• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIKANAN, KESEHATAN

Dalam dokumen Seminar Nasional Kelautan XIV (Halaman 41-51)

37

38

39 KARAKTERISTIK PEPTON SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN BAKTERI

YANG TERJAMIN HALAL DARI LIMBAH KURISI (Nemipterus sp.) M. D. Pratomo, D. W. Wardani, N. A. Revonagara, A. A. Jaziri Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

azizjaziri@ub.ac.id

Abstrak: Pepton merupakan salah satu bahan yang diperlukan sebagai sumber nitrogen pada media pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium dan industri bioteknologi, seperti pangan, farmasi, maupun obat-obatan. Kebutuhan pepton cenderung meningkat dan dipenuhi melalui impor. Salah satu titik kritis kehalalan produk fermentasi terdapat pada media pertumbuhan mikroba. Pepton pada umumnya berasal dari hewan darat yakni babi dan sapi, hal tersebut menunjukan babi jelas diharamkan, selain itu sapi memiliki masalah kesehatan seperti BSE (bovine spongiform encephalopathy) atau penyakit sapi gila. Alternatif pepton halal yang berasal dari limbah ikan kurisi berpotensi untuk dieksplorasi nilai produksi dan karakteristik pepton sebagai hasil samping produksi surimi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hasil produksi pepton menggunakan tiga asam berbeda (Asam Sitrat, Asam Format dan Asam Propionat) terhadap nilai rendemen, karakteristik fisikokimia dan analisisnya terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan S.

aureus. Rata-rata tertinggi rendemen basah didapatkan 66,17% sedangkan rendemen kering 3,87% pada Asam Format. Nilai pH tertinggi 5,3 pada Asam Sitrat. Uji karakteristik pepton limbah ikan kurisi menunjukan bahwa kandungan protein terlarut berkisar 20-30 g/L, total N 5-15 %, dan total protein 30-85%. Asam amino yang terkandung terdiri dari asam amino esensial dan non- esensial. Nilai optical density dan biomasa bakteri ditumbuhkan pada media yang menggunakan pepton limbah ikan kurisi lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bakteri pada media yang menggunakan pepton komersial. Temuan ini mengungkapkan bahwa pepton dari limbah ikan kurisi fisibel dikembangkan sebagai produk halal secara komersial untuk media pertumbuhan mikroba.

Kata kunci: limbah ikan, hidrolisis, jenis asam, pepton, pertumbuhan bakteri

PENGARUH PENANGANAN TERHADAP LAJU RIGORMORTIS IKAN TONGKOL BERDASARKAN ALAT TANGKAP PURSE SEINE

DI PELABUHAN PERIKANAN LAMPULO, ACEH Yuliati H. Sipahutar1, Tina Fransiska 2, dan Kholid Satria3

1 Sekolah Tinggi Perikanan,

Jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520

*korespondensi: yuliati.sipahutar@gmail.com.

2 Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang.

Karangpawitan, Karawang Barat, Kabupaten Karawang, 41315

3SUPM Ladong,

.Jl. Laksamana Malahayati KM.26, Ladong, Aceh 23001

Abstrak: Penelitian terhadap kemunduran ikan telah dilakukan, untuk mengetahui laju rigormortis pada ikan Tongkol yang ditangkap dengan purse seine di Pelabuhan Perikanan Lampulo, Aceh.

Penelitian dilakukan pada proses penanganan ikan di atas kapal, dengan perlakuan penyimpanan pada suhu ruang dan suhu dingin dengan pemberian es (disiangi dan tanpa disiangi). Parameter pengujian adalah organoleptik dan ALT. Pengamatan ikan dilakukan pada suhu ruang setiap1 jam selama 12 jam, dan pada suhu dingin dengan perlakuan utuh dan disiangi diamati setiap 1 hari selama 8 hari. Hasil penelitian menunjukkan pada suhu ruang tanpa perlakuan terjadinya pre rigor dimulai pada jam ke-5. dengan nilai organoleptic 7,84 dan ALT 1,15 x 104.. Selanjutnya pada jam ke-8 ikan mengalami proses rigormortis dengan nilai organoleptik 7,13 dan ALT 7,02 x 105 yang ditandai mengejangnya atau pengkakuan tubuh ikan. Pada perlakuan suhu dingin dengan pengesan utuh, laju rigormortis dimulai pada hari ke 4 dengan nilai organoleptik 7,28 dan nilai ALT 2,25 x 105. Pada tahap pengesan disiangin laju rigor mortis terjadi mulai hari ke 6 dengan nilai organoleptik 7,26 dan nilai ALT 3,18 x 105. Pada tahap ini ditandai dengan adanya kekakuan pada ikan, penurunan laju rigor mortis ikan akan berjalan terus menuju post rigor dan pembusukan.

Kata kunci: ikan Tongkol, rigormortis , suhu ruang, suhu dingin

40

UPAYA PEMANFAATAN BENIH IKAN KERAPU CANTANG YANG MEMPUNYAI BENTUK ABNORNMAL (CACAT) UNTUK KEBUTUHAN BUDIDAYA

Suko Ismi

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol-Bali

*e-mail: sukoismi@yahoo.com

Abstrak: Benih kerapu yang cacat biasanya mempunyai harga yang sangat murah dan bahkan tidak laku untuk dijual untuk kerapu cantang karena mempunyai pertumbuhan yang cepat beih yang cacat masih bisa dimanfaatkan yaitu untuk benih pada produksi kerapu konsumsi yang pemasarannya dalam betuk fillet. Tujuan penelitian ini untuk megetahui pemanfaatan benih ikan kerapu cantang yang cacat untuk benih budidaya sehingga mempunyai nilai tambah dan dapat menjadi satu usaha yang menguntungkan. Penelitian dilakukan di usaha pendederan yang berlokasi di Desa Banyuasri, Buleleng - Bali, selama 120 hari dari bulan Pebruari – Juni 2018.

Benih yang dipakai pada penelitian ini adalah ikan kerapu cantang yang cacat ( insang terbuka, mulut bengkok dan ekor lancip) dengan ukuran panjang rata-rata 6,50 ± 0,46 cm dan berat 6,21 ± 1,30 g, jumlah 9.000 ekor. Ikan dipelihara pada 3 buah bak beton ukuran 2,0 x 3,0 x 1,2 m yang diisi air laut dengan volume 5,0-6,0 m3 dengan kepadatan ikan masing-masing 3.000 ekor/bak, setiap 30 hari kepadatan ikan dijarangkan hingga menjadi 9 bak dengan kepadatan antara 700-900 ekor/bak, lama pemeliharaan 120 hari. Hasil penelitian panjang rara-rata 19,91±0.37 cm dan berat 102,35 ± 2,75 g, kelangsungan hidup 82,30% dengan total produksi 740,7 kg. Hasil analisis menunjukkan usaha menghasilkan R/C ratio 1,68 salama satu siklus produksi, artinya usaha tersebut menguntungkan.

Kata kunci: benih, cacat, ikan kerapu cantang, menguntungkan.

BIOLOGI INDUK BANDENG (Chanos-chanos Forskall) HASIL SELEKSI (G1) DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN BUDIDAYA BANDENG DI TAMBAK

Tony Setia Dharma, Gigih Setia Wibawa dan AA Kt. Alit Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

Email: tonysetiadharma@gmail.com Pos 140 Singaraja 81101

Abstrak: Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP), Gondol-Bali. Hewan uji yang digunakan adalah induk bandeng hasil seleksi individu dari benih alam asal Aceh, Gorontalo dan Bali. Menghasilkan calon induk dengan karakter yang tumbuh cepat. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui teknologi budidaya ikan bandeng tumbuh cepat serta memperoleh data biologi induk bandeng hasil seleksi G-1. Penelitian dilakukan dengan cara diskriptif, yaitu meilakukan pengamatan secara fenotipik meliputi pertumbuhan setiap 2 bulan sekali. Parameter yang diamati adalah beberapa aspek biologi bandeng hasil seleksi antara lain kualitas telur, sintasan, pertumbuhan, pengujian warna, kualitas daging, toleransi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk G1 memijah dan menghasilkan telur. Performansi daya tetas telur berkisar 80-90,30%, dan memiliki ketahanan larva (SAI) mencapai 4,0-4,6 hari setelah menetas. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih G-2 pada pembenihan umur 14-16 hari (SR) mencapai 60-85%, panjang total (TL) 1,68-1,72 cm, pendederan 1 umur 30 hari (SR) mencapai 55-80% dan panjang total (TL) 4-6 cm, pendederan 2 umur 55 hari (SR) mencapai 60-80% dan panjang total (TL) 8-12 cm. Hal ini terlihat bahwa bandeng G-2 memiliki pertumbuhan yang baik dan lebih cepat dari hasil pembesaran dengan menggunakan benih terseleksi sekitar 20-25%. Warna induk bandeng dan ukuran konsumsi dengan menggunakan adalah hijau pada nomer TC.4408 dan perak TC.5501.

Kualitas bandeng G2 lebih baik yaitu memiliki nilai 8 dan asal Lamongan dan Sidoardjo memiliki nilai 7. Kadar histamine untuk semua lokasi budidaya ND (non detections). Toleransi benih terhadap lingkungan, ikan bandeng memiliki ketahanan terhadap salinitas 0-45 ppt, suhu 20-40°C, pH 6-9 dan oksigen > 2ppm, kemudian memiliki ketahanan terhadap penyakit.

Kata kunci: induk bandeng, biologi, performansi dan hasil seleksi.

41 KETERKAITAN ANTARA NUTRIEN DI DALAM BIOFILM

DAN DI LINGKUNGAN SEKITARNYA

Lutfi Nimatus Salamah, Anisa Retno, Alfi Fitriana, Andi Kurniawan Pusat Studi Pesisir dan Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang

Korespondensi, andi_k@ub.ac.id

Abstrak: Biofilm mudah ditemukan di lingkungan perairan dan mempunyai fungsi penting di lungkungan perairan diantaranya yaitu mendaur ulang nutrien dan pemurnian polutan. Salah satu kelebihan penting yaitu kemampuan untuk menjebak dan mempertahankan nutrien terlarut didalamnya melalui mekanisme pertukaran ion. Nutrien (amonium, nitrat, nitrit, ortofosfat) di biofilm dan di air sekitarnya yang ada di Sungai Metro dan di Pantai Watu Leter diteliti selama 3 bulan.

Hasilnya menunjukkan bahwa, konsentrasi amonium, nitrat, nitrit, dan ortofosfat di biofilm lebih tinggi (ratusan hingga ribuan kali) dari pada di air sekitarnya, semakin tinggi konsentrasi nutrien di air sekitar diikuti dengan semakin tinggi pula konsentrasi nutrien di biofilm yang menunjukkan bahwa konsentrasi nutrien di biofilm sebagian besar berasal dari air di sekitarnya. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa fungsional grup biofilm tidak berubah meskipun konsentrasinya berbeda. Sehingga, penelitian ini menunjukkan bahwa biofilm di lingkungan alami sangat kaya akan nutrien dan menunjukkan tren yang sama dengan air di lingkungan sekitarnya.

Kata kunci: Biofilm, Amonium, Nitrat, Nitrit, Ortofosfat

MUTU DAN KEAMANAN PANGAN PRODUK PERIKANAN TRADISIONAL DI PANTAI SELATAN SULAWESI SELATAN

Nursinah Amir1*, Syahrul1, Syamsuar2

1 Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar

2Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar

*Korespondensi: Telp: +62411586025; Fax : +62411586025; HP : 081342430988 E-mail: ina_thp@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mutu dan keamanan pangan produk perikanan tradisional di Pantai Selatan Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan evaluasi. Penentuan lokasi dan pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling. Sampel diambil dari pasar yang merupakan pusat penjualan olahan perikanan tradi- sional di Kabupaten Jeneponto dan Bulukumba. Sampel dianalisis parameter mutu dan keamanan- nya di Laboratorium Balai Penerapan Mutu Produk Hasil Perikanan Sulawesi Selatan. Hasil me- nunjukkan bahwa, beberapa parameter mutu dan keamanan produk perikanan tradisional sesuai dengan SNI, tetapi beberapa parameter lainnya berada di bawah SNI untuk masing-masing produk Kata kunci: produk, perikanan, tradisional, Sulawesi Selatan

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP LINTAH LAUT HIRUDINEA (Zeylanicobdella arugamensis) Zafran1, Ketut Mahardika1, Dinda Purnama Retri2 dan Ni Nyoman Dian Martini2

1Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Gondol-Bali

2Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali zafran16@yahoo.com

Abstrak: Ikan kerapu merupakan komoditas andalan budidaya laut di Indonesia. Salah satu kendala dalam budidaya ikan kerapu di karamba jaring apung adalah infeksi lintah laut hirudinea (Zeylanicobdella arugamensis). Infeksi lintah menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat dan bahkan tidak laku dijual. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis efektif ekstrak jahe (Zingiber officinale ) yang dapat mematikan lintah laut. Dosis ekstrak jahe yang diujikan adalah 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,3%, 3,1%, dan 1,6%. Masing-masing 25 ekor lintah laut dimasukkan

42

ke dalam petri dish yang sudah diisi 50 mL ekstrak jahe dengan dosis yang sudah ditentukan.

Sebagai kontrol lintah laut hanya direndam dalam air laut. Pengamatan dilakukan setiap 30 menit dengan cara memindahkan lintah laut dari masing-masing perlakuan ke dalam petri dish yang berisi 50 mL air laut steril dan diamati selama dua jam. Konsentrasi ekstrak jahe dinyatakan efektif apabila lintah tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe pada konsentrasi 100%, 50%, dan 25% efektif mematikan lintah laut dalam waktu 30 menit, sedangkan pada konsentrasi 12,5% ekstrak jahe baru efektif mematikan lintah dalam waktu 90 menit. Ekstrak jahe pada konsentrasi < 12,5% tidak menyebabkan kematian pada lintah walaupun sudah direndam selama 4 jam.

Kata kunci: Ikan kerapu, lintah laut, Zeylanicobdella arugamensis, jahe, Zingiber officinale

ANALISIS PREFERENSI HABITAT IKAN CAPUNGAN BANGGAI (Pterapogon kauderni) DI LOKASI INTRODUKSI PERAIRAN KENDARI, SULAWESI TENGGARA

Nindya Rizqy Kusumawardhani1, Ucu Yanu Arbi2, Aunurohim1

1 Departemen Biologi, Fakultas Sains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

2 Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI Email: nindya15@mhs.bio.its.ac.id

Abstrak: Ikan Capungan Banggai (Pterapogon kauderni) merupakan spesies ikan hias endemik di Kepulauan Banggai, Sulawesi Tengah dan beberapa pulau kecil di sekitarnya yang diperdagang- kan secara internasional. Akibat dari perdagangan tersebut, terbentuklah populasi introduksi ikan Capungan Banggai di beberapa lokasi di jalur-jalur perdagangan ikan, termasuk di perairan Kendari, Sulawesi Tenggara. Ikan Capungan Banggai mengalami perubahan preferensi habitat seiring dengan perkembangan umur ikan (ontogenetic shift), baik di Kepulauan Banggai maupun habitat yang ada di lokasi introduksi. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian yang mengkaji preferensi habitat ikan Capungan Banggai untuk mengetahui preferensi habitat ikan Capungan Banggai di Kendari, Sulawesi Tenggara, sebagai lokasi introduksi ikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2019. Pengambilan data kepadatan ikan Capungan Banggai dilakukan dengan metode Underwater Visual Survey (UVS), menggunakan belt transect termodifikasi berukuran 20m × 5m (2,5m kiri dan kanan dari tali transek) sehingga didapatkan luas area pengamatan 100m2. Ikan Capungan Banggai yang dihitung meliputi rekrut ikan yang berukuran <25 mmTL (Total Length/TL), ikan juvenil berukuran 25-60 mmTL (Total Length/TL), dan ikan dewasa berukuran >60 mmTL (Total Length/TL). Kepadatan ikan Capungan Banggai tertinggi pada tahap rekrut dan dewasa terdapat di lokasi penelitian Tanjung Tiram, sementara kepadatan tertinggi pada tahap perkembangan juvenil terdapat pada lokasi Pulau Bokori 2. Selain itu preferensi habitat ikan Capungan Banggai menunjukkan adanya pergeseran pemanfaatan sumberdaya seiring dengan perkembangan ikan dimana pada tahap perkembangan rekrut lebih cenderung menyukai berasosiasi dengan Heliofungia yang terdapat dilokasi Purirano, pada tahap perkembangan juvenil cenderung menyukai berasosiasi dengan anemon yang terdapat pada lokasi Kepulauan Mata, sementara pada tahap dewasa ikan Capungan Banggai cenderung berada disela-sela tumbuhan lamun di Kepulauan Mata.

Kata kunci: ikan Capungan Banggai, preferensi habitat, lokasi introduksi

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKTIVITAS INDUSTRI TAMBAK UDANG BERDASARKAN PERSEPSI PETAMBAK UDANG (STUDI KASUS: KABUPATEN TUBAN)

Marita Ika Joesidawati, Suwarsih, Arif Tribina Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe

Email: kaltsum.marita@gmai;.com; asihkiatete@yahoo.co.id

Abstrak: Perubahan iklim global menjadi masalah yang paling menarik, karena merupakan proses yang panjang dengan kompleksitas tinggi sehingga dampaknya sulit diprediksi dengan tepat dan mempengaruhi lingkungan alam dan sosial. Dampak perubahan iklim juga terjadi di Kabupaten Tuban, dan berimplikasi terhadap sektor industri budidaya ikan terutama pada gagal panen sehingga dapat menurunkan produktivitas tambak udang dan meningkatkan operasional petambak untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tuban dan

43 bertujuan untuk (1) mengidentifikasi fenomena perubahan iklim lokal, (2) mengidentifikasi dan menganalisa dampak dari fenomena perubahan iklim lokal terhadap produksi udang, (3) meng- identifikasi dan menganalisa dampak dari fenomena perubahan iklim lokal terhadap kesejahteraan petambak udang. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2019 melalui penyebaran quesioner dan wawancara terhadap 50 petambak udang sebagai data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait (BMKG, KLH, dan BPS) di Kabupaten Tuban. Analisis deskriptif tentang kerugian, penurunan produktifitas dan volume produksi digunakan untuk analisa perubahan kesejahteraan petambak berdasarkan Nilai Tukar Petambak Udang (NTPU), analisis ecological footprint.

Berdasarkan hasil persepsi petambak, 100 % merasakan bahwa di Kabupaten Tuban telah terjadi perubahan iklim yang mempengaruhi penurunan produksi udang. Fenomena perubahan iklim lokal dicirikan dengan meningkatnya (a) jumlah curah hujan, jumlah hari hujan, (b) jumlah hari atau bulan kering jika musim musim kemarau, (c) suhu rata-rata, ketinggian banjir dan intensitas pasang, (d) ketinggian dan intensitas banjir sungai. Penurunan produksi udang secara keseluruhan antara 25-50% (tambak tradisional 40-50%; tambak semi intensif 30-40%, dan tambak intensif 25- 30%), sedangkan biaya operasional untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim mengalami peningkatan sebesar 150-200%. Perhitungan tingkat kesejahteraan tahun 2000-2019 akibat perubahan iklim berdasarkan perhitungan NTPU menunjukkan 1,88 pada tahun 2000 menjadi 1,10 pada tahun 2019. Berdasarkan analisis Ecological Footprint (EF) sebesar 0,09. Adaptasi yang dilakukan Petambak dengan adanya perubahan iklim antara lain melakukan perubahan waktu panen, memanam pohon di sekeliling tambak dan meninggikan tanggul.

Kata kunci: perubahan iklim, produksi udang, kesejahteraan petambak udang.

SPIROPLAST (SPIROGYRA BIOPLASTICS): Spirogyra sp.

TERFERMENTASI Gluconacetobacter xylinum DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PADI Muhammad Iqbal Hardyanto1, Anita Nurmulya Bahari2, Muhammad Alfiandi Rachmad Harahap

1,2,3Brawijaya University Malang, East Java

E-mail: 1hardy.iqbal11@gmail.com, 2tatamulya45@gmail.com, 3alfiandi213@gmail.com

Abstract: As the world need plastics for our daily purposes, about 265 million tonnes of plastics were produced worldwide in 2010. Polymer film is selected as the best packaging materials due to its versatility, low cost, and permeability. Low-density polyethylene, high- density polyethylene and polyvinyl chloride are some of the most commonly available plastic polymers in the packaging industry. However, these synthetic materials are unable to be degraded by present natural microorganisms upon their disposal to the environment. As a result, these nonbiodegradable plastics remain in the environment for a long time and cause an increase in solid waste production.

Plastics have been incredibly useful to us in various ways. However, its overuse has been causing our planet many environmental problems such as pollution, degradation, and cancer. Because it is difficult to decompose, plastic waste tends to accumulate in landfills. The negative impact of using synthetic plastics has encouraged researchers to make plastics that can be decomposed naturally (bioplastics). Various natural materials, such as polysaccharides (cellulose, starch, chitin), protein (casein, whey, collagen), and fat can be used as ingredients for bioplastics. However, based on previous research in the manufacture of bioplastics, it will compete with foodstuffs. For example in the manufacture of bioplastics using various types of starch, such as cassava starch, tapioca flour and cornstarch. On the other hand, Spirogyra sp. is an algae and it finds in wetlands such as rice fields, lakes, ponds, ditches and waterways. There are more than 400 species of algae Spirogyra sp. spread throughout in the world. Spirogyra sp. contains cellulose has potential as a biodegradable plastic material. In addition, straw still has not received significant treatment. It contains a lot of cellulose. Cellulose is a biopolymer that has thermoplastic properties so that it has the potential to be formed or printed into a packaging film. The advantages of this type of polymer are available throughout the year (renewable) and biodegradable. Analyzing the problem, it use of basic materials for making bioplastics, but that compete with foodstuffs. Therefore a bio packaging based on fermented cellulose metabolites of Spirogyra sp. using Gluconacetobacter xylium bacteria and adding straw as biodegradable plastic. But before the product is produced on a large scale and commercialized, it is necessary to do research on product characteristics. This research was carried out with a literature review and an experimental quantitative approach using the design of RAL to test the effect of the concentration of Spirogyra sp. fermented Gluconacetobacter xylium

44

and straw to the characteristics of biodegradable plastics. With 5 different treatments and 4 replications: 1: 0: 0, 0: 1: 0, 0: 0: 1, 1: 0: 1, 0: 1: 1 (PSN, PSF, PLP). Characteristics of bioplastic from of cellulose test, tensile strength test, water resistance test, thickness test, biodegradability test and FTIR test.

Key words: bioplastic, fermentation, gluconacetobacter xylium, spirogyra, waste

MUTU IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) PASCA PENANGKAPAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

Yuliati H. Sipahutar1, Waode Vitha Purwandari 2, Thomas Michael Rinaldi Sitorus3,

1 Sekolah Tinggi Perikanan,

Jalan AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520

* korespondensi: yuliati.sipahutar@gmail.com

2 Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sulawesi Tenggara Jl. Balaikota No. 4 Kendari 93111

3 Pelabuhan Prikanan Nusantara Sungailiat Jl. Yos Sudarso No.50, Sungailiat, Kabupaten Bangka. 33211

Abstrak: Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui penanganan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) pasca penangkapan, mulai di atas kapal, pembongkaran, pelelangan dan distribusi.

Mengetahui mutu organoleptic dan kimia, penerapan rantai dingin dan penerapan sanitasi dan hygiene di Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari. Metode penelitian dilakukan dengan meng- amati proses penanganan ikan di atas kapal meliputi pengangkatan ikan dari alat tangkap purse seine, penyimpanan ikan ke dalam palka, sampai penanganan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (pembongkaran, penyortiran, penimbangan, dan pengangkutan) dan distribusi. Pengamatan lainnya yaitu pengamatan suhu, pengujian mutu, sanitasi dan hygiene di Pelabuhan Kendari.

Parameter uji mutu yaitu, nilai organoleptic, TVB, pH, dan ALT. Hasil pengamatan menunjukkan Nilai organoleptic di dalam palka rata-rata 9,0, pembongkaran 8,4, di pelelangan 7,8, dan distribusi 7,5. Nilai suhu dalam palka rata-rata di 2,8 0C, saat pembongkaran 3,40C, pelelangan 5,8 distribusi 12,10C. Nilai TVB di dalam palka rata-rata 4,64 mgN/100gr pembongkaran 5,49 mgN/100gr, pelelangan 8,54 mgN/100gr, dan distribusi 14,67 mgN/100gr. Nilai pengujian pH di dalam palka rata-rata 6,8, pembongkaran 7,05, di pelelangan 7,31, dan distribusi 7,86. Nilai pengujian ALT di dalam palka rata-rata 2,3 x 103 kol/gr pembongkaran 1,1 x 103 kol/gr, di pelelangan 4,0 x 104kol/gr, dan distribusi 6,2 x 104kol/gr. Penerapan sanitasi dan hygiene di Pelabuhan Perikanan Samudra Kendari belum diterapkan dengan baik

Kata kunci: ikan cakalang, penanganan, suhu, mutu, PPS Kendari

GRACIFUEL SEBAGAI INOVASI PROSES PRODUKSI BIOETANOL BERBAHAN LIMBAH AGAR GRACILARIA SP. DENGAN SAKARIFIKASI MENGGUNAKAN H2SO4

Nela A. Khoiriyah, M. Jannah, A. Rosul Arif

Fish Processing Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Brawijaya Alamat email: nelaakh@gmail.com

Abstrak: Konsumsi bahan bakar pada 2018 mencapai 75 juta kiloliter seiring dengan peningkatan kendaraan bermotor, yang sebesar 21,17%. Bioetanol adalah bahan bakar terbarukan. Biomassa adalah salah satu yang berpotensi menjadi energi terbarukan yang ramah lingkungan. Biomassa berupa rumput laut kelas Rhodophyceae (ganggang merah) yang diolah untuk menghasilkan produk samping berupa limbah agar. Limbah untuk Gracilaria sp. dapat menjadi substrat untuk menghasilkan bioetanol, karena biomassa memiliki banyak kandungan polisakarida jenis selulosa dan galaktan ketika difermentasi oleh ragi S. cereviseae yang sebelumnya diproses dengan sakarifikasi. GRACIFUEL (Gracilaria Biofuel): inovasi dalam produksi bioetanol berbasis limbah sehingga Gracilaria sp. Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang dilakukan uji lanjutan Duncan. Penelitian ini dilakukan dengan perbedaan konsentrasi asam H2SO4 (0%: 0,75%: 1,5% dan 2,25%). Hasil penelitian ini menunjukkan perbe-

Dalam dokumen Seminar Nasional Kelautan XIV (Halaman 41-51)