• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saling Melindungi dan Menjaga

di era pemerintahan Jokowi menjelma menjadi episentrum program-program penanganan kemiskinan.

Penguatan PKH dari aspek perluasan jumlah penerima manfaat menjadi 10 juta keluarga yang bahagia dinilai sebagai faktor yang berkontribusi besar terhadap penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan diharapkan lebih besar lagi dengan kebijakan peningkatan nilai bantuan PKH yang ditujukan untuk memberi dampak yang lebih besar terhadap pembentukan indicator kebahagiaan keluarga dari perubahan ekonomi dan sosial keluarga bahagia. PKH sepanjang programnya bertujuan mensosialisasikan kebijakan PKH bagi seluruh pelaksana PKH oleh stakeholders terkait, serta mensosialisasikan berbagai kajian terkait PKH dan prospek ke depannya. Selain itu, juga bertujuan pembentukan keluarga bahagia dengan memperkuat koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam implementasi PKH; serta membangun komitmen dan dukungan bagi penyelenggaraan PKH.11

melindungi dan menjaga keluarga miskin dan rentan terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin yang memiliki komponen kesehatan dan kriteria ibu hamil/menyusui, anak berusia nol sampai dengan enam tahun. Kemudian kritea PKH terbaru, ditujukan juga untuk melindungi dan menjaga dengan memberikan kesempatan pada orang tua yang lanjut usia diutamakan mulai dari 60 tahun dan penyandang disabilitas berat. Khusus bagi istri yang sedang hamil, upaya untuk melindungi dan menjaganya dengan harus terdaftar pada fasilitas kesehatan dan pendidikan terdekat. Selain itu, untuk pengalaman pernikahan dini yang dialami oleh keluarga, mendapat perhatian khusus dari Kementrian Sosial dengan mendapatkan bantuan PKH.12

Menteri Sosial sampai tahun 2019, Agus Gumiwang Kartasamita, untuk menjaga dan melindungi harkat dan martabat kemanusiaan, meminta kepada jajarannya untuk menggunakan istilah keluarga pra-sejahtera kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) program keluarga harapan (PKH). Hal ini menanggapi pelabehan oleh Dinas Sosial di daerah terhadap penerima PKH dengan sebutan Keluarga Miskin. Lebih Pancasilais menyebut KPM dengan sebutan keluarga pra sejahtera, sehingga tidak ada lagi istilah keluarga miskin. Menurut Agus, istilah

12Febriyati dan Suyanto, "Pemberdayaan Lansia melalui Usaha Ekonomi Produktif oleh Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras di Kabupaten Sleman," Jurnal Pemberdayaan Masyarakat:

Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan, Vol. 1. No. 1 (2017): 207-225; Neni Nuryati,

"Bimbingan Rohani Islam dan Perasaan Tenang Lansia (Study Kasus Lansia PKH Kecamatan Trucuk Klaten)," Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam, Vol. 15. No. 1 (2018):

85-98; Riswantoro, "Penyaluran Dari Tunai Ke Non Tunai: Studi Peran Pendamping dalam Mengawal Konversi Pkh Di Dlingo," Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan, Vol. 2. No. 1 (2018): 41-62; Amir Syarifudin Kiwang, "Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kota Kupang," Journal of Politics and Policy, Vol. 1. No. 1 (2018): 31-48; Sunit Agus Tri Cahyono, "Konstribusi PKH Terhadap Kesejahteraan Keluarga Penerima Manfaat (KPM)," Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 17. No. 4 (2019): 401-414; Farida Umaroh dan Sri Sutjiatmi, "Efektivitas Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Kupu Kecamatan Dukuh turi Kabupaten Tegal," Pancasakti Government Journal, Vol. 2. No. 2 (2019); 1-20.

keluarga pra sejahtera ini untuk menghilangkan stigma sosial negatif di masyarakat terhadap keberadaan penerima PKH. Di sisi lain, juga untuk meningkatkan kepercayaan diri KPM.13 Karena jika terma Keluarga Miskin terus digunakan akan membekas kepada KPM meski mereka telah tergraduasi.

Pernyatan Menteri sosial untuk menjaga dan melindungi harkat dan martabat kemanusiaan KPM, diperkuat dengan surat edaran nomor 1000/LJS/HM.01/6/2019 yang diterbitkan tertanggal 18 Juni 2019 oleh Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos. Surat ditujukan kepala dinas sosial provinsi dan kabupaten/kota seluruh Indonesia. Salah satu isi surat edaran ini bertujuan meminta penggantian label yang sudah terlanjur dicat atau diberi stiker keluarga miskin diubah jadi keluarga pra sejahtera. Labelisasi KPM PKH terjadi dengan sebutan keluarga miskin pada 2.672 keluarga di Rembang, Jawa Tengah. Dampaknya, sebanyak 1.701 penerima PKH mengundurkan diri, karena sudah membaik perekonomiannya. Sebanyak 681 keluarga dari 1.701 penerima PKH di Rembang yang mundur paling banyak dari Kecamatan Pamotan.

Bentuk labelisasi dengan stiker dan cat di tembok rumah. Agus mengapresiasi terobosan labelisasi ini, namun ke depan tak lagi menggunakan istilah keluarga miskin. Pelabelan penerima PKH, untuk memastikan keluarga tersebut masih

13Baca selengkapnya di artikel Tirto, "Penyaluran Bansos PKH, Mensos: Jangan Sebut Mereka Keluarga Miskin", https://tirto.id/ecBj, diakses tanggal 7 Mei 2019. Lihat juga Ida Syamsu Roidah,

"Evaluasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan dalam Program Keluarga Harapan di Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung," Jurnal Agribis, Vol 12. No. 14 (2016): 39-47; Yuni Astuti, Holilulloh, dan Yunisca Nurmalisa, "Persepsi Masyarakat Prasejahtera Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Distributif Melalui Program Keluarga Harapan (PKH)," Jurnal Kultur Demokrasi, Vol.

4. No. 3 (2016); 4-7; Dina Indriani Kadek, Iyus Akhmad Haris, dan Anjuman Zukhri, "Analisis Pemanfaatan Program Keluarga Harapan (PKH) Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Miskin Di Kecamatan Buleleng Tahun 2011-2015," Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, Vol.

10. No. 2 (2017); 7-9; Sabinus Beni dan Blasius Manggu, "Program Keluarga Harapan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha," Jurkami: Jurnal Pendidikan Ekonomi 3.2 (2018): 150-160.

layak menerima bantuan atau tidak. Ini merupakan inovasi PKH di lapangan dalam rangka menyadarkan KPM yang sudah mampu.14

Untuk menjaga dan melindungi harkat dan martabat kemanusiaan di mulai dari keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Sebagaimana dikutip oleh Friedman keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih individu yang hidup bersama dalam keterikatan, emosional dan setiap individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga yang saling melindungi dan menjaga. Sedangkan menurut Duval dan Logan keluarga merupakan sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan, saling melindungi dan menjaga budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.15 Jadi, keluarga berdasarkan hal itu secara umum merupakan sekumpulan orang dalam strata terkecil dalam masyarakat yang saling terikat, saling melindungi dan menjaga dalam ikatan pernikahan dan kelahiran.

Dalam keluarga juga terdapat norma atau aturan yang saling dihormati dan dipatuhi. Dalam sebuah keluarga biasanya terdiri dari seorang individu (suami) dan individu lainnya (istri dan anak-anaknya) yang selalu menjaga rasa aman dan ketentraman ketika menghadapi segala rasa baik suka maupun duka dalam kehidupan dimana menjadikan keeratan dalam sebuah ikatan luhur hidup bersama.16 Anggota keluarga yang disebutkan tersebut saling berinteraksi,

14Zakki Amali, “Penyaluran Bansos PKH Mensos Jangan Sebut Mereka Keluarga Miskin,”

https://tirto.id/penyaluran-bansos-pkh-mensos-jangan-sebut-mereka-keluarga-miskin-ecBj, diakses tanggal 7 Mei 2019.

15Ferry Efendi dan Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam Keperawatan. (Jakarta: Salemba Medika, 2009), 179.

16M. Yacub, Wanita, Pendidikan dan Keluarga Sakinah (Medan: Jabal Rahmat, 2007), 2.

interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama, karena dalam keluarga tersebut ada keterbukaan sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya seperti lingkungan.

Islam membangun pondasi sebuah rumah tangga yang Sakinah, Mawadah, wa rahmah dan mengikatnya dengan asa yang kuat dan sangat kokoh untuk saling menjaga dan melindungi sehingga menggapai awan dan bintang-bintang. Karena dalam rumah tangga terdapat keindahan kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan, kebersamaan dan orang-orang tercinta sehingga Allah mewariskan bumi beserta isinya. Dari keluargalah kenikmatan tersebut akan didapat, sebuah kenikmatan abadi atau bahkan sebaliknya, dari keluargalah penderitaan tak bertepi akan muncul sebagai bentuk ujian dari Allah kepada umatnya.17

Suami istri adalah pondasi dasar bagi bangunan rumah tangga, karena itulah Islam menciptakan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta, kasih sayang, syiar kebaikan dan saling keterikatan. Demikianlah pernikahan dijadikan sebagai kenikmatan hakiki yang dianugerahkan oleh Allah SWT. Mengelola keluarga adalah sebuah prioritas kehidupan, tetapi banyak di antara kita menempatkannya pada urutan kedua atau bahkan lebih rendah dari itu. Hal ini terjadi karena terkadang kita tidak tahu apakah arti sebuah keluarga. Banyak pula yang menganggap bahwa masalah yang ada di keluarga merupakan masalah yang sepele. Penyebab terjadinya masalah adalah karena pertengkaran karena hal-hal kecil, namun jika kita dalam keluarga mampu mengelolanya maka hal tersebut

17Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk mencapai kelarga Sakinah. (Bandung: Mizan Pustaka, 2003), 20.

tidak akan menjadi permasalahan yang besar. Dalam mengelola keluarga layaknya kombinasi seni, dimana harus menggunakan pendekatan hati dan pengetahuan.18

Dengan adanya pendekatan ini, maka akan menghasilkan keluarga yang penuh dengan dinamika. Masing-masing personil dalam keluarga mempunyai perannya masing-masing seperti; istri yang selain mempunyai peran layaknya istri yang melayani suami, istri juga adalah pilar keluarga, bukan hanya konco wingking, tertapi juga berperan menjadi pengelola yang mumpuni dan berkemampuan seperti mengelola keuangan, menjadi wanita pekerja membantu suami dan mengelola yang lainnya.19 Jadi, perempuan juga mempunyai hak yang sama dalam keluarga yaitu bisa juga bekerja membantu suami. Gender pada dasarnya adalah pembagian peran berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Kuncinya adalah pada kesepakatan. Maka dibutuhkan kesetaraan Gender dalam keluyarga sebagai awal kesetaraan gender di ruang lingkup kehidupan yang lebih luas. Peran gender tersebut adalah faktor sosial saja, kalau kesepakatannya berubah, peran laki-laki dan perempuanpun berubah.

Bangunan keluarga membutuhkan pilar atau penyangga yang kuat, umumnya hanya laki-laki yang menjadi pilar, tetapi dengan munculnmya perempuan yang bisa menjadi pilar maka akan tetutupi kekurangan dalam keluarga. Perempuan dengan segala kekurangan dan kelebihannya seharusnya berperan optimal melalui sudut pandang yang jelas untuk meletakkan pada posisi yang paling memungkinkan untuk bisa mengembangkan potensinya secara optimal.20 Jadi

18Anshorulloh, Wanita Karier dalam Pandangan Islam, (Klaten: CV. Mitra Media Pustaka, 2010), 9.

19Abdul Cholil, A to Z: 26 Kiat Menata Keluarga. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2007), 83.

20Abdul Cholil, A to Z: 26 Kiat Menata Keluarga, 83.

semua personil dalam keluarga harus bisa seimbang dalam menentukan tugas mereka karena jika tidak, akan banyak terjadi permasalahan dalam keluarga.

Berikut adalah permasalahan yang terjadi jika dalam keluarga tidak terjalin dengan baik atau bahkan tidak terciptanya keluarga sakinah mawadah warahmah.