• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wild Games Untuk Paskah: Jalan Salib

Dalam dokumen e-BinaAnak 2008 - MEDIA SABDA (Halaman 153-161)

Supaya tidak melulu mendengar khotbah saat perayaan Paskah, sekolah minggu kami sudah tiga tahun berturut-turut membuat acara "outdoor" (luar ruangan) yang sampai saat ini belum dirasa membosankan anak sekolah minggu. Anak-anak akan tertarik dan aktif mengikuti kegiatan ini.

Meskipun bertema "Jalan Salib", kegiatan "Wild Game" dalam perayaan Paskah ini lebih disesuaikan dengan kondisi anak-anak yang penuh aktivitas dan rekreatif.

Kegiatan "Wild Game Jalan Salib" dilakukan dengan membagi anak sekolah minggu (ASM) ke dalam beberapa kelompok (satu kelompok maksimal sepuluh orang anak, bervariasi antara kelas besar dan praremaja). Tiap kelompok yang dibentuk, didampingi oleh 1 -– 2 orang guru sekolah minggu (GSM) sebagai penunjuk jalan dan memberi bantuan jika mereka menemui halangan dalam perjalanan. Supaya lebih menarik, tiap grup diminta membuat "yel-yel" singkat untuk diperagakan di tiap pos.

Di samping itu, ada lima pos yang perlu dikunjungi dalam "Jalan Salib" ini. di tiap pos ini ada 1 -- 2 GSM yang memberikan penjelasan kegiatan di tiap posnya. di tiap pos

diadakan kegiatan dan tiap kelompok dinilai kekompakannya, keaktifannya, ketepatan melakukan tugasnya, dan sebagainya. Kegiatan masing-masing di lima pos ini adalah:

Pos 1: Perjamuan Terakhir ( ± 15 Menit) Persiapan:

Poster "Perjamuan Terakhir", roti tawar, dan teh (diletakkan dalam gelas-gelas kecil), dan tikar untuk duduk.

Kegiatan:

1. GSM penjaga pos menceritakan "Kisah Perjamuan Terakhir" (Lukas 22:14-22) kepada ASM dan mengajak mereka ikut merasakan suasana perjamuan dengan memakan roti dan minum teh. Jelaskan juga makna dari perjamuan yang

dilakukan Yesus saat itu.

2. Kegiatan selanjutnya adalah "Bisik Ayat". ASM (kecuali balita/ prasekolah) diminta berbaris ke belakang, tiap anak berjarak setengah meter. ASM pertama diminta membaca dalam hati ayat yang diambil dari "Kisah Perjamuan Terakhir"

dan membisikkannya ke teman di belakangnya, dst .... ASM pada urutan terakhir diminta menuliskan pada selembar kertas, yang kemudian dikumpulkan.

3. Kelompok ASM tersebut diminta pindah ke Pos 2, sambil menyanyikan lagu

"Jalan Serta Yesus".

Pos 2: Taman Getsemani ( ± 15 Menit)

e-BinaAnak 2008

154 Persiapan:

Poster "Yesus Berdoa di Taman Getsemani", puzzle ayat (tulisan ayat Alkitab yang dipotong-potong per kata).

Kegiatan:

1. GSM menceritakan kejadian di Taman Getsemani dan minta pendapat ASM tentang hal berdoa (misalnya mengapa Yesus berdoa, apakah yang dilakukan saat berdoa, dsb.).

2. Minta ASM menyusun potongan-potongan ayat. Sebaiknya ayat yang berhubungan dengan tema Paskah dan sudah dikenal oleh ASM. Siapkan beberapa puzzle ayat supaya bervariasi.

3. Setelah selesai, minta kelompok tersebut pindah ke Pos 3, sambil menyanyikan lagu "Dalam Nama Yesus".

Pos 3: Penangkapan Yesus ( ± 15 Menit) Persiapan:

Kisah Penangkapan Yesus (Lukas 22:47–53) Kegiatan:

1. Minta kelompok mempelajari "Kisah Penangkapan Yesus" dalam perikop Alkitab di atas dan kemudian minta mereka membuat "skit" (drama singkat) tentang penangkapan Yesus tersebut, waktu drama ± 10 menit saja.

2. Setelah selesai, minta mereka pindah ke Pos 4, sambil menyanyi "Hatiku Penuh Nyanyian".

Pos 4: Penyaliban Yesus ( ± 15 Menit) Persiapan:

Kertas polos untuk menggambar (ditempel pada papan yang cukup besar) atau bisa juga kalender bekas yang dibalik, spidol besar untuk menggambar.

Kegiatan:

1. GSM menceritakan secara singkat kejadian setelah Yesus ditangkap, yaitu saat Petrus menyangkal, dibawa ke Mahkamah Agama, di hadapan Pilatus, di

hadapan Herodes, dan saat penyaliban.

2. Minta satu wakil kelompok untuk menjadi juru gambar bagi kelompoknya.

3. Juru gambar tersebut harus menggambarkan minimal tiga tokoh dalam kejadian

"Penyaliban Yesus". Misalnya, tokoh Petrus yang menyangkal, Simon orang Kirene, Herodes, Pontius Pilatus, orang yang disalib di sebelah Yesus, prajurit

e-BinaAnak 2008

155

Romawi, dsb.. ASM dalam kelompok diminta menebak siapa tokoh yang digambarkan tersebut.

4. Setelah kegiatan selesai, minta ASM pindah ke Pos 5, sambil menyanyi

"Kumenang-Kumenang Bersama Yesus Tuhan".

Pos 5: Kebangkitan Yesus ( ± 10 Menit) Persiapan:

Telur (ayam atau burung puyuh) yang sudah disembunyikan.

Kegiatan:

1. GSM mengajak ASM menyanyikan lagu "Rayakan", boleh dengan gerakan atau tarian.

2. Masing-masing ASM diminta mencari satu telur saja di tempat yang sudah ditentukan (misal kelompok A di sebelah Timur, B di sebelah Tenggara, dsb.).

Jika ada ASM yang bisa menemukan lebih dari satu telur di wilayahnya, dia harus memberikan kepada teman dalam kelompoknya, sehingga semua anak mendapat satu butir telur.

3. Karena ini adalah pos terakhir, setelah kegiatan selesai, ASM berkumpul lagi di tempat kebaktian awal.

CATATAN

1. Kegiatan ini memang diperuntukkan bagi anak kelas dua SD ke atas (praremaja).

Jika anak di bawah kelas dua SD ingin diikutsertakan, mungkin hanya sebagai pengikut. Jika anak kelas kecil tidak diikutsertakan, kegiatan yang bisa dilakukan bersama mereka antara lain mendengar kisah Paskah, menghias telur, mewarnai gambar Paskah, dsb..

2. GSM tiap pos dapat terlebih dahulu sepakat dalam penilaiannya. Pada akhir kegiatan, ditentukan kelompok yang meraih nilai tertinggi. Jika ingin memberi hadiah, tidak perlu mewah, tetapi berguna, bisa dibuat sendiri oleh GSM.

3. Kegiatan Wild Game bisa diawali dengan puji-pujian terlebih dahulu dan diakhiri juga dengan puji-pujian bersama.

Diambil dari:

Nama situs: e-BinaGuru Penulis : Kak Monika

Alamat URL: http://www.geocities.com/bina_guru/paskah-aktif-memasak.htm

Warnet Pena: Blog di Network Anak Situs In-Christ.Net

e-BinaAnak 2008

156

==> http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Dapatkan berbagai blog seputar pelayanan anak dalam "Network Anak" di situs In- Christ.Net. Berikut beberapa blog yang dapat Anda simak dan diberi komentar.

1. Sekolah Minggu: Bawa Anak-Anak kepada Tuhan

http://www.in-christ.net/sekolah_minggu_bawa_anak_anak_kepada_tuhan 2. Penginjilan Anak, Penginjilan yang Terabaikan

http://www.in-christ.net/penginjilan_anak_penginjilan_yang_terabaikan 3. Kumpul-Kumpul Guru Sekolah Minggu

http://www.in-christ.net/kumpul_kumpul_guru_sekolah_minggu_0

Untuk bergabung dan dapat menulis blog di dalam "Network Anak" In-Christ.Net, Anda harus bergabung terlebih dahulu.

Kiriman dari: Davida (Redaksi)

Mutiara Guru

Sebab Dia hidup ada hari esok, oleh karena itu janganlah gelisah dan berharaplah hanya kepada Allah yang telah hidup itu.

e-BinaAnak 2008

157

e-BinaAnak 376/Maret/2008: Kebutuhan Anak untuk Diterima

Salam dari Redaksi

Shalom,

Tidak semua anak-anak jalanan yang kerap kita jumpai berkeliaran di kota-kota besar tidak memiliki orang tua, atau berasal dari keluarga yang tidak mampu. Jika kita memunyai waktu untuk menanyai mereka satu per satu, pastinya akan dijumpai beberapa anak yang sebenarnya memiliki keluarga yang utuh, bahkan ada juga yang berada. Lalu mengapa mereka ada di jalanan? Ada kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi dalam keluarga mereka. Orang tua hanya berusaha memenuhi kebutuhan materi mereka, tanpa memedulikan kebutuhan rohani dan mental anak.

Kenyataan di atas merupakan satu dari banyak akibat tidak terpenuhinya kebutuhan anak, yang akhirnya memaksa anak memenuhi kebutuhannya dengan cara yang negatif. Fenomena ini mendorong Redaksi untuk mengangkat tema "Kebutuhan Anak"

di sepanjang bulan April ini. Adapun topik-topik yang akan dibahas adalah:

1. Kebutuhan untuk Diterima, 2. Kebutuhan untuk Dicintai, 3. Kebutuhan untuk Disiplin, 4. Kebutuhan untuk Dipuji, dan 5. Kebutuhan akan Tuhan.

Artikel-artikel dalam topik "Kebutuhan untuk Diterima" kali ini, kami harap dapat membantu gereja maupun para pelayan anak untuk memberikan arahan maupun petunjuk kepada setiap orang tua bahwa setiap anak itu unik dan harus mendapatkan tempat yang sama dalam keluarga. Kami berharap dapat menjadi berkat bagi kita semua.

Kami mengajak Anda untuk menuliskan opini dalam bentuk artikel, blog, maupun komentar-komentar Anda mengenai kebutuhan anak atau wacana lain seputar dunia anak dalam "Network Anak" di Situs In-Christ.Net <http://www.in-

christ.net/komunitas_umum/network_anak>.

Selamat melayani!

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak, Davida Welni Dana

"Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Amsal 29:17)

< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+29:17 >

e-BinaAnak 2008

158

Artikel: Anak-Anak Butuh Merasa Diterima

Dalam bagian pendahuluan dari bukunya yang terkenal, "Bersembunyi atau Mencari", James Dobson bercerita tentang wawancara televisi dengan John McKay, pelatih sepak bola terkenal di Universitas Southern California. Sang pelatih diminta untuk memberikan komentar tentang John Junior, anaknya sendiri yang merupakan pemain hebat dalam tim itu. "Saya senang karena John mengalami kompetisi yang baik tahun ini. Ia telah bermain dengan hebat dan saya bangga padanya," si pelatih mengakui. "Tetapi, saya juga akan sama bangganya bila ia tidak pernah bertanding sama sekali."

Penerimaan McKay tidaklah tergantung pada adanya kemampuan atau tidak pada puteranya, atau pada keberhasilannya.

Namun sangat disayangkan, banyak orang tua yang memberikan ide mereka kepada anak-anaknya bahwa mereka barulah diterima bila berhasil dan sebaliknya ditolak bila mereka gagal. Penerimaan menjamin lahan subur untuk pertumbuhan dan kepercayaan diri. Mengabaikan anak-anak -- atau kadang-kadang menerima mereka dan pada saat lain merendahkan mereka -- menyebabkan mereka melihat dirinya sendiri dengan gabungan rasa hormat dan ejekan.

Anak-anak yang tidak merasa diterima oleh orang tuanya menjadi rapuh terhadap tekanan kelompok teman sebaya yang menjatuhkan. Sebagian malah berkelahi untuk bisa diterima oleh teman. Sebagian juga merasa bahwa Tuhan membenci mereka.

Seperti halnya kesehatan fisik terutama tergantung pada makanan yang baik dan latihan, demikian pula kesehatan emosional sangat tergantung pada baiknya harga diri yang kita miliki. Ini berkembang melalui penerimaan dan perasaan diri berguna. Bila suasana di keluarga mencakup penerimaan yang bahagia dan memuaskan atas anak- anak kita, mereka akan merasa dihargai dan dapat bertahan dengan kuat. Bagaimana anak-anak kita diterima pada masa-masa awal kehidupan mereka, akan sangat

memengaruhi harga diri yang mereka miliki dan penghargaan yang mereka berikan terhadap orang lain ketika mereka sudah mencapai tahap dewasa.

Orang tua ibarat cermin di mana anak-anak melihat diri sendiri. Mereka dengan cepat menyerap suasana emosional di keluarga dan merasakan apakah mereka dikelilingi oleh cinta kasih dan perhatian atau oleh sikap mementingkan diri sendiri dan

ketegangan.

Mengapa Anak-anak Merasa Kurangnya Penerimaan?

1. Mengkritik anak terus-menerus akan menciptakan perasaan gagal, ditolak, dan tidak mampu. Seorang dewasa muda menjelaskan tentang tahun-tahun

pertumbuhannya dengan mengatakan, "Saya merasa jarang sekali, jika memang pernah, melakukan sesuatu dengan benar. Orang tua mengritik apa yang saya lakukan dan apa yang saya tidak lakukan. Saya mengalami frustrasi setiap saat dan akhirnya mengembangkan perasaan takut untuk mencoba apa pun juga.

e-BinaAnak 2008

159

Kalau bukan karena adanya seseorang yang memiliki keyakinan terhadap diri saya dan memercayakan suatu pekerjaan pada saya selama masa remaja saya, rasanya saya tidak akan pernah memiliki kepercayaan diri untuk bekerja atau untuk mengambil suatu keputusan penting dan menaatinya."

2. Membandingkan anak-anak dengan orang lain artinya adalah tidak menerima.

Tidak ada dua anak yang serupa, dan membandingkan satu terhadap yang lain sama dengan berlaku tidak adil. Membandingkan biasanya dimulai dari masa awal. Seorang ibu melihat bayi tetangganya dan diam-diam mencatat. Anaknya sendiri harus bisa melebihi bayi itu. Perbandingan yang terus-menerus serupa ini menumbuhkan perasaan kurang yang akan membahayakan perkembangan kepribadian. Perasaan rendah diri timbul dari kebutuhan besar untuk menjadi lebih super dari orang lain.

Anak yang masih kecil merasa tidak diterima bila prestasinya di bidang olahraga, musik, atau matematika tidak bisa mengimbangi prestasi teman-teman lainnya yang memang lebih mampu. Setiap orang memiliki kekurangan dalam beberapa hal dibandingkan dengan yang lain. Bila kita hanya memikirkan kekurangan ini, kita akan kecil hati. Sebaliknya, setiap kita memiliki kekuatan, sesuatu yang merupakan keunggulan kita. Kita harus memusatkan perhatian pada hal-hal ini.

Seorang psikolog memberi suatu tes pada sebuah percobaan. Waktu ia membagikan tes itu, ia mengumumkan bahwa kebanyakan orang dapat

menyelesaikannya dalam seperlima waktu yang diberikan. Ketika bel berbunyi menandakan bahwa waktu sudah lewat, beberapa siswa yang pandai tampak menjadi cemas, gugup, memikirkan bahwa inteligensi mereka ternyata menurun.

Penelitian lain terhadap siswa memerlihatkan asumsi yang mirip. Psikolog memilih sekelompok siswa dengan kemampuan biasa-biasa saja, lalu

mengatakan pada guru bahwa mereka memiliki inteligensi yang sangat tinggi.

Pada akhir tahun pelajaran, karena semangat dan harapan dari guru, prestasi kelompok ini ternyata melampaui kelompok terpandai di sekolah.

3. Mengharapkan anak-anak untuk mencapai impian orang tua akan membuat mereka merasa tidak diterima. Seorang ibu mungkin ingin menjadi dokter. Tapi ia sendiri tidak berhasil mewujudkannya. Jadi sewaktu anak perempuannya lahir, ia telah membuat rencana untuk mengirim si anak ke fakultas kedokteran. Banyak orang tua, tanpa berpikir jauh, ingin agar anak-anak mereka memenuhi harapan yang mereka sendiri tidak dapat penuhi. Memaksakan harapan semacam ini pada anak-anak akan membuat mereka merasa tidak diterima.

4. Terlalu melindungi anak akan memengaruhi sikap tidak diterima. Kadang-kadang orang tua seperti ibu yang berkata, "Anakku, saya tidak mau kamu terjun ke air sampai kamu tahu bagaimana caranya berenang." Tetapi bagaimana anak itu dapat belajar berenang? Tidak melindungi anak, sedikit lebih baik daripada memberikan perlindungan yang berlebih-lebihan. Jelas bahwa orang tua harus melindungi anak dari bahaya. Namun, terlalu melindungi anak dari semangat

e-BinaAnak 2008

160

untuk mencoba, akan berbahaya karena menyuburkan rasa takut dan bukan percaya diri. Lebih baik tulang yang patah daripada semangat yang patah.

5. Mengharapkan terlalu banyak dari anak, menumbuhkan perasaan tidak diterima.

Seorang anak akan merasakan kecemasan yang tidak diucapkan orang tua dalam mendambakan anak yang bisa menjadi model. Mencoba terlalu keras untuk suatu tingkah laku yang diharapkan akan membuat si anak merasa tidak mampu dan bukan menghargai diri atau merasa diterima.

Ini tidak berarti memanjakan anak, memenuhi setiap rengekan dan kemauan anak. Tingkah laku yang tidak diterima haruslah di-batasi.

Menerima berarti menghargai perasaan dan kepribadian anak sambil

membiarkan anak untuk membedakannya dengan tingkah laku yang memang tidak bisa diterima. Menerima berarti orang tua menyukai anak sepanjang saat, lepas dari apa tingkah laku yang diperlihatkan atau pemikiran yang dimiliki si anak.

Diambil dari:

Judul buku: Tujuh Kebutuhan Anak

Judul artikel: Anak-anak Butuh Merasa Diterima Penulis: John M. Drescher

Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1992 Halaman: 56 -- 59

e-BinaAnak 2008

161

Dalam dokumen e-BinaAnak 2008 - MEDIA SABDA (Halaman 153-161)