• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbankan Individu

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2014 BCA ID (Halaman 62-68)

60

BISNIS

Perbankan

61

BCA optimis terhadap prospek jangka panjang pertumbuhan perekonomian serta perkembangan masyarakat kelas menengah di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, BCA telah berhasil membangun landasan bisnis yang kokoh untuk melayani kebutuhan perbankan nasabah individu yang dinamis. Pertumbuhan jumlah masyarakat kelas menengah dan para profesional terus mendukung peningkatan kebutuhan produk perbankan konsumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), kartu kredit, produk asuransi maupun produk dan layanan wealth management.

Setelah sebelumnya membukukan rata-rata pertumbuhan yang tinggi dalam 5 tahun terakhir sebesar 32,9%, BCA menahan laju pertumbuhan kredit konsumer pada tahun 2014 seiring dengan perlambatan perekonomian Indonesia. Di tahun yang ditandai dengan berbagai tantangan terhadap kondisi makroekonomi, tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan semakin ketatnya regulasi perbankan, BCA secara proaktif mengurangi appetite di sektor kredit konsumer dengan menaikkan suku bunga kredit guna mengelola laju pertumbuhan di sektor tersebut.

Sepanjang tahun 2014, BCA mencatat pertumbuhan kredit konsumer sebesar 6,1%. Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans – NPL) yang rendah sebesar 0,7%.

BCA fokus pada pengembangan infrastruktur dan penyempurnaan struktur organisasi unit-unit kerja di bawah Grup Perbankan Individu. Dengan infrastruktur yang terus disempurnakan, di masa mendatang BCA akan dapat meningkatkan potensi penjualan silang

(cross selling) sekaligus meningkatkan kualitas produk dan layanan. Secara keseluruhan, upaya- upaya ini akan memperkokoh posisi BCA sebagai salah satu penyedia kredit konsumer terkemuka di Indonesia yang menawarkan transparansi dan kecepatan proses persetujuan kredit dengan suku bunga yang kompetitif.

Kredit Pemilikan Rumah

Sejak berkomitmen membangun bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada tahun 2007, BCA kini telah berhasil menjadi bank terdepan dalam penyaluran KPR di Indonesia. Per akhir Desember 2014, portofolio KPR BCA telah mencapai Rp 54,7 triliun dengan pertumbuhan CAGR sebesar 32,0%

sejak tahun 2007 dan berkontribusi 59,2% terhadap total kredit konsumer BCA.

BCA melihat bahwa penyaluran kredit KPR memiliki nilai strategis dalam jangka panjang. Bisnis KPR membantu nasabah dalam pembelian rumah dan memberi peluang bagi BCA dalam membina hubungan jangka panjang dengan para nasabah individu. Melalui pemberian KPR, BCA telah berhasil meningkatkan loyalitas nasabahnya sehingga menciptakan peluang penjualan silang (cross selling) dan membangun sumber pendanaan jangka panjang yang stabil di masa depan. Strategi penyaluran KPR BCA yang dikonsentrasikan pada prime residential area, sehingga menghasilkan risiko gagal bayar yang rendah.

BCA memasarkan KPR dengan mengandalkan jaringan cabang yang luas dan melalui kantor-kantor pusat kredit konsumer di beberapa kota besar di (dalam miliar Rupiah)

2014 92.277

2013 86.984

(dalam miliar Rupiah)

2014 8.772

28.853 54.652

Kartu Kredit

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)

Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

2013 26.630

52.949

7.405

62

seluruh Indonesia. Sebagian besar aplikasi KPR di BCA berasal dari referensi kantor cabang, sementara selebihnya berasal dari pengembang properti.

Banyaknya aplikasi yang berasal dari referensi kantor cabang, menjadi pendukung utama bagi bisnis KPR BCA terutama di tengah semakin ketatnya regulasi di industri properti. Sejak tahun 2013, regulator telah membatasi industri perbankan nasional dalam menyalurkan KPR untuk properti yang belum selesai atau yang masih dalam proses pembangunan oleh pengembang properti.

Pada tahun 2014 BCA mempertahankan standar penyaluran KPR yang prudent sesuai dengan kondisi pasar properti. Tingkat pertumbuhan portofolio KPR tercatat sebesar 3,2%, dengan outstanding KPR sebesar Rp 54,7 triliun. Pertumbuhan tersebut terutama terjadi pada triwulan IV 2014 setelah selama empat triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan yang relatif datar. Sepanjang tahun 2014, fasilitas KPR baru (new booking) kurang lebih sama dengan run-off pelunasan KPR. Di tengah situasi ekonomi yang kurang mendukung dan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di tahun 2014, monitoring yang intensif sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa penyaluran KPR tetap terjaga pada tingkat yang prudent dan berkelanjutan.

BCA mempertahankan suku bunga KPR pada tingkat yang relatif tinggi pada tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013. Tingkat suku bunga KPR unggulan dengan jangka waktu 5 tahun mencapai 10,5% selama hampir 9 bulan pertama di tahun 2014, dibandingkan dengan 8,5% - 9,5% pada tahun 2013. Setelah berakhirnya proses pemilihan Presiden yang berjalan lancar, kondisi likuiditas perbankan mulai membaik sehingga memungkinkan BCA untuk secara proaktif mengurangi suku bunga KPR sedikit lebih rendah

pada bulan September tahun 2014 sebesar 50bps menjadi 10,0%.

BCA memahami upaya Pemerintah dalam mencegah pertumbuhan yang berlebihan di pasar properti dengan kebijakan pengetatan rasio kredit terhadap nilai agunan (Loan to Value). Namun demikian, BCA tetap optimis terhadap potensi jangka panjang bisnis KPR di Indonesia. Dengan tingkat penetrasi yang masih rendah dan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia, KPR terlihat sebagai bisnis yang menjanjikan. BCA yakin bahwa KPR dapat terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap bisnis Perbankan Individu dan akan meningkatkan peluang bagi BCA dalam menyediakan berbagai solusi perbankan lainnya kepada para nasabah perbankan konsumer.

Pembiayaan Kendaraan Bermotor

Kondisi ekonomi yang kurang kondusif serta pembatasan Loan-to-Value telah berdampak terhadap industri otomotif serta pertumbuhan industri pembiayaan kendaraan bermotor di tahun 2014. BCA yakin bahwa penerapan kebijakan Loan-to-Value yang prudent dirancang untuk mencegah pertumbuhan pembiayaan konsumer yang berlebihan di saat kondisi perekonomian tidak menentu, sebagai kebijakan yang tepat untuk membangun budaya kredit konsumer yang sehat.

Penjualan mobil baru secara nasional tercatat 1,21 juta unit pada tahun 2014, mengalami penurunan 2%

dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 1,23 juta unit.

Sementara itu, pertumbuhan penjualan motor secara nasional mengalami sedikit peningkatan sebesar 2%

menjadi 7,9 juta unit pada tahun 2014.

BCA mengelola pembiayaan mobil dan sepeda motor melalui entitas anak, yaitu BCA Finance dan Central Santosa Finance (CS Finance). Baik BCA Finance maupun CS Finance menawarkan pembiayaan melalui skema Joint Financing Agreement, dengan porsi mayoritas dicatat secara langsung pada neraca BCA dan porsi minoritas dicatat pada neraca BCA Finance dan CS Finance.

Pada tahun 2014, BCA Finance fokus pada peningkatan kualitas dan efisiensi penyediaan produk dan layanan guna memastikan nasabah senantiasa menerima pelayanan dengan standar yang tinggi sesuai dengan harapan mereka. BCA Finance meningkatkan layanan online untuk mempercepat proses pengajuan kredit

63

kendaraan bermotor yang juga dilengkapi dengan pilihan survei fisik kendaraan di lapangan untuk mempercepat proses penyaluran kredit. Hal ini merupakan bagian dari strategi BCA Finance untuk mempertahankan pangsa pasar pada segmen mass- affluent sebagai sasaran.

BCA Finance melanjutkan kerja sama yang erat dengan cabang-cabang untuk melayani nasabah BCA yang berkualitas dan terus membina hubungan dengan dealer pihak ketiga. Sinergi pemasaran dengan cabang-cabang BCA membedakan BCA Finance dari para pesaingnya dalam mendapatkan kelompok nasabah berkualitas untuk ditawarkan pembiayaan kendaraan bermotor. BCA Finance menyelaraskan manajemen risiko kredit dan risk appetite dengan kebijakan kredit BCA yang prudent sehingga menghasilkan tingkat NPL yang relatif rendah. Dengan memanfaatkan multi-sales channel, BCA Finance memiliki lebih dari 400 ribu nasabah pada tahun 2014, tumbuh lebih dari 300% dari tahun 2008. Selain melalui cabang BCA, BCA Finance memiliki jaringan cabang yang dikelola sendiri sebanyak 59 cabang dengan 6 outlet baru yang dibuka pada tahun 2014.

BCA Finance menawarkan produk-produk pembiayaan ‘top of mind’ yang menarik di pasar pembiayaan otomotif. Produk unggulan BCA Finance yakni pinjaman ‘Fix and Cap’, menawarkan program 3 tahun cicilan dengan suku bunga tetap dan cicilan 2 tahun dengan suku bunga yang dibatasi pada tingkat tertentu. BCA Finance juga memiliki produk menarik yakni pinjaman ‘mini for max’, yang merupakan fasilitas pembiayaan 3 tahun dengan cicilan pokok per bulan yang lebih rendah karena 40% porsi pokok dibayarkan secara balloon payment, yaitu pada saat jatuh tempo pinjaman. Nasabah dapat memilih untuk melunasi pinjaman, atau mengambil fasilitas pembiayaan lain setelah jangka waktu 3 tahun.

Untuk meminimalkan risiko, BCA Finance mengutamakan penyaluran pembiayaan untuk berbagai jenis mobil yang laris di pasaran dari berbagai merek mobil terkenal, dengan tetap menerapkan uang muka yang relatif tinggi disertai dengan suku bunga yang kompetitif. BCA Finance juga terus melakukan penetrasi di segmen kendaraan bermotor bekas yang sangat prospektif, namun tetap menjaga keseimbangan antara tingkat risiko dan tingkat pengembalian yang optimal.

Pada Januari 2014, guna memperkuat posisinya di segmen pembiayaan sepeda motor, BCA meningkatkan kepemilikan sahamnya di CS Finance menjadi 70% saham dari sebelumnya sebesar 25%.

Selanjutnya, telah dilakukan penambahan modal sebesar Rp 200 miliar dimana porsi BCA dan BCA Finance secara total adalah sebesar Rp 140 miliar.

Meskipun secara perlahan, CS Finance terus tumbuh pada tahun 2014, dan memberikan kontribusi yang positif kepada BCA. CS Finance berfokus pada penguatan platform bisnis melalui pembangunan infrastruktur, kebijakan manajemen risiko, perekrutan sumber daya manusia, pembukaan cabang baru dan kerja sama yang erat dengan dealer di seluruh Jawa dan Sumatera.

Total pembiayaan mobil pada akhir tahun 2014 yang dibukukan di neraca BCA adalah sebesar Rp 24,7 triliun sedangkan yang dibukukan di neraca BCA Finance mencapai Rp 5,2 triliun. Total pembiayaan sepeda motor pada akhir 2014 adalah Rp 4,2 triliun di neraca BCA dan Rp 2,0 triliun pada neraca CS Finance.

Kartu Kredit

Pada tahun 2014, outstanding kartu kredit BCA tumbuh 18,5% menjadi Rp 8,8 triliun, mengukuhkan posisi BCA sebagai salah satu penyedia layanan kartu kredit terdepan di Indonesia. Jumlah kartu kredit yang beredar terus tumbuh sepanjang 2014, dengan peningkatan keseluruhan sebesar 5,1%, menjadi total

64

2,6 juta kartu pada akhir tahun. Pertumbuhan jumlah kartu kredit yang diterbitkan menghasilkan pangsa pasar sebesar 16,1% pada tahun 2014. Pertumbuhan tersebut diimbangi oleh tingginya penggunaan kartu kredit yang konsisten dengan tingkat penggunaan aktif lebih dari 90% yang mendukung kenaikan keseluruhan volume transaksi kartu kredit BCA sebesar 18,0% dan mencapai Rp 46,1 triliun pada tahun 2014.

Kinerja positif ini dimungkinkan oleh brand image BCA yang kuat dan aktivitas promosi yang terfokuskan dengan baik. BCA berupaya untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik atas dinamika kebutuhan berbagai segmen nasabah pemegang kartu kredit BCA. Untuk tujuan ini, BCA bekerja sama dengan banyak merchant strategis di daerah perkotaan untuk memfasilitasi gaya hidup dan perilaku konsumsi nasabah. Pada tahun 2014, BCA melanjutkan kemitraan jangka panjang dengan mitra strategis, seperti Starbucks Coffee, Pizza Hut, Cineplex21, Haagen-Dazs, dan merek ternama lainnya.

BCA terus mempromosikan kartu kredit co-branding Singapore Airlines yang sukses dan berfokus di pasar kelas menengah ke atas. Kartu kredit Singapore Airlines BCA telah mencatat pertumbuhan yang sangat baik, dengan peningkatan jumlah dan nilai transaksi sekitar 50% dalam satu tahun. Selanjutnya, untuk mengakomodasi kebutuhan segmen mass- affluent yang berkembang, pada tahun 2014 BCA menerbitkan Black Visa dan MasterCard untuk nasabah dengan mobilitas tinggi yang membutuhkan berbagai layanan untuk memfasilitasi kebutuhan transaksi global. Target utama BCA untuk layanan kartu kredit adalah segmen kelas menengah ke atas dengan risiko yang lebih rendah.

BCA tetap menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang memiliki private label atau proprietary card dengan nama ‘BCA Card’, selain BCA juga menawarkan BCA Visa dan BCA MasterCard. BCA Card dapat digunakan di seluruh Indonesia dan beberapa tempat di Singapura. Atas pencapaiannya dalam pengembangan bisnis kartu kredit, BCA mendapatkan apresiasi diantaranya penghargaan The Indonesian Best Brand Award 2014 dari Majalah SWA dan Top Brand Award dari Majalah Marketing dan Frontier Consulting Group.

Sebagai bagian dari platform transaksi terintegrasi BCA, bisnis kartu kredit BCA fokus pada issuing maupun acquiring business dengan didukung oleh jaringan EDC yang andal.

BCA menempatkan ratusan ribu Electronic Data Capture (EDC) sebagai alat pembayaran di berbagai lokasi strategis, sentra-sentra perdagangan serta pelaku usaha ritel di Indonesia. Jaringan EDC BCA yang luas telah secara konsisten menghasilkan volume transaksi yang tinggi dan memperkuat rekening CASA BCA. Mesin EDC BCA kini dapat memberikan layanan Dynamic Currency Conversion (DCC) dimana pemegang kartu dapat menggunakan mata uang Rupiah maupun mata uang domisili bank penerbit kartu sehingga memudahkan transaksi.

Pada tahun 2014 EDC BCA sudah dapat menerima transaksi kartu UnionPay International dan American Express (Amex), selain kartu-kartu berlogo BCA Card, Debit BCA, MasterCard, Visa, JCB, PrimaDebit dan kartu Flazz.

BCA meningkatkan kenyamanan dengan menyediakan tagihan dan informasi kartu kredit secara digital (e-statement), fasilitas pendaftaran autopay melalui SMS, kemudahan proses konversi transaksi menjadi pembayaran cicilan dan pengajuan kartu kredit secara online. Di tahun 2014, BCA mempersiapkan infrastruktur penggunaan PIN untuk transaksi kartu kredit dan melakukan pelatihan untuk mengedukasi serta sosialisasi cara penggunaannya bagi para kasir dan merchant BCA.

Kartu Pra-bayar Flazz

Melengkapi kartu kredit dan kartu debit, BCA juga menyediakan fasilitas kartu pra-bayar Flazz.

Pada tahun 2014, BCA terus berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur sarana transportasi dengan menyediakan layanan kartu Flazz sebagai e-ticketing untuk bis TransJakarta dan kereta komuter

65

di wilayah Jabodetabek. Selain itu, BCA juga telah mengembangkan mesin self-service top up untuk pengisian kartu Flazz secara mandiri. Pada akhir tahun 2014 terdapat 6,5 juta kartu Flazz yang beredar, termasuk kartu BCA Combi (gabungan kartu kredit BCA dan kartu Flazz).

Penggunaan kartu Flazz diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya kebutuhan layanan untuk transaksi dengan nominal kecil, seperti fasilitas parkir, jalan tol, outlet fast food, serta outlet makanan dan minuman. Selanjutnya, BCA akan terus meningkatkan infrastruktur dan jaringan kartu Flazz.

Perbankan Prioritas dan Wealth Management Hadir sejak tahun 1996, BCA Prioritas menyediakan layanan yang dirancang bagi nasabah BCA segmen mass-affluent. Pada tahun 2014, BCA memiliki 152 cabang Prioritas yang didukung oleh relationship officer andal dalam memberikan layanan berkualitas.

Nasabah BCA Prioritas saat ini dapat menikmati layanan dan program eksklusif seperti pelayanan kesehatan, buletin komunikasi eksklusif, executive lounge di bandara, produk-produk investasi, dan berbagai penawaran menarik lainnya yang menjadi nilai tambah layanan BCA. Nasabah Prioritas BCA telah memberikan kontribusi signifikan pada peningkatan berbagai produk Perbankan Individu.

Pada tahun 2014, Priority Banking Officer BCA melanjutkan pembinaan hubungan dengan nasabah prioritas melalui berbagai inisiatif, antara lain dengan menyediakan informasi terkini mengenai pergerakan pasar keuangan serta meningkatkan awareness atas berbagai pilihan produk investasi BCA yang beragam termasuk produk obligasi dan reksadana.

Pada tahun 2014, BCA ikut berpartisipasi dalam penjualan Saving Bonds Ritel yang merupakan instrumen investasi baru yang diperkenalkan oleh Pemerintah. Instrumen dengan bunga floating yang tidak dapat diperjualbelikan ini ditujukan untuk investor ritel dengan minimum pembelian Rp 5 juta sampai dengan Rp 5 miliar.

BCA berupaya untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari pertumbuhan segmen high net-worth individual di Indonesia melalui pengembangan layanan Perbankan Solitaire. Diluncurkan pada tahun 2009, Perbankan Solitaire bertujuan untuk memberikan layanan khusus bagi nasabah BCA yang membutuhkan layanan Wealth Management yang

lebih menyeluruh. BCA mempersiapkan berbagai fasilitas eksklusif di cabang-cabang BCA tertentu yang didukung oleh para financial advisor yang terlatih untuk membantu nasabah Solitaire dalam mengelola keuangan pribadinya.

Di tahun 2014, BCA melakukan reorganisasi unit kerja di Divisi Perbankan Individu untuk memfasilitasi peningkatan kerja sama antar unit kerja pada divisi tersebut. BCA Prioritas dan BCA Solitaire melakukan penyelarasan struktur organisasi dalam hal integrasi bisnis dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia guna memberikan layanan yang lebih optimal kepada nasabah.

Melangkah ke Depan

BCA akan senantiasa berupaya untuk mengembangkan bisnis Perbankan Individu sejalan dengan prospek pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia yang menjanjikan. BCA melihat bahwa basis nasabah yang besar dan jaringan cabang BCA yang luas merupakan aset yang dapat dimanfaatkan dalam merancang dan memasarkan produk Perbankan Individu.

Sinergi antar unit usaha akan terus diperkuat sehingga dapat menawarkan produk Perbankan Individu secara lebih efektif. Berbagai langkah ini diharapkan dapat meningkatkan keragaman produk yang diperlukan nasabah. BCA juga akan terus menyempurnakan sistem Customer Relationship Management (CRM) untuk lebih memahami perilaku dan kebutuhan nasabah sebagai landasan untuk menentukan strategi yang efektif dalam pengembangan produk serta kegiatan pemasaran dan promosi.

Selanjutnya, BCA terus bertekad untuk menyempurnakan infrastruktur dan mengembangkan bisnis entitas anak. BCA akan menjalin sinergi dengan BCA Life, yang telah mulai beroperasi di akhir tahun 2014.

66

BISNIS

Perbankan

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2014 BCA ID (Halaman 62-68)