• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP SALING MENGHORMATI

Dalam dokumen konsepsi keluarga maslahat kh. husein muhammad (Halaman 120-131)

Prinsip-prinsip kesalingan untuk menghormati harus menjadi dasar bagi setiap keputusan hukum atau aturan kehidupan manusia, tak terkecuali dengan PKH. Jika demikian, maka merujuk paradigm Kang Husein, adalah tidak masuk akal jika PKH hanya bertumpu sekedar menghormati pada si miskin dalam materi.

Karena praktik tersebut hanya akan melahirkan praktik hukum, aturan atau kebijakan yang tidak menghormati, tidak adil, tidak menghargai martabat manusia, diskriminatif, dan tidak melahirkan kesalingan kasih. Jika hal-hal ini yang terjadi, maka pastilah interpretasi (pemaknaan) atasnya dan cara pandang sosial, budaya, politik dan keagamaan dari PKH mengandung kekeliruan, meskipun dengan mengatasnamakan teks-teks ketuhanan. Dengan berubahnya kondisi, aturan-aturan hukum yang bersifat khusus, tersebut bisa saja gagal memenuhi tujuan moralnya dan karena itu harus ditinjau ulang, direvisi atau dicabut sama sekali.5

Selain berlandaskan dalil-dalil naqli itu, penulis sepakat dengan Kang Husein, bahwa Pancasila dan UUD 1945 telah menjadi titik temu saling menghormati antarstrata dan status sosial dari segenap komponen rakyat untuk berperan paling ideal dari berbagai aspirasi dan kehendak-kehendak beragam di manapun mereka berada di seluruh bumi nusantara ini untuk menyukseskan segenap pengentasan terhadap pelanggaran penghormatan hak asasi manusia, tidak hanya sekedar pada

4Bappenas, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, 3.

5Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kyai Pesantren, 4.

sektor kemiskinan ekonomi semata, tak terkecuali dengan atau melalui program PKH. Seluruh sila dan pasal-pasal dalam Konstitusi ini bukan hanya tidak bertentangan melainkan juga sesuai dan seiring sejalan dengan visi dan misi Pancasila dan agama, sebagaimana sudah disebutkan.

Konstitusi RI yang telah dijadikan landasan bagi PKH telah memuat pasal- pasal yang menjamin dan menghormati hak-hak asasi manusia. Ia sesuatu yang melekat secara kodrati dalam setiap manusia dan tidak dapat dicabut daripadanya.

Tuhanlah yang menganugerahkannya. Ia berlaku universal. Ia adalah cita-cita semua manusia di muka bumi ini. Sebagai konsekuensi paling logis dan bertanggungjawab bagi kesetiaan dan komitmen seluruh warga Negara atas Konstitusi tersebut, maka produk-produk pemikiran partikularistik dan aturan- aturan hukum yang ada pada PKH harus sejalan dan tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan kehendak-kehendak universal tersebut. Untuk ini pemerintah dan para penegak hukum dituntut untuk menjalankan dan menegakkan PKH secara konsekuen untuk merevisi atau bahkan mencabut segala peraturan dan kebijakan public yang melanggar dan bertentangan dengan Konstitusi tersebut.6

Langkah yang paling mendasar untuk mengentaskan kemiskinan sebagaimana dalam pokok tujuan utama PKH, jika merujuk konsepsi dari Husein Muhammad, harus di mulai dengan mewujudkan rasa kesalingan menghormati dalam keluarga.

Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat pakar sosiolog dari Amerika William J.

Goode, bahwa kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas keluarga

6Husein Muhammad dan Mamang Muhammad Haeruddin, Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan: Inspirasi dari Islam dan Perempuan (Jakarta: Gramedia, 2014), 155.

sebagai unit terkecil dari masyarakat. Keluarga juga diyakini sebagai wadah pertama dan utama dalam membentuk kepribadian manusia untuk saling menghormati agar terbentuk keharmonisan.7 Pendapat Goode juga senada dengan M Cholil Mansyur, karena saling menghormati dalam keluarga terdapat rangkaian interaksi sosial yang terkait peran dan fungsi keluarga, seperti fungsi keagamaan, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.8 Dalam praktek sehari-hari, untuk membangun keluarga berkualitas hendaknya masing-masing anggota keluarga memberikan perhatian terhadap peran dan fungsinya. Tujuan saling menghormati ialah agar suasana komunikasi dan interaksi bisa tercipta yang pada akhirnya akan memberikan ketahanan keluarga yang lebih baik.

Ketahanan keluarga yang hendak dicapai melalui program PKH, tak dapat dilihat dari adanya perbedaan pendapat.9 Wajar jika ada perbedaan dalam rumah tangga, namanya juga dua kepala yang berbeda. Namun, jika ada pasangan yang sering berdebat setiap hari tanpa ada yang mau mengalah, itu tanda yang cukup jelas bahwa ada sesuatu yang berjalan tidak baik dalam pernikahan tersebut.

Biasanya yang membuat perbedaan tersebut karena kurangnya rasa hormat yang menyebabkan perdebatan tak bisa dihindari. Sikap menghormati tidak hanya

7William J. Goode, Sosiologi Keluarga. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 11. Lihat juga Su’adah, Sosiologi Keluarga. (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2005), 20; E. Karim, Pendekatan Perceraian dari perspektif Sosiologi: Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), 103; .M, Dagun, Psikologi Keluarga. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 50.

8M Cholil Mansyur, Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), 23.

9M, Idrus Abustam, M. Idrus. Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengalokasian Waktu dalam Rumah Tangga Petani Menurut Situasi Sosial Ekonomi di Daerah Pedesaan Sulawesi Selatan,

“Laporan Penelitian”, (Ujung Pandang: FPIPS-IKIP, 1992), 30.

9Harry Hikmat, “Kebijakan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Tahun 2017,” Makalah, disampaikan pada Diklat Family Development Session, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial-Kementerian Sosial, Padang, 9 Maret (2017).

berlaku untuk orang yang memiliki pangkat lebih tinggi atau yang usianya lebih tua. Sikap hormat juga perlu diterapkan dalam sebuah keluarga. Peran keluarga dalam mewujudkan sikap saling menghormati satu sama lain sangat dibutuhkan.

Pasalnya, setiap orang tentu ingin dihormati, begitu pun diri sendiri. Oleh karena itu, cobalah menghormati anggota keluarga lainnya, sama seperti yang ingin dihormati oleh mereka. Dalam hal ini, budaya saling menghormati di keluarga sangat penting, mengingat inilah tempat pertama pribadi seseorang terbentuk.

Seorang manusia yang sudah terbiasa menghormati keluarganya secara tidak langsung akan menghormati orang di sekitarnya.

KH. Husein menjelaskan tujuan berumah tangga dalam Islam adalah menciptakan kehidupan saling menghormati, berbagi cinta, kasih, ketenangan, dan kebahagiaan antara suami dan istri, serta keluarganya. Oleh karena itu, keduanya dituntut untuk saling melayani dan membagi kegembiraan, serta saling menghormati dan menghargai. Suami dan istri juga bisa berbagi tugas di dalam rumah tangga sesuai dengan kemampuan dan kesiapan masing-masing. Baik suami maupun istri mempunyai kelemahan, dan saling membutuhkan. Bagi Kang Husein, perempuan adalah sama dan setara dengan laki-laki. Perempuan memiliki segala potensi kemanusiaan, sebagaimana dimiliki laki-laki. Perempuan memiliki tingkat intelektualitas dan kecerdasan yang relatif sama dengan laki-laki. Tidak sedikit perempuan mengungguli kecerdasan laki-laki. KH Husein menambahkan bahwa perempuan mampu memimpin rumah tangga, komunitas, dan negara.

Secara fisik perempuan acapkali lebih kuat dari laki-laki. Mereka mampu bekerja

dari pagi sampai malam. Mereka acap dibebani beban ganda, mengurus domestik, masak, mengasuh, mendidik, dan melayani suami, juga bekerja di luar rumah.10

Ajaran Islam yang sesungguhnya sangat menghargai dan menghormati kemanusiaan dalam segala aspeknya. Permusuhan atas nama apapun tidak dibenarkan, kecuali memusuhi Iblis. Sebaliknya Islam mengajarkan untuk saling menghormati, bersaudara dan toleran terhadap yang berbeda. Husein lebih lanjut menjelesakan tentang toleransi dalam Islam, dan juga relasinya dengan non- muslim. Meskipun begitu toleransi di kalangan muslim sendiri tak kalah penting untuk dilakukan. Karena kepada non-muslim saja kita diajarkan toleran apalagi dengan sesama muslim. Menurut Husein, dalam literature Fikih Islam dikenal dengan konsepsi Samahah. Samahah arti dasarnya mudah, membuat orang mudah, nyaman. Dengan bahasa lain tidak keras, tidak menyulitkan. Sedangkan menurut istilah samahah bermakna saling menghargai, memberi ruang bagi kehidupan bersama tanpa memandang latar belakangnya.11

Pengasuh Pesantren Daruttauhid Arjawinangun itu menjabarkan bahwa dalam al Quran sendiri telah menyebutkan bahwa Allah tidak menjadikan manusia di dalam kehidupannya dengan kesulitan. Semua dapat dilakukan dengan mudah.

Karena Allah menghendaki kemudahan. Begitupun ayat ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi yang menyebut yassiru wala tu`assiru, permudahlah orang lain dan jangan mempersulitnya. Bassiru wala tunaffiru, Berikan kegembiraan terhadap mereka dan jangan membuat lari dari kita. Karena Islam lahir untuk membebaskan dan memudahkan pengikutnya dari kebodohan dan penidasan yang

10Husein Muhammad, Menyusuri Jalan Cahaya, 188.

11Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, 177.

diterima manusia selama ini. Yakni sebagai rahmat bagi sekalian alam. Agama- agama, dalam hal ini Islam, hadir pertama-tama untuk membebaskan manusia dari sistem penindasan dan perendahan manusia atas manusia lain. Karena manusia adalah makhluk Allah semuanya dan Allah menciptakannya secara berbeda- beda,” tegas Kiai peraih penghargaan Heroes to End Modern-Day Slavery ini.12

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali seseorang, termasuk seorang muslim bersikap tidak adil terhadap sesama manusia dengan alasan ia tak sama dalam agama, suku, gender dan yang lainnya. Padahal jika melihat ajaran dari agama Islam itu sendiri, mendzalimi manusia lain dengan alasan apapun itu tidak diperbolehkan. Sejalan dengan itu, Nabi dalam kehidupan sehari-hari dengan nyata memberikan contoh bagaimana cara menghormati dengan bergaul yang baik dengan manusia lain walaupun bukan bagian dari pengikut Nabi. Fakta ini merupakan catatan penting bagi kita sebagai umatnya bahwa sudah sepantasnya kita pun bersikap baik dan adil terhadap sesama manusia.13

KH. Husein Muhhamad kerap kali menyampaikan pendapat bahwa untuk dan agar saling bisa menghormati, perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Karena setiap apa yang kita tanam, maka itu yang akan kita tuai.

Bagaimana mungkin kita akan mendapatkan kebaikan bila kita tidak melakukan kebaikan. Dalam sebuah Hadist Nabi disebutkan, “siapapun orang yang ingin disayangi, maka ia semestinya menyayangi”. Pada dasarnya setiap manusia pasti menginginkan rasa damai, cinta dan kasih sayang dengan begitu perlulah terlebih

12Husein Muhammad, Fiqih Perempuan: Refleksi Kyai Atas Wacana Agama dan Gender (Yogyakarta: LKiS, 2001), 18-19.

13Husein Muhhamad, Pendar-Pendar Kebijaksanaan (Cirebon: Fahmina Institut, 2018), 5-8.

dahulu kita menghormati, mengakui, mempermudah urusan, menghormati dan saling menolong dengan manusia lain tanpa melihat latar belakang sosialnya.

Berdasarkan paparan kritik dari Husein Muhammad atas pelaksanaan PKH di atas, hal itu berkesesuaian dengan pendapatnya seorang cendekiawan muslim yang terkenal di Syuriah, yaitu Wahbah al-Zuhaili. Ia mengatakan bahwa setidaknya ada lima dasar toleransi untuk saling menghormati dalam Islam. Lima dasar tersebut bisa ditepkan PKH untuk menyukseskan segala bentuk programnya.

Al-Zuhaili menyatakan toleransi itu bisa diartikan memberi tempat kepada orang lain, yang mana kelima dasar tersebut merupakan bentuk penghormatan atau kasih sayang terhadap sesama manusia.14

Pertama, persaudaraan atas dasar kemanusiaan. Manusia sebagai makhluk sosial yang diciptakan oleh Tuhan untuk saling mengenal satu sama lain sebaiknya bersikap, bertindak dan berkata dengan baik kepada siapapun sekalipun ia berbeda dengan diri manusia dari segi apapun. Kedua, pengakuan dan penghormatan kepada yang lain. Seperti halnya sikap Nabi yang menghormati semua makhluk Allah, dan tidak menafikan orang-orang yang bukan bagian dari agamanya. Seperti dalam kisah hijrah Nabi, diceritakan ketika dalam sebuah perjalanan bersama Abu Bakar, Nabi meminta Abdullah bin Uraidoh seorang Yahudi untuk menjadi petunjuk jalannya. Itu salah satu bentuk pengakuan bahwa Nabi mempersilahkan siapapun untuk menjadi petunjuk jalannya, termasuk dari kalangan Yahudi.15

14Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr Al-Munīr Fī Al-‘Aqīdah wa al-Syarî’ah wa al-Manhaj, Jilid I, (Dimasyq: Dār al-Fikri, 1998), 5-6.

15Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr Al-Munīr Fī Al-‘Aqīdah wa al-Syarî’ah wa al-Manhaj, Jilid I, 6.

Ketiga, kesetaraan semua manusia. Hal ini yang seringkali banyak orang lupa, sebagian dari manusia selalu mengambil pengetahuan, mencontoh, mengikuti suatu perbuatan melihat berdasarkan siapa dia, bukan apa yang ia katakan atau lakukan. Padahal, semangat agama Islam sendiri mengajarkan bahwa semua makhluk sama di mata Allah, yang membedakannya hanya tingkat ketaqwaannya.

Terkait hal ini, dalam buku Toleransi Islam, Nabi pun, menyampaikan hal yang sama pada saat melakukan haji perpisahan bahwa “sesungguhnya yang paling terhormat di antara kalian adalah yang paling taqwa, orang Arab tidak lebih unggul daripada orang luar Arab, kecuali atas dasar ketaqwaannya.”16

Keempat, keadilan sosial dan hukum. Dalam Kitab Fannutta`amul Annabawi Ma`a Ghoiril Muslimin, (Seni Interaksi Sosial dengan Non Muslim Ala Nabi), karya Rogib Assurjani, Mesir terdapat kisah menarik dalam kehidupan Nabi.

Suatu ketika, Nabi menghadapi persoalan yang menimpa sahabatnya dan mengadukan untuk penegaan keadilan. Orang Islam itu bernama Tomah bin Ubair, jadi, ketika itu ia mencuri baju besi tetannganya dan menyembunyikannya di rumah seorang Yahudi, hingga di akhir persoalan tetangganya melaporkan kejadian itu, karena barang curian tersebut ada di rumah non muslim, maka Nabi hendak memberi hukuman padanya. Tetapi pada waktu itu turunlah wahyu dari Allah yaitu: surat An-nisa ayat 105-112, yang mana isi wahyu tersebut berbeda dengan prasangka Nabi. Maka, dengan tegas Nabi memutuskan bahwa orang Yahudi tadi tidak bersalah. Bisa di bayangkan, Tomah itu adalah pengikut nabi, tapi nabi tidak membela dan membenarkannya karena memang ia bersalah.

16Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr Al-Munīr Fī Al-‘Aqīdah wa al-Syarî’ah wa al-Manhaj, Jilid I, 7.

Pelajaran penting dalam kisah ini ialah, nabi mengajarkan bahwa keadilan itu memang mutlak harus di tegakkan kepada siapapun, di manapun dan dalam keadaan apapun. Tanpa, melihat perbedaan agama, suku, gender, budaya dan yang lainnya.17

Kelima, kebebasan yang di atur oleh undang-undang. Keadilan itu bukan hanya semangat dalam agama Islam, tetapi dalam agama-agama yang lain juga dalam aturan di luar agama yaitu aturan undang-undang. Semua orang hendaknya menegakkan keadilan dari segala aspek baik dari agama ataupun negara karena tidak akan tercipta kehidupan yang damai, tentram dan sejahtera jika keadilan itu tidak ditegakkan. Bahkan kalau menurut Abu Bakar al-Razi pencapaian tertinggi seorang manusia di mana pun ia diciptakan itu bukan hanya kesenangan- kesenangan fisik yang hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri tetapi pencapaian ilmu pengetahuan dan tegaknya praktik keadilan.18

Kesimpulannya, Islam selalu mengajarkan kehormatan, kebaikan, keadilan dan kesetaraan. Jika, di suatu waktu ada seorang muslim yang mengatasnamakan Islam tapi justru tindakannya jauh dari semangat ajaran Islam mestinya patut kita dipertanyakan lagi apakah benar Islam mengajarkan itu atau justru sebaliknya?

Selain itu, PKH harus menyadari bahwa konsepsi yang selama ini telah terbangun bahwa istri harus taat suami tidak merefleksikan relasi seimbang dalam rumah tangga, tetapi justru menunjukkan relasi yang timpang. Relasi yang dibutuhkan dalam hubungan pernikahan adalah relasi yang berimbang saling menghormati, tidak subordinatif, dan tidak merugikan salah satu pihak.

17Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr Al-Munīr Fī Al-‘Aqīdah wa al-Syarî’ah wa al-Manhaj, Jilid I, 7.

18Wahbah al-Zuhaili, Tafsīr Al-Munīr Fī Al-‘Aqīdah wa al-Syarî’ah wa al-Manhaj, Jilid I, 8.

KH Husein Muhammad, dalam kapasitasnya sebagai Komisioner Komnas Perempuan, memaparkan relasi yang timpang berpotensi pada terjadinya kekerasan terhadap perempuan atau istri, termasuk dalam pelaksanaan PKH.

Fakta-fakta sosial memperlihatkan bahwa banyak perempuan menjadi korban kekerasan laki-laki atau suami. Komnas Perempuan setiap tahun memperoleh laporan dari berbagai daerah tentang situasi ini. Tahun 2009, dilaporkan 143.500- an perempuan korban kekerasan berbasis jender ini. Sebanyak 95 persen terjadi di dalam rumah, dengan pelaku suaminya sendiri. Kekerasan mengambil berbagai bentuk, fisik, psikis, penelantaran ekonomi dan seksual. Poligami adalah bentuk nyata dari kekuasaan sekaligus kekerasan laki-laki atau suami atas perempuan atau istri.19 Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera, Giwo Rubianto, mendukung pernyataan itu. Ia menyampaikan pandangannya bahwa prinsip taat yang disalahartikan justru berpotensi menimbulkan kekerasan. Selama ini banyak kasus perempuan dipaksa taat tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama. Hal ini tidak benar. Baik suami maupun istri perlu membaca UU PKDRT agar tidak terjadi kasus kekerasan dalam rumah tangga. Prinsip keseimbangan untuk saling menghormati antara suami dan istri sebenarnya telah dimandatkan oleh Undang- Undang Perkawinan.

KH Husein juga menjelaskan tujuan perkawinan dalam Islam adalah menciptakan kehidupan yang harmonis saling menghargai dengan saling berbagi cinta, kasih, ketenangan, dan kebahagiaan antara suami dan istri, serta keluarganya. Oleh karena itu, keduanya dituntut untuk saling melayani dan

19Kompas, “Relasi Pasutri yang Timpang Rentan KDRT,”

https://nasional.kompas.com/read/2011/06/10/11140384,diakses tanggal 2 Mei 2019.

membagi kegembiraan, serta saling menghormati dan menghargai. Suami dan istri juga bisa berbagi tugas di dalam rumah tangga sesuai dengan kemampuan dan kesiapan masing-masing. Baik suami maupun istri mempunyai kelemahan, dan saling membutuhkan. Bagi Husein, perempuan adalah sama dan setara dengan laki-laki. Perempuan memiliki segala potensi kemanusiaan, sebagaimana dimiliki laki-laki. Perempuan memiliki tingkat intelektualitas dan kecerdasan yang relatif sama dengan laki-laki. Bahkan, tidak sedikit perempuan mengungguli kecerdasan laki-laki. KH Husein menambahkan bahwa perempuan mampu memimpin rumah tangga, komunitas, dan negara. Secara fisik perempuan acapkali lebih kuat dari laki-laki. Mereka mampu bekerja dari pagi sampai malam. Mereka acap dibebani beban ganda, mengurus domestik, masak, mengasuh, mendidik, dan melayani suami, juga bekerja di luar rumah.20

Islam dan semua agama serta seluruh pandangan kemanusiaan universal, hadir dan tampil untuk membebaskan manusia. Dari penderitaan, penindasan dan kebodohan di satu sisi, dan menegakkan keadilan, kesalingan membagi kasih serta menyebarkan pengetahuan di sisi yang lain.21 Visi PKH hendaknya dibangun di atas prinsip-prinsip kehormatan kemanusiaan, terutama penghormatan atas martabat manusia, kesetaraan, keadilan dan kemaslahatan. Sumber-sumber otoritatif Islam menegaskan prinsip-prinsip tersebut. Ketidakhormatan atas manusia semisal pemaksaan terhadap perempuan untuk dieksploitasi secara seksual sudah sejak lama diharamkan Islam. Adalah kesepakatan ulama Islam

20Husein Muhammad, Fiqh Perempuan; Refleksi Atas Wacana Agama dan Gender, dan Islam Agama Ramah Perempuan, 58.

21Ismail al-Hasani, Nazhariyat al Maqashid ‘ind al Imam Muhammad Thahair ibn ‘Asyur, al- Ma’had al-‘Alami li al Fikr al-Islami (Virginia, USA, 1995), 281.

sejak zaman klasik sampai hari ini bahwa tujuan syariat Islam adalah mewujudkan kemaslahatan manusia. Kemaslahatan manusia dalam hal penghormatan adalah perlindungan terhadap hak-hak dasar yang diciptakan Tuhan yang meliputi antara lain perlindungan atas keyakinan (hak beragama dan berkeyakinan), perlindungan terhadap jiwa (hak hidup dan hak tidak dianiaya), perlindungan akal pikiran (hak berpendapat, berekspresi berkumpul dan lain-lain), perlindungan terhadap hak berketurunan dan kehormatan diri (hak reproduksi sehat hak tidak dilecehkan, direndahkan dan lain-lainl) dan perlindungan harta (hak milik). Prinsip-prinsip penghormatan kemanusiaan tersebut harus menjadi dasar bagi setiap keputusan hukum atau aturan kehidupan manusia yang diterapkan oleh PKH.

Dalam dokumen konsepsi keluarga maslahat kh. husein muhammad (Halaman 120-131)