• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Nilai Tukar menurut Ibnu Khaldun

BAB III TEORI NILAI GUNA DAN NILAI TUKAR

A. Teori Nilai Guna, Nilai Tukar dan Teori Harga

1. Teori Nilai Tukar menurut Ibnu Khaldun

48

49

Artinya: “Dan Dia menundukkan apa yang di langit dan apa yang di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya.

Sesungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.”

(QS. Al-Jatsiyah [45]: 13).114

Allah Swt. menundukkan untuk manusia berupa bintang- bintang, gunung-gunung, lautan, sungai-sungai, dan semua itu dapat dimanfaatkan oleh manusia.115 Begitu juga hujan, angin dan berbagai kemanfaatan lainnya sebagai karunia dan rahmat dari Allah Swt.116

Namun, itu semua hanya menjadi faktor pendukung saja (modal), dan manusia harus tetap melakukan tindakan. Kemudian tindakan-tindakan itu akan disebut sebagai mata pencaharian. Dari hasil tindakan tersebut manusia dapat memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan yang lainnya dan menjadi kekayaan jika lebih dari itu. Kelebihan kekayaan tersebut apabila dimanfaatkan kembali kepada seseorang dan ia juga dapat menikmati hasilnya (membelanjakannya untuk kemaslahatan kebutuhan) maka itu disebut dengan rezeki. Ibnu Khaldun mengatakan:

ء نتقاا يف يعسل ب ن كي منإ سكلا نأ عا يعس نم زرلا يف دب اف .ليصحتلا لإ دص لا

هل نت يف ل ،لمع ل ق .هه ج نم هئ غتبا

منإ هيلإ يعسلا ." زرلا ه دنع ا غتب ف" : ل عت دب اف .ه دنع نم لكل ف ،هم لإ ه رادق ب ن كي متم سكم لك يف ين سنإا ل معأا نم ل

.

117

“Ketahuilah bahwasanya hasil usaha hanya terwujud dengan adanya tindakan untuk menyimpan dan maksud memetik hasil. Jadi untuk mendapatkan suatu rezeki

114 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), 719.

115 Imam Al-Hafidz Ibnu Katsir Al-Dimashqi, Tafsir Alqur’an Al-Azim Jilid 4.

(Beirut-Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2017), 126.

116 Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Asy-Syariah wa Al- Manhaj Jilid 14, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 2009), 282.

117 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 118.

50

haruslah dengan tindakan dan perbuatan untuk mendapatkan dan mencarinya dengan jalannya. Allah Swt.

berfirman,“Maka carilah di sisi Allah rezeki itu.” Tindakan dan usaha menuju kepadanya hanya dapat terjadi dengan ketentuan dan ilham dari Allah Swt. Segala sesuatu berasal dari Allah dan harus ada usaha-usaha untuk setiap hal yang mendatangkan hasil dan harta.”

Rasulullah Saw. bersabda:

تي بأف تس بل أ تينفأف ت ك أ ام ك لام ا َنإ تقَ ت أ

تيضم أف .

118

Artinya: “Sesungguhnya harta yang untuk anda hanyalah apa yang anda makan lalu anda habiskan, atau yang anda kenakan lalu rusak, atau yang anda sedekahkan kemudian berlalu begitu saja.” (HR. An-Nasa’i no. 3613).

Rezeki diperoleh dari kerajinan merupakan nilai yang diwujudkan dari tenaga kerja. Beberapa kerajinan sebagian terkait dengan kerajinan lainnya. Misalnya, pertukangan dan pertenunan dikaitkan dengan kayu dan benang masing-masing digunakan untuk produksi. Namun, tenaga kerja yang masuk ke dalam proses produksi lebih penting dan nilainya lebih tinggi.

Dalam hal itu Ibnu Khaldun memprediksi, sehingga bisa dikatakan preferensi ekonomi untuk lini produksi bernilai tambah tinggi. Ia mengatakan:

ريغ نم ن ك نإ د ملا لذ ميق يف دب اف ، عئ نصلا

ا ل ذإ ،هب صح ذلا لمعلا ميق ل خد نم ين لا تينق لصحت ل لمعلا .

119

“Apabila bukan termasuk dalam kerajinan-keterampilan, maka harus ada nilai hasil dan pendapatan yaitu

118 Abi Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib Al-Khurasany, Sunan An-Nasa’i, (Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif lin-Nasyri wat-Tauzi’),563.

119Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

51

masuknya nilai pekerjaan yang nilainya itu ada karenanya. Sebab jika tidak ada pekerjaan maka tidak terdapat pendapatan.”

Ia juga membagi pendapatan menjadi dua kategori, ribh (gross earning) dan kasb (earning a living). Ribh didapat ketika seseorang bekerja untuk dirinya sendiri dan menjual objek- objeknya ke orang lain. Dalam hal ini, nilai harus meliputi ongkos bahan baku dan sumber alam. Kasb didapat ketika seseorang bekerja untuk dirinya. Ribh boleh yang mana saja, suatu laba atau suatu pendapatan kotor, tergantung pada konteksnya. Dalam hal ini, ribh merupakan sebab biaya bahan baku dan sumber alam adalah tercakup dalam harga objek-objek tersebut.120 Ibnu Khaldun mengatakan:

نيبت نعم ن ب د ف .هب ع تنملا هنأ ، زرلا مسم

مه مسم حرش زرلا سكلا .

121

“Jelas pula apa yang disebut dengan rezeki dan bahwa rezeki adalah apa yang diambil manfaatnya. Kiranya juga telah jelas apa arti kasb/hasil usaha dan arti rezeki serta penjelasan mengenai keduanya.”

Dengan jelas Ibnu Khaldun mengatakan bahwa rezeki adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya. Diciptakan bumi untuk manusia sebagai tempat hamparan dan tempat tinggal dan langit sebagai atapnya untuk mencari rezeki. Allah Swt.

berfirman:

ءا ن ب ءا َسلا اش ف اا م ل ل ع ج َلا ن م ز ن ا

ا ع ج ت َ ف م ل اق ا لا ن م ه ب خ ا ف ءا م ءا َسلا . ع ت م ت ن ا َ ا ن ا ل

120 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 251.

121 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

52

Artinya,“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahuinya”.(Al-Baqarah [2]: 22).122

Fungsi ekonomis terciptanya bumi dan langit diterangkan pada penjelasan turunnya air hujan dari langit yang menyuburkan bumi. Kesuburan bumi atas air hujan tersebut membuat berbagai pepohonan berbuah. Inilah yang menjadi rezeki awal manusia. Adapun langit memiliki keteraturan dalam pencahayaan, lapisan-lapisan, panas, tekanan udara dan angin telah memberikan maksimalisasi bumi sebagai tempat berpijak bagi makhluk hidup. Dengan demikian, ayat tersebut di atas telah menunjukkan keterkaitan penciptaan bumi dan langit sebagai sarana produksi rezeki bagi manusia. Segala buah-buahan sebagai rezeki manusia untuk memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) yaitu makan.123

Menurut Ibnu Khaldun, tenaga kerja menjadi sumber yang sangat berharga. Tenaga kerja penting bagi semua akumulasi modal dan pendapatan. Sekalipun pendapatan dihasilkan dari sesuatu selain keahlian, nilai-nilai dari menghasilkan laba dan modal harus mencakup nilai tenaga kerja.

Tanpa tenaga kerja hal tersebut belum diperoleh.124

Tenaga kerja dipandang dari sudut ekonomi adalah setiap pengorbanan pikiran dan badaniah yang sebagian atau seluruhnya ditujukan ke arah mencapai barang-barang dan jasa- jasa dengan tujuan lain dari pada hanya untuk mencapai kepuasan yang timbul karena usaha memproduksinya.125

Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan. Pada berbagai macam jenis produksi, tenaga kerja

122 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 4.

123 Dwi Swiknyo, Kompilasi tafsir Ayat-ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, ), 83

124 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 251.

125 Winardi, Ilmu Ekonomi, (Bandung: Tarsito, 1988), 45.

53

merupakan aset bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak pada kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya, termasuk di antaranya kinerja para tenaga kerja.126

Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam proses produksi. Bahkan banyak pemikiran yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi. Memang pendapat ini cukup ekstrim, namun dalam beberapa hal, pendapat ini mendapat dukungan dari kenyataan yang ada. Tenaga kerja telah mengubah input menjadi output, yang mana output tersebut pada akhirnya akan menjadi input dari proses produksi barang lain, demikian seterusnya.127

Dalam kasus yang lebih ekstrim, sekalipun tenaga kerja bisa disubstitusikan oleh peralatan atau pun robot namun hal ini tetap saja tidak bisa dilepaskan dari unsur tenaga kerja yang menciptakan alat maupun robot tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semuanya bergantung pada tenaga kerja, oleh karenanya hal tersebut telah menjadi dasar argumen dalam menentukan tenaga kerja sebagai input yang utama dalam berproduksi.

Kekayaan suatu bangsa tidak ditentukan dengan jumlah uang yang dimilikinya, tetapi ditentukan oleh produksi barang dan jasa serta neraca pembayaran yang sehat. Neraca pembayaran yang sehat adalah suatu akibat alamiah dari tingkat produksi yang tinggi.128

Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa sebuah peradaban besar menghasilkan keuntungan yang besar sebab besarnya jumlah ketersediaan tenaga kerja dalam suatu perusahaan yang merupakan sumber utama penyebab dari keuntungan produksi.129

Keuntungan merupakan nilai yang direalisasikan dari tenaga kerja. Semakin banyak tenaga kerja, semakin meningkat

126 Ika Yunia Fauzia, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Syariah, (Jakarta: Kencana, 2014), 119.

127 P3EI, Ekonomi Islam, 420.

128 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 400.

129 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 94-95.

54

nilai yang akan direalisasikan. Dengan demikian keuntungan pun akan turut meningkat. Keuntungan yang dinikmati membawa tiap individu kepada kemewahan. Seperti, rumah yang b, pakaian yang rapi, kendaraan yang mewah, dan lain-lain. Segala bentuk kenikmatan tersebut membutuhkan harga atau upah. Perputaran tenaga kerja yang demikian itu dapat mengakibatkan berkembangnya dunia industri dan kerajinan.130

Dalam hal upah/gaji/pendapatan Ibnu Khaldun mengatakan bahwa upah tersebut ditentukan berdasarkan tingkat permintaan dan penawaran pekerjaan. Apabila suatu pekerjaan memiliki banyak tenaga kerja yang mampu mengerjakannya maka dengan sendirinya upah/gaji tersebut akan menurun. Dan begitu pula sebaliknya, apabila suatu pekerjaan memiliki sedikit tenaga kerja maka upah/gaji akan meningkat. Dengan demikian, segala yang dihasilkan oleh tenaga kerja baik berupa barang produksi maupun ongkos/upah/pendapatan merupakan nilai-nilai dari suatu pekerjaan. Ibnu Khaldun mengatakan:

، نم ريثكلا يف ةره ظ لمعلا ظحام ن كت دق . رغص أ مظع مي لا نم صح هل لعجتف

خت دق ا قأا ر عسأ يف مك ،لمعلا ظحام

يف نلا ل معأا ر بتعا نإف ،س نلا نيب هنكل ، ه نمدق مك ، بحلا ر عسأ يف ظحام هتن م يف ح لا جاع يتلا ر طقأا يف ي خ ح لا لهأ نم لي لا اإ هب رعشي اف ،ةريسي .

131

“Terkadang sebagian besar tindakan pekerjaan itu bersifat lahiriah. Maka terhadapnya dapat dibuat pembagian nilai, baik besar maupun kecil. Dan terkadang tindakan pekerjaan itu tidak jelas, sebagaimana yang terdapat harga-harga makanan pokok di lingkungan manusia. Pekerjaan- pekerjaan dan ongkos-ongkosnya tetap dihitung dalam

130 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

131 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

55

harga biji-bijian, sebagaimana telah kami kemukakan.

Akan tetapi semua itu tidak jelas di daerah-daerah yang usaha dan ongkos pertanian di sana hanya sedikit, yang tidak dapat dirasakan kecuali oleh sedikit ahli pertanian.”

Hal itu membuktikan bahwa untuk memperoleh suatu pendapatan atau keuntungan, setiap individu harus bekerja dengan keahliannya. Semakin banyak individu yang bekerja, semakin banyak keahlian maka nilai dari hasil kerja itu juga akan semakin tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dalam hal ini nilai dari tiap-tiap pekerjaan merupakan nilai guna dari hasil produksi tiap tenaga kerja.

Selain itu, Ibnu Khaldun juga menggambarkan kondisi suatu daerah dengan lapangan kerja yang minim. Hal itu akan menyebabkan menurunnya tingkat pendapatan yang pada akhirnya akan menjadi kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya pembangunan pada suatu daerah, dapat pula hal itu disebabkan karena penduduk dalam suatu daerah tidak dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah tersebut. Ibnu Khaldun meyatakan:

ه نذ ت نارمعلا ص تن ب ق ل معأا د ف اذإ نك سلا ي لا ر صمأا لإ ىرت اأ . سكلا عفرب أ يف سكلا زرلا ل ي فيك ي

ل معأا ل د

رثكأ نارمع ن كت يتلا ر صمأا لذك ؟ ين سنإا فر دشأ آا حأ عس أ هأ ن كي يه

.

132

“Apabila pekerjaan-pekerjaan tidak ada atau hanya ada sedikit karena berkurangnya pembangunan, maka Allah memberikan isyarat akan hilangnya hasil usaha. Anda tentu melihat kota-kota yang sedikit penduduknya, bagaimana rezeki dan usaha di sana juga sedikit atau bahkan tidak ada karena sedikitnya pekerjaan-pekerjaan manusia? Demikian juga kota-kota yang pembangunannya lebih banyak, maka

132Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 119.

56

warganya lebih luas keadaan-keadaan lebih nyata kemakmurannya.”

Apabila pekerjaan tidak ada, maka itu disebabkan oleh berkurangnya pembangunan. Jika pembangunan bertambah maka bertambah pula pekerjaan yang diikuti oleh bertambahnya penghasilan (kekayaan) yang diperoleh. Dengan demikian, kebutuhan pun akan semakin bervariasi.

Bagi Ibnu Khaldun, Seorang individu tidak sendirian dalam menghasilkan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan bahwa mereka semua saling membantu dalam pembangunan mereka untuk memenuhi hal itu. Kebutuhan yang terpenuhi dengan saling bekerjasamanya satu kelompok dapat menutupi kebutuhan pokok (dharuriyah).133

Apa saja yang dapat dipenuhi melalui kerjasama yang saling menguntungkan jauh lebih besar dari pada apa yang dicapai oleh individu-individu secara sendirian. Dalam teori modern, pendapat ini mirip dengan teori comparative advantage.134

Ada beberapa bidang mata pencaharian yang memerlukan spesialisasi kerja untuk meningkatkan hasil produksinya berdasarkan kitab Muqaddimah, yaitu, maghrom (beban tanggungan) dan jibayah (pajak), berburu, berternak, bertani, pertukangan, menjahit, pertenunan dan berdagang. 135

Dari beberapa bidang mata pencaharian yang telah dijelaskan di atas, Konsep pembagian kerja Ibnu Khaldun ini berimplikasi pada peningkatan hasil produksi. Pembagian kerja akan mendorong spesialisasi, di mana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Hal ini akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil produksi secara total.136

133 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 85.

134 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 252.

135 Abdurrahman Ibn Khaldun, Al-Muqaddimah Jilid 5, 120.

136 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, 252

57

Spesialisasi kerja diartikan sebagai tingkatan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang ditekuninya, hakikat spesialisasi kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu akan menjadi lebih baik jika pekerjaan tersebut dipecah menjadi sejumlah langkah dan setiap langkah diselesaikan oleh individu yang berbeda. Jadi pada dasarnya setiap individu memiliki spesialisasi dalam mengerjakan bagian dari suatu kegiatan, bukan mengerjakan keseluruhan.137