• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simbol dalam Ritual Adat Pernikahan

4. Studi Kepustakaan

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Proses Ritual Adat Pernikahan Batak Toba

4.2.1.2 Simbol dalam Ritual Adat Pernikahan

46

sinamot, dan iddahan sibuhabuhai atau makan bersama antara kedua belah pihak keluarga dalam ritual manjalo pasu-pasu parbagason.

47

Gambar 4.1 Ritual Penyambuatan Pihak Parboru oleh Pihak Paranak 2014 Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:20

WITA

Parhata sian paranak: di hamu hula-hula nami, ro ma hamu raja nami, nungnga rade hami manjalo haroromuna,”

Sajak tersebut berarti bahwa paranak meminta dengan hormat kepada keluarga besar parboru untuk hadir, pihak paranak bersedia untuk meyambut, dan menerima keluarga besar parboru dengan baik.

Dilanjutkan dengan parhata sian parboru: mauliate ma di hamu raja nami, ro ma hami rade ma hamu manjalo.”

Sajak balasan dari pihak parboru berarti bahwa pihak parboru mengucapkan terimakasih kepada pihak paranak dan berharap pihak paranak menerima kedatangannya parboru dengan senang hati.

Acara penyambutan ini selanjutnya dimulai dengan laki-laki tertua dari keluarga mempelai perempuan manortor atau menari tor-tor, yang diikuti oleh para perempuan yang tertua juga dari keluarga pihak parboru dengan manghutti tandok

48

atau meletakkan beras di sebuah kantung yang dianyam lalu diletakkan di kepala.

Dalam ritual ini, pihak parboru yang manortor akan diiringi musik khas Batak yang dikenal dengan sebutan gondang. Setelah pihak paranak meyambut pihak parboru, maka kedua belah pihak keluarga selanjutnya akan menyambut keluarga dan para tamu undangan.

49

Gambar 4.1.1 Manghutti Tandok oleh Laki-laki dan Perempuan Tertua 2014 Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:10

WITA

“Dengan penyambutan yang dilakukan oleh kedua belah pihak keluarga maka proses penyambutan telah selesai dilaksanakan. Seluruh kerbat serta tamu undangan pun akan menyesuaikan tempatnya untuk duduk. Dalam hal ini, pihak paranak dan pihak parboru duduk secara terpisah namun berhadapan.” (Tulang Asmara Sidabutar, pada Minggu 11 Juli 2021)

“Kemudian, ritual selanjutnya adalah makan bersama setelah pihak paranak menyerahkan hewan yang telah disembelih dan siap untuk dinikmati. Hewan yang disembelih bisa berupa kerbau, sapi, kambing ataupun daging babi sesuai dengan kesepakatan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam hal ini, kedua belah pihak keluarga sepakat menyembelih babi karena disesuaikan dengan kemampuan keluarga dan kami keluarga menganut kepercayaan nasrani.” (Fernando Siregar, pada Minggu 11 Juli 2021)

50

Gambar 4.1.2 Penyerahan Jambar Babi 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:09 WITA

Daging tersebut kemudian diberikan kepada pihak parboru, dan paranak akan mendapatkan dekke atau ikan sebagai balasannya. Daging yang diberikan tersebut disesuaikan dengan kemampuan dari keluarga paranak.

“Simbol yang terdapat dalam pertukaran makanan tersebut adalah daging sebagai lambang kebahagiaan dan kemakmuran yang dimaksudkan adalah pihak parboru tetap berbahagia dan merasa tenang karena putrinya sudah bersama sirokkap toddi na atau belahan jiwanya.” (Tulang Asmara Sidabutar, pada Minggu 11 Juli 2021)

51

Gambar 4.1.3 Penyerahan Jambar Dekke 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:08 WITA

Sedangkan jambar ikan memiliki makna agar pasangan mempelai dan keluarganya dapat saling memberi dan tolong-menolong dalam melaksanakan acara adat atau kegiatan yang lainnya.

Selanjutnya setelah makan bersama, pihak paranak akan memberikan uang kepada seluruh keluarga dari pihak parboru yang masih dalam satu garis keturunan nenek moyang yang disebut dengan panadaion. Besar atau kecilnya uang tersebut tidak dibatasi, uang tersebut disesuaikan dengan kemampuan dari paranak. Hal ini bertujuan untuk mengharapkan doa dari keluarga yang hadir dalam acara adat ini agar diberkati oleh Tuhan. (Tulang Asmara Sidabutar, pada Minggu 11 Juli 2021)

52

Gambar 4.1.4 Panadaion dari Paranak Kepada Parboru 2014 Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:29

WITA 2. Pembagian Jambar

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam ritual pembagian jambar ini paranak akan menyediakan hewan yang disembelih sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Dalam penyerahannya, parhata dari tiap-tiap perwakilan paranak dan parboru akan mulai memimpin doa dengan maksud agar makanan yang diberikan kepada kedua belah pihak kelaurga menjadi berkat dan selalu dalam keadaan sehat serta berbahagia. Saat memberikan jambar daging atau ikan tersebut paranak atau parboru akan memegang piring dari jambar tersebut sambil berdoa.

Selanjutnya parhobas atau suami dari kakak atau adik perempuan dari mempelai perempuan dan laki-laki akan mulai memotong jambar tersebut lalu dibagikan keseluruh keluarga paranak dan parboru. Pembagian jambar tersebut tentunya ditentukan sesuai adat yang dijalankan masing-masing keluarga.

53

Gambar 4.1.5 Pembagian Jambar untuk Paranak 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:08 WITA

Gambar 4.1.6 Pembagian Jambar untuk Parboru 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:08 WITA

54 3. Mangulosi

Ritual adat pernikahan Batak Toba sangat identik dengan ulos karena memiliki peran penting pada proses pelaksanaannya. Selain itu ulos juga memiliki makna yang begitu krusial bagi kedua belah pihak keluarga yang melaksanakan ritual adat pernikahan. Ulos tidak hanya digunakan pada saat pelaksanaan ritual adat pernikahan saja, ulos sudah sering digunakan masyarakat Batak dalam ritual budaya baik dalam suatu perayaan ataupun acara yang lainnya seperti ritual kelahiran anak hingga ritual adat kematian.

Dalam (Vergouwen, J. C. 2004) menjelaskan bahwa ulos adalah sejenis pakaian yang berbentuk selembar kain. Kain tersebut ditenun oleh perempuan Batak dengan memiliki corak yang beranekaragam dan bebeda jenisnya.

Pembuatan ulos tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan pola dan aturan agar makna dari ulos tersebut tidak berubah.

Mangulosi dalam bahasa Indonesia berarti menyematkan ulos adalah salah satu ritual yang diberikan oleh keluarga dan kerabat kepada pasangan mempelai. Pada dasarnya pemberian ulos harus dilaksanakan oleh seseorang yang telah melaksanakan ritual adat pernikahan juga. Ulos merupakan suatu unsur pernikahan yang harus ada karena mangulosi merupakan bagian penting dalam pelaksanaan ritual adat pernikahan yang tidak dapat dipisahkan dengan ritual-ritual selanjutnya karena setiap ritual tersebut saling berkaitan dan memiliki hubungan satu sama lain.

55

Ritual mangulosi merupakan salah satu ritual adat yang memakan waktu cukup panjang karena seluruh kerabat dan tamu undangan akan terlibat dalam acara ini. Mangulosi merupakan proses penyematan ulos dari pihak parboru untuk kedua mempelai. Hal ini merupakan simbol dari bentuk kasih sayang keluarga kepada kedua mempelai. Mangulosi dipercaya sebagai jalan untuk menyampaikan doa kepada anak-anaknya. Melalui ritual mangulosi tersebut keluarga berharap ulos ini dapat menjadi pelindung bagi kedua mempelai pada situasi atau kondisi apapun, ritual ini juga dianggap begitu sakral karena merupakan salah satu ritual adat yang diwariskan oleh para pendahulu atau leluhur yang dilaksanakan hingga saat ini.

Gambar 4.1.7 Pasangan Mempelai diulosi 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 19:58 WITA

Penyematan ulos bukan sekadar pemberian ulos saja, pada saat ritual ini dilaksanakan kedua mempelai akan menerima begitu banyak doa dan nasihat- nasihat dari keluarga agar menjadi pasangan yang rukun, dan dapat membina

56

keluarga dengan baik. Selain itu, ritual ini dianggap sebagai bentuk sukacita karena mulai dari ritual sebelum nikah sampai saat ini semua acara dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Seiring berjalannya waktu telah terjadi perubahan dalam proses pelaksanaan mangulosi. Dahulu, setiap tamu undangan akan memberikan ulos kepada mempelai sebagai hadiah pernikahan. Namun saat ini tamu undangan sudah mengganti ulos dengan uang ataupun hadiah pernikahan yang lain. Hal ini disebabkan karena pada ritual ini proses pelaksanannya memakan waktu yang cukup panjang. Sehingga pada saat ini mangulosi akan dilaksanakan oleh pihak keluarga inti saja.

Proses mangulosi ini diawali oleh orang tua mempelai perempuan kepada pengantin dengan memberikan doa serta nasihat-nasihat untuk menjalankan sebuah pernikahan. Proses ini akan diiringi oleh gondang Batak lalu orangt ua akan manortor sebelum menyematkan ulos kepada kedua mempelai. Selain itu, mempelai laki-laki juga akan mendapatkan sarung hela atau sarung menantu yang maksudnya adalah untuk digunakan oleh hela dalam kegiatan atau acara suku Batak yang lainnya. Dalam hal ini, mempelai laki-laki yaitu Fernando Siregar nantinya akan marhobas atau membantu dalam kegiatan atau acara yang dilakukan oleh keluarga Pasaribu nantinya.

57

Gambar 4.1.7.1 Parboru Mangulosi Pasangan Mempelai 2014 Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:20

WITA

“Saat mangulosi itu dek orang tua dari kakak kan. Nah di situ ada bahagianya ada sedihnya juga karena udah pisah kita sama orang tua kan. lagu yang dipasahat orang tua juga watu itu sedih. Pokoknya saat diulosi itu ya banyak nasehat sama doa yang dikasih jadi kita juga dalam hati bilang amen gitu ya.” (Ika Pasaribu, pada Minggu 11 Juli 2021)

58

Selanjutnya, orang tua dari parboru akan mangulosi pihak paranak sebagai tanda bahwa pihak parboru telah menitipkan putrinya dan memberikan pesan untuk paranak agar menjaga, menyayangi putrinya seperti anaknya sendiri. Pada situasi ini, kedua belah pihak keluarga baik parboru maupun paranak akan menangis bahagia karena mendengarkan pesan serta amanah yang diberikan oleh kedua orang tua parboru.

Gambar 4.1.7.2 Parboru Mangulosi Paranak 2014 Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:08

WITA

59

Setelah itu, kedua mempelai akan mendapatkan ulos dari Bapa uda na (paman) atau adik laki-laki dari ayah parboru dan Inang uda na atau istri dari uda na. Sama seperti sebelumnya, dalam hal ini uda dan inang uda pun turut memberikan doa serta nasihat kepada kedua mempelai. Proses penyematan ulos ini merupakan proses yang sangat penting karena diberikan dari keluarga terdekat dari parboru.

Gambar 4.1.7.3 Parboru Mangulosi Pasangan Mempelai 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:22 WITA

“Setelah proses adat ini, keluarga inti dari pihak parboru yang memberikan ulos akan diberikan uang oleh keluarga inti tersebut yang merupakan uang sisa sinamot yang telah dibahas sebelumnya dan seluruh keluarga inti memberikan uang sambil manortor. Makna dari ritual ini adalah agar yang memberikan ulos merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh keluarga inti.” (Tulang Asmara Sidabutar, pada Minggu 11 Juli 2021)

60

Gambar 4.1.7.4 Pemberian Sisa Sinamot dari Parboru kepada Keluarga Inti 2014 Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:17

WITA

Penyematan ulos yang selanjutnya akan dilaksanakan oleh marga-marga lain yang berhubungan dengan keluarga parboru. Keluarga inti ini terdiri dari opung boruna atau nenek, suami dari kakak atau adiknya, amangboruna atau marga dari suami tantenya, mangulosi ini terus berlanjut dengan diiringi gondang sambil manortor. Ritual ini diakhiri dengan mangulosi dari keluarga tulangna (kakak atau adik laki-laki dari ibu parboru) dengan istrinya. Berbeda dengan jumlah uang yang diberikan oleh kerabat-kerabat sebelumnya, jumlah uang yang diberikan kepada tulang harus lebih besar. Hal ini disebabkan karena tulang dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi sehingga dianggap sabbola langit yang berarti bahwa tulang diumpamakan sebagai sebelah langit yang di mana doanya dianggap sangat berharga. Selain itu, jumlah uang yang lebih besar merupakan bentuk dari penghormatan untuk martabat keluarga perempuan.

61

Gambar 4.1.7.5 Keluarga Samargani Parboru Mangulosi Pasangan Mempelai 2014

Sumber: Arsip Pasangan Mempelai. Dikutip tanggal 11 Juli 2021 pukul 20:22 WITA

62

Dokumen terkait