• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TEORI NILAI GUNA DAN NILAI TUKAR

A. Komparasi Teori Nilai Guna dan Nilai Tukar Dalam

1. Persamaan Pemikiran

80 BAB IV

KOMPARASI TEORI NILAI GUNA DAN NILAI TUKAR MENURUT IBNU KHALDUN DAN ADAM SMITH DALAM

MEKANISME PASAR PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

81

merupakan sumber utama penyebab dari keuntungan produksi.185 Ia menyatakan:

إ ندملا دييشت نأ نم ع لا ع متج ب لصحي من

. هر طقأ

186

نذ ت نارمعلا ص تن ب ق ل معأا د ف اذإ ي لا ر صمأا لإ ىرت اأ . سكلا عفرب ه أ يف سكلا زرلا ل ي فيك نك سلا ي

د يتلا ر صمأا لذك ؟ ين سنإا ل معأا ل آا حأ عس أ هأ ن كي رثكأ نارمع ن كت يه فر دشأ .

187

لمعلا ظحام ن كت دق ريثكلا يف ةره ظ

أ مظع مي لا نم صح هل لعجتف ، نم يف مك ،لمعلا ظحام خت دق . رغص ل معأا ر بتعا نإف ،س نلا نيب ا قأا ر عسأ مك ، بحلا ر عسأ يف ظحام يف نلا ح لا جاع يتلا ر طقأا يف ي خ هنكل ، ه نمدق

اإ هب رعشي اف ،ةريسي هتن م يف نم لي لا

ح لا لهأ .

188

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Ibnu Khaldun sangat menekankan bahwasanya tenaga kerja merupakan sumber yang berharga dalam kegiatan produksi.

Keuntungan tidak akan mungkin didapatkan apabila tidak ada tenaga kerja. Dengan kata lain, tenaga kerja merupakan sumber

185 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 118.

186 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 67.

187 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

188 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

82

nilai dalam mekanisme pasar. Keuntungan tenaga kerja dapat diwujudkan dalam bentuk harga maupun upah.

Sedangkan menurut Adam Smith, segala bentuk hasil produksi adalah milik para pekerja. Salah satu keadaan yang dapat mengatur kuantitas pertukaran adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi. Ia meyatakan:

“Or if the one species of labor requires an uncommon degree of dexterity and ingenuity, the esteem which men have for such talents will naturally give a value to their produce, superior to what would be due to the time employed about it. Such talents can seldom be acquired but in consequence of long application, and the superior value of their produce may frequently be no more than a reasonable compensation for the time and labor which must be spent in acquiring them. In the advanced state of society, allowances of this kind, for superior hardship and superior skill, are commonly made in the wages of labor; and something of the same kind must probably have taken place in its earliest and rudest period.”189

“The whole produce of labor belongs to the labourer;

and the quantity of labour commonly employed in acquiring or producing any commodity is the only circumstance which can regulate the quantity exchange for which it ought commonly to purchase, command, or exchange for.”190

“The real value of all the different component parts of price, it must be observed, is measured by the quantity of labour which they can, each of them, purchase or command. Labour measures the value not only of that part of price which resolves itself into labour, but of that which resolves itself into rent, and of that which resolves itself into profit.”191

189 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 74.

190 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 74.

191 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 76.

83

“In every society the price of every commodity finally resolves itself into some one or other, or all of those three parts; and in every improved society, all the three enter more or less, as component parts, into the price of the far greater part of commodities.”192

David Ricardo juga berpendapat bahwa nilai suatu komoditas atau jumlah komoditas lain yang akan dipertukarkan sangat bergantung pada kuantitas tenaga kerja yang digunakan dalam produksi.

“On Value The value of a commodity, or the quantity of any other commodity for which it will exchange, depends on the relative quantity of labour which is necessary for its production, and not on the greater or less compensation which is paid for that labour.”193 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja dan kinerja kerja merupakan faktor yang menentukan kuantitas dari sumber nilai. Nilai yang sesungguhnya (nilai riil) dapat direalisasikan dalam bentuk harga, sewa dan upah.

Dari uraian di atas, dapat dianalisa bahwasanya terdapat pemikiran antara Ibnu Khaldun dan Adam Smith tentang nilai tukar suatu barang tergantung pada jumlah tenaga kerja yang akan menghasilkan barang tersebut, sebab tenaga kerja merupakan bagian dari faktor-faktor produksi yang paling penting sehingga tenaga kerja dapat menjadi penentu harga barang yang diproduksi oleh suatu badan usaha atau perusahaan.

Penentuan nilai tukar pada suatu komoditas, Ibnu Khaldun dan Adam Smith menyatakan bahwa wujud dari nilai tukar adalah keuntungan riil berupa upah sewa, atau pun ongkos kerja yang direalisasikan dalam bentuk harga.

192 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 77.

193 David Ricardo, On The Principles of Political Economy and Taxation 1817, (Cambridge University Press, 1951), 2.

84 b. Teori Nilai Guna

Teori nilai guna sangat berkaitan erat dengan kegiatan konsumsi yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Kegiatan konsumsi senantiasa memiliki alasan rasional. Sehingga, nilai guna suatu komoditas direfleksikan dengan kepuasan individu. Dengan demikian, ada tiga sifat dasar manusia dalam pilihan rasional mengkonsumsi, yaitu, kelengkapan, transitivitas, dan kontinuitas.194

Keputusan seseorang untuk memilih berbagai kebutuhan ini akan melahirkan fungsi permintaan. Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa berarti berguna (usefull), membantu (helpfulness) atau menguntungkan (advantage).

Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan barang yang dirasakan oleh seorang konsumen ketika mengkonsumsi sebuah barang. Utilitas juga sering dimaknai dengan rasa puas atau kepuasan yang dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengkonsumsi sebuah barang.195 Tentang nilai guna, Ibnu Khaldun berkata:

ح صملا رطمل ك ،يعس ريغب لذ هل لصحي دق هل ثمأ عارز ل .

196

هرثكأ أ ك بستكملا اد ملا نأ نيبت د ف مسم نيبت ، ين سنإا ل معأا يق يه منإ سكلا نعم ن ب د ف .هب ع تنملا هنأ ، زرلا . مه مسم حرش زرلا

197

ن سنإا هدي ي م نأ عا ، ا مملا نم هينت ي

ه هنم ينت ملا د مل ف ،عئ نصلا نم ن ك نإ

194 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, 52.

195 P3EI, Ekonomi Islam, 127.

196 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 117.

197 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

85

اإ نه سيل ذإ ، ين ل ب دص لا ه ،ه مع ميق عم ن كي دق . ين ل هس نب د ص م سيل ،لمعلا ك يحلا ةر جنلا لثم هريغ ضعب يف عئ نصلا ،رثكأ م يف لمعلا نأ اإ ،لزغلا شخلا عم إ .رثكأ هتمي ف دب اف ، عئ نصلا ريغ نم ن ك ن

لمعلا ميق ل خد نم ين لا د ملا لذ ميق يف لصحت ل لمعلا ا ل ذإ ،هب صح ذلا يف ةره ظ لمعلا ظحام ن كت دق . تينق مظع مي لا نم صح هل لعجتف ، نم ريثكلا . رغص أ

198

Sedangkan Adam Smith mengatakan tentang nilai guna sebagai berikut:

“The word value, it is to be observed, has two different meanings, and sometimes expresses the utility of some particular object, and sometimes the power of purchasing other goods which the possession of that object conveys.

The one may be called “value in use”; the other, “value in exchange.” The things which have the greatest value in use have frequently little or no value in exchange; and, on the contrary, those which have the greatest value in exchange have frequently little or no value in use. Nothing is more useful than water: but it will purchase scarce anything;

scarce anything can be had in exchange for it. A diamond, on the contrary, has scarce any value in use; but a very great quantity of other goods may frequently be had in exchange for it.”199

Selain itu, David Ricardo juga menyatakan bahwa utilitas bukalah ukuran nilai yang dapat ditukar.

198 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

199 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 48.

86

“With an extended discussion of the labour theory of value, noting that air and water were much more useful than gold, but also much less valuable. Utility then is not the measure of exchangeable value”.200

Dengan demikian, hasil analisis yang diperoleh adalah suatu barang boleh jadi memiliki nilai guna yang lebih tinggi dari pada nilai tukarnya. Hal itu dinyatakan oleh Ibnu Khaldun dalam mendefinisikan nilai guna sebagaimana perumpamaan Ibnu Khaldun tentang rezeki yang diperoleh tanpa usaha yaitu hujan. Begitu juga dengan Adam Smith dengan perumpamaannya air dan berlian. Dengan kata lain, nilai guna suatu barang dapat dilihat dari manfaat atas barang tersebut bukan dilihat dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Bila dalam teori konsumsi pilihan barangnya adalah barang-barang untuk dikonsumsi semisal makanan, pakaian, dan sejenisnya, maka yang dapat dikonsumsi adalah manfaat atas barang tersebut. Sehingga, apabila manfaat atas barang tersebut sudah dirasakan maka akan direfleksikan dalam bentuk kepuasan. Jadi semakin tinggi nilai guna suatu barang maka semakin tinggi pula nilai utilitas yang akan diperoleh.

c. Teori Harga

Salah satu poin utama The Wealth of Nations adalah kebebasan alamiah bagi setiap individu untuk berproduksi, berusaha dan bersaing. Produk selanjutnya dari pemikiran ini adalah pasar bebas di mana meskipun terlihat kacau dan tidak teratur, pasar bebas sebenarnya dipandu untuk membuat nilai yang benar dan bermacam barang oleh tangan-tang tak terlihat (invisible hand). Jika sebuah kelangkaan produk terjadi misalnya, maka harganya akan naik, sehingga membuat margin keuntungan yang membuat insentif bagi yang lain untuk masuk

200 David Ricardo, On The Principles of Political Economy and Taxation 1817, 3.

87

ke produksi tersebut, dan mengatasi kelangkaan. Jika terlalu banyak produsen yang masuk ke pasar, kompetisi yang meningkat di antara para manufaktur dan kenaikan penawaran akan menurunkan harga produk tersebut sampai mendekati titik harga produksinya, harga natural atau harga alami. Bahkan jika keuntungan masih kosong pada harga natural, maka akan ada insentif untuk memproduksi barang dan jasa dan semua ongkos produksi, termasuk kompensasi untuk buruh, pemilik modal, juga dimasukkan dalam harga barang jual. Jika harga jatuh dibawah keuntungan kosong, produsen akan keluar dari pasar, jika mereka berada di atas keuntungan kosong, produsen akan masuk ke pasar. Smith percaya kalau motif manusia seringkali egois dan tamak, kompetisi dalam pasar bebas akan bertujuan menguntungkan masyarakat seluruhnya dengan memaksa harga tetap rendah, di mana tetap membangun insentif untuk bermacam barang dan jasa. Namun, Smith cemas akan pebisnis (yang egois dan tamak) dan melawan formasi monopoli.201 Ia menyatakan:

it is not from the benevolence of the butcher that we expert our dinner, but from his regard to his own interest202

As every individual, therefore, endeavors as much as he can to employ his capital in the support of domestic industry, and so to direct that industry that its produce may be of the greatest value; every individual necessarily labor to render the annual revenue of society as great as he can. He generally, indeed neither intends to promote the public interest, nor knows how much he is promoting it. By preferring the support of domestic to that of foreign industry, he intends only his own security; and by directing that industry in such a manner as its produce may be of the greatest value, he intends only his own gain, and he is in this, as in many other cases, led by an invisible hand to promote and

201 Apridar, Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya,31.

202 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 30.

88

end which was no part of his intention. Nor is it always the worse for the society that it was no part of it. By pursuing his own interest he frequently promotes that society promotes that of society more effectively than when he really intends to promote it.”203

Pasar yang paling baik adalah persaingan bebas (free competition), sedangkan harga dibentuk oleh kaidah supply and demand. Prinsip pasar bebas akan menghasilkan upah (wage) yang adil, harga barang (price) yang stabil dan kondisi pengangguran yang rendah (full employment).204

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bagi Adam Smith, keuntungan pribadi (self interest) merupakan kekuatan pengendalian perekonomian yang sangat fundamental yang akan membawa kemakmuran negara, seolah-olah ada tangan- tangan tak terlihat (invisible hand) yang menggerakkan roda perekonomian agar bergerak maju. Dengan kata lain, Mekanisme pasar bebas yang sederhana mampu membawa perekonomian pada suatu keseimbangan yang efisien berdasarkan keinginan (keuntungan) pribadi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harga yang seimbang dapat tercipta akibat kondisi penduduk di suatu daerah. Bagaimana selanjutnya konsumen dapat memenuhi kebutuhan individunya maupun kelompoknya, dan bagaimana para produsen dapat meraih keuntungan maksimum dengan biaya yang minimum. Tentu dalam hal itu, dengan konsep pasar bebas, Adam Smith, dalam menciptakan suatu harga yang alamiah dibutuhkan kebebasan alamiah yang akan membawanya pada titik keseimbangan. Adam Smith tidak membolehkan adanya campur tangan pemerintah dalam hal penentuan harga, karena menurutnya jika pemerintah campur tangan dalam penentuan harga, harga tersebut tidak akan berada pada titik keseimbangan (equilibrium) melainkan akan

203 Adam Smith, The Wealth Of Nations, 593.

204 Sadono sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, 70

89

terbentuk harga-harga yang akan menguntungkan satu pihak saja.

Peranan ekonomi Islam dalam mekanisme pasar menyumbangkan andil yang amat penting dalam perekonomian umat. Praktik pasar sejatinya harus ditampilkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma yang dibenarkan. Pada dasarnya semua bentuk sistem ingin menghilangkan dan meminimalisir kekurangan, kemiskinan dan kesulitan dalam kehidupan manusia. Artinya sistem ekonomi tersebut bekerja untuk menciptakan keadilan distribusi antar anggota masyarakat.205

Ibnu Khaldun mengakui adanya pengaruh permintaan dan penawaran terhadap penentuan harga, jauh sebelum konsep itu dikenal di Barat. Istilah-istilah permintaan dan penawaran baru dikenal dalam literatur bahasa Inggris pada tahun 1767.

Akan tetapi peranan dan fungsi dari permintaan dan penawaran dalam penentuan harga di pasar baru dikenal pada dekade kedua di abad ke-19.206

Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan standar moneter semua barang-barang lainnya terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang melimpah, harganya akan rendah. 207

Harga pasar ada karena terbentuknya keseimbangan antara penawaran dan permintaan, yaitu dalam mencapai harga keseimbangan ini, jumlah barang yang dijual mencapai jumlah maksimum.208

Ibnu Taimiyah adalah seorang pelopor dalam penjelasannya tentang penentuan harga dalam hubungannya dengan penawaran dan permintaan. Masyarakat pada masa

205 Ahmad Dakhoir dan Itsla Yunisva Aviva, Ekonomi Islam dan Mekanisme Pasar (Refleksi Pemikiran IbnuTaimiyah), 2

206 Mustofa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam,.98.

207 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 402

208 Juliana Ifnul Mubarok, Kamus Istilah Ekonomi (Bandung: Yrama Widya, 2012), 82.

90

Ibnu Taimiyah beranggapan bahwa peningkatan harga merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar hukum dari pihak penjual atau mungkin sebagai akibat manipulasi pasar. anggapan ini dibantah oleh Ibnu Taimiyah.

Dengan tegas ia mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. 209

Sejalan dengan itu, Al-Ghazali juga berpendapat dalam kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin, ia menyajikan penjabaran yang perinci akan peranan aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi al-Ghazali, pasar merupakan bagian dari ‘keteraturan alami.’210

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemikiran Ibnu khaldun tentang tentang harga bahwasanya harga dapat terbentuk karena adanya permintaan dan penawaran. Adapun faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, salah satunya adalah kondisi penduduk.

Dari uraian di atas, hasil analisis yang diperoleh bahwa dalam penentuan harga Adam Smith dan Ibnu Khaldun berpendapat bahwa harga dipengaruhi oleh hukum penawaran dan hukum permintaan pasar terhadap barang tersebut. Dengan demikian untuk mendapatkan keseimbangan harga pasar, maka kuantitas barang yang ditawarkan sama dengan kuantitas permintaan pasar, maka akan terbentuk keseimbangan harga.

Hal itu disebabkan karena tidak adanya kelebihan barang yang harus dijual dibawah harga pasar. Selain itu, penentuan harga juga tergantung pada biaya produksi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan atau badan usaha yang disebut modal. Harga jual merupakan harga modal ditambah dengan keuntungan.

Adam Smith dan Ibnu Khaldun menggagas konsep tentang pasar bebas di mana peran pemerintah dalam mekanisme pasar adalah sangat sedikit atau bahkan tidak ada.

Adam Smith dan Ibnu Khaldun meyakini bahwa dengan

209 Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Praktik pada Aktivitas Ekonomi, 170

210 Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam perspektif Maqashid al- Syar’iyah, 219

91

prinsip pasar bebasnya akan terbebas dari tindakan spekulasi, penyelundupan, maupun monopoli pasar yang dapat merugikan para konsumen. Dengan demikian akan tercipta keadilan dalam pasar. Oleh sebab itu, Adam Smith dan Ibnu Khaldun menyatakan bahwa harga yang seimbang dapat dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran.

Berikut tabel persamaan pemikiran Ibnu Khaldun dan Adam Smith:

Tabel 4.1. Persamaan Pemikiran Adam Smith dan Ibnu Khaldun

No. Teori Persamaan Pemikiran Adam Smith dan Ibnu Khaldun

1. Teori Nilai Tukar

Nilai tukar suatu barang tergantung pada jumlah tenaga kerja yang akan

menghasilkan barang tersebut. wujud dari nilai tukar adalah keuntungan riil berupa upah sewa, atau pun ongkos kerja yang direalisasikan dalam bentuk harga.

2. Teori Nilai Guna

Nilai guna merupakan nilai yang didapat dari hasil mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Suatu barang dan jasa yang memiliki nilai tukar tinggi boleh jadi memiliki nilai guna yang rendah. Begitu juga sebaliknya, barang dan jasa dengan nilai tukar rendah atau bahkan tidak memiliki nilai tukar sama sekali boleh jadi memiliki nilai guna yang tinggi.

92

3. Teori Harga Adam Smith dan Ibnu Khaldun

menggagas konsep tentang pasar bebas yang meminimumkan peran pemerintah dalam mekanisme pasar. Sehingga, harga yang seimbang dapat ditentukan dengan hukum permintaan dan penawaran. Harga merupakan bentuk realisasi dari nilai tukar.

1. Perbedaan Pemikiran a. Teori Nilai Tukar

Nilai merupakan konsep ekonomi yang merujuk pada interaksi financial antara barang dan jasa yang tersedia. Nilai bukan sebuah fakta tetapi sebuah perkiraan atas manfaat ekonomi pada suatu barang dan jasa pada masa tertentu. Nilai juga merupakan sebuah kombinasi kualitas. Pelayanan dan harga dari suatu barang dan jasa.211

Adam Smith mengatakan bahwa penentuan nilai tukar bersandar pada waktu dan kualitas kerja. Bukan semata-mata hanya bersandar pada alat tukarnya saja. Lebih jelas ia mengatakan:

“If the one species of labor should be more severe than the other, some allowance will naturally be made for this superior hardship; and the produce of one hour’s labour in the one way may frequently exchange for that of two hours’ labour in the other.”212

“It is natural that what is usually the produce of two days’ or two hours’ labour, should be worth double of what is usually the produce of one day’s or one hour’s labour.”213

211 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, 14.

212 Adam Smith, The Wealth of Nation, 73.

213 Adam Smith, The Wealth of Nation, 73.

93

Bagi Ibnu Khaldun, Pengecualian satu-satunya dari hukum penawaran dan permintaan adalah emas dan perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lainnya terkena fluktuasi harga yang bergantung pada kegiatan pasar.214 Ia menyatakan:

نم نييندعملا نيرجحلا ق خ هن حبس ه نإ ق ض لا هذلا ةريخذلا يه ،ل متم لكل مي

لا ين . ل غلا يف ل علا لهأ

215

Dari uraian di atas, diperoleh hasil analisis sebagai berikut. Dalam nilai tukar, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa hasil dari suatu usaha akan sesuai dengan usaha untuk meraihnya. Dengan kata lain, hasil nilai tukar yang diperoleh dari pertukaran antar barang dengan barang, antar barang dengan hal lain yang seharga sama, dan nilai tukar jasa dengan upah. Standar nilai tukar dalam Islam adalah emas dan perak. Hal itu sesuai dengan prinsip ekonomi Islam itu sendiri. Sedangkan menurut adam Smith, nilai tukar dari suatu usaha diukur dengan jam dan hari kerjanya saja. Hal itu di amati penulis pada pendapat Adam Smith pada uraian di atas.

Adam Smith tidak memberikan standar yang jelas terhadap nilai tukar suatu usaha. Ia hanya berlandaskan pada jam atau waktu kerja karyawan saja.

b. Teori Nilai Guna

Ibnu Khaldun mejelaskan bahwa manfaat-manfaat dan hasil-hasil usaha semuanya atau sebagian besar tidak lain adalah nilai-nilai pekerjaan manusia. Dan jelas pula apa yang disebut dengan rezeki dan bahwa rezeki adalah apa yang diambil manfaatnya.”216

214 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 402.

215 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

216 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.