c. Dalam Q.S. Al-Maidah:78

Dalam menafsirkan Surah Al-Ma‟idah ayat 78, menurut Ibnu Katsir, Allah melaknat orang kafir Bani Israil dikarenakan mereka durhaka kepada Allah dan mendzalimi makhluk-Nya.

Sedangkan menurut Quraish Shihab, Allah melaknatnya dikarenakan mereka, yakni Yahudi dan Nasrani, telah durhaka dengan melakukan dosa-dosa kepada Allah dan Rasul-Nya dan selalu melampaui batas kewajaran, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sehari-hari. Quraish Shihab lebih menjabarkan mengenai kesungguhan atau kemantapan mengenai kutukan kepada orang kafir

dari Bani Israil bahwa benar-benar dari lidah Nabi Daud, tanpa perantara. Kemudian menurut Quraish Shihab, kata „durhaka‟ dan

„melampaui batas‟ memiliki keterkaitan satu sama lain. Jadi makna yang dikandung ialah sama.

d. Dalam Q.S. Al-A‟raf: 44

Dalam menafsirkan Surah Al-A‟raf ayat 44, Perbedaan penafsiran Ibnu Katsir dan M. Quraish Shihab pada ayat ini terletak pada penafsiran kata penyeru. Penyeru tersebut ketika berada di antara penghuni Surga dan penghuni Neraka mengatakan “Laknat Allah Subhânu wa Ta‟ala bagi orang=orang zalim”. Menurut Ibnu Katsir, penyeru yang dimaksud dalam ayat ini adalah malaikat. Sedangkan menurut Quraish Shihab, beliau tidak menyebutkan secara langsung penyeru itu siapa karena ayat tersebut diisyaratkan dalam bentuk nakirah (umum), tetapi beliau menjelaskan bisa jadi dari jenis manusia, jin, malaikat atau apa saja. Hanya Allah yang tahu

2. Persamaan

a. Dalam Q.S Al-Baqarah: 159 – 162

Dalam penjelasan tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al-Misbah dapat ditemukan persamaan bahwa keduanya sepakat bahwa ayat tersebut merupakan sebuah ancaman terhadap orang-orang yang menyembunyikan ilmu atau kebenaran. Hal tersebut berupa apa saja yang dibawa oleh Rasulullah. Maka mereka yang menyembunyikannya tersebut mendapat laknat Allah. Keduanya pun

menguatkan landasannya dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Majah.

b. Dalam Q.S. An-Nisa: 46

Dalam kedua kitab tersebut dijelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi. Didalamnya dijabarkan mengenai perangai burukk orang Yahudi. Seperti menafsirkan dengan sembarangan atau tidak sesuai dengan maknanya. Orang Yahudi sebenarnya mendengarkan apa yang disampaikan oleh Rasullah, lalu kemudian mereka berpaling karena mereka telah berpegang teguh kepada ajaran Yahudi. Kemudian mereka mengatakan perkataan yang mengandung dua makna sehingga mereka terkesan mencemooh lawan bicaranya. Oleh karena itu, Allah mengutuk mereka karena kekafiran mereka. Dan mereka tidak beriman kecuali dengan iman yang sangat tipis.

c. Dalam Q.S. An-Nisa: 93

Dalam menafsirkan Surah An-Nisa ayat 93 yang menjelaskan tentang hukuman para pembunuh seorang mukmin yang dilakukan secara sengaja, Ibnu Katsir dan Quraish Shihab mengatakan bahwa mereka dilaknat dan akan kekal di dalam Neraka Jahannam, menurut keduanya, maksud dari kekal di neraka bukan selama-lamanya di dalamnya, akan tetapi maksudnya dalam waktu yang lama. Hal tersebut berdasar hadis yang menjelaskan bahwa akan masuk surga bagi seorang yang memiliki keimanan walaupun sekecil biji dzarrah.

113

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan telaah data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik ialah sebagai berikut:

1. Makna laknat dalam Al-Qur‟an menurut Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim dan M. Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir Al- Misbah, sebagai berikut:

a. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mendapat laknat Allah berarti Allah mengusirnya dan menjauhkannya dari rahmat-Nya, serta mengeluarkan dari perlindungan-Nya. Menurut Ibnu Katsir jika dilaknat Allah Subhânahu wa Ta‟ala berarti Allah telah mengusir dan menjauhkan mereka dari segala kebaikan sehingga tidak ada sedikit pun iman yang bemanfaat bagi mereka.

b. Quraish Shihab menjelaskan bahwa jika seseorang dilaknat maksudnya dikutuk oleh Allah berarti dijauhkan dari rahmat-Nya serta dijauhkan segala kebaikan darinya.

2. Persamaan dan perbedaan penafsiran ayat-ayat laknat dalam Al-Qur‟an menurut Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsir Al-Qur‟an Al-Adzim dan M.

Quraish Shihab dalam Kitab Tafsir Al-Mishbah:

a. Persamaan penafsiran antara kedua mufassir tersebut terletak dalam memaknai hakikat laknat. Menurut keduanya, jika dilaknat Allah berarti dijauhkan dari rahmat-Nya serta dijauhkan segala kebaikan

darinya. Laknat tersebut akan ditimpakan dan mengikuti mereka hingga hari Kiamat. Selain itu, terdapat persamaan dalam menafsirkan kekal di dalam neraka, maksudnya bukan selama-lamanya, tetapi dalam waktu yang lama.

b. Perbedaan penafsiran antara kedua mufassir tersebut terletak pada penyebab Allah menurunkan laknat. Salah satunya, yaitu penyebab kaum Yahudi mendapatkan laknat Allah, yakni mereka mengubah perkataan dari tempatnya. Menurut Ibnu Katsir maksud dari “mereka mengubah perkataan dari tempatnya” adalah orang Yahudi tersebut menakwilkan kalam Allah dengan takwil yang salah. Sedangkan menurut Quraish Shihab dapat diartikan menjadi tiga pengertian, yaitu: (1) Mereka mengubah satu kata dengan kata lain, misal:

mengubah kata rajam dengan jilid (mencambuk) saja. (2) Memberikan penafsiran keliru terhadap ayat-ayat dengan penafsiran yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. (3) Memutarbalikkan apa yang disampaikan Rasulullah dan menyampaikan secara salah apa yang telah mereka dengar itu. Selain itu, perbedaanya juga terletak pada penyebab Allah melaknat orang kafir Bani Israil. Menurut Ibnu Katsir, Allah melaknat orang kafir Bani Israil dikarenakan mereka durhaka kepada Allah dan mendzalimi makhluk-Nya. Sedangkan menurut Quraish Shihab, Allah melaknat orang kafir Bani Israil dikarenakan mereka telah durhaka dengan melakukan dosa-dosa kepada Allah dan

Rasul-Nya dan selalu melampaui batas kewajaran, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran

Zaman semakin berkembang, begitu pula dengan pola kehidupan yang ikut berubah. Al-Qur‟an menjadi teks sakral umat muslim yang senantiasa menjadi rujukan untuk setiap permasalahan. Sebagaimana slogan yang sering digaungkan kaum kontekstualis, penafsiran terhadap al-Qur‟an akan terus dibutuhkan seiring dengan persoalan yang begitu kompleks, dampak dari kemajuan zaman. Masa-masa ke depan bisa saja berbeda dengan masa kini, untuk itu, peran peneliti-peneliti selanjutnya sangat dibutuhkan dalam upaya memahami al-Qur‟an pada setiap konteks dan waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis membutuhkan saran dari para pembaca. Dalam rangka menyempurnakan penelitian ini, penulis ingin memberikan saran bagi penelitian selanjutnya dengan tema serupa, bahwa pembahasan tentang laknat ini sangat luas dan kompleks, sehingga peluang untuk melanjutkan penelitian ini masih terbuka lebar, termasuk jika ingin mengkritisi isi penelitian ini.

116

DAFTAR PUSTAKA

Abdurraziq, Al-Bakri Ahmad, dkk. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Ad-Dimasyqiy, Al-Imam al-Hafiz Imaad ad-Din Abu al-Fida Ismail Ibn Umar Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur‟ân Al-Azîm. Cet. 1 Beirut-Libanon: Dar al-Kutub al- Ilmiyah, 1997.

Adz-Dzahabi, Muhammad Husein. At-Tafsir wa al-Mufassirin, Jilid II. Mesir:

Maktabah Wahbah, 1985.

Al-Farmawi, Abd. Al-Hayy, Metode Tafsir Mawdhu‟iy Suatu Pengantar. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1996

Al-Ghazali, Abu Hamid, Afat al-Lisan: Bahaya Lisan. Jakarta: Qisthi, 2005 Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi. Terj. Anshori U. Sitanggal ,

Hery Noer Aly, Bahrun Abu Bakar. Semarang: PT Karya Toha Putra, 1992..

Al-Rumi, Fahd bin Abd al-Rahman. Prinsip Dasar dan Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an. Banjarmasin: Antasari Press, 2019.

Al-Qatthan, Manna‟ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟an, Terj.Mudzakir. Jakarta:

Litera Antar Nusa, 1995.

Al-Qurthubi Tafsir al-Qurthubi, Terj. Faturrahman, Ahmad Hotib. Jakarta:

Pustaka Azam. 2007.

Alwi, Arsyad, dan Akmal. “Gerakan Membumikan Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia: Studi M. Quraish Shihab atas Tafsir Al-Misbah”. Jurnal At- Tibyan: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir. Vol 5. No 1. (Juni 2020): 90- 103.

https://doi.org/10.32505/at-tibyan.v5i1.1320

Amir, Ismail. Laknat Dalam Pandangan Al-Qur‟an (Analisis Ayat-Ayat Laknat Dalam Tafsir Al-Maraghi). Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2011.

As-Shabuni, Muhammad Ali Tafsir Ayat- Ayat Ahkam. Depok: Keira Publishing.

2014

As- Shabuni, Muhammad Ali, Shafwatut Tafasir, Terj. Yasin. Jakarta: Pustaka al- Kautsar, 2011

Arif, Syamsuddin. Islam dan Diabolisme Intelektual. Jakarta: Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST) , 2017

Arifuddin, Faktor-Faktor Penyebab Turunnyya Laknat Allah Swt. (Suatu Analisis Tafsir Tahlili Terhadap Qs Al-Maidah/5: 78-81). Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2018

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2006.

Az-Zamakhsyari. Tafsir Al-Kasyaf an Haqaiqi al-Tanzil wa Uyuuni al-Aqawili fi al-Wujuuh al-Takwil. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995.

Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir al-Munir Jilid 3, terj. Abdul Hayyie al-Kattani.

Jakarta: Gema Insani, 2016.

Bahri, Samsul dkk. Metodologi Studi Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2010.

Bahtiar, Edi. "Mencari Format Baru Penafsiran di Indonesia: Telaah Terhadap Pemikiran M. Quraish Shihab". Tesis Master. IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999.

Baidan, Nashruddin. Metode Penafsiran Al-Qur‟an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Al-Mu‟jam Al- Mufahros Li Alfadz Al-Qur‟an Al- Karim. Kairo: Dar Al-Maktab Al-Mishriyah, 1945.

Budiana dan Gandara, “Kekhasan Manhaj Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”. Jurnal Iman dan Spiritualitas. Vol 1. No 1. (Februari 2021): 85- 91.

https://doi.org/10.15575/jis.v1i1.11497

Departemen Agama Islam. Qur‟an Kemenag. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2016.

Dhaif, Syauqi. Kamus al-Mu‟jam al-Wasit. Kairo: Maktabah al-Syuruq ad- Dauliyyah, 2010. cet ke 5

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.

2013.

Hasibuan, Raja Inal. Kutukan Dalam Al-Qur‟an (Studi Tafsir Al-Muyassar Surah Al-Baqarah Ayat 65 Dan Al-A‟raf Ayat 166 Karya Aidh‟ Al-Qarni).

Skripsi. UIN Sumatera Utara Medan, 2019.

Hawirah. Wawasan Al-Qur‟an Tentang Laknat. Jurnal Al-Mubarak Kajian Al- Qur‟an dan Tafsir. Vol 4. No 2. (2019): 35-52.

https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v4i2.225

Ibrahim, Majdi Assayid. Wanita dan Laki-laki yang Dilaknat. Jakarta: Gema Insani Press, 1989.

Jani, Arni. Metode Penelitian Tafsir. Riau: Percetakan Pusaka Riau, 2013.

Katsir, Ibn. Al-Bidayah wa al-Nihayah, Jilid XIV. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Kusroni. Mengenal Ragam pendekatan, metode dan corak dalam penafsiran Al- Qur‟an. Vol.09. STAI Al- Fitrah; Februari, 2019.

Lufaefi. “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas dan Lokalitas Tafsir Nusantara”. Jurnal Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin. Vol 21. No 1. (2019): 29-40.

http://dx.doi.org/10.22373/substantia.v21i1.4474.

Mahmud, Mani‟ Abd Halim. Manhā j al-Mufassirīn terj. Syahdianor dan Faisal Saleh. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Manzur, Ibn. Lisan al-„Arab.Beirut: Dar Sadir, t.t

Marie, H.A.Z Salim. 80 Dosa Besar. Bandung: Husaini, 1991.

Muharram, Ahmad Yasir. Laknat Dalam Perspektif Al-Qur‟an (Analisis Tafsir Tematik). Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah tafsir al-Qur‟an. Yogyakarta: LKIS, 2012.

Munawwir, A. W. Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 2002.

Nurhaedi, Dedi dkk. Studi Kitab Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2004.

Pridayanti, Ulfa. Rahmat Dan Laknat Dalam Al-Quran Perspektif Tafsir Al-Azhar (Studi Tafsir Tematik). Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021.

Ridha, Ali Hasan. Sejarah dan Metodologi Tafsir (terj), Ahmad Akrom. Jakarta:

Rajawali Press, 1994.

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2007.

Shihab, Muhammad Quraish. Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.

Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Mishbah :Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an. Tangerang: Lentera Hati, 2017.

Shihab, Muhammad Quraish. Wawasan al-Quran; Tafsir Maudlu'i Atas Berbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 2000.

Shihab, Muhammad Quraish. Mu'jizat al-Qur‟an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 2001.

Shihab, Muhammad Quraish.Kaidah Tafsir. Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitataif . Bandung: Alfabeta, 2018.

Syarif, Ismail Maulana. Azab dan Siksa Menurut al-Qur‟an. Jakarta: Fikahati Aneska, 1996.

Tim Penyusun MKD. Bahan Ajar Studi Al-Qur‟an. Surabaya: UINSA Press, 2018.

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Institut Agama Islam Negeri Jember. Jember: IAIN Jember, 2020.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2000.

Wartini, Atik. Corak Penafsiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah.

Yogyakarta: Juni 2014

Yusuf, Kadar M. Studi Al-Qur‟an. Jakarta: t.p, 2009.

Lampiran 1

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nauval Rifqi Darmawan

NIM : U20181101

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Fakultas : Ushuluddin, Adab, dan Humaniora Institusi : UIN KHAS Jember

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam hasil penelitian ini tidak terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur- unsur penjiplakan dan ada klaim dari pihak lain, maka saya bersedia untuk diproses sesuai perundang-undangan yang berlaku

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa paksaan dari siapapun.

Jember, 07 Desember 2022 Saya yang menyatakan

Nauval Rifqi Darmawan NIM. U20181101

Dalam dokumen AYAT LAKNAT DALAM AL- (Halaman 122-127)

Dokumen terkait