BAB III METODE PENELITIAN
G. Teknik Analisis Data
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan teknik analisis data deskriptif untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau mengembangkan data yang telah terkumpul dari hasil pengembangan, respon validator, aktivitas siswa, dan respon guru dan siswa dalam desain uji coba untuk memperoleh data model pembelajaran yang dikembangkan.
1. Analisis Validasi
Data yang diperoleh dari angket validasi ahli terhadap model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter serta instrumen lain yang digunakan selama penelitian dianalisis dengan rumus
51
matematis. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus yang telah diadaptasi oleh Idawati (2016: 121) dari Akbar sebagai berikut.
V1 = 𝑇𝑆e
𝑇𝑆ℎ x 100%
V2 = 𝑇𝑆e
𝑇𝑆ℎ x 100%
V3 = 𝑇𝑆ℎ𝑇𝑆e x 100%
Vt = 𝑉1+𝑉2+𝑉3
3 x 100%
Keterangan:
V1 = Validasi ahli ke-1 V2 = Validasi ahli ke-2 V3 = Validasi ahli ke-3
TSe = Total skor empirik yang dicapai TSh = Total skor yang diharapkan Vt = Validasi total gabungan
Valid atau tidaknya model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Kriteria Validitas
No Kriteria Validitas Tingkat Validitas
1 0% - 50 % Kurang valid
2 50% - 70% Cukup valid
3 70% - 85% Valid
4 85 % - 100% Sangat Valid
Sumber: (Akbar, 2013) 2. Analisis Kepraktisan
Kepraktisan dalam Arifin (2011: 264) mengandung arti kemudahan, baik dalam merencanakan, menggunakan, mengolah, menafsirkan, maupun mengadministrasikannya. Indikator kepraktisan perangkat
pembelajaran menurut Rochmad (2012: 70) adalah guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran tersebut di kelas. Nieveen dalam Rochmad (2012:70) mengemukakan bahwa kepraktisan suatu perangkat pembelajaran dapat dilihat dari tingkat kemudahan dan keterbantuan penggunaanya.
Kepraktisan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemudahan bagi guru dan siswa merencanakan dan menerapkan model yang dikembangkan. Data respon siswa dan guru diperoleh dari angket respon terhadap model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dalam proses pembelajaran selanjutnya dianalisis dengan analisis persentase. Angket yang digunakan menggunakan skala likert dengan skala 1-4. Jawaban responden berupa pernyataan sangat baik bernilai 4, baik bernilai 3, kurang baik bernilai 2, dan tidak baik bernilai 1.
Analisis angket responden dihitung dengan rumus:
Pr = 𝒏
𝑵 x 100%
Keterangan
Pr : Persentase respon
n : Jumlah skor yang diperoleh N : Jumlah skor maksimum
Analisis angket respon guru dan peserta didik dengan kriteria interpretasi skor tertera pada table berikut ini.
53
Tabel 3.2 Kriteria Skor
Presentase (%) Kategori
0 – 20% Tidak Praktis
21- 40% Kurang Praktis
41 – 60% Cukup Praktis
61 – 80% Praktis
81 – 100% Sangat Praktis
Sumber: (Sugiyono, 2010) 3. Analisis Keefektifan
Efektif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti dapat membawa hasil atau berguna. Keefektifan adalah tingkat tercapainya tujuan yang telah ditetapkan atau ditentukan. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini, analisis keefektifan model pembelajaran yang dikembangkan dilakukan dengan menganalisis tes hasil belajar yang telah diberikan yaitu pretest dan posttest serta sikap nasionalisme siswa pada lembar observasi.
a. Analisis Tes Hasil Belajar
Kriteria keefektifan dalam penelitian ini yaitu siswa yang mencapai nilai ketuntasan minimum (75) ≥ 80% dari jumlah siswa. Analisis keefektifan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung skor peserta didik dari hasil tes belajar,
2) Menghitung banyaknya peserta didik yang tuntas atau mendapatkan skor minimal sesuai KKM
3) Menghitung persentase ketuntasan belajar (p) sebagai berikut:
P = 𝒏𝒕
𝒏 x 100%
Keterangan:
P = persentase ketuntasan belajar
nt = banyaknya peserta didik yang tuntas
n = banyaknya peserta didik yang mengikuti tes
Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Hasil Tes Belajar Peserta Didik
Presentase skor (%) Kategori
100% x ≥ 80% Sangat Baik
60% ≤ x < 80% Baik
40% ≤ x < 60% Cukup
20% ≤ x < 40% Kurang
X ≤ 20% Sangat Kurang
Sumber: (Widoyoko, E. P, 2009: 238)
Berdasarkan analisis keefektifan di atas, model pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif apabila ketuntasan tes hasil belajar siswa memenuhi kriteria minimal baik.
b. Analisis data Observasi Perilaku Nasionalisme Siswa
Analisis data observasi perilaku nasionalisme siswa dilakukan berdasarkan pedoman penilaian pada Kurikulum 2013. Penilaian dilakukan dengan cara memberi skor 1-4 pada setiap indikator sikap yang dinilai.
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan
2= kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
3= sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
4= selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan.
55
Nilai yang diperoleh siswa pada setiap indikator perilaku yang mencerminkan nasionalisme diakumulasi untuk memperoleh skor akhir.
Adapun rumus penskoran sikap siswa yaitu sebagai berikut.
Skor akhir = 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝐱 𝟒
Tabel 3.4 Kriteria Sikap
Skor Kategori
3,3 < skor ≤ 4,0 Sangat Baik
2,3 < skor ≤ 3,3 Baik
1,3 ≤ skor ≤2,33 Cukup
Skor ≤ 1,3 Kurang
Sumber: (Permendikbud No. 18A, 2013)
Berdasarkan tabel kriteria, model pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif apabila rata-rata skor akhir siswa memenuhi kriteria minimal baik. Adapun rubrik penilaian pada observasi perilaku siswa adalah sebagai berikut.
No.
Indikator sikap nasionalisme Nama Siswa
Rela berkorban Cinta tanah air Bangga sbg bangsa Indonesia Persatuan & kesatuan Berani Disiplin Jujur Rata-rata
1 2 3
Rata-rata
Pedoman penskoran :
1) Penilaian sikap menggunakan teknik penskoran dengan rentang 1-4 1 = tidak pernah
2 = kadang-kadang 3 = sering
4 = selalu
2) Kategori penilaian sikap
≤ 1,3 = Kurang
1,3 < skor ≤ 2,3 = Cukup 2,3 < skor ≤ 3,3 = Baik
3,3 < skor ≤ 4,0 = Sangat baik
57 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Proses Pengembangan
Proses pengembangan pada penelitian ini sesuai dengan tahap model pengembangan ADDIE yaitu dimulai dari tahap analisis kebutuhan, desain produk, pengembangan produk, implemnetasi dan evaluasi yang diruaikan sebagai berikut.
a. Tahap Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan meliputi beberapa kagiatan yaitu studi pustaka dan studi lapangan. Pada kegiatan studi pustaka, peneliti menghimpun informasi terkait dengan masalah yang diuraikan pada latar belakang yaitu kurangnya sikap nasionalisme siswa. Peneliti juga melakukan studi lapangan yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas dan kepala sekolah. Pada kegiatan ini, peneliti melakukan wawancara dan diskusi dengan guru kelas dan kepala sekolah. Berdasarkan kagiatan analisis kebutuhan, disimpulkan bahwa diperlukan suatu model pembelajaran yang mendukung terlaksananya transfer nilai khususnya dalam pembelajaran IPS yang berperan sebagai mata pelajaran yang menanamkan nasionalisme pada siswa.
b. Tahap Desain Produk atau Perancangan
Pada tahap ini peneliti mendesain dan merancang tujuan, materi, skenario kegiatan pembelajaran, hingga perangkat pembelajaran
termasuk media film dokumenter yang akan digunakan. Pada tahap ini, produk masih bersifat konseptual. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap ini yaitu:
1) Menentukan tema, subtema, dan kompetensi dasar.
Penentuan tema, subtema, dan kompetensi dasar dilakukan berdasarkan kesesuaian dengan sasaran pengembangan model pembelajaran. Sasaran pengembangan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter adalah nasionalisme siswa. Oleh karena itu peneliti memilih tema 7 yaitu Peristiwa dalam Kehidupan, subtema 2 yaitu Peristiwa Kebangsaan Seputar Proklamasi Kemerdekaan, dan KD 3.4 yaitu mengidentifikasi faktor-faktor penting penyebab penjajah bangsa Indonesia dan upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya; serta KD 4.4 yaitu menyajikan hasil identifikasi mengenai faktor-faktor penting penyebab penjajah bangsa Indonesia dan upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP
Penyususnan RPP didasarkan pada kompetensi dasar yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam penyusunan RPP peneliti merumuskan indikator pencapaian dan tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar, menetukan metode, langkah-langkah kegiatan, dan penilai dalam pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan peneliti dalam RPP yaitu (1) dengan mengamati, siswa dapat mengetahui peristiwa
59
pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan Penuh kepedulian; (2) dengan mengamati, siswa dapat menjelaskan peristiwa-peristiwa penting seputar pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan penuh tanggung jawab.
3) Mempersiapkan media film dokumenter sebagai sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Film dokumenter yang digunakan diperoleh dari laman youtube.com.
4) Menyusun skenario pembelajaran dengan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter. Dalam hal ini peneliti menyusun draf atau rancangan konsep pembelajaran dengan model group investigation berbantuan media film dokumenter.
5) Draf model pembelajaran divalidasi oleh tim ahli yaitu dua validator ahli di bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan satu validator praktisi.
6) Melakukan revisi sesuai saran dan masukan dari validator.
c. Tahap Pengembangan Model Pembelajaran
Tahap ini merupakan tahap realisasi produk yang telah dirancang sebelumnya. Dalam tahap ini, kerangka yang masih bersifat konseptual direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan pada uji coba terbatas.. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji coba terbatas pada dua kelompok kecil di kelas V SD Negeri No. 89 Lappa Kabupaten Sinjai yang masing-masing beranggotakan 3 orang. Setelah uji coba terbatas, dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik terkait penerapan model pembelajaran yang dikembangkan untuk kemudian dilakukan revisi
produk. Uji coba terbatas adalah uji coba yang dilakukan pada kelompok dengan skala kecil untuk membuktikan apakah model yang dikembangkan efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
d. Tahap Implementasi
Pada tahap ini produk yang telah dikembangkan selanjutnya diimplementasikan pada situasi nyata di kelas atau uji coba lebih luas. Uji coba lebih luas dilakukan kepada sembilan belas orang siswa yang dibagi ke dalam lima kelompok kecil. Masing-masing kelompok beranggotakan tiga hingga empat siswa. Pada tahap implementasi juga dilakukan uji kepraktisan yaitu dengan membagikan angket kepada siswa dan guru untuk menilai apakah model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dapat dilaksanakan oleh guru maupun siswa.
e. Tahap Evaluasi
Evaluasi dalam penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter.
Dalam menguji keefektifan, peneliti melakukan pretest dan postest yaitu dengan memberi tes hasil belajar dan angket sikap sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran.
2. Analisis Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian kemudian dianalisis untuk menjawab rumusan masalah terkait kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter.
61
a. Analisis Validasi
1) Analisis Validasi Model Pembelajaran
Validitas model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Validasi Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan Media Film Dokumenter
No. Indikator Penilaian
Validator I II III 1 Latar belakang pengemabangan model
pembelajaran
3 4 4
2 Teori pendukung model pembelajaran 3 3 4 3 Tujuan pengembangan model
pembelajaran
3 2 3
4 Deskripsi model pembelajaran 3 3 4
5 Langkah-langkah pembelajaran 3 4 4
6 Penggunaan pendekatan pembelajaran 3 3 4
7 Media pembelajaran 3 2 4
8 Evaluasi dan penilaian 3 3 3
Jumlah 24 24 30
Validitas 75% 75% 93,8%
Validitas Total 81,24%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Hasil ananlisis validasi model pembelajaran di atas jika dikaitakan dengan tabel 3.1 kriteria vliditas, maka model pembelajaran group
investigation berbantuan media film dokumenter termasuk dalam kategori valid.
2) Analisis Validasi Media Film Dokumenter
Media film dokumenter yang menjadi sumber belajar pada model pembelajran group investigation juga harus divalidasi. Adapun hasil validasi media film dokumenter dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Media Film Dokumenter
No. Indikator Penilaian
Validator I II III 1 Kesesuaian dengan materi pembelajaran 3 4 4 2 Kesesuian dengan kompetensi dasar 3 3 4 3 Kesesuian dengan tujuan pembelajaran 3 3 4 4
Memudahkan siswa mendapat gambaran peirtiwa
3 4 4
5
Memberi gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya
3 4 4
6 Bahasa yang digunakan mudah dipahami 3 3 4 7
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri
3 3 4
Jumlah 21 22 28
Validitas 75% 78,6% 100%
Validitas Total 84,5%
Sumber: (Olahan data, 2021)
63
Validitas total media film dokumenter dari tiga validator adalah 84,5%
yang jika dikaitkan dengan tabel 3.1 kriteria validitas, media film dokumenter termasuk kategori valid.
3) Analisis Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Analisis validasi untuk rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Analisis Validasi RPP
No. Indikator Penilaian
Validator I II III
1 Format RPP 3 3 4
2 Isi 3 3,4 3,9
3 Bahasa 3 3 4
4 Waktu 3 2 3
Jumlah 12 11,4 14,9
Validitas 75% 71% 93%
Validitas Total 79,7%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Validitas RPP yang digunakan adalah 79,7% yang jika dikaitkan dengan tabel 3.1 kriteria validitas termasuk dalam kategori valid.
4) Analisis Validasi Instrumen Hasil Belajar
Instrumen hasil belajar meliputi soal pretest dan postest. Analisis validasi instrumen hasil belajar dari ketiga validator dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4 Analisis Validasi Instrumen Hasil Belajar No. Indikator Penilaian
Validator I II III
1 Indikator soal 3 3,3 3,3
2 Bahasa 3 3,7 4
3 Tingkat kesulitan 3 3 3
4 Waktu 3 3 3
Jumlah 12 13 13,3
Validitas 75% 81,3% 83,1%
Validitas Total 79,8%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Hasil validitas instrumen hasil belajar yaitu 79,8% yang berarti bahwa instrumen hasil belajar masuk dalam kategori valid berdasarkan tabel kriteria validitas.
5) Analisis Validasi Angket Kepraktisan (Respon Guru)
Angket kepraktisan divalidasi oleh dua validator yang validator ahli.
Adapun hasil analisis validasi angket kepraktisan guru dapat dilihat pada tabel berikut.
65
Tabel 4.5 Analisis Validasi Angket Kepraktisan (Respon Guru)
No. Indikator Penilaian
Validator
I II
1 Aspek petunjuk 3 3,5
2 Aspek isi 3 3
3 Bahasa 3 3,5
Jumlah 9 10
Validitas 75% 83,3%
Validitas Total 79,2%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Berdasarkan tabel analisis di atas diketahui bahwa validitas angket kepraktisan untuk respon guru adalah 79,2 %. Hal ini berarti bahwa angket respon guru masuk dalam kategori valid.
6. Analisis Angket Kepraktisan (Respon Siswa)
Seperti pada validasi angket respon guru, angket respon siswa juga divalidasi oleh dua validator dar tim ahli. Adapun hasil analisis validasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Analisis Validasi Angket Kepraktisan (Respon Siswa)
No. Indikator Penilaian
Validator
I II
1 Aspek petunjuk 3 3,5
2 Aspek isi 3 3
3 Bahasa 3 3
Jumlah 9 9,5
Validitas 75% 79,2%
Validitas Total 77,1%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Persentase validitas total angket kerpaktisan respon siswa mencapai 77,1% yang jika dikaitkan dengan tabel kriteria validasi, termasuk dalam kategori valid.
b. Analisis Kepraktisan Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan Media Film Dokumenter
Untuk mengukur kepraktisan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter, peneliti menggunakan angket yang akan diisi oleh guru dan siswa setelah peneliti menerapkan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter.
1) Analisis Angket Respon Guru
67
Angket kepraktisan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter bertujuan untuk mengukur kepraktisan model pembelajaran bagi guru. Adapun hasil analisis kepraktisan respon guru dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Analisis Angket Kepraktisan (Respon Guru)
No Aspek Penilaian Skor
1 Persiapan 3,75
2 Pelaksanaan 3,83
Rata-rata 3,79
Persentase Respon 94,75%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Analisis angket kepraktisan di atas menunjukkan bahwa persentase respon guru adalah 94,75%. Persentase respon tersebut kemudian dikaitkan dengan tabel 3.2 kriteria skor untuk mengetahui kritesia kepraktisan. Angket respon guru dengan persentase respon 94,75%
termasuk dalam kategori sangat praktis.
2) Analisis Angket Respon Siswa
Angket ini bertujuan untuk mengukur kepraktisan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter bagi siswa. Adapun hasil analisis angket respon siswa ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Analisis Angket Kepraktisan (Respon Siswa)
No Aspek Penilaian Rata-rata
1
Pada awal kegiatan pembelajaran, penjelasan guru menarik perhatian saya
3,8
2
Saya menyukai kegiatan belajar dengan menggunakan model group investigation berabantuan media film dokumenter
3,5
3
Saya dapat melaksanakan langkah-langkah dalam model group investigation berabantuan media film dokumenter
3,3
4 Saya dapat memahami materi dengan jelas 3,8 5
Guru sering memberikan bantuan kepada siswa jika mengalami kesulitan dalam belajar
4
6
Waktu yang diberikan untuk menjawab soal sudah cukup
3,8
7
Saya terdorong untuk menerapkan nilai-nilai yang saya dapat dalam kegiatan pembelajaran di kehidupan sehari-hari
3,5
8
Setelah pembelajaran ini, saya jadi ingin tahu lebih jauh tentang perjuangan para pahlawan.
3,7
9
Di akhir pembelajaran guru memandu siswa menarik kesimpulan materi pembelajaran
4
Jumlah 33,4
Persentase Respon 92,8%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Analisis angket kepraktisan di atas menunjukkan bahwa persentase respon siswa adalah 92,8%. Persentase respon tersebut kemudian dikaitkan dengan tabel 3.2 kriteria skor untuk mengetahui kritesia
69
kepraktisan. Angket respon siswa dengan persentase respon 92,8%
termasuk dalam kategori sangat praktis.
c. Analisis Keefektifan Model Pembelajaran Group Investigation Berbantuan Media Film Dokumenter
Untuk menjawab rumusan masalah keefektifan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter peneliti menggunakan tes hasil belajar pretest dan postest dan observasi serta sikap nasionalisme siswa.
1) Analisis Tes Hasil Belajar
Soal pretest dan postest yang digunakan telah diuji validitasnya terlebih dahulu. Adapun kriteria ketuntasan minimun atau KKM dalam mata pelajaran IPS adalah 75. Berikut hasil belajar siswa pada pretest dan postest.
Tabel 4.9 Data Hasil Pretest Siswa
No Interval Nilai Frekuensi Persentase Kategori Hasil Belajar
1 0 - 64 4 16% Sangat rendah
2 65 - 74 17 68% Rendah
3 75 - 84 3 12% Sedang
4 85 - 94 - 0% Tinggi
5 95 - 100 1 4% Sangat tinggi
Jumlah 25 100%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Berdasarkan data pada tabel di atas, persentase hasil belajar murid yang termasuk dalam kategori sangat rendah adalah 16%, rendah 68%, sedang 12%, tinngi 0%, dan sangat tinggi 4%. Persentase siswa yang tuntas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10 Ketuntasan Hasil Belajar Pretest
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ x ≤75 Tidak tuntas 21 84%
75 ≤ x ≤100 Tuntas 4 16%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Berdasarkan data pada tabel di atas disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada tahap pretest jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 4 orang atau 12%. Hasil belajar IPS belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal karena persentase murid yang tuntas ≤80%.
Tabel 4.11 Data Hasil Postest Siswa
No Interval Nilai Frekuensi Persentase Kategori Hasil Belajar
1 0 - 64 1 4% Sangat rendah
2 65 - 74 2 8% Rendah
3 75 - 84 16 64% Sedang
4 85 - 94 4 16% Tinggi
5 95 - 100 2 8% Sangat tinggi
Jumlah 25 100%
Sumber: (Olahan data, 2021)
71
Berdasarkan data pada tabel di atas, persentase hasil belajar murid yang termasuk dalam kategori sangat rendah adalah 4%, rendah 8%, sedang 64%, tinngi 16%, dan sangat tinggi 8%. Persentase siswa yang tuntas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Ketuntasan Hasil Belajar Postest
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 ≤ x ≤75 Tidak tuntas 3 12%
75 ≤ x ≤100 Tuntas 22 88%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar pada tahap postest yaitu siswa yang tuntas 3 orang atau 12% dan siswa yang mencapai KKM adalah 22 orang atau 88%. Hasil belajar IPS siswa pada tahap postest telah memenuhi kriteria ketuntasan secara klasikal yaitu siswa yang tuntas ≥80%
Berdasarkan analisis hasil belajar pretest dan postest di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter efektif.
2) Analisis Data Observasi Sikap Nasionalisme
Observasi dilakukan selama kegiatan berlangsung. Adapun indikator sikap nasional yang diamati adalah rela berkorban, cinta tanah air, bangga sebagai bangsa Indonesia, persatuan dan kesatuan, berani, disiplin, dan jujur. Penilaian dilakukan berdasarkan pedoman penilaian sikap pada
kurikulum 2013. Berikut hasil analisis data observasi sikap nasionalisme siswa.
Tabel 4.13 Analisis Data Observasi Sikap Nasionalisme No. Indikator Sikap Nasionalisme Pertemuan
I II III
1 Rela berkorban 2,6 2,7 2,7
2 Cinta tanah air 2 2,3 2,3
3 Bangga sebagai bangsa Indonesia 2 2 2,9
4 Persatuan dan kesatuan 2,6 2,7 3,1
5 Berani 1,6 1,6 2,3
6 Disiplin 1,8 1,8 2,9
7 Jujur 2 2 2,8
Rata-rata 2,1 2,2 2,7
Persentase 52,5% 55% 67%
Sumber: (Olahan data, 2021)
Berdasarkan analisis data di atas dapat dilihat bahwa persentase sikap nasionalisme siswa dari pertemuan pertama hingga ketiga mengalami kenaikan. Pada pertemuan pertama persentase sikap nasionalisme siswa sebesar 52,5%, selanjutnya pada pertemuan ke dua 55%, dan pada pertemuan ketiga sebesar 67%. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dapat meningkatkan sikap nasionalisme siswa.
73
B. Pembahasan
Keseluruhan pelaksanaan uji coba model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi pokok peristiwa sekitar proklamasi berlangsung selama kurang lebih satu bulan dengan melibatkan dua orang dosen ahli dalam ilmu pengetahuan sosial, satu orang guru sebagai ahli praktisi, enam orang siswa pada uji terbatas, serta sembilan belas siswa pada kegiatan uji coba lapangan. Validasi, uji coba, dan tes yang dilakukan merupakan proses evaluasi model pembelajaran yang dikembangkan sehingga diperoleh umpan balik berupa kritik dan masukan sebagai bahan perbaikan.
Sasaran dalam pengembangan model ini adalah siswa kelas V SD Negeri No. 89 Lappa Kabupaten Sinjai. Uji coba dilakukan kepada siswa kelas V untuk mengevaluasi model pembelajaran group investigation yang dikembangkan berdasarkan sudut pandang mereka. Uji coba dilakukan secara luring atau luar jaringan di beberapa titik rumah siswa dikarenakan penelitian dilakukan di situasi pandemi Covid-19 sehingga pembelajaran belum dapat dilakukan di sekolah.
Pengembangan model pembelajaran ini diawali dengan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan terdiri atas studi lapangan, wawancara dan studi pustaka. Setelah melakukan analisis, peneliti mulai mendesain produk yang akan dikembangkan dalam bentuk draf. Selanjutnya tahap
pengembangan. Pada tahap ini produk yang dikembangkan divalidasi oleh ahli yang terdiri atas duang dosen ahli dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan satu orang ahli praktisi yaitu guru kelas V. Setelah dinyatakan layak oleh ketiga validator, maka dialanjutkan tahap implementasi dan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter pada siswa kelas V SD Negeri No. 89 Lappa Kabupaten Sinjai. Berikut akan dibahas mengenai hasil penelitian terkait validitas, kepraktisan, dan keefektifan model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter.
1. Validitas Model Pembelajaran
Model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dinyatakan valid dan dapat digunakan. Hal ini berdasarkan pada hasil validasi dari model pembelajaran, media film dokumenter, RPP, instrumen hasil belajar, serta angket respon guru siswa.
Hasil analisis validasi model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter diperoleh persentase validitas total 81,24% yang jika dikaitan dengan tabel kriteria validitas termasuk dalam kategori valid, media pembelajaran film dokumenter 84,5% dengan kriteria valid, RPP 79,7% dengan kriteria valid, instrumen tes hasil belajar 79,8%
dengan kriteria valid, angket respon guru 79,2% dengan kriteria valid, serta angket respon siswa 77,1% dengan kriteria valid.
75
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dapat diterapkan karena model pembelajaran tersebut dapat membantu guru dalam mentransfer nilai-nilai pahlawan kepada siswa dan siswa juga merasa senang dengan model pembelajaran ini karena menggunakan media audio visual sehingga siswa dapat menyaksikan peristiwa bersejarah yang tidak dapat dilihatnya secara langsung.
2. Kepraktisan Model Pembelajaran
Kepraktisan model pembelajaran diukur dengan menggunakan angket respon yang diberikan kepada guru dan siswa. Analisis kepraktisan ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dapat dilaksanakan oleh guru maupun siswa.
Berdasarkan hasil analisis angket respon guru diperoleh persentase sebesar 94,75% yang berarti bahwa model pembelajaran ini sangat praktis.
Adapun hasil analisis angket respon siswa diperoleh persentase sebesar 92,8% dan termasuk dalam kategori sangat praktis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran group investigation berbantuan media film dokumenter dapat dilaksanakan dengan mudah baik bagi guru maupun siswa kelas V SD Negeri No. 89 Lappa Kabupaten Sinjai.
3. Keefektifan Model Pembelajaran
Keefektifan model pembelajaran diukur dengan menganalisis hasil belajar pretest dan postest serta data observasi sikap nasionalisme siswa