BAB III HYPNOSIS DAN HYPNOTEACHING
B. Metode Hypnoteaching
1) Personality (Kepribadian)
Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus, kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Maka dari itu situasi diciptakan dalam pembelajaran harus diseimbangkan dengan kebiasaan dan tindakan seorang anak, sehingga tidak terdapat perasaan yang memaksa atau tertekan dalam diri anak.60 Florence Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat masing-masing kepribadian antara lain sebagai berikut:
a) Sanguinis (Manusia yang Populer)
Seorang sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pembicara dan optimis.
- Segi emosi: kepribadian yang menarik, suka bicara, menghidupkan pesta, rasa humor yang hebat, ingatan kuat untuk warna, secara fisik memukau pendengar, emosional dan demonstratif, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik di panggung, lugu dan polos, hidup di masa sekarang, mudah diubah, berhati tulus, selalu kekanak-kanakkan.
- Segi pekerjaan: sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru, tampak hebat di permukaan, kreatif dan inovatif, punya energi dan antusiasme, mulai dengan cara
60 Florence Littauer, Personality Plus (Kepribadian Plus), (Jakarta: PT Rosdakarya, 2006), h. 38
cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut dan mempesona orang lain untuk bekerja.
- Sebagai teman: mudah berteman, mencintai orang, suka dipuji, tampak menyenangkan, disukai anak-anak, bukan pendendam, mencegah suasana membosankan, suka kegiatan spontan.61
Jika diklasifikasikan maka kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang sanguinis antara lain:
Kekuatan Kelemahan
Hangat, ramah dan bersahabat
Pembicara yang hebat
Antusias, ekspresif dan penuh rasa ingin tahu
Cekatan dalam mengambil inisiatif
Mempunyai hati yang tulus dalam melakukan sesuatu
Mempunyai rasa optimis yang tinggi dan persuasif
Mudah memaafkan dan tidak menyimpan dendam
Terlalu banyak bicara
Mementingkan diri sendiri
Orang yang suka pamer
Terlalu bersuara
Orang yang kurang disiplin
Senang menceritakan kejadian berulang kali
Lemah dalam ingatan
Tidak dewasa
Tidak tetap pendirian
b) Koleris (Manusia yang Kuat)
Seorang Koleris pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pelaku dan optimis.
61Florence Littauer, Personality Plus (Kepribadian Plus), h. 122
- Segi emosi: berbakat pemimpin, dinamis dan aktif, sangat memerlukan perubahan, harus memperbaiki kesalahan, berkemauan keras dan tegas, memiliki motivasi berprestasi, tidak emosional bertindak, tidak mudah patah semangat, bebas dan mandiri, memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja.
- Segi pekerjaan: berorientasi target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.
- Segi pertemanan atau sosialisasi: sifat tidak terlalu perlu teman, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu benar, unggul dalam keadaan darurat, mau bekerja untuk kegiatan, memberikan kepemimpinan yang kuat, menetapkan tujuan.62
Jika diklasifikasikan maka kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang koleris antara lain:
Kekuatan Kelemahan
Mempunyai bakat pemimpin, tegas dan berkemauan keras mencapai target
Berani, sistematis,
mempunyai strategi, dinamis dan aktif
Bergerak cepat dan mampu
Pekerja keras, tidak sabaran, cepat marah dan sarkastik
Suka memerintah, mendominasi
Tidak peka terhadap perasaan orang lain
Merasa selalu benar
62Florence Littauer, Personality Plus (Kepribadian Plus), h. 123
menghadapi tantangan
Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi pada
produktivitas
Fokus pada produktivitas
Mempunyai visi ke depan
Mandiri, rasional dan unggul dalam keadaan darurat
Merasa sulit secara lisan atau fisik
memperlihatkan kasih sayang dengan terbuka
Keras kepala
Tampaknya tidak bisa tahan atau menerima sikap, pandangan, atau cara orang lain.
c) Melankolis (Manusia yang Sempurna)
Seorang melankolis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pemikir dan pesimis.
- Segi emosi: mendalam dan penuh pemikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik atau musikal, filosofis dan puitis, menghargai keindahan, perasa (peka) terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis.
- Segi pekerjaan: berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib terorganisir, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik, bagan dan daftar.
- Segi pertemanan atau sosialisasi: hati-hati dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang
lain, sangat memperhatikan orang lain, mencari teman hidup ideal.63
Jika diklasifikasikan maka kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang melankolis antara lain:
Kekuatan Kelemahan
Analitis yang mendalam dan pemikir
Berorientasi jadwal
Artisktik, musical dan kreatif (filsafat dan puitis)
Rela berkorban dan idealis
Mempunyai standar tinggi dan perfeksionis
Berbakat tekun dan disiplin
Mampu melihat masalah dan mencari solusi
Pendengar yang baik dan berempati tinggi
Pemurung dan mudah tertekan
Selalu melihat yang negatif dan pendendam
Memiliki citra diri rendah
Suka menunda-nunda sesuatu
Sulit bersosialisasi
Sering merasa sedih atau kurang
kepercayaan
d) Phlegmatis (Manusia yang Cinta Damai)
Seorang phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan pesimis.
- Segi emosi: kepribadian rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam, tenang, sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang tetapi cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna.
63Florence Littauer, Personality Plus (Kepribadian Plus), h.124
- Segi pekerjaan: cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif, menjadi penengah masalah, menghindari konflik, baik di bawah tekanan, menemukan cara yang mudah.
- Segi pertemanan atau sosialisasi: mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung, pendengar yang baik, punya banyak teman, punya belas kasihan dan perhatian, tidak tergesa-gesa, bisa mengambil hal baik dari yang buruk, tidak mudah marah.64
Jika diklasifikasikan maka kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang phlegmatis antara lain:
Kekuatan Kelemahan
Mempunyai pribadi yang tenang dan teguh
Obyektif dalam melihat masalah dan bijaksana
Diplomatis, efisien, teratur
Dapat diandalkan dan humoris
Mudah bergaul dan pendengar yang baik
Penengah masalah yang baik
Kuat di bawah tekanan
Berbelaskasihan dan peduli
Cenderung tidak bergairah dalam hidup
Sering mengalami
perasaan sangat khawatir, sedih, atau gelisah
Orang yang merasa sulit membuat keputusan
Tidak mempunyai keinginan untuk mendengarkan atau tertarik pada perkumpulan
Tampak malas, lambat dalam bergerak
Mundur dari situasi sulit
64Florence Littauer, Personality Plus (Kepribadian Plus), h.124
Dalam bukunya, Florence Littauer juga mengatakan bahwa di antara 4 tipe kepribadian di atas, manusia juga dapat mempunyai kemungkinan campuran di antara keempatnya. Tipe kepribadian campuran tersebut antara lain:
1. Campuran alami yaitu antara kepribadian sanguinis dengan koleris serta campuran antara kepribadian melankolis dan phlegmatis
2. Campuran pelengkap yaitu antara kepribadian koleris dan melankolis serta campuran kepribadian sanguinis dan phlegmatis
3. Campuran yang berlawanan yaitu antara kepribadian sanguinis dan melankolis serta antara kepribadian koleris dan phlegmatis.65
2) Tipe Gaya Belajar
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Ada beragam tipe gaya belajar manusia dalam memahami sesuatu, di antaranya yaitu Visual, Auditory, Kinestetik, Gustatory dan Olfaktory. Berikut adalah penjelasannya:
a) Gaya belajar visual (visual learning)
Visual learning adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata memegang peranan penting. Gaya belajar visual dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi seperti melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik, dan sebagainya.
Bisa juga dengan melihat data teks seperti tulisan dan huruf.66
65Florence Littauer, Personality Plus (Kepribadian Plus), h. 125
66Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, (Jogjakarta: Javalitera, 2001), h.17
Setiap orang yang memiliki gaya belajar visual memiliki kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya. Mereka lebih mudah menangkap lewat materi bergambar. Selain itu, mereka memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna dan pemahaman yang cukup terhadap artistik. Dalam hal ini teknik visualisasi melatih otak untuk bisa memvisualisasikan suatu hal, mulai dari mendeskripsikan suatu pemandangan, benda (baik benda nyata maupun imajinasi), hingga akhirnya mendapatkan yang diinginkan.67
Karakteristik gaya belajar visual yaitu sebagai berikut:
- Lebih mudah mengingat dengan cara melihat. Cara yang paling tepat untuk meningkatkan hasil belajar bagi seseorang yang mempunyai gaya belajar visual adalah dengan menggunakan alat bantu visual seperti grafik dan gambar yang memungkinkan mereka melihat gambaran luas dari materi yang akan dipelajari.68
- Lebih suka membaca daripada dibacakan
- Rapi dan teratur. Mereka berpikir dengan cara bertahap, detail per detail dan menyimpan data secara sistematis, bahkan secara alfabetis, urut secara numerikal atau kronologis. Karena mereka sangat terorganisir, maka mereka biasanya akan mengatur materi data secara teratur dan mempunyai catatan pelajaran yang rapi.
- Biasanya tidak terganggu oleh keributan69
- Mempunyai masalah untuk mengingat informasi verbal70
67Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, h. 17
68Nini Subini, Rahasia Gaya Belajar Orang Besar, h. 17
69Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, (Semarang: Dahara Prize, 2004), h. 114
- Senang kerapian dan keterampilan - Jika berbicara cenderung lebih cepat
- Ia suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka panjang
- Sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya
- Mementingkan penampilan, baik dalam berpakaian maupun presentasi
- Mengingat sesuatu dengan penggambaran (asosiasi) visual - Ia adalah pembaca yang cepat dan tekun
- Tidak mudah yakin atau percaya terhadap setiap masalah atau proyek sebelum secara mental merasa pasti
- Suka mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat
- Lebih suka melakukan pertunjukan (demonstrasi) daripada berpidato
- Lebih menyukai seni daripada musik
- Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, akan tetapi tidak pandai dalam memilih kata-kata
- Kadang-kadang suka kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.71
b) Gaya belajar auditori (Auditory learning)
Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar pendengar. Orang-orang yang memiliki gaya belajar pendengar mengandalkan proses belajarnya melalui pendengaran (telinga).
Mereka memperhatikan sangat baik pada hal-hal yang didengar.
70Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 115
71Sukadi, Progressive Learning, (Bandung: Niaga Qolbun Salim, 2008), h. 96-98
Mereka juga mengingat sesuatu dengan cara “melihat” dari yang tersimpan di telinganya. Pada umumnya, seorang anak yang memiliki gaya belajar auditori ini senang mendengarkan ceramah, diskusi, berita di radio, dan juga kaset pembelajaran.
Mereka senang belajar dengan cara mendengarkan dan berinteraksi dengan orang lain.72
Karakteristik gaya belajar auditori yaitu sebagai berikut:
- Lebih mudah mengingat dengan cara mendengarkan setiap penjelasan yang diberikan baik berupa kalimat ataupun angka-angka. Mereka menyerap makna komunikasi verbal dengan cepat tanpa harus menuangkannya dalam bentuk gambar.73
- Mudah terganggu oleh keributan karena biasanya mereka sangat peka pada gangguan auditor. Jika mereka sedang mendengarkan penjelasan guru mereka akan merasa terganggu bila ada suara-suara di sekitarnya.74
- Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar75
- Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
- Menyukai musik atau sesuatu yang bernada dan berirama76 - Saat bekerja sering berbicara pada diri sendiri
- Sering menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
72Robert Steinbach, Succesfull Lifelong Learning, terj. Kumala Insiwi Suryo, (Jakarta:
Victory Jaya Abadi, 2002), h. 29
73Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 126
74Robert Steinbach, Succesfull Lifelong Learning, terj. Kumala Insiwi Suryo, h. 30
75Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 123
76Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 133-138
- Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara dengan mudah
- Merasa kesulitan untuk menulis tetapi mudah dalam bercerita
- Biasanya ia adalah pembicara yang fasih
- Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya.77
c) Gaya belajar kinestetik (Kinesthetic learning)
Gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh informasi dengan melakukan pengalaman, gerakan dan sentuhan. Gaya belajar ini menyenangi belajar yang melibatkan rasa melalui gerakan atau gambar. Gaya belajar ini biasanya disebut juga sebagai gaya belajar penggerak. Hal ini disebabkan karena anak-anak dengan gaya belajar ini senantiasa menggunakan dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses pembelajaran atau dalam usaha memahami sesuatu.78
Bagi pembelajar kinestetik, kadang-kadang membaca dan mendengarkan merupakan kegiatan yang membosankan.
Instruksi-instruksi yang diberikan secara tertulis maupun lisan seringkali mudah dilupakannya. Mereka memiliki kecenderungan lebih memahami tugas-tugasnya bila mereka mencobanya.79
Karakteristik gaya belajar kinestetik yaitu sebagai berikut:
77Sukadi, Progressive Learning, h. 99-100
78 Suparman S, Gaya Mengajar yang Menyenangkan Siswa, (Jogjakarta: Pinus Book Publisher, 2010), h.68-69
79Robert Steinbach, Succesfull Lifelong Learning, terj. Kumala Insiwi Suryo, h. 31
- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak80 - Berbicara dengan perlahan
- Belajar melalui praktik dan melalui memanipulasi yaitu membutuhkan peralatan manipulatif, permainan yang terorganisir, materi-materi pendukung, alat olahraga, proyek ilmiah, kertas, papan tulis, komputer, instrumen musik, model, perlengkapan dan objek nyata yang bisa digerakkan.81
- Banyak menggunakan isyarat tubuh. Mereka akan lebih memahami materi pelajaran jika diberi penjelasan sekaligus dipraktikkan di depan kelas.82
- Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka - Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
- Selalu berorientasi dengan fisik dan banyak bergerak - Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
- Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca - Tidak dapat duduk diam untuk jangka waktu yang lama - Menyukai permainan yang menyibukkan.83
d) Gaya belajar gustatori (Gustatory learning)84
Gaya belajar gustatori yaitu cara seseorang menerima informasi dengan indera pengecap yang lebih dominan. Dapat berupa sensasi rasa manis, asin, asam, berbumbu, sedap, renyah
80Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 181
81Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 176
82Ricki Linksman, Cara Belajar Cepat, h. 174-175
83 Bobby DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa, 2002), h.118-120
84 Komar, Artikel Psikologi : “Kenali 5 Jenis Gaya Belajar pada Anak”, https://tandapagar.com/jenis-gaya-belajar-pada-anak/ diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pkl. 02.30 WIB
dan sebagainya. Seorang anak dengan gaya belajar gustatori dapat langsung merasakan sebuah sensasi rasa, ketika berhubungan langsung dengan indera pengecap.
Pendekatan yang bisa digunakan yaitu praktikum atau ceramah ekspositori, dengan pilihan kata yang tepat untuk mempermudah dirinya belajar, seperti “Pengalaman manis dapat kamu peroleh melalui jalan-jalan ke situs sejarah di Jogjakarta.” Tipe ini erat kaitannya dengan tipe kinestetis yang perlu mengalami atau terlibat secara langsung. Dalam hal ini, kegiatan yang melibatkan indera pengecap.
e) Gaya belajar olfactori (Olfactory learning)85
Gaya belajar olfaktori yaitu cara seseorang menerima informasi dengan indera penciuman yang lebih dominan, dapat berupa sensasi aroma wangi, harum, bau, menyengat, segar, dan sebagainya. Pada tipe ini, seorang anak dapat terlibat secara langsung untuk merasakan sebuah sensasi aroma, melalui kata- kata yang mengarah kepada indera penciuman.
Hampir sama dengan gustatori, penekanan pada kata per- kata sangat diperlukan bagi anak dengan gaya belajar olfaktori, seperti: “Harumnya nama seorang pahlawan yang telah berjasa untuknegara tidak pernah hilang sepanjang masa.”
Pendekatan yang dapat digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu pendekatan praktikum, dimana siswa diajak untuk melibatkan semua indera, terutama indra penciumannya.
85 Komar, Artikel Psikologi : “Kenali 5 Jenis Gaya Belajar pada Anak”, https://tandapagar.com/jenis-gaya-belajar-pada-anak/ diakses pada tanggal 19 Maret 2019 pkl. 02.30 WIB