• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tes Formatif 2-2

Dalam dokumen REKAYASA PERANGKAT LUNAK (Halaman 126-138)

1) Varian model Waterfall yang proses pengembangannya menekankan pada aspek efektivitas pengujian sistem pada berbagai tingkatan fase adalah:

A. Model Parallel B. V-Model

C. Extreme Programming D. Jawaban A dan B Benar

2. Metodologi pengembangan sistem berbasis Rapid Application Development (RAD) memiliki beberapa varian, kecuali:

A. System Development Life Cycle B. Iterative Development

C. System Prototyping D. Throwaway Prototyping

3. Model proses pengembangannya sistem yang menekankan pada penggunaan prototype untuk mengeksplorasi alternatif desain adalah:

A. Model Dijkstra

B. Model System Prototyping C. Model Throwaway Prototyping D. Semua Jawaban Salah

4. Perhatikan karakteristik metodologi pengembangan sistem berikut:

- Mengikuti seluruh fase SDLC sebelum beriterasi

- Siklus Pengembangan yang sangat pendek, sehingga dapat memberikan hasil yang cepat

- Memerlukan keterlibatan pengguna sistem secara aktif untuk memberikan masukan sepanjang siklus pengembangan

- Tidak cocok untuk proyek-proyek yang kompleks Karakteristik tersebut dimiliki oleh model pengembangan:

A. Model Waterfall B. Model Iterative

C. Extreme Programming D. Semua Jawaban Salah

5. Beberapa Cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem adalah, kecuali:

A. Menggunakan paket perangkat lunak estimasi

B. Menggunakan Pendekatan ROI (Return on Investment) C. Merujuk pada pengalaman masa lalu

D. Menggunakan Pendekatan Function-Point

6. Pada prinsipnya konsep dasar model Waterfall serupa dengan model Extreme Programming, yaitu iterasi terjadi setelah seluruh fase telah dilalui. Namun demikian, model Waterfall melalui setiap fase dengan cara mengembangkan modul kecil dan sederhana (tidak secara detail) untuk selanjutnya dilakukan pengujian, sehingga proses pengembangan menjadi cepat dan sangat fleksibel.

B. Benar S. Salah

7. Model System Prototyping tidak menghasilkan prototype yang akan berevolusi menjadi sistem akhir, melainkan hanya menghasilkan

prototype design yang bersifat sementara (hanya digunakan pada fase analisis dan desain sistem)

B. Benar S. Salah

8. Model Iterative memecah satu proyek menjadi beberapa bagian proyek untuk dikembangkan secara berurutan, namun tetap mengikuti siklus SDLC untuk setiap bagian proyek sebelum beriterasi, sedangkan model waterfall mengimplementasikan seluruh bagian proyek secara utuh mengikuti siklus SDLC sebelum beriterasi.

B. Benar S. Salah

9. Throwaway prototyping umumnya tidak menjadi pilihan untuk mengembangkan sistem yang mementingkan faktor keandalan, karena kurang hati-hati pada fase analisis dan fase desain yang justru sangat penting untuk sistem yang mementingkan keandalan.

B. Benar S. Salah

10. Keberhasilan model Extreme Programming dapat dicapai hanya jika diterapkan pada proyek skala kecil dengan tim pengembang dalam kelompok keci.

B. Benar S. Salah

Bandingkan hasil pekerjaan anda dengan Kunci Jawaban yang terdapat pada bagian akhir Modul 2 ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2-2.

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3-1 (Modul 3). Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2-2, terutama bagian yang belum dikuasai.

Tes Formatif 2-1 1) D

2) A 3) D 4) D 5) D 6) S 7) S 8) S 9) B 10) B

Tes Formatif 2-2 1) B

2) A 3) C 4) C 5) B 6) S 7) B 8) B 9) S 10) B

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100%

Jumlah Soal

Kunci Jawaban Tes Formatif & Latihan

Kisi-kisi Jawaban Latihan 2-1:

1) Tujuan analisis kelayakan adalah untuk menilai apakah suatu proyek layak untuk direalisasikan atau tidak. Analisis kelayakan dilakukan dengan cara melakukan penelitian pendahuluan yang tidak terlalu rinci, yaitu hanya mengumpulkan informasi kelayakan dari proyek yang akan dilaksanakan, dan bukan untuk menyusun kebutuhan (requirement) sistem.

2) Tiga dimensi analisis kelayakan sistem:

- Kelayakan Teknis: untuk menjawab pertanyaan “dapatkan sistem dibangun?”. Dimensi ini mencakup keakraban pengguna dan analis dengan sistem yang akan dikembangkan, Keakraban dengan teknologi yang akan digunakan dalam pengembangan sistem, ukuran proyek, serta kompatibilitas sistem baru dengan teknologi yang sudah ada di organisasi.

- Kelayakan ekonomi: untuk menjawab pertanyaan “haruskan sistem dibangun?”. Dimensi ini mencakup biaya pengembangan, biaya operasi tahunan, manfaat tahunan, serta manfaat dan biaya tak berwujud.

- Kelayaan Organisasi: untuk menjawab pertanyaan “ketika sistem dibangun, akankah para pemagkukepentingan menyambutnya?”.

Dimensi ini mencakup keterlibatan pemangku kepentingan dan keselarasan proyek dengan sistem bisnis yang sedang berjalan.

3) Nilai berwujud (tangibel benefits) adalah manfaat nyata yang dapat diterima oleh organisasi, misalnya: pendapatan dari peningkatan penjualan, penghematan/pengurangan biaya (pengurangan staf dapat mengurangi biaya gaji, pengurangan tingkat persediaan dapat mengurangi biaya persediaan).

Nilai tidak berwujud (intangible benefits) adalah manfaat tidak nyata yang dapat diterima oleh organisasi, misalnya: peningkatan pelayanan pelanggan untuk mengurangi keluhan pelanggan (dapan mengurangi biaya telepon terkait keluhan pelanggan).

4) Beberapa hal yang berpotensi menyebabkan proyek menjadi

"berisiko" dalam hal kelayakan teknis:

- Ketika pengguna dan analis tidak akrab dengan sistem yang akan dikembangkan, misalnya: ketika analis tidak familier pada area aplikasi bisnis sehingga salah memahami kebutuhan pengguna;

ketika pengguna sendiri kurang terbiasa dengan sistem aplikasi sehingga pengembangan sistem baru lebih berisiko daripada jika tetap melanjutkan menggunakan sistem yang ada, karena sistem yang ada cenderung lebih dipahami.

- Ketika analis tidak akrab dengan teknologi yang akan digunakan dalam pengembangan sistem. Ketika suatu sistem yang dikembangkan akan menggunakan teknologi yang belum pernah digunakan sebelumnya dalam organisasi, kemungkinan besar menimbulkan masalah keterlambatan, disebabkan karena kebutuhan untuk mempelajari bagaimana menggunakan teknologi tersebut.

Kisi-kisi Jawaban Latihan 2-2:

1) Faktor-faktor penentu dalam memilih metodologi Pengembangan Sistem

- Kejelasan Kebutuhan Pengguna: yaitu mengenai apa yang harus dilakukan sistem. Jika kebutuhan pengguna tidak jelas, sulit bagi analis untuk memahaminya ketika sedang terlibat dalam perbincangan dengan user, sehingga juga akan sulit

- Keakraban dengan Teknologi: Analis mesti mengenal dengan baik teknologi yang akan digunakan dalam pengembangan sistem.

Jika tidak, analis dapat menggunakan model pengembangan tertentu yang memiliki kemampuan untuk menyelidiki teknologi secara mendalam sebelum desain diselesaikan secara lengkap.

- Kompleksitas Sistem: Sistem yang kompleks membutuhkan metodologi pengembangan yang cermat dan terperinci

- Keandalan Sistem: ketika keandalan menjadi hal yang penting, analis perlu memilih model pengembangan sistem yang penekanannya pada fase analisis dan fase desain yang rinci, serta pengujian yang mendalam.

- Kerangka Waktu: Proyek-proyek yang memiliki jadwal waktu singkat harus menggunakan metodologi-metodologi pengembangan yang menekankan pada pengembangan secara cepat, walaupun hasil pengembangan belum maksimal, yang terpenting segera digunakan oleh pengguna. Sebaliknya, proyek- proyek yang memiliki jadwal waktu yang relatif panjang, menggunakan model pengembangan yang menekankan pada hasil yang rinci dan sempurnah.

- Visibilitas Jadwal: yaitu memperkirakan dan memastikan apakah suatu proyek akan berjalan sesuai jadwal. Untuk menanggulangi ketidakpastian, diperlukan metodologi pengembangan yang dapat menempatkan fase keputusan desain yang kritis ke fase lebih awal dalam proyek, untuk membantu manajer proyek mengenali dan mengatasi faktor risiko, serta menjaga agar ekspektasi tetap terjaga.

2) Langkah utama dalam menyusun rencana kerja proyek:

- Mengidentifikasi Tugas (pekerjaan)

Tugas-tugas atau pekerjaan yang perlu diselesaikan untuk mencapai tujuan dalam proyek didefinisikan terlebih dahulu, kemudian dipecah menjadi beberapa sub tugas yang merinci aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas utama.

- Menyusun Rencana Kerja Proyek

Rencana kerja disusun dengan cara menambahkan rincian aktivitas (tugas-tugas) bersama dengan informasi penting lainnya (seperti personil yang ditugaskan, waktu aktual yang dipergunakan, dan perbedaan antara perkiraan dan waktu aktual) ke dalam tabel rencana kerja.

Break-Even Point (BEP)

: Perhitungan untuk menentukan jumlah tahun yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk mengembalikan investasi awalnya

Cash Flow : Arus kas

Informasi penerimaan dan pengeluaran kas dalam sebuah perusahaan pada periode waktu tertentu Champion : Eksekutif tingkat tinggi yang mensponsori

pengembangan proyek sistem Cost-benefit

analysis

: Analisis biaya-manfaat Costs and

Benefits

: Biaya dan manfaat Customer

Relationship Management (CRM)

: Program aplikasi yang berfokus pada aktifitas perusahaan dengan pelanggan

Fitur : Modul-modul fungsional yang terdapat dalam aplikasi sistem informasi

Information Technology (IT)

: Teknologi Informasi (TI)

Intangible benefits

: Manfaat (nilai) yang tidak berwujud Intangible

costs

: Biaya yang tidak berwujud Net Present

Value (NPV)

: Perhitungan untuk menentukan perbedaan antara total nilai sekarang dari manfaat dengan total nilai sekarang dari biaya

Present Value (PV)

: Perhitungan untuk menentukan nilai uang saat ini didasarkan pada hasil di masa mendatang

Project’s Economic

: Nilai ekonomis proyek

Glosarium

Value

Prototype : Versi sederhana yang belum memiliki fitur lengkap dari sistem yang dikembangkan

Requirement : Kebutuhan Return on

Investment (ROI)

: Perhitungan yang mengukur tingkat pengembalian rata-rata yang diperoleh dari uang yang diinvestasikan dalam proyek

Stakeholder : Pemangku kepentingan yang terdiri atas penggagas proyek, manajemen organisasi, dan pengguna sistem yang dikembangkan

System Prototype

: Metodologi pengembangan sistem yang bekerja menghasilkan prototype sebagai cikal bakal sistem akhir

Tangible Benefits

: Manfaat (nilai) yang berwujud/nyata Tangible

items

: Barang-barang yang berwujud/nyata Waterfall : Air terjun

Fase-fase metodologi pengembangan sistem yang bergerak maju dengan cara yang sama seperti air terjun

Dennis A., Wixom B. H., Roth R.M. (2012). Systems Analysis &

Design, 5th Edition, John Wiley & Sons, Inc, United States of America

Fowler M. (2005). UML Distilled, Edisi 3. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Jogianto H.M. (2008). Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi 3. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Pressman, R.S., Maxim, B.R. (2014). Software Engineering: A Practitioner's Approach, 8th Edition, McGraw-Hill Education, New York.

Sommerville I. (2011). Software Engineering, 9th Edition, Pearson, USA.

Tantra R. (2012). Manajemen Proyek Sistem Informasi. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Daftar Pustaka

Dalam dokumen REKAYASA PERANGKAT LUNAK (Halaman 126-138)