BAB II RIWAYAT HIDUP IMAM AL-QURTHUBI DAN
A. Riwayat Hidup Imam Al-Qurthubi dan Kajian Kitab
1. Biografi Imam Al-Qurthubi
Nama lengkap Al-Qurthubi adalah Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Abu Bakr Ibn Al- Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Qurthubi Al- Andalusi. Belum ada yang mendapatkan data secara pasti kapan Imam Al-Qurthubi dilahirkan, hal ini mungkin disebabkan karena pada zaman dahulu memang sangat sering seorang ulama sebagai orang yang sangat terkenal, orang yang besar, dicatat saat wafatnya saja, akan pada tahun kelahirannya tidak dicatat atau bahkan tidak ada yang mengetahui. Akan tetapi dalam buku Ensiklopedi Agama dan Filsafat dicantumkan bahwa Al-Qurthubi dilahirkan di Cordova (Spanyol) tahun 486 H/1093 M dan wafat pada bulan syawal tahun 567 H/1172 M. Akan tetapi ini sedkit berbeda dengan apa yang ditulis oleh Al-Dzahabi dalam kitab Tafsi>r Wa Al-Mufassiru>n tentang tahun wafat Al-Qurthubi, yakni tertulis bahwasannya Al- Qurthubi wafat pada bulan syawal tahun 671 H.43
Sejak kecil Imam Al-Qurthubi hidup di daerah orang-orang yang sangat mencintai ilmu. Orang tua Imam Al-Qurthubi juga merupakan orang yang sangat mencintai ilmu, sedangkan kota Qurthubah termasuk
43 Muhammad Ismail dan Makmur, Al-Qurthubi dan Metode
Penafsirannya dalam Kitab Al- - Pappasang, Vol. 2, Nomor 2, Desember 2020, hlm. 20-21.
30
pusatnya ilmu di daerah Andalusia pada waktu itu.
Kelompok kajian agama tersebar luas di masjid-masjid di seluruh penjuru kota, sehingga Imam Al-Qurthubi lebih leluasa untuk mempelajari ilmu yang diinginkan.
Oleh karena itu, sejak kecil Imam Al-Qurthubi sudah
mempelajari Al- yang
Imam Al-Qurthubi pilih dipandang aneh, karena kebanyakan pada waktu itu teman-teman yang seumuran dengan Imam Al-Qurthubi lebih memilih untuk mempelajari Al-
yang dipelajari dari Bahasa dan Syair terbukti lebih memudahkan Imam Al-Qurthubi di dalam memahami Al- 44
Nama Al-Khazraj dalam rentetan nama Al- Qurthubi adalah merupakan nisbah atau penyandaran kepada kabilah Khazraj, salah satu kabilah yang terletak di Madinah Al-Munawwarah. Imam Al- Qurthubi sendiri memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Abdullah dan yang kedua bernama Syihab Al-Din Ahmad. Sejak kecil Imam Al-Qurthubi telah dididik dan menerima ilmu dari berbagai ulama dan Masyayikh, termasuk ayahnya. Imam Al-Qurthubi senantiasa menerima bimbingan dan didikan dari ayahnya sampai pada saat ayahnya wafat karena suatu peristiwa, yang mana ketika ayahnya wafat pada tahun 627 H Imam Al-Qurthubi berada didalam gudang penyimpanan bahan makanan pokok, tentu itu artinya bahwa keluarga Imam Al-Qurthubi berprofesi sebagai
44 Abdullah, Kajian Kitab Tafsir Al- - Karya Al-Qurthubi, Al- Desember 2018, hlm. 2-3.
31
petani dan merupakan keluarga yang sangat sederhana.45
Imam Al-Qurthubi semasa hidupnya terkenal sebagai Hamba Allah yang sangat shalih, seorang ulama yang >rif Billah, berlaku zuhud terhadap kemegahan dunia dan lebih menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang lebih bermanfaat untuk kehidupan Akhirat. Sehingga dalam setiap waktu, Imam Al-Qurthubi hanya mengahabiskannya untuk beribadah kepada Allah SWT dan juga dimanfaatkan untuk mengarang buku yang sangat bermanfaat.
Sehingga Imam Al-Qurthubi termasuk ulama yang sangat produktif di dalam menghasilkan karya tulis yang tentunya bermanfaat bagi orang banyak.46
2. Guru-guru Imam Al-Qurthubi
Diantara Guru-guru Imam Al-Qurthubi adalah:
1) Ibnu Rawwaj, yaitu seorang Imam Al- Muhaddits (ahli hadits) Abu Muhammad Abdul Wahhab bin Rawwaj. Nama aslinya adalah Zhafir bin Ali bin Futuh Al-Azdi Al- Iskandarani Al-Maliki. Adapun Ibnu Rawwaj wafat pada tahun 648 H.
2) Ibnu Al-Jumaizi, yaitu Al-
Abu Al-Hasan Ali bin Hibatullah bin Salamah Al-Mashiri Asy- i. Ibnu Al-Jumazi wafat pada tahun 649 H, dan merupakan salah seorang ulama yang ahli dalam bidang Fiqh, Ilmu 3) Abu Al-Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim Al-Maliki Al-Qurthubi, wafat pada tahun 656
45 Saifuddin Herlambang Munthe, Studi Tokoh Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer, (Pontianak: IAIN Pontianak Pres, 2018), hlm. 2-4.
46 Abdullah, Kajian..., hlm. 3.
32
H. Abu Al-Abbas juga merupakan pengarang kitab Al-Mufhim fi> Syarh Shahi>h Muslim.
4) Al-Hasan Al-Bakari, adapun nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Muhammad bin Muhammad bin Amaruk At-Taimi An- Naisaburi Ad-Dimsyaqi, atau bisa juga dipanggil dengan sebutan Abu Ali Shadruddin Al-Bakari. Al-Bakari wafat pada tahun 656 H.47 3. Karya-karya Imam Al-Qurthubi
Para ahli sejarah menyebutkan sejumlah hasil karya Imam Al-Qurthubi selain kitabnya yang berjudul
- - diantaranya adalah:
1) At-Tadzkirah fi Ahwa>l Al Mauta wa Umar Al Akhirah, merupakan sebuah kitab yang masih terus dicetak hingga sekarang.
2) At-Tadzkirah fi Afdha>l Al Adzka>r, merupakan sebuah kitab yang masih terus dicetak hingga sekarang.
3) Syarh At-Taqashshi.
4)
5) fi Din An-Nashara Min
Al-Mafa>shid wa Al-Auham Wa Izha>r Mahasin Din Al Isla>m.
6) -Harsh bi Az-Zuhd wa Al
Qana>
7) Risa>lah fi Alqam Al-Hadits.
8) Kita>b Al Aqdhiyyah.
9) Al Mishba l
wa Ash-Shahihah. Sebuah kitab tentang bahasa Arab yang merupakan hasil
47 Muhammad Al-Qurthubi, Al- ..., hlm. xvii-xviii.
33
ringkasan Qurthubi terhadap kitab Al
>l
As-Shohhah karya Al Jauhari. Dalam kitab tafsirnya, Al-Qurthubi juga telah menyebutkan beberapa nama hasil karyanya, diantaranya
10) Al Muqtabas fi Sy Ma>lik bin Ana>s.
11) -
Nabawiyyah.48
4. Latar Belakang Penulisan Kitab Tafsi>r Al-Qurthu>bi>
Dari para
ulama-ulama pada masanya, kemudian Al-Qurthubi diasumsikan berhasrat tinggi untuk menyusun kitab Tafsir yang bernuansa fiqh dengan menampilkan pendapat dari para imam-imam madzhab fiqh dan menampilkan hadits hadits yang sesuai dengan masalah yang dibahas. Karena kitab Tafsir yang ada, hanya sedikit sekali yang bernuansa fiqh. Itulah mengapa Al- Qurthubi menyusun kitabnya dengan tujuan agar mempermudah masyarakat mendapatkan banyak pandangan imam madzhab fiqh, hadits hadits Rasulullah SAW maupun para ulama mengenai masalah yang dibahas dalam kitab Tafsirnya.49
5. Metode Penafsiran dalam Tafsi>r Al-Qurthu>bi>
Menurut Al-Farmawi, metode yang di gunakan oleh para Mufassir di dalam menafsirkan ayat-ayat Al- metode Tahlili, metode Ijmali, metode Muqaran, dan
48 Ibid., hlm. xviii.
49 Muhammad Ismail dan Makmur, Al-Qurthubi..., hlm. 22-23.
34
metode Jika dilihat secara menyeluruh, maka Tafsir Al-Qurthubi menggunakan metode Tahlili.
Hal ini dapat dilihat dari pembahasan yang tersaji dalam Tafsir Al-Qurthubi, dimana Imam Al-Qurthubi berusaha menjelaskan ayat-ayat Al-
aspek yang terkandung dalam Al- dari awal sampai akhir dan mengungkapkan seluruh pengertian yang di kehendaki. Sebagai sedikit ilustrasi dapat diambil contoh ketika Al-Qurthubi menafsirkan surat Al-Fatihah, disana Al-Qurthubi membaginya menjadi empat bab yaitu; bab keutamaan dan nama surat Al- Fatihah, bab turunnya surat Al-Fatihah dan hukum- hukum yang terkandung di dalamnya, bab
(bacaan amin), dan bab tentang pembahasan Qiroat dan . Masing-masing dari bab-bab tersebut memuat beberapa pokok permasalahan.
Adapun langkah-langkah yang di lakukan oleh Imam Al-Qurthubi dalam menafsirkan Al-
dengan perincian sebagai berikut:
1) Memberikan kupasan dari segi bahasa
2) Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadis-hadis dengan menyebutnya sebagai dalil
3) Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan pemahamannya
4) Mengutip pendapat ulama sebagai alat untuk menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan
5) Mendiskusikan pendapat ulama dengan argumentasi masing-masing, kemudian setelah itu melakukan perbandingan dan
35
mengunggulkan serta mengambil pendapat yang dianggap paling benar.50
6. Corak Penafsiran dalam Tafsi>r Al-Qurthu>bi>
Al-Farmawi membagi corak Tafsir menjadi tujuh corak Tafsir, yaitu: corak Tafsir Al- >r, Al-
>, Fiqhi>, Falsafi> >, dan Ada>bi Ijtima> >.
Adapun para pakar dalam bidang Ilmu Tafsir kemudian memasukkan Tafsir Al-Qurthubi ke dalam Tafsir yang bercorak (Laun) Fiqhi, Sehingga Tafsir Al-Qurthubi ini juga sering disebut sebagai Tafsir Ahkam. Hal ini di karenakan ketika Al-Qurthubi menafsirkan ayat-ayat
suci Al- -
persoalan hukum.
Sebagai contoh penafsiran Imam Al-Qurthubi dapat dilihat ketika Al-Qurthubi menafsirkan surat Al- Fatihah, disana Al-Qurthubi mendiskusikan persoalan- persoalan Fiqh, terutama yang berkaitan dengan kedudukan Basmalah ketika dibaca dalam Sholat, juga persoalan bacaan Fatihah makmum ketika Sholat Jahr.
Para Mufassir yang lain juga sama-sama dari kelompok Mufassir Ahkam sama-sama membahasnya secara sepintas, seperti yang dilakukan oleh Abu Bakr Al- Jasshash yang hanya menyinggung dalam sebuah bab yang diberi judul Bab Qiroah Al-Fatihah Fi Al-Sholah.
Demikian juga yang dilakukan oleh Ibn Al-Arabi yang hanya membahas surat Al-Fatihah ini sepintas tidak secara menyeluruh. Ini bisa dilihat ketika Ibn Al-Arabi meninggalkan penafsiran ayat Al-Rahman Al-Rahim dan Malik Yaum Al-Din.51
50 Ahmad Zainal Abidin dan Eko Zulfikar, Epistimologi Tafsir Al- - Jurnal Kalam, Vol. 11, Nomor 2, Desember 2017, hlm. 498-499.
51 Muhammad Ismail dan Makmur, Al-Qurthubi..., hlm. 27-28.
36
7. Kelebihan dan kekurangan Kitab Tafsir Al-Qurthubi a. Kelebihan:
1) Memuat hukum-hukum yang terdapat dalam Al-
2) Banyak menyandarkan pada Hadis-hadis.
3) Hadis-hadis yang ada didalamnya di takhrij dan pada umumnya di sandarkan langsung kepada orang yang meriwayatkannya.
4) Banyak menyebutkan Isroiliyyat dalam Kitabnya.
5) Menghimpun ayat-ayat Al-
perkataan para Ulama pada masalah-masalah hukum, kemudian mengunggulkan salah satu dari pendapat tersebut mana yang lebih kuat dengan argumen.
b. Kekurangan:
1) Imam Al-Qurthubi ketika menyebutkan Isroiliyyat dalam Tafsirnya tidak menyebutkan apakah Isroiliyyat tersebut Shohih atau Dhoif.
2) Imam Al-Qurthubi ketika mengutip beberapa Hadis dalam Tafsirnya, namun tidak menambahkan keterangan apakah Hadis tersebut merupakan Hadis Dhoif atau
3) Imam Al-Qurthubi juga terkadang mengutip dari berbagai sumber rujukan namun tidak di beri keterangan di dalamnya.52
52 Ahmad Zainal Abidin dan Eko Zulfikar, Epistimologi..., hlm. 517- 518.
37
B. Riwayat Hidup Wahbah Zuhaili dan Kajian Kitab