Selama perjalanan PKH, banyak manfaat dan kebahagiaan yang telah dirasakan oleh Penerima Manfaat. Di antaranya manfaat dan kebahagiaan secara ekonomi, terbantunya pendidikan dan kesehatan serta juga terbentuknya jiwa wira usaha dibeberapa KPM atau keluarga penerima manfaat. Tahapan program yang selain memberikan bantuan secara karikatif (langsung) kepada KPM, juga ada penguatan-penguatan secara individu ataupun kelompok. Dalam tahapan tertentu, diharapkan ada KPM yang mengalami “kenaikan kelas” atau istilahnya Graduasi. Ada beberapa alasan mengapa Penerima Manfaat ini mengalami Graduasi, di antaranya secara ekonomi sudah mulai mapan, usaha bangkit atau juga kemandirian mulai terbangun.
Kebahagiaan KPM itu misalnya, Ibu Tarni merupakan KPM PKH yang tinggal di Lingkungan Bulurejo RT 001 RW 001 Kelurahan MlokoManis Kulon, Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Ibu dari 3 (tiga) orang anak yang bernama Hermawan Dody P, Rudi Handoyo dan Evy
6Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kyai Pesantren (Yogyakarta:
LKis, 2013), 3.
Wismasari. Kedua anaknya yang masih bersekolah di SMP N 4 Wonogiri dan MI Al-Iman Randusari Kecamatan Ngadirojo Kab.Wonogiri. Ibu Tarni hanya sebagai ibu rumah tangg a dan tercatat sebagai peserta PKH pada tahun 2011. Suami Ibu Tarni, yaitu Bapak Purwanto bekerja serabutan dengan upah Rp. 20.000/hari.
Setiap harinya Keluaga tersebut hanya menggantungkan hidup dari upah kepala keluarga yang setiap harinya kerja serabutan. Keluarga Ibu Tarni juga mendapat bantuan pembangunan rumah yang kurang layak huni dari Kelurahan MlokoManis Kulon. Pada tanggal 8 Mei 2017, menyatakan untuk keluar dari kepesertaan PKH, dikarenakan sudah merasa mampu dan hidup mandiri dengan penghasilan suaminya sebagai seorang sopir di PT. Sis Batubara Kalsel.7
Begitu juga dengan kebahagiaan dari Ibu Mikem. Ia merupakan KPM PKH yang tinggal di Dusun Gledegan RT 002 RW 002, Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Ibu Mikem tercatat sebagai penerima bantuan PKH dengan kategori lansia sejak tahun 2016 hingga 2017, dia menyatakan untuk keluar dari kepesertaan PKH dikarenakan ibu Mikem memiliki anak yang sudah sukses, membangun rumah bagus dan memiliki tanah 1,5 Ha. Begitu pula dengan Ibu Hariyani merupakan KPM PKH yang tinggal di Dusun Ngadirejo Kulon RT 001 RW 011, Desa Pondok Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Ibu Hariyani, tercatat sebagai penerima bantuan PKH dengan kategori anak SMP dan lansia sejak tahun 2016 hingga 2017, dia menyatakan untuk keluar dari kepesertaan PKH dikarenakan sudah merasa mampu, sudah memiliki pendapatan tetap dari hasil
7Ari Kusumastuti, “Graduasi Mandiri KPM PKH Melepasmu Dengan Bahagis,”
https://keluargaharapan.com/graduasi-mandiri-kpm-pkh-melepasmu-dengan-kebahagiaan/, diakses tanggal 27 April 2019.
kantin, memiliki tanah seluas 2 Ha dan hasil panen yang melimpah. Keputusan yang diambil oleh ketiga KPM PKH tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh para pendamping PKH yang dalam setiap pertemuan kelompok selalu memberikan motivasi dan semangat kepada KPM dampinganya supaya bisa memberdayakan potensi yang dimiliki para KPM-nya.
Menurut Menteri Sosial saat tulisan ini di tulis akhir Juni 2019, Agus Gumiwang Kartasasmita, sebagai pucuk pimpinan pelaksanaan PKH, hasil dari belajar dari negara-negara Skandinavian dalam mewujudkan keluarga yang bahagia secara lahir dan batin. konsepsi negara kesejahteraan yang menjadi fundamen pembangunan telah mengantarkan negara-negara seperti Denmark dan Swedia ke dalam urutan negara-negara paling kompetitif di dunia. Hal ini ditandai capaian tertinggi kedua negara tersebut dalam indeks kebahagiaan. Denmark dan Swedia mengalokasikan jumlah anggaran yang sangat besar (sekitar 28 persen dari PDB) untuk membiayai program-program perlindungan sosial. Dengan anggaran sebesar itu, mereka mampu membiayai banyak program seperti jaminan kesehatan, pensiun, dan tunjangan pengangguran kepada semua warga negara secara cuma-cuma tanpa membedakan status sosial-ekonomi.8
Masih menurut Menteri sosial tersebut, meskipun demikian, wujud ideal negara kesejahteraan seperti Denmark dan Swedia mungkin masih sulit diimplementasikan di Indonesia. Problem paling mendasar adalah kapasitas finansial Indonesia yang masih sangat terbatas. Yang harus Indonesia lakukan saat
8Ichwan Chasani, “Mensos Tegaskan PKH Bagian Terpenting dari Fondasi Negara Kesejahteraan,” https://wartakota.tribunnews.com/2019/05/03/mensos-tegaskan-pkh-bagian- terpenting-dari-fondasi-negara-kesejahteraan. diakses tanggal 27 April 2019. Lihat juga Budi Setiyono, Muhammad Adnan, Negara Kesejahteraan: Model dan Perkembangannya Di Indonesia (Semarang: Undip Press, 2019).
ini adalah membangun fondasi yang kuat bagi terwujudnya negara kesejahteraan.
Menteri sosial menambahkan, pembangunan kesejahteraan sosial yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata, kebijakan perlindungan sosial, dan reorientasi kebijakan pada pembangunan kualitas manusia sejatinya merupakan upaya serius dalam membangun fondasi tersebut. PKH merupakan bagian terpenting dari fondasi negara kesejahteraan yang sedang dibangun.9
Fenomena bangkitnya kembali meraih kebahagiaan maksimum melalui paradigma negara kesejahteraan tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di banyak negara, terutama di Asia. Perubahan besar yang terjadi dalam aspek kebijakan sosial dan perlindungan sosial ini ditandai dengan lahirnya kebijakan sosial di banyak negara Asia untuk mengaktivasi program-program perlindungan sosial antara lain dalam bentuk bantuan langsung (cash transfer). Hasil penelitian Armando Barrientos dan David Hulme pada tahun 2010 menunjukkan bahwa di banyak negara, cash transfer kepada keluarga atau rumah tangga merupakan komponen kunci yang efektif dalam penanganan kemiskinan.10 Di Indonesia, model cash transfer diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan perlindungan sosial, di antaranya yang paling menonjol adalah Program Keluarga Harapan yang
9Budi Setiyono, Muhammad Adnan, Negara Kesejahteraan: Model dan Perkembangannya Di Indonesia, 2-7.
10Lihat Armando Barrientos dan David Hulme, "Social Protection for the Poor and Poorest in Developing Countries: Reflections on a Quiet Revolution: Commentary," Oxford Development Studies, Vol. 37. No. 4 (2009): 439-456; Miguel Niño-Zarazúa, et al., "Social Protection in Sub- Saharan Africa: Getting the Politics Right," World development, Vol. 40. No. 1 (2012): 163-176;
Miguel Niño‐Zarazúa, et al., "Social Protection in Sub-Saharan Africa: Will the Green Shoots Blossom?." Brooks World Poverty Institute Working Paper, No. 116 (2010); 8-9; Armando Barrientos dan David Hulme, "Chronic Poverty and Social Protection: Introduction," The European Journal of Development Research, Vol. 17. No. 1 (2005): 1-7; Armando Barrientos dan Jocelyn DeJong, Child Poverty and Cash Transfers (London: Childhood Poverty Research and Policy Centre, 2004), 16-20; David Hulme, Joseph Hanlon, dan Armando Barrientos. "Social Protection, Marginality, and Extreme Poverty: Just Give Money to the Poor?." Marginality.
Springer, Dordrecht, (2014); 315-329.
di era pemerintahan Jokowi menjelma menjadi episentrum program-program penanganan kemiskinan.
Penguatan PKH dari aspek perluasan jumlah penerima manfaat menjadi 10 juta keluarga yang bahagia dinilai sebagai faktor yang berkontribusi besar terhadap penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia. Penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan diharapkan lebih besar lagi dengan kebijakan peningkatan nilai bantuan PKH yang ditujukan untuk memberi dampak yang lebih besar terhadap pembentukan indicator kebahagiaan keluarga dari perubahan ekonomi dan sosial keluarga bahagia. PKH sepanjang programnya bertujuan mensosialisasikan kebijakan PKH bagi seluruh pelaksana PKH oleh stakeholders terkait, serta mensosialisasikan berbagai kajian terkait PKH dan prospek ke depannya. Selain itu, juga bertujuan pembentukan keluarga bahagia dengan memperkuat koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam implementasi PKH; serta membangun komitmen dan dukungan bagi penyelenggaraan PKH.11