BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT NAFAQOH DALAM
B. Persamaan Dan Perbedaan Penafsiran Antara Imam
3. Perbedaan dan Persamaan Pendapat Imam Al-Qurthubi dan
67
hamil kemudian di tinggal mati oleh suaminya, maka ada sebagian sahabat berkata; bahwa istri tersebut mendapatkan nafkah dari harta peninggalan suaminya sampai sang istri itu melahirkan kandungannya. Dan ada sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa seorang istri hanya mendapatkan nafkah menurut ukuran warisannya saja. Kemudian Daruquthni meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Rasulullah SAW, bahwasanya Rasulullah bersabda yang artinya:
oleh suaminya tidak memiliki hak nafkah. 100
3. Perbedaan dan Persamaan Pendapat Imam Al-Qurthubi
68
2. Seorang mufti berhak menentukan kadar nafkah yang harus di keluarkan oleh seorang suami kepada
istri, dengan
mempertimbangkan tingkat ekonomi orang yang menafkahi (suami) dan juga kebutuhan orang yang di nafkahi (istri dan anak).
3. Imam Al-Qurthubi juga tidak setuju dengan
pendapat yang
mengatakan bahwa nafkah hanya di ukur dari tingkat ekonomi suami saja tanpa harus mempertimbangkan ekonomi istri, tentunya Al-Qurthubi berkata demikian sesuai dengan Firman Allah SWT yang artinya
ayah memberikan makanan dan pakaian dengan cara yang
>f Firman Allah SWT di atas menghendaki keterkaitan dengan cara
yang pada hak
keduanya. Sebab dalam ayat tersebut Allah SWT tidak memberi ke
ekonomi dan juga kecukupan seorang istri.
2. Jika dalam permasalahan seputar nafkah ini ekonomi istri beserta kecukupannya juga di pertimbangkan maka pasti akan terjadi perselisihan diantara keduanya, seorang suami akan mengklaim bahwa apa yang di minta oleh istri di luar batas kemampuannya sedangkan istri mengklaim apa yang di tuntut nya kepada suaminya masalah nafkah tersebut sudah sesuai dengan kadar kecukupan dirinya.
3. Mufti tidak berhak menentukan kadar nafkah yang harus di keluarkan oleh seorang suami kepada istrinya, karena masalah nafkah ini hanya di ukur dari tingkat ekonomi suami saja.
4. Suami juga berkewajiban mengeluarkan biaya untuk keperluan membeli obat- obatan (nafkah kesehatan).
69
khususan terhadap salah satu dari keduanya.
2. Persamaan Penafsiran
1. Imam Al-Qurthubi menetapkan bahwa suami
dalam keluarga
berkedudukan sebagai orang yang menafkahi,
sedangkan istri
kedudukannya sebagai orang yang di nafkahi.
2. Imam Al-Qurthubi sepakat bahwa istri yang sudah di talak Bain yang tidak sedang hamil hanya berhak mendapatkan nafkah As- Sukna> (tempat tinggal) saja. Akan tetapi jika istri yang sudah di talak Bain tersebut sedang hamil maka istri tersebut juga berhak mendapatkan nafkah makanan, pakaian, dan tempat tinggal sampai melahirkan kandungannya.
Sedangkan bagi istri yang di talak berarti berhak mendapatkan nafkah baik itu berupa makanan, pakaian, maupun tempat
1. Wahbah Zuhaili menetapkan bahwa suami berkedudukan sebagai pencari nafkah,
sedangkan istri
berkedudukan sebagai orang yang di nafkahi.
2. Wahbah Zuhaili juga berpendapat bahwa istri yang di talak berhak untuk mendapatkan nafkah makanan, pakaian, maupun tempat tinggal selama masih dalam masa
Kemudian jika istri sudah di talak Bain dan tidak dalam keadaan hamil maka hanya memperoleh nafkah tempat tinggal saja, lain halnya jika istri tersebut sedang hamil maka nafkahnya pun meliputi makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
3. Istri yang sedang hamil dan di tinggal mati oleh suaminya maka berhak menerima nafkah dari harta peninggalan suaminya sampai waktu melahirkan.
70
tinggal selama masih dalam Iddah.
3. Istri yang sedang hamil dan di tinggal mati oleh suaminya maka berhak mendapatkan nafkah dari semua harta suaminya sampai melahirkan kandungannya.
71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Dari uraian bab satu sampai dengan empat, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Nafkah merupakan kewajiban seorang suami kepada istrinya yang mana itu di ukur dari tingkat kemampuan orang yang menafkahi dan kecukupan orang yang di nafkahi.
2. Nafkah seorang suami kepada istri itu terdiri dari nafkah sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (tempat tinggal), dan juga nafkah kesehatan (obat- obatan).
3. Istri yang sudah di talak oleh suaminya masih berhak menerima nafkah, jika istri tersebut dalam keadaan tertalak maka berhak mendapatkan nafkah sandang, pangan, dan papan selama masih dalam masa . Jika istri tersebut telah di talak Bain dan tidak dalam keadaan hamil maka hanya berhak mendapatkan tempat tinggal saja, adapun jika istri yang tertalak Bain itu sedang hamil maka berhak menerima nafkah sandang, pangan, dan papan.
4. Istri yang sedang hamil dan di tinggal mati oleh suaminya maka istri tersebut menerima nafkah dari harta peninggalan suaminya sampai waktu melahirkan tiba.
5. Orang yang paling berhak untuk mencari nafkah adalah seorang suami, sedangkan istri dalam rumah tangga berkedudukan sebagai penerima nafkah.
6. Kalimat Nafaqoh dalam Al- ksi yang berbeda-beda, ada yang menggunakan
72
, dan ada juga yang menggunakkan
B. Saran
Penelitian ini sangatlah sederhana dan belum optimal, namun penulis rasa penelitian ini akan bisa sedikit membantu siapapun yang ingin memahami Al-
khususnya lagi dalam masalah seputar Nafaqoh seorang suami terhadap istri. Oleh karena itu, semoga dengan adanya skripsi ini bisa menambah motivasi untuk para suami di luar sana agar senantiasa giat dalam bekerja dan selalu memperhatikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pencari nafkah untuk keluarganya.
Skripsi ini juga di susun dengan semaksimal mungkin, namun manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya salah dan khilaf. Oleh sebab itu, penulis meminta saran dan masukan kepada pembaca agar skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Al- -Karim.
Abdul Rahman Ghozali, Fikih Mun kahat, Jakarta, Kencana, 2003.
Abdullah, Kajian Kitab Tafsir Al- - Karya Al-Qurthubi, Al- jaz, Desember 2018.
Abu Dawud Al-Sajastani, Sunan Abi Dawud, Bairut : Dar Al- Kutub, 1998.
Abu Razin dan Ummu Razin, Ilmu Sharaf Untuk Pemula, cet. ke- 3, Jakarta: Maktabah BISA, 2017
Ainol, Metode Penafsiran Al-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir , Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Vol. 1, Nomor 2, Desember 2011.
Aji Gema Permana, Nafkah dalam Al-
Tematik , Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016.
Ali Yusuf As-Subki, Fiqih Keluarga Pedoman Berkeluarga dalam Islam, Jakarta: Amzah, 2012.
Awani Putri Deyika, Analisis Ayat-Ayat Mahar dan Nafkah dalam Perspektif Husein Muhammad , Skripsi, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2020.
Darmawati, Nafkah dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam , Skripsi, UIN ALAUDDIN, Makasar, 2014.
Keluarga Sakinah Dalam Tafsir Al- Vol. 2, Nomor 1, Al-Bayan, Desember 2017.
Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, Jilid 10, Singapura : Pustaka Nasional PTE LTD, 1990.
Haris Hidayatullah, Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Al- Qu , Jurnal Hukum Keluarga Islam, Vol. 4, Nomor 2, Oktober 2019.
Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, cet. ke-3, Yogyakarta : IRCiSoD, 2019.
74
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid: Tarjamah Bidayatul Mujtahid, terj. Abdurrahman dan Haris Abdullah, Semarang: CV asy- Syifa, 1990.
Jumni Neli, Analisis tentang Kewajiban Nafkah Keluarga dalam Pemberlakuan Harta Bersama , Al-Istinbath, Vol. 2, Nomor 1, Desember 2017.
-
Kepemimpinan Dalam Al- Al-Tanzir, Vol. 11.
Nomor 2, Desember 2020.
Manna Khalil Qattan, Mab hits fi Ul n: Studi Ilmu- terj. Mudzakir AS, Cet. Ke-19. Bogor:
Penerbit Litera Antar Nusa, 2019.
Hukum Fiqih Seputar Nafkah, Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2020.
Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Makasar, 2021.
M. Nahru Marzuqi, Nafkah dalam Surah Al-Baqoroh perspektif Tafs r Al-Misb h karya M. Quraish Shihab , Skripsi, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2019.
Mohammad Mufid, Belajar dari Tiga Ulama Syam, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015.
Muhammad Al-Qurthubi, Al- - n, terj.
Fathurrahman, dkk, Jilid 18, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Volume 3, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Mustahiqurrahman, Keistimewaan Waktu Fajar Kajian Munasabah pada Surah Al-Fajr dalam tafsir Al-Munir karya Wahbah Zuhaili , Skripsi, UIN Mataram, Mataram, 2020.
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al- Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
75
Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, Surakarta: IAIN Surakarta, 2015.
Okta Vinna Abri Yanti, Hak Nafkah Istri dan Anak yang dilalaikan Suami dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam Studi Kasus Desa Purwodadi 13A Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah , Skripsi, IAIN Metro, Metro, 2017.
Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al- cet. ke-16, Bandung : CV.
Diponogoro, 1994.
Rizal Darwis, Nafkah Batin Istri dalam Hukum Perkawinan, Gorontalo: Sultan Amai Press, 2015.
Rumadani Sagala, Balaghah, Lampung: CV. Anugrah Utama Raharja, 2016.
Saihu, Pendidikan Sosial yang Terkandung Dalam Surah At- Taubah Ayat 71-72 , Edukasi Islami, Vol. 09, Nomor 01, Februari 2020.
Juris, Vol. 13, Nomor 1, Juni 2014.
Vol. 1, Nomor 2, Desember 2014.
Syifaun Nufus Atmi, Penafsiran Ayat-Ayat tentang Wanita Shalihah menurut Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir (Studi Deskriptif) , Skripsi, UIN Mataram, Mataram, 2020.
Tafsir Tematik, Membangun Keluarga Harmonis, Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Al-
Tantri Setyo Ningrum, Wacana Istri Sebagai Pencari Nafkah Pemahaman Husein Muhammad atas Penafsiran Q.S An- Nisa 4:34 dan At-Thalaq 64:6-7 , Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2019.
76
Tihami dan sohari sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Lengkap, Cet. Ke-4. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Wahbah Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayie Al- Kattani, dkk. Cet. Ke-1. Jakarta: Gema Insani, 2011.
Wahbah Zuhaili, Tafs r Al-Mun r Aqidah, Syari ah, Manh j, terj.
Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk, jilid 11. Jakarta: Gema Insani, 2013.
Zainudin bin Abdul Aziz Al-Malibary, terj. Aliy .
77
78
79
80
81