• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran PAI pada Siswa Tunarungu di SMPLB-B & Autis TPA Bintoro Patrang Jember

BAB I PENDAHULUAN

B. Penyajian Data dan Analisis

3. Problematika Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran PAI pada Siswa Tunarungu di SMPLB-B & Autis TPA Bintoro Patrang Jember

penguasaan materi agamanya cukup mendasar untuk mengajarkan anak- anak tunarungu pembelajaran agama Islam untuk kesehariannya saja.

Materi PAI yang di ajarkan kepada anak tunarungu yaitu materi PAI yang mendasar saja karena melihat tingkat kemampuan anak tunarungu dalam memahami atau mencerna materi tidak sama dengan anak normal lainnya.

3. Problematika Sarana dan Prasarana dalam Pembelajaran PAI pada

Sedangkan Menurut Ibu Ika Ruliatin, problem dari sarana dan prasarana di SMPLB-B & Autis Bintoro sebagai berikut

Lek sarana prasarana yo sek kurang mbak dalam pembelajaran, lek sarana prasarana untuk mendukung atau menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah iki mbak. Sekolah kene mek memfasilitasi tempat wudu dan musala mbak sebagai tempat untuk membiasakan arek ki salat dalam kesehariane iku ndek pembelajaran PAI mbak.

Lek ndek materi iku, materi PAI biasae guru memberikan praktek secara langsung mbak. Materi-materi PAI seng membutuhkan praktik atau membutuhkan media nah kita guru langsung memberikan media iku secara langsung di depan mata mbak.

Gurune ae dalam memilih materi PAI ke arek-arek ki milih sek mbak, milih materi seng sekirane engko penting gawe kesehariane, koyok salat, wudu, materi najis dan lain-lain mbak yang sedikit membutuhkan pemahaman melainkan langsung prakteke mbak.

Anak tunarungu ki mbak lebih banyak materi keterampilane mbak, soale keterampilan itu penting gawe arek-arek ki mengekspresikan kemampuane seng bedo mbe arek normal yang bisa dikatan mereka menguasai materi lah.

Arti dari pemaparan Ibu Ika mengenai problem sarana dan prasarana sebagai berikut kalau sarana dan prasarana iya masih kurang mbak dalam pembelajaran, kalau sarana dan prasarana untuk mendukung atau menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah ini mbak. Sekolah sini Cuma memfasilitasi tempat wudu dan musala mbak sebagai tempat untuk membiasakan anak ini salat dalam kesehariannya itu di pembelajaran PAI mbak. Kalau di materi PAI itu, materi biasanya guru memberikan praktik secara langsung mbak. Materi-materi PAI yang membutuhkan praktik atau membutuhkan media nah kita guru langsung memberikan media itu secara langsung mbak di depan mata mbak. Gurunya dalam memilih materi ke anak-anak ini memilih mbak, memilih materi yang sekiranya nanti penting untuk kesehariannya, seperti salat, wudu, materi najis dan lain-lainnya mbak yang sedikit membutuhkan pemahaman melainkan langsung pada praktiknya mbak. Anak tunarungu ini mbak lebih banyak materi keterampilannya mbak, soalnya keterampilan kan penting untuk anak-anak ini bak bisa mengespresikan kemampuannya yang berbeda dengan anak normal lainnya yang bisa dikatakan mereka lebih menguasai materi.”103

103 Ika Ruliatin, wawancara, Jember 15 Agustus 2017

Menurut Ibu Sujinah problem sarana dan prasarana masih cukup banyak yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran di SMPLB-B sendiri, berikut pemaparan Ibu Sujinah mengenai problem saran dan prasarana:

“Problematika mengenai sarana dan prasarana di sini jelas masih kurang banyak mbak terutama di pembelajaran PAI kurang mbak, kurangnya gambar-gambar tentang agama di sini belum ada mbak.

Sedangkan anak seperti ini harus diberikan pemahaman melalui gambar dan praktik mbak. Terkadang untuk materi yang harus ada gambarnya guru harus mencari sendiri. Seperti kemarin mbak lihat dalam materi wudu, sudah saya carikan gambar materi wudu dan saya tempel jadi anak-anak bisa tahu secara langsung urutan wudhu itu bagaimana yang benar. Di sini kan juga ada salat zuhur berjemaah agar anak juga bisa membiasakan diri salat dirumah mereka, terkadang anak seperti ini tidak paham harus bagaimana dan apa yang kan dilakukannya mbak. Fasilitas pun di sini masih kurang memadai hanya saja di sini untuk pembelajaran PAI sudah ada fasilitas tempat wudu dan musala untuk mengajarkan anak salat dalam kesehariannya, agar mereka terbiasa melakukan salat di rumah atau di tempat lain. Dalam pembelajaran PAI juga gurunya usaha sendiri mbak untuk mencari referensi materi yang mudah untuk anak agar anak itu nyantol dengan apa yang saya ajarkan.

Meskipun tidak hanya dalam pembelajaran agama saja mbak yang saya praktikkan tapi dalam pembelajaran lain, saya ajak mereka keluar untuk mengetahui secara langsung materi yang saya ajarkan.

Seperti sawah bisa menghasilkan apa saja, saja ajak mereka ke sawah mbak agar mereka tahu secara langsung kalau sawah itu bisa menghasilkan beras, kedelai, dll sampai saya tempel mbak kedelai, jagung, padi dan beras agar mereka paham.”104

Berikut pemaparan problem sarana dan prasarana Menurut Bapak Sumarno:

“Fasilitas yang ada di SMPLB-B di sini pastinya kurang mbak, tetapi di sini juga sudah ada musala untuk memfasilitasi anak tunarungu salat berjamaah yang secara tidak langsung kita membiasakan anak untuk salat dan mengajarkan tata cara salat yang benar seperti apa. Problemnya mengenai fasilitas dalam pembelajaran PAI pada materi lain ya seperti ibadah haji nah di situ kita keterbatasan dalam fasilitas atau media yang secara langsung.

Kalau anak tunarungu hanya diberikan penjelasan tidak di

104 Sujinah, wawancara, Jember, 29 Agustus 2017

praktikkan atau diberikan pemahaman secara langsung mereka tidak akan mengerti. Media di sini yang digunakan dalam pembelajaran anak tunarungu iya media yang bersifat konkret atau nyata itu mbak, demonstrasi, praktik secara langsung, memberikan materi beserta gambar.”105

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam penggunaan sarana dan prasarana proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan guru pada saat pembelajaran. Pada saat pembelajaran guru sendiri tidak menggunakan media, yang digunakan guru hanya berupa gambar, seperti dalam materi wudu dimana para siswa memahami materi tersebut guru mencari gambar tata cara wudu di google kemudian di tempel di kertas manila atau karton kemudian pada saat pembelajaran guru memberikan pemahaman tentang urutan wudu. Dalam media pembelajaran juga guru memberikan pemahaman secara langsung atau media yang digunakan bersifat nyata seperti materi tayammum dan wudu alat yang digunakan dalam tayammum adalah debu jadi guru memperlihatkan ini yang namanya debu, dalam praktik wudu siswa langsung disuruh praktik di depan halaman kelas yang memang ada tempat untuk berwudu, jadi mediannya harus secara langsung. Hal itulah yang dilakukan guru-guru tunarungu dalam memberikan materi yang memang menggunakan media secara langsung agar siswa mengerti dan tahu yang sebenarnya, karena keterbatasan mereka yang sulit untuk membedakan hal-hal seperti itu.”106

105 Sumarno, wawancara, Jember, 23 Agustus 2017

106 Peneliti, Observasi, 22 Agustus 2017

Dari hasil analisa di atas dan hasil observasi yang dilakukan peneliti dalam masalah problematika sarana dan prasaran di SMPLB-B & Autis TPA Bintoro ini jika dilihat secara keseluruhan sarana dan prasarananya sudah cukup menunjang kegiatan pembelajaran siswanya disekolah. Akan tetapi untuk masalah media yang biasanya digunakan oleh guru dalam pemberian materi kepada siswa guru di sini hanya melalui praktik dan memberikan pemahaman media itu secara langsung. Seperti observasi dan wawancara yang telah di lakukan peneliti bahwasanya guru dalam pemberian materi menunjukkan pemahamannya secara langsung, dalam materi wudu, salat dan tayamum guru langsung mengajarkan menggunakan gambar tata cara wudu, salat dan tayammum itu sendiri, guru memberikan media seperti air yang suci yang boleh digunakan untuk berwudu, debu seperti ini yang bisa digunakan untuk bertayammum jika sudah tidak ada air sama sekali dan memberikan pemahaman tentang perbedaan debu dan tanah kepada anak-anak. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk praktik langsung.

Tabel 4.1 Hasil Temuan

NO Fokus Masalah Hasil Temuan

1 Problematika siswa tunarungu dalam pembelajaran PAI di SMPLB-B & Autis di Bintoro Patrang Jember

Kesulitan yang menjadi problem siswa yaitu karena keterbatasan fisik anak tunarungu sehingga mengalami kesulitan dalam berbicara, berkomunikasi,

keterbatasan kosa kata dan kesulitan dalam pelafalan ayat Alquran.

2 Problematika Guru dalam pembelajaran

Problem yang di alami guru dalam pembelajaran PAI pada siswa tunarungu

PAI pada siswa tunarungu di SMPLB-B

& Autis TPA Bintoro Patrang Jember

yaitu komunikasi, memberikan

pemahaman kata yang sulit dimengerti dan mengajarkan pelafalan ayat kepada siswa tunarungu.

3 Problematika Sarana dan prasarana dalam pembelajaran PAI pada siswa Tunarungu SMPLB-B & Autis TPA Bintoro Patrang Jember

Dalam sarana prasarana yang menjadi problemnya yaitu keterbatasan prasarana itu sendiri kurangnya media untuk pembelajaran yang memang dibutuhkan secara langsung dalam proses

pembelajaran pada siswa tunarungu.