BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Sifat Kimia dan Fisika
Tanah merah yang digunakan dalam penelitian ini bersifat agak masam, yaitu memiliki pH sekitar 5,57. Hal ini diduga karena pada tanah banyak ditemukan ion Al3+ karena dengan ion tersebut dapat menghasilkan H+ apabila bereaksi dengan air.Dalam keadaan tertentu, yaitu apabila tercapai kejenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida, dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah (Yulianti, 2007). Berikut reaksi yang terjadi:
Al terjerap pada koloidal tanah dalam keseimbangan dengan Al dalam larutan.
Al → Al3+ + 3e- Al3++ 3H2O → Al(OH)3 + 3H+ Hidrogen terjerap koloidal tanah, sumber ion H+ kedua.
H ↔ H+ + 1e-
Pada tanah berkeasaman sedang Al3+ dalam bentuk ion hidroksida aluminium.
Al3+ + OH-→ Al(OH)2+
Al(OH)2+ + OH- → Al(OH)2+
Ion Al(OH)2+ dan Al(OH)2+ dpt terjerap oleh koloidal tanah dan dapat dipertukarkan. Dalam larutan tanah terhidrolisis :
Al(OH)2+ + H2O → Al(OH)2+ + H+ Al(OH)2+
+ H2O → Al(OH)3 + H+
Secara umum pH optimum tanah berkisar antara 6,5-7,5 yaitu bersifat netral (Aak, 1993). Sedangkan pada penelitian ini digunakan tanah yang bersifat agak masam atau pH sekitar sekitar 5,57, sehingga diperlukan penambahan kompos untuk meningkatkan nilai pH tanah.Bahan organik pada komposdapat mengikat ion-ion yang bersifat asam yang ada di dalam tanah sehingga bereaksi dan membentuk senyawa-senyawa baru yang dapat mengurangi keasaman tanah.
Pada penelitian ini diuji nilai pH tanah dengan menambahkan berbagai macam variasi dosis kompos, mulai dari 6 ton/ha, 12 ton/ha, 24 ton/ha, sampai 48 ton/ha dan juga penambahan IMR pada minggu ke-2 dan 3 setelah penanaman jagung.
Gambar 4. Grafik pH tanah
4,0 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5 7,0 7,5 8,0
0 6 12 24 48
pH
Variasi dosis kompos (ton/ha)
pH Awal pH Akhir pH Akhir + IMR
Terlihat pada gambar 4, hasil ini menunjukkan bahwa semakin banyak kompos yang ditambahkan, pH tanah akan meningkat. Dengan penambahan dosis kompos 24 ton/ha dan 48 ton/ha dapat meningkatkan nilai pH tanah dari 5,56 menjadi 6,7 dan 7,5, sehingga mencapai nilai pH optimum tanah yang berkisar 6,5-7,5. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan kompos dengan dosis yang berbeda berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai pH tanah berdasarkan uji statistik Anova dengan nilai signifikansi 0,00 (P≥0,05) (Lampiran 4). Peningkatan pH tanah terkait pengikatan senyawa-senyawa yang bersifat asam yang ada di dalam tanah yang bereaksi dengan bahan organik dari kompos.
Stevenson (1994) menyatakan bahwa bahan organik yang telah terdekomposisi dapat meningkatkan aktivitas ion OH- yang bersumber dari gugus karboksil (- COOH) dan gugus hidroksil (OH-). Ion OH-akan menetralisir ion H+ yang berada dalam larutan tanah. Lebih lanjut Brady dan Weil (2002) menjelaskan bahwa naik turunnya pH tanah merupakan fungsi ion H+ dan OH-, jika konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah meningkat, maka pH akan menjadiasam dan jika konsentrasi ion OH- meningkat maka pH akan menjadi netral atau mendekati basa.Menurut Buckman dan Brady (1982); Isrun (2006) bahwa pengaruh pemberian bahan organik mampu menurunkan kemasaman tanah sehingga dapat menaikan nilai pHnya.
Kandungan hara pada tanah semakin lama semakin berkurang karena sering digunakan oleh tanaman yang hidup diatas tanah tersebut, bila keadaan seperti ini terus dibiarkan maka tanaman akan kekurangan unsur hara sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi terganggu. Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman dapat diatasi dengan pemupukan (Sutoro dkk. 1988).Oleh karena itu, untuk meningkatkan bahan organik dalam tanah digunakanlah kompos.
Pada penelitian ini diuji nilai KBO tanah, dimana KBO tanah awal dilakukan sebelum penanaman jagung dan KBO akhir setelah panen jagung. Pengujian KBO dilakukan dengan metode pemanasan dengan suhu mencapai 550°C selama 12 jam (Buttler, 2001).Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan KBO tanah setelah ditambahkan kompos dengan dosis yang berbeda pada sebelum penanaman dan setelah panen jagung.
Gambar 5. Grafik KBO tanah
Gambar 5 menunjukkan peningkatan nilai KBO tanah setelah ditambahkan kompos baik pada sebelum penanaman dan setelah panen jagung.Semakin tinggi dosis kompos yang diberikan maka semakin tinggi nilai KBO tanah.Penambahan IMR juga berpengaruh pada peningkatan KBO tanah.Nilai tertinggi KBO tanah mencapai 20% yaitu dengan penambahan kompos dengan dosis 48 ton/ha dan penambahan IMR. Berdasarkan uji statistik Anova, pemberian kompos dengan dosis
10 12 14 16 18 20 22 24
0 6 12 24 48
%KBO
Variasi dosis kompos (ton/ha)
KBO awal KBO akhir KBO akhir + IMR
yang berbeda serta penambahan IMR memberikan pengaruh nyata dengan nilai signifikansi 0,00 (P≥0,05) (Lampiran 6).
Menurut Mubandono (2002), kompos dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah, karena kompos berasal bahan organik yang didegradasikan secara organik. Sedangkan menurut Tisdale et al. (1985) dan Soepardi (1983), bahan organik sangat besar perananya dalam memperbaiki kesuburan tanah walaupun persentasenya hanya sebesar 5% dari total volume tanah. Selain itu dari hasil penelitian A.S. Gregory dan A.W. Vickers (2006), penambahan kompos dapat meningkatkan KBO tanah mencapai 2 kali lipat.
Peningkatan KBO tanah setelah panen (keadaan akhir) dapat dipengaruhi beberapa faktor, selain penambahan kompos pada awal sebelum penanaman, juga dapat dipengaruhi oleh penambahan IMR pada minggu ke-2 dan ke-3 karena mikroba tersebut dapat mengikat dan mendegradasi bahan-bahan organik seperti nitrogen dan fosfor, selain itu sisa-sisa tanaman pada saat setelah panen juga dapat mempengaruhi meningkatnya KBO tanah. Hal ini diperkuat oleh G. Convertini, D.
Ferri, F. Montemurro and M. Maiorana (2004), bahwa tanaman yang ditanam dapat meningkatkan KBO dan dapat menyuburkan tanah.
Tanah merah merupakan tanah yang dapat menyerap cukup banyak air.
Menurut Alison N. Anderson, David C. McKenzie, John J. Friend (1998), tanah merah terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil yang memiliki pori-pori yang sangat kecil, sehingga dapat menampung air lebih banyak dibanding tanah pasir yang memiliki pori-pori lebih besar. Tanah yang dapat menyimpan air dalam jumlah
banyak sangat dibutuhkan oleh tanaman, karena air juga merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam reaksi fotosintesis.
Pada penelitian ini dilakukan uji untuk mengetahui kemampuan ikat air (WHC) tanah sebagai salah satu sifat fisik tanah.Uji ini ditujukan untuk mengetahui seberapa banyak tanah dapat menangkap air dan menyimpannya dalam pori-pori tanah.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kompos dapat meningkatkan WHC tanah, namun dengan penambahan IMR malah menurunkan kemampuan ikat air tanah.
Gambar 6. Grafik WHC tanah
Dengan penambahan kompos dapat meningkatkan WHC tanah mencapai 175%
dengan dosis mencapai 48 ton/ha, namun dengan penambahan kompos dosis 48 ton/ha dan IMR hanya mencapai 153%. Berdasarkan uji statistik penambahan kompos memberikan pengaruh nyata dengan nilai signifikansi 0,00 (P≥0,05) (Lampiran 7).
100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
0 6 12 24 48
% WHC
Variasi dosis kompos (ton/ha)
Tanpa IMR Dengan IMR
Kemampuan ikat air (WHC) tanah meningkat setelah ditambahkan kompos, karena kompos dapat mempengaruhi tekstur dan kadar liat tanah dalam mengikat air (Hadisuwito, 2007).Menurut Stevenson (1982), bahan organik memberikan pengaruh terhadap sifat fisika yaitu peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah namun terisi oleh udara dan air.Ilmuwan tanah Arkansas melaporkan bahwa untuk setiap 1% dari bahan organik, tanah dapat menyimpan 16.500 galon/acre air tersedia bagi tanaman (Scott, H.D, L.S. Wood, and W.M. Miley, 1986).Sementara penambahan mikroba WHC tanah tidak sebaik tanpa mikroba, karena mikroba membutuhkan air sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi.Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme (Budiyanto, 2008).