BAB II TAFSIR DAN ANALISIS SEMANTIK
B. Semantik
2. Sejarah Semantik
hanya sebagai alat bicara dan berfikir. Akantetapi yang lebih penting lagi yakni penafsiran dan pengkonsepan dunia yang melingkupinya.27 Dalam menganalisis Al-Qur‟an secara semantik, Izutsu memberikan tahapan seperti:
a. Memilih tema
b. Menghimpun ayat yang mempunyai kata dasar kata yang sama
c. Mengklasifikasi ayat berbanding dengan kata dasarnya d. Menguraikan makna secara kamus
e. Menguraikan makna secara kontekstual, dengan cara seperti apa Al-Qur‟an menggunakan kosa kata tersebut f. Mengaitkan semua kosa kata satu dan lainnya
g. Mencari lawan kata kata tersebut h. Menyimpulkannya28
Stephen Ullman30 membagi masa perkembangan kajian semantik dalam tiga masa:
1) Meliputi masa sekitar setengah abad (dimulai sejak 1923), diistilahkan dengan underground period (periode bawah tanah). Pada tahun 1825 Christian Karl Reisig31 mengutarakan konsep baru terhadap tata bahasa, beliau berpandangan bahwa tata bahasa tersebut meliputi tiga unsur utama, yakni semasiologi (ilmu tanda), sintaksis (ilmu kalimat), dan etimologi (studi tentang asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna). Dalam fase ini istilah semantik belum digunakan meskipun kajian terhadap semantik sudah dilakukan.
2) Sejarah ilmu semantik diawali pada 1880-an sampai pada setengah abad kemudian. Periode ini ditandai dengan munculnya karya Michael Breal (1883), individual berkebangsaan Prancis, dengan judul Les Lois Intellectuelles du Langage. Pada masa tersebut meskipun Breal telah menyebutkan semantik sebagai bidang baru dalam keilmuan, tetapi sebagaimana Reisig, ia masih menyebutkan bahwa semantik sebagai ilmu yang murni. Pandangan ini masih
30 Stephen Ullman seorang tokoh semantic yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di Inggris. Pada tanggal 31 Juli 1914 beliau lahir dan meninggal pada usia 61 tahun yakni tanggal 10 januari 1976. Karya Stephen Ullman banyak diterjemahkan kedalam berbagai bahasa seperti Prancis, Jepang, Spanyol, dan Rusia. Beliau mengajar di Universitas of Leeds dimana beliau sebagai profesor dari bahasa Prancis.
31 Christian Karl Reisig seorang filolog dan ahli bahasa Jerman, lahir pada 17 November 1792 dan pada 17 Januari 1829 beliau meninggal. Dia adalah seorang filolog klasik yang dikreditkan dengan mengembagkan cabang baru linguistic yang dikenal sebagai semsiologi. Beliau memperkenalkan disiplin baru ini karena beliau merasa bahwa studi tentang arti kata tidak dapat dipenuhi secara memadai dalam batasan sintaksis atau etimologi.
mewarnai kajian semantik pada fase kedua, ia menjadi ciri kajian semantik pada masa itu.
3) Pada fase ketiga, kajian semantik mulai melakukan studi makna secara empiris32. Hal ini ditandai dengan adanya karya seorang filolog Swedia Gustav Stren dengan judul Meaning and Change of Meaning, With Special Reference to The English Language (makna dan perubahan makna, dengan acuan khusus bahasa ke bahasa Inggris) yang diterbitkan pada tahun 1931. Dalam buku ini Stren melakukan studi tentang makna terhadap bahasa Inggris.33
Kajian semantik di dunia Arab telah ada mulai zaman sahabat, meskipun masih sangan umum. Di antara usaha para linguis Arab untuk menggali dan memahami rahasia-rahasia Al-Qur‟an pada abad permulaan Islam ialah penghimpunan ungkapan Arab dan kata-kata serta analisi makna yang terkandung pada kata dan ungkapan tersebut untuk membantu orang-orang yang ingin mencari makna kata yang tidak dipahami dalam upaya mempelajari isi Al-Qur‟an, Hadits Nabi, dan buku-buku berbahasa Arab lainnya.34
Usaha para linguis Arab dalam mengkaji semantik atau masalah makna secara sistematik, sudah dilakukan sejak abad kedua hijriyah. Hal ini ditandai dengan disusunnya sebuah kamus oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi yang diberi nama kitab al-
„Ain, sesuai kata pertama dari urutan isinya yang disusun
32 Berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, dan pengamatan yang telah dilakukan).
33 Erwin Suryaningrat, “Pengertian, Sejarah dan Ruang Lingkup Kajian Semantik (Ilmu Dalalah),” Jurnal At-Ta‟lim 12, no. 1, (2018): h. 107.
34 http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113440026.pdf diakses pada 25 juni 2022 h. 17.
berdasarkan urutan makhraj bunyi mulai dari ḥalq (tenggorokan) sampai ke bibir.
Sementara itu di dalam studi metodologi penafsiran Al- Qur‟an yang menggunakan metode kebahasaan sudah dilakukan oleh beberapa mufassir klasik, diantaranya ialah al-Farra‟ dengan karya tafsirnya Ma‟ani Al-Qur‟an, Abu Ubaidah, al-Sijistani dan al-Zamakhsyari. Selanjutnya dikembangkan oleh Amin al-Khuli yang kemudian teori-teorinya diaplikasikan oleh „Aisyah bint Syaṭi‟ dalam tafsirnya al-Bayan li Al-Qur‟an al-Karim. Gagasan Amin al-Khuli kemudian dikembangkan lagi oleh Toshihiko Izutsu yang dikenal dengan teori Semantik Al-Qur‟an.35
Mendapati dua konsep baru yang ditampilkan Sanssure dan merupakan perubahan dalam teori dan penerapan studi kebahasaan. Konsep yakni:
1. Linguistik, ialah studi kebahasaan yang berfokus pada posisi bahasa tersebut rentan waktu tertentu, sehingga studi yang dilakukan haruslah menggunakan pendekatan sinkronik/studi yang bersifat deskriptip yang dibutuhkan untuk menemukan relasi-relasi strukturalitas dan sinonimitas lainnya.
Studi perihal perkembangan dan sejarah suatu bahasa ialah kajian kesejarahan dengan menggunakan pendekatan diakronik yakni diperlukan untuk mengetahui perubahan makna dan hubungan antara makna terdahulu dengan makna baru.
2. Bahasa, merupakan satu sistem dan satu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur keterkaitan. Wawasan kedua ini, juga menjadi
35 http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113440026.pdf diakses pada 25 juni 2022 h. 18.
akar paham linguistic structural. Pandangan tersebut yang kemudian mempengaruhi berbagai bidang penelitian, terutama di Eropa. Kajian de Sassure, selain berlandaskan pada analisis struktur bahasa juga berlandaskan analisis psikologis, sosisal, dan pemikiran.36
Setelah munculnya karya de Saussure, pandanagn semantik berbeda dari pandangan sebelumnya yang cenderung masih pada kerangka filosofis dan menggunakan pendekatan historis (diakronik).37 Perbedaan tersebut yakni mengenai pandangan historis mulai ditinggalkan, perhatian mulai diarahkan pada struktur di dalam kosakata, semantik mulai dipemgaruhi stilistika, studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum), hubungan antara pikiran dan bahasa mulai dipelajari karenanya bahasa merupakan kekuatan yang menentukan dan mengarahkan pikiran, serta semantik telah melepaskan diri dari filsafat, namun tidak berarti bahwa filsafat tidak dapat membantu perkembangan semantik.38