DALAM PROSES PERDATA
G. Siapa yang Mengajukan Alat Bukti?
nya di perempatan jalan Kartini, jalan G. Sawakarang, Jalan Sudirman, Tuan A memakai baju safari merah muda, ber- ka ca mata, sedangkan Tuan B memakai Jean sepasang warna biru. Pada saat kecelakaan, di atas mobil Tuan A ikut anak- ananya. Adapun di atas mobil Tuan B ikut pacarnya Miss X, seorang aktris jelita. Cepat kendaraan 50 kilometer per jam, baik Tuan A maupun Tuan B.
Dari keseluruhan yang dikemukakan di atas, yang termasuk peristiwa relevan hanyalah bahwa yang mengemudikan mobil adalah Tuan A dan Tuan, kecepatannya masing-masing 50 kilometer per jam, lokasinya di jalan-jalan tersebut.
Adapun isinya, seperti baju Tuan A dan Tuan B, pacar Tuan B yang aktris jelita dan sebagainya adalah peristiwa yang irelevant, sehingga tidak perlu dibuktikan.
tuduh (dalam proses pidana) senantiasa dijamin hak-haknya untuk membuktikan ketidakbersalahannya (he Presumption of Innocemce).
Hal ini sejalan dengan pandangan Roscoe Pound yang berpendapat bahwa hukum harus dilihat atau dipandang se- bagai lembaga yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, serta adalah tugas ilmu hukum untuk memperkembangkan suatu kerangka dalam mana kebutuhan sosial dapat dipenuhi secara maksimal. Terbukti dari apa yang dituliskannya:
“....he record of a continually wider recognizing and satisfying of human wants or claims or desires through social control, a more embracing and more efective security of social interest, a continually more complete and efective elimination of waste and precluding of friction in human enjoyment of the goods of existence—in short a continually more aicacious social engineering.”29
Roscoe Pound meganjurkan agar mempelajari hukum se bagai suatu proses.
Di dalam hukum acara perdata, yang berhadapan ada lah dua pihak yang terlibat dalam suatu persengketaan perdata.
Keduanya memiliki kedudukan yang sama di muka hukum, termasuk di muka pengadilan (hakim), berdasarkan asas AUDI ET ALTERAN PARTEM.
Walaupun demikian, terlebih dahulu kita harus jelas mengetahui siapakah yang dimaksudkan para pihak dalam suatu perkara perdata?
Hal ini sangat penting, karena yang harus mengajukan alat bukti ini adalah para pihak itu.
Pada asasnya setiap orang mempunyai hak, dan karena itu adalah suatu kewajaran jika setiap orang berusaha untuk mempertahankan atau membela haknya, berwanang untuk bertindak selaku pihak dalam perkara perdata, baik sebagai
http://pustaka-indo.blogspot.com
penggugat maupun tergugat atau dalam hal tertentu sebagai pihak yang melakukan intervensi, hal ini sesuai dengan asas:
“Legitima persona standi in jidicio.”
Tetapi selain manusia, kita harus ingat bahwa pengertian
“orang” menurut hukum, juga termasuk badan hukum atau yang lazim disebut “RECHTAPERSOON”.
Sehingga yang dimaksud pihak dalam perkara perdata ada dua macam:
1. Manusia.
2. Badan hukum.
Di dalam suatu persengketaan perdata sekurang-kurang- nya terdapat dua pihak, yaitu: penggugat (eiser, plaintif), dan tergugat (gedaagde, defendant).
Mengenai orang yang aktif bertindak sebagai pihak di muka persidangan pengadilan, dapat kita bagi atas:
a. Orang yang mempunyai kepentingan langsung.
b. Orang yang tidak mempunyai kepentingan langsung.
Jika orang yang berkepentingan langsung yang bertin- dak sendiri di muka pengadilan disebut sebagai “pihak ma- teriil”, tetapi sekaligus juga merupakan “pihak for mal”, karena mereka sendiri yang beracara.
Yang dimaksudkan sebagai orang yang tidak mempunyai kepentingan langsung adalah:
a. Wali b. Pengampu c. Pengacara
Wali ini mewakili orang yang masih di bawah umur. Di Indonesia terdapat banyak peraturan mengenai batas umur kedewasaan. Batas umur itu berkisar antara 15 tahun hingga
http://pustaka-indo.blogspot.com
21 tahun. Batas umur untuk perkawinan saja ada berbagai macam, menurut BW bagi laki-laki adalah 18 tahun dan bagi wanita 15 tahun, sedang menurut U. U No. 1 Tahun 1974 bagi laki-laki 19 tahun dan wanita 16 tahun.
Batas-batas umur dewasa itu adalah
a. Dewasa untuk memilih: 17 tahun (berdasarkan Pasal 9 UU No. 5 Tahun 1975).
b. Dewasa menurut Undang-Undang Kerja adalah 18 ta- hun (Pasal 1 UU No. 1 Tahun 1951 jo. UU. No. 12 Tahun 1948).
c. Dewasa untuk menjadi saksi di muka persidangan pengadilan adalah 15 tahun (Pasal 145 ayat 1 No. 3, 145 ayat 4 HIR, 172 ayat (1) No. 4 jo. 173 R.bg.m 1912 BW).
d. Dewasa untuk dapat dituntut pidana adalah 16 tahun.
Bagi golongan pribumi, maka di dalam S. 1931 No. 54 diatur bahwa jika ketentuan undang-undang menggunakan istilah “belum cukup umur” maka bagi golongan Indonesia yang dimaksud adalah semua orang yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak kawin sebelumnya.
Walaupun di dalam praktik peradilan di Indonesia de- wasa ini belum pernah terjadi masalah umur dalam penga- juan gugatan di muka persidangan pengadilan, tetapi untuk ke pas tian hukum perlu adanya ketentuan atau pedoman bagi batas umur untuk orang yang hendak mengajukan gugatan.
Menurut penulis, untuk saat ini pedomannya adalah Pasal 330 BW dan S. 1931 No. 54 yang menentukan batas umur 21 ta hun sebagai batas umur dewasa.
Pengampu atau kurator adalah orang yang mewakili ke- pentingan orang yang berada di bawah kuratele atau peng- ampuan.
http://pustaka-indo.blogspot.com
Orang yang biasanya ditempatkan di bawah kuratele adalah:
a. sakit ingatan;
b. pemboros;
c. pemabuk.
Tetapi, perlu diketahui bahwa pada umumnya mereka yang diletakkan di bawah pengampuan karena pemboros atau pemabuk, ketidakmampuannya hanyalah terbatas pada perbuatan-perbuatan di lapangan hukum harta kekayaan.
(Bandingkan pendapat Asser Scholten29)
Demikian pula seorang istri yang tunduk pada BW tidak dapat bertindak sebagai pihak tanpa bantuan daripada suami nya, sesuai ketentuan Pasal 110 BW, kecuali dalam hal per ceraian atau apabila ia dituntut dalam perkara pidana.
Adapun kuasa yang merupakan juga pihak yang tidak ber kepentingan langsung biasanya diarahkan kepada peng a - cara. perlu penulis tegaskan di sini, bahwa pengertian penga- cara di satu pihak, dengan pengertian advokat di lain pi hak, tidaklah identik.
Penulis dapat membedakannya sebagai berikut:
ADVOKAT : adalah pengacara profesional, seorang pe- ngacara yang memang pengerjaan pokok- nya adalah kepengacaraan, dan telah resmi diangkat oleh negara sebagai advokat. (li- hat peraturan menteri kehakiman No. 1 Ta hun 1965 tertanggal 28 Mei 1965, Jo.
Ke putusan Menteri Kehakiman No. J.P.
14/2/11 tanggal 7 Oktober 1965).
PENGACARA: adalah lebih luas pengertiannya, karena di samping termasuk di dalamnya advokat,
http://pustaka-indo.blogspot.com
juga tercakup setiap badan hukum yang menjalankan fungsi pengacara, misal nya dosen-dosen fakultas hukum yang aktif di biro bantuan hukum fakultas hukum ma- sing-masing.
Selain itu ada istilah lain yaitu “POKROL” yang penulis arti- kan sebagai: setiap orang yang bukan sarjana hukum, yang menjalankan fungsi kepengacaraan. Dalam hubungan ini, me- nurut hemat penulis, seyogianya pokrol dilarang berpraktik untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan hukum.
Kapan seseorang boleh bertindak sebagai kuasa? Kalau memenuhi salah satu persyaratan atau beberapa persyaratan di bawah ini.
Untuk menjadi kuasa penggugat:
a. Harus mempunyai surat khusus seperti yang diatur oleh pasal 123 ayat 1 HIR, Pasal 147 ayat 1 R.bg.
b. Ditunjuk selaku kuasa dalam surat gugatan, seperti yang diatur oleh Pasal 123 ayat 1 HIR, Pasal 147 ayat 1 R.bg.
c. Ditunjuk sebagai kuasa atau wakil dalam catatan gugatan jika gugatan diajukan secara lisan, diatur oleh pasal yang sama di atas.
d. Ditunjuk oleh penggugat sebagai kuasa atau wakil di persidangan, juga diatur oleh pasal yang sama di atas.
e. Memenuhi syarat dalam Peraturan Menteri Kehakiman 1/1965 tanggal 28 Mei Jo. Keputusan Menteri Keha- kiman No. J.P. 14/2/11 tanggal 7 Oktober 1965 tentang Pokrol.
f. Telah terdatar sebagai advokat atau memenuhi syarat se tempat tentang izin untuk membela perkara.
http://pustaka-indo.blogspot.com
Untuk dapat menjadi kuasa tergugat:
Pada asasnya memiliki persyaratan yang sama dengan per syaratan untuk menjadi kuasa bagi penggugat di atas.
Sebagaimana jika negara/pemerintah yang bertindak se laku pihak di muka persidangan perdata selaku QUASI STAATRECHT? Sebagai warga negara semu? Siapa yang di- syaratkan dapat menjadi kuasanya? Ini ditentukan oleh S.
1922 No. 522 dan Pasal 123 ayat 2 HIR, Pasal 147 2 R.bg.
a. Pengacara yang diangkat oleh pemerintah.
b. Jaksa.
c. Orang-orang tertentu atau para pejabat yang diang kat atau ditunjuk.
Juga yang sering dipertanyakan, bagaimana dengan suatu Badan Hukum Privat? Siapa yang harus mewakilinya di depan sidang pengadilan? Dalam hal ini diatur oleh psal 1655 BW dan pasal 8 no. 2 Rv., bahwa adan hukum bertindak melalui pengurusnya atau wakilnya. Adapun nama pengurus dari badan hukum itu tidak harus di muat dalam gugatan, oleh karena itu badan hukum dapat bertindak se ba gai pihak ma teri ataupun pihak formal dalam perkara. De mikian pen- dapat dari star bubwann.31
Semua orang yang dianggap tidak cakap untuk bertindak disebut dengan istilah “PERSONAE MISERABILE”. Sehingga dapatlah kita nyatakan bahwa didakannya lembaga Personae Miserabile itu adalah bertujuan untuk melindungi orang- orang tersebut sendiri.
Dewasa ini yang sering menjadi pertanyaan, bagaimana halnya dengan orang tua? sampai batas umur berapa baru tergolong sebagai “Personae Miserabile”? Belum ada keten- tuannya hingga saat ini. Tetapi menurut hemat penulis seyo-
http://pustaka-indo.blogspot.com
gia nya jika kelak diatur oleh undang-undang tidak dibatasi dari segi usianya, karena ada orang tua yang berusia 70-90 tahun tetapi belum pikun, sedangkan ada yang baru 50 tahun sudah pikun.
Karena itulah pengaturannya harus di atur dari segi “pi- kun nya”. Tentu saja ini pun bukan persoalan yang terlalu mu- dah, karena kriteria kepikunan masih bisa diperdebatkan lagi.
Jadi, kita kembali kepada masalah siapakah yang harus mengajukan alat bukti, jawabannya adalah semua orang yang menjadi pihak formal di depan pengadilan, termasuk pula pihak yang sekaligus adalah pihak materiil.