• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Studi Kepustakaan

3.6 Teknik Analisis Data

4.1.1 Suku Batak Toba

Sebagai salah satu suku terbesar di Indonesia, Suku Batak Toba ini mendiami wilayah pesisir Sumatera Utara. Tanah Batak merupakan kawasan pedalam di Sumatera Utara dengan Danau Toba sebagai pusatnya. Daerah ini merupakan dataran tinggi yang berada di Kawasan pegunungan-pegunungan tinggi. Menurut mitos yang beredar di masyarakat Batak Toba, adapun leluhur pertama dari Suku Batak Toba adalah si Raja Batak yang menurut masyarakat setempat tinggal di Pusuk Buhit yang terletak di sebelah barat Danau Toba. Keturunan dari leluhur tersebut dipercaya mendiami seluruh pulau Samosir. Seiring berjalannya waktu maka sebagian dari keturunannya tersebut menyebar di seluruh bagian Sumatera Utara.

Farida, Ermanto dan Novia (2013: 2) menjelaskan bahwa suku Batak terdiri dari 5 etnis yaitu, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak yang tentunya memiliki bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Batak Toba digunakan oleh masyarakatnya terutama dalam kehidupan sehari-hari hingga pada pelaksanaan upacara adat. Suku Batak Toba ini sadar bahwa tanpa menggunakan bahasa Batak Toba komunikasi dianggap tidak kaku dan dirasakan kurang bermakna. Intonasi yang digunakan juga harus tepat, karena bisa saja yang

37

dimaksud dan dipahami oleh orang lain menjadi berbeda maknanya. Contohnya margota yang berarti bergetah, sedangkan margota’ berarti berdarah.

Dalam (Vergouwen, J. C. 2004: 6) umumnya suku Batak Toba memiliki keinginan yang tinggi dalam hal martuturtutur atau mencari tahu silsilah kekerabatan jika bertemu dengan orang Batak lainnya, apakah orang batak yang satu berkerbatan dengan yang lainnya atau apakah akan membentuk kekerabatan yang baru melalui sebuah pernikahan dan bagaimana cara yang seharusnya untuk bertegur sapa.

Anastasya Sitompul (dalam Nalom, 1982:3) menjelaskan bahwa kekerabatan suku Batak diikat oleh oleh kelompok kekerabatan yang dikenal dengan sebutan marga. Adapun kegiatan menelusuri silsilah garis keturunan marga disebut dengan istilah tarombo. Marga Batak Toba merupakan marga pada Suku Batak yang berasal dari Kawasan Sumatera Utara, terutama yang mendiami Kabupaten Tobasa yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Languboti, dan sekitarnya.

Suku Batak Toba memiliki sistem kekerabatan patrilineal yaitu kekerabatan berdasarkan garis keturunan ayah. Suku batak menyebutnya dengan dongan sabutuha atau seseorang yang berasal dari rahim yang sama. Sehingga saat suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki, maka garis keturunannya dianggap punah.

Karena hal tersebut, maka sebisa mungkin para orang tua akan menyarankan anak- anaknya untuk menikah dengan orang Batak juga.

38 4.1.2 Sistem Pernikahan

Pernikahan dalam Suku Batak Toba pada dasarnya bertujuan untuk membangun rumah tangga yang langgeng dan bahagia. Selain itu, tujuan yang begitu krusial adalah untuk mendapatkan keturunan atau generasi penerus marga atau sebagai kelanjutan dari garis keturunan dari ayahnya. Menurut masyarakat Batak Toba, pernikahan yang ideal adalah di mana seorang wanita menikahi anak laki-laki dari namboru atau adik kakak kandung perempuan dari ayahnya. Begitu juga dengan laki-laki yang menikahi anak perempuan dari tulang atau adik kakak kandung laki-laki dari ibunya.

Selain itu, perkawinan bagi Suku Batak Toba juga berfungsi sebagai penentu hak dan kewajiban. Perkawinan dianggap sebagai gerbang penghubung dalam pelaksaan adat dalihan na tolu pada masyarakat Batak Toba. Adapun sistem pernikahan yang dianut oleh masyarakat Batak Toba adalah perkawinan dengan seseorang yang berada dari luar marganya sendiri atau disebut dengan eksogami.

Tidak hanya itu, masyarakat Batak Toba juga hanya mengizinkan melaksanakan satu kali pelaksaan ritual adat pernikahan atau dalam kata lain hanya memperbolehkan seorang pria menikah satu kali dan hanya memiliki satu istri seumur hidup hingga maut yang memisahkan atau disebut juga sebagai monogami.

Dalam sistem perkawinan Batak Toba terdapat larangan kawin dengan marga yang sama karena masih memiliki hubungan darah atau hubungan kekerabatan sehingga terdapat kekhawatiran bahwa keturunan yang dihasilkan dari pasangan

39

yang melakukan perkawinan semarga tidak sempurna. Berikut merupakan pernikahan yang dilarang bagi masyarakat Batak Toba:

1. Namarito

Namarito adalah seseorang yang memiliki tali persaudaraan khususnya seseorang yang memiliki marga yang sama. Contohnya seorang yang memiliki marga Silalahi tidak dapat menikah dengan seorang wanita yang memiliki boru Silalahi. Tidak hanya itu pria tersebut juga tidak boleh menikahi wanita yang memiliki boru Sihaloho, Sidebang, Silalahi Raja, Situkir, Tambunan dan marga lainnya yang masih termasuk dalam kelompok marga Silalahi.

2. Pariban na so boi oli on

Pariban na so boi oli on adalah pariban kandung yang hanya diperbolehkan atau diizinkan menikah dengan satu pariban saja. Misalnya, dua orang pria kakak beradik kandung akan memiliki lima pariban atau anak perempuan dari tulangna, maka hanya salah satu dari mereka yang boleh menikahi paribannya. Contoh lain adalah jika seorang wanita yang Ayahnya marga Silalahi dan Ibunya boru Simbolon Sirimbang, maka wanita tersebut tidak boleh menikah dengan seorang pria yang memiliki marga Simbolon Sirimbang, wanita tersebut masih diizinkan untuk menikah dengan marga Simbolon, tapi bukan Simbolon Sirimbang melainkan Simbolon yang lainnya seperti Tuan, Hapotan, Pande, Altong dan lain sebagainya.

40 3. Dua Punggu Saparitoan

Dua Punggu Saparitoan adalah tidak diperbolehkan melaksanakan pernikahan antara dua orang atau lebih kakak beradik kandung yang memiliki mertua yang sama. Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa seseorang tidak boleh menikah dengan saudara laki-laki atau saudara perempuan kandung dari suami atau istri mereka. Karena hal tersebut merupakan sesuatu yang dianggap tokka bagi masyarakat Batak Toba.

Seperti yang sudah diuraikan di atas bahwa pada hakikatnya pernikahan bagi masyarakat Suku Batak Toba bersifat patrilineal yang bertjuan untuk meneruskan dan melestarikan garis keturunan dari Ayah atau suami. Para pendahulu dan leluhur selalu menyarankan agar masayarakat Batak Toba mencari jodoh atau menikah dengan dengan seseorang yang memiliki latar belakang budaya yang sama yaitu Batak. Hal ini bertujuan agar baik wanita ataupun laki-laki akan memiliki keturunan yang memiliki ciri khas dalam identitasnya atau marganya sampai ke generasi selanjutnya. Masyarakat Batak Toba meyakini bahwa marga merupakan suatu hal yang krusial, berharga dan tidak bisa diperjual belikan maka mereka berharap bisa menjalankan dan mempertahankan hal yang diyakininya tersebut.

Dokumen terkait