• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNGJAWAB

Dalam dokumen NATIONAL SEMINAR OF SPORT SCIENCE (Halaman 155-162)

TEACHING PERSONAL AND SOCIAL RESPONSSIBILITY MODEL

seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dalam kamus lengkap psikologi karya Chaplin (2006), dijelaskan bahwa karakteristik merupakan sinonim dari kata karakter, watak, dan sifat yang memiliki pengertian di antaranya: (1).Suatu kualitas atau sifat yang tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan pribadi seorang, suatu objek, suatu kejadian. (2).Intergrasi atau sintese dari sifat-sifat individual dalam bentuk suatu kesatuan.

(3).Kepribadian seeorang, dipertimbangkan dari titik pandangan etis atau moral.

Pengertian pendidikan karakter menurut Tomas Likona (1991) mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pengembangan ketiga aspek kecerdasan yang ada pada peserta didik dapat dilakukan secara kognisi melalui moral knowing, afeksi melalui moral feeling, dan psikomotorik melalui moral action. Karakter secara otomatis tidak langsung terbentuk di dalam kelas namun lebih kepada pengembangan dari waktu kewaktu melalui proses berkelanjutan dalam praktik pembelajaran. Hal ini dikemukakan oleh Likona dalam Nuraini Farida (2014). “Good character is not formed automatically in the classroom, it developed over time through a sustained process of teaching”. Sementara itu pada Character Education Partnership Amerika Serikat menerapkan tema pendidikan karakter sebagai berikut:

“Character education is a national movement encouraging schools to create environments that foster ethical, responsible, and caring young people. It is the intentional, proactive effort by school, district, and states to instill in their students important core, ethical values that we all share such as caring, honesty, fairness, responsibility, and respect for self and others”.

Bahwa pendidikan karakter adalah gerakan nasional untuk mendorong sekolah menciptakan lingkungan yang mendukung siswa menumbuhkan etika, bertanggung jawab, dan rasa peduli. Tindakan ini dilaksanakan di sekolah, dan diupayakan secara proaktif untuk menanamkan nilai-nilai etika siswa, seperti peduli, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, menghormati diri sendiri dan orang lain. Jadi di antara pengertian-pengertian di atas sebagaimana yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa karakter adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang dimana keberdaannya merupakan hasil dari pendidikan dan pembiasaan secara berkelanjutan.

Tingkat tanggungjawab seseorang dapat digambarkan dalam rentang dari tidak memiliki rasa tanggung jawab menuju memiliki rasa tanggung jawab, bergerak dari menghormati diri sendiri sampai kepada menghormati dan kepedulian terhadap orang lain.

Perilaku ini pertama kali dikembangkan dalam kelas pendidikan jasmani dan kemudian digunakan di luar kelas, yaitu dalam pengaturan rumah dan masyarakat. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel dibawah ini:

Tingkatan/Level Sikap Tanggung Jawab Level Fokus Contoh-contoh perilaku

Siswa memahami bahwa semua memiliki hak untuk berpartisipasi. Siswa memiliki hak untuk menyelesaikan konflik secara damai. Siswa diajarkan untuk mengenali dan menghormati perbedaan pendapat dan bernegosiasi konflik.

Peningkatan kesadaran empati dan pemahaman tentang dampak dari satu perilaku pada orang lain.

2 Partisipasi dan usaha

Penekanannya adalah pada membantu siswa berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Siswa didorong untuk mengeksplorasi hubungan antara usaha dan hasil, cobalah kegiatan baru, menerima tantangan, dan tiba di definisi pribadi sukses.

Apakah sukses berpartisipasi? Meningkat lagi? Dapat bertanggung jawab secara sosial?

3 Dimulai dari diri sendiri (kemandirian)

Siswa bertanggung jawab untuk peningkatanpekerjaan dan tindakan mereka; mereka mampu bekerja lebih independen pada tugas-tugas. Siswa belajar untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kepentingan mereka sendiri, menetapkan tujuan sendiri, membangun tugas-tugas terkait untuk mencapainya., Dan mengevaluasi kemajuan mereka. Siswa didorong untuk menyeimbang kan kebutuhan saat ini dan masa depan. Mereka memiliki kemampuan lebih besar untuk mengabaikan "tekanan antar teman" dan tetap berkomitmen untuk bertanggung jawab secara social

4 Peduli dan membantu orang lain

Siswa membantu mengembangkan keterampilan interpersonal dan untuk mencapai di luar diri mereka kepada orang lain.

Mereka didorong untuk memberikan dukungan, menunjukkan kepedulian, dan menunjukkan kasih sayang tanpa mengharapkan imbalan. Gaya Mengajar, seperti gaya timbal balik, menawarkan kesempatan bagi siswa untuk saling membantu dalam belajar. Siswa didukung dalam upayanya untuk menjadi anggota yang memiliki kontribusi dari masyarakat

Pendapat lain mengenai tingkatan pembelajaran untuk menumbuhkan tanggungjawab siswa dalam pendidikan jasmani dikuatkan oleh Paul M. Wright (2009).

Dalam penelitiannya Paul mengkonstruk instrumen untuk mengukur tingkat tanggungjawab siswa melalui tingkatan seperti yang tertera dalam table dibawah ini:

Tabel 2. Rubrik TPSR untuk Menilai Perilaku Bertanggung Jawab menurut Paul M.

Wright (2009) Perilaku

yang ber- tanggung

jawab

Deskribsi Selalu Sering Kadang- kadang

Tidak pernah Kontrol diri Siswa tidak bermasa-lah kepada

orang lain secara lisan atau fisik;

termasuk / bekerja dengan baik dengan orang lain; menyelesaikan

3 2 1 0

Perilaku yang ber- tanggung

jawab

Deskribsi Selalu Sering Kadang- kadang

Tidak pernah konflik secara damai jika muncul.

Partisipasi Siswa akan mencoba pada setiap kegiatan dan mengambil ber bagai macam aturan jika diminta.

3 2 1 0

Usaha Siswa berusaha keras untuk menguasai setiap tugas dan berfokus pada peningkatan tugas yang diberikan nya.

3 2 1 0

Mandiri Siswa akan tetap pada tugas tanpa instruksi langsung atau peng awasan apakah mere ka bekerja sendiri atau dengan orang lain; ter lihat tidak mengikuti contoh yang buruk atau paksaan teman sebaya.

3 2 1 0

Peduli Siswa dengan suka rela akan membantu, mendorong orang lain, dan menawarkan umpan balik yang positif.

3 2 1 0

Rubrik ini dikembangkan oleh Paul Wright di Universitas Memphis untuk menilai perilaku siswa dalam pengaturan aktivitas fisik yang berkaitan dengan levels 1 inti dari Pengajaran Tanggung Jawab pribadi dan Sosial (TPSR: Hellison, 2003). Rubrik ini juga konsisten dengan ekspektasi perilaku yang dijelaskan dalam standar isi nasional untuk K- 12 pendidikan jasmani (NASPE, 2004). Kasus untuk validitas instrumen ini didasarkan sejalan dengan deskripsi yang diterbitkan dari tingkat TPSR dan pengalaman yang luas Wright sebagai praktisi TPSR dan peneliti. Sikap tanggung jawab adalah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dilakukan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Dimana didalamnya mengandung perilaku hormat sampai dengan empati terhadap orang lain (Hellison.D. 1995).

Model TPSR Hellison ini disusun dalam lima tingkatan atau level, dimana tiap tingkatan menyajikan seperangkat tantangan progresif untuk siswa (Miller, Bredemeier &

Shields, 1997). Tingkatan ini berkisar dari sikap siswa yang tidak bertanggung jawab dan diharapkan melalui pengendalian diri, keterlibatan aktif, dan bertanggungjawab pada diri sendiri siswa dapat memiliki rasa peduli dengan orang lain. Model tersebut menyajikan bentuk baru lain dari pendidikan jasmani yang mencoba untuk mereproduksi komunitas masyarakat mengatur diri sendiri dengan menjadikan siswa dengan memperoleh kesempatan untuk belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka dan menggunakan

dapat digunakan untuk membentuk karakter anak diantaranya adalah pendekatan pembelajaran bermain individual games dan groups game. Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas anak. Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih disepakati dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati, bertanggung jawab sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain, secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak. Penampilan seorang anak dipengaruhi oleh faktor umur. Faktor umur memiliki tingkat perkembangan yang berbeda secara kapasitas.

Setiap kelompok umur berbeda kapasitas fisik, mental dan sosial yang disebabkan faktor individu dan lingkungan. Perbedaan ini memiliki implikasi terhadap proses pembelajaran.

Salamudin et.al (2011) melakukan penelitian dengan judul: “The Effect Of The Intervention Program In Physical Education Classes On Students' Personal And Social Development”. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa ada pengaruh dari intervensi program pendidikan jasmani pada pengembangan kepribadian dan sosial siswa yang dilaksanakan di Malaysia, intervensi disini mengaplikasikan model games dalam pembelajaran, sebuah uji perbedaan antara kelompok dalam pengembangan sosial, masalah olahraga dan masalah kehidupan (non-olahraga) Selama ini banyak penelitian menyebutkan bahwa “Teaching Pesonal Social Responsibility“(TPSR) dari (Hellison.D.

1995) adalah model pembelajaran penjas yang bisa meningkatkan karakter tanggungjawab siswa. Untuk itu dalam penelitian ini akan diketahui adakah pengaruh Teaching Personal And Social Responssibility Model terhadap tanggungjawab pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar?

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu (Quasi experiment) berbentuk pretest – posttes design. Subyek penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Klumprit 3 Mojolaban. Besarnya Subyek penelitian adalah 27 orang terdiri dari 5 putra dan 22 putri. Tehnik pengumpulan data adalah menggunakan instrument angket responsibility dari Don Hellison (1995) yang telah dikembangkan oleh Paul M. Wright (2009) melalui instrument pertanyaan yang valid dan reliable dengan Cronbach's Alpha: 0,921. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Anova dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Normalitas

Tabel 1 Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest ,128 27 ,200* ,952 27 ,241

Postest ,167 27 ,051 ,828 27 ,000

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa P-Value (sig) di Pretest adalah 0,200 dan di Posttest adalah 0,051, karena di Pretest dan Posttest, masing-masing nilainya lebih besar dari 0,05 artinya data Pretest dan Posttest berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Homogenitas

Tabel 3 F hitung p-value

(sig) Keterangan Kesimpulan 1,759 0,203 Ho diterima Varians kedua populasi

Homogen

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa p-value (sig) bernilai 0,203. Karena nilainya lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi homogen.

3. Uji Beda

Tabel 2 Hasil Uji beda Mann Whitney

Hasil Uji beda Wilcoxon antara Pretest dengan Posttest Kelompok Z p-value

(sig) Keterangan Pretest

-4,543 0.000 Ho ditolak Posttest

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa p-value (sig) bernilai 0,000. Karena nilainya lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara Pretest dengan Posttest. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Teaching Personal And Social Responssibility Model terhadap tanggungjawab siswa terbukti secara signifikan. Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis menyatakan ada pengaruh Teaching Personal And Social Responssibility Model terhadap tanggungjawab pada pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar khususnya pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Klumprit 3 Mojolaban Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2017. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa materi yang dikemas dalam pembelajaran penjas dapat diintegrasikan dengan model TPSR untuk membentuk karakter tanggungjawab. Model pembelajaran TPSR tidak dimaksudkan untuk menggantikan isi pendidikan jasmani lainnya, tetapi lebih kepada memberikan kerangka program untuk isinya. Program TPSR menggunakan tanggung jawab sebagai tema untuk mengajar berbagai kegiatan fisik/jasmani (misalnya permainan bola besar, bola kecil, dan atletik). Peserta program diajarkan untuk mengambil tanggung jawab

REFERENSI

Alison, S., & Thorpe, R. A (1997). Comparison of The Effectiveness Of Two Approaches To Teaching Games Within Physical Education. A Skills Approach Versus A Games For Understanding Approach . The British Journal of Physical Education, 28(3), 9- 13.

Amparo Escartí,*, Paul . Wright, Carmina Pascual Melchor Gutiérrez (2015) Tool for Assessing Responsibility-based Education (TARE) 2.0: Instrument Revisions, Inter- rater Reliability, and Correlations between Observed Teaching Strategies and Student Behaviors . Universal Journal of Psychology 3(2): 55-63, 2015 http://www.hrpub.org DOI: 10.13189/ujp.2015.030205.

Bussey, K., & Bandura, A. (1999). Social cognitive theory of gender development and differentiation. Psychological Review, 106, 676-713.

Chaplin, J.P. (2006). Dictionary of psychology. (Terj. Dr. Kartini Kartono). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Child Trend. (2014) Measuring Elementary School Students’ Social and Emotional Skills.

Child Trens Publication.

Cho, Soon-Mook (2014). Status and Challenges Of Social Competence Education in Korean Sport Pedagogy: Past, Curent, and Future; Japanese society of Sport education coference, Nihon University Tokyo Japan.

David Lyle L, Brenda Jo L.B, (1994) Character Development Phsical Activity, University of California at Berkeley.

Deb Wuest (1999) Disciplining Students by Promoting Responsibility : Physical Education Central www.pecentral.org/climate/january99article.html. Diunduh Nopember 2017.

Escartí A, et all. (2011). Application of Hellison's Teaching Personal and Social Responsibility Model in physical education to improve self-efficacy for adolescents at risk of dropping-out of school. Span J Psychol. 2010 Nov;13(2):667-76.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20977016. Diunduh Nopember 2017

Hellison, D, (1995) Implementation Of the Personal and Social Responsibility Model to Improve Selft-Efficacy During Physical Education Classes for Primary School Children. International Journal Of Psycology and Psicological Therapy.

________ (2011) Teaching Personal and Social Responsibility Through Physical Activity- 3rd Edition, http://www.humankinetics.com/products/all-products/the-teaching- personal-and-social-responsibility-through-physical-activity-3rd-edition . Diunduh Nopember 2017.

Nur Aini Farida (2014) Konsep Pendidikan karakter Menurut Thomas Lickona Dalam Buku Educating For Character: How Our Schools Can teach respect and Responsibility dan Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam, Skripsi: IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

PERBEDAAN DERAJAT PROTEINURIA ANTARA PRIMIGRAVIDA

Dalam dokumen NATIONAL SEMINAR OF SPORT SCIENCE (Halaman 155-162)