• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyampaian Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional

N/A
N/A
Abd Azzam

Academic year: 2023

Membagikan "Penyampaian Keputusan Kepala Badan Standardisasi Nasional "

Copied!
720
0
0

Teks penuh

Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 12 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Cara Penetapan Nomor Standar Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1762); KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 2847:2019 PERSYARATAN BETON STRUKTURAL BANGUNAN DAN PENJELASAN SEBAGAI REVISI STANDAR INDONESIA 2019: BETON URAL R38 UNTUK BANGUNAN.

Prakata

KETENTUAN UMUM

  • Pasal ini membahas a) hingga h)
  • SNI 2847, Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung
  • Versi resmi standar ini menggunakan Bahasa Indonesia, satuan SI dan diterbitkan
  • Pasal ini tidak relevan untuk Indonesia
  • Modifikasi terhadap standar ini yang diadopsi dan menjadi bagian dari ketentuan-
  • Peralatan dan metode konstruksi tidak diatur dalam standar ini
  • Standar ini berlaku untuk struktur beton yang didesain dan dibangun sesuai
  • Desain struktur beton cangkang tipis dan pelat lipat (folded plate) harus sesuai ACI
  • Standar ini berlaku untuk desain slabs cast on stay in place, dek baja non-komposit
  • Standar ini tidak berlaku untuk desain dan pemasangan fondasi tiang beton, pilar
  • Standar ini tidak berlaku untuk desain pelat di atas tanah, kecuali pelat tersebut
  • Standar ini tidak berlaku untuk desain dan konstruksi tangki dan reservoir
  • Standar ini tidak berlaku untuk desain pelat komposit yang dicor setempat pada dek
  • Prinsip-prinsip interpretasi di bagian ini harus diterapkan pada standar ini secara
  • Standar ini terdiri dari pasal dan lampiran termasuk teks, judul, tabel, gambar,
  • Penjelasan terdiri dari prakata, pendahuluan, teks penjelasan, tabel,
  • Standar harus diinterpretasikan tanpa menyebabkan konflik di antara ketentuan-
  • Kata dan istilah berikut dalam standar ini harus diinterpretasikan sesuai a) hingga
  • Bilamana ketentuan-ketentuan yang ada dalam standar ini bertentangan dengan
  • Pihak yang berwenang adalah pihak yang mengelola dan menegakkan standar
  • Setiap tindakan dan keputusan yang dibuat pihak yang berwenang tersebut hanya
  • Pihak yang berwenang mempunyai hak untuk memerintahkan pengujian material
  • Material beton harus diuji sesuai persyaratan pada Pasal 26
  • Pekerjaan beton harus diawasi sesuai dengan peraturan umum gedung dan

Standar ini mengacu pada bagian yang berlaku dari standar ini untuk desain dan konstruksi bagian beton rakitan komposit. Definisi spesifik kata dan istilah dalam standar ini harus digunakan jika ada dan dapat diterapkan.

NOTASI DAN TERMINOLOGI

  • Pasal ini mendefinisikan notasi dan terminologi yang digunakan dalam standar

Mc = momen terfaktor yang diperbesar untuk pengaruh kelengkungan komponen struktur yang digunakan untuk perencanaan komponen struktur tekan, N-mm. Kekuatan putus, beton — kekuatan dalam volume beton yang mengelilingi suatu jangkar atau sekelompok jangkar yang terpisah dari komponen struktur. Tulangan, jangkar (Tulangan, jangkar) — tulangan yang digunakan untuk memindahkan beban rencana dari jangkar ke komponen struktur.

Gambar R2.1  –  Tipe angkur
Gambar R2.1 – Tipe angkur

STANDAR RUJUKAN

  • American Concrete Institute (ACI) 301-10 Specifications for
  • ASTM International A36/A36M-12 Standard

Spesifikasi steel strand, uncoated seven strand untuk beton pratekan. Spesifikasi Batangan Baja Karbon Ulir dan Polos untuk Tulangan Beton [Spesifikasi Standar. Standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan Bangunan, Ilmu Pengetahuan, Struktur dan Konstruksi dan bukan untuk penggunaan komersial." Spesifikasi Baja Paduan Rendah Batangan Ulir dan Polos untuk Tulangan Beton.

Spesifikasi batangan baja tahan karat ulir dan polos untuk tulangan beton. Spesifikasi batang baja rel ulir dan baja gandar untuk tulangan beton. Spesifikasi Zinc dan Epoxy Dual. Standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan Bangunan, Ilmu Pengetahuan, Struktur dan Konstruksi dan bukan untuk penggunaan komersial."

Spesifikasi kawat baja dan tulangan kawat las, polos dan cacat, untuk beton. Spesifikasi semen terak untuk digunakan pada beton dan mortar [Spesifikasi standar untuk semen terak.

PERSYARATAN SISTEM STRUKTUR

  • Pasal ini berlaku untuk desain beton struktural pada struktur atau bagian dari
  • Properti desain beton yang dipilih dalam desain harus sesuai dengan Pasal 19
  • Properti desain baja tulangan yang dipilih dalam desain harus sesuai dengan
  • Sistem struktur adalah yang termasuk pada a) hingga g), sebagaimana yang bisa
  • Desain komponen struktur, termasuk joint dan sambungan yang disebutkan pada
  • Sistem struktur harus didesain untuk menahan beban terfaktor sesuai dengan
  • Sistem struktur harus didesain untuk mengakomodasi perubahan volume dan
  • Sistem pemikul gaya seismik R Sistem pemikul gaya seismic .1 Setiap struktur harus termasuk
  • Diafragma
    • Diafragma, seperti pelat lantai atau pelat atap, harus didesain untuk menahan
    • Diafragma dan sambungannya ke komponen sistem rangka pemikul momen
    • Diafragma dan sambungannya harus didesain untuk memberikan kekangan
    • Diafragma harus didesain untuk menahan beban lateral dari tanah, tekanan
    • Diafragma yang merupakan bagian dari sistem pemikul gaya seismik harus
  • Prosedur analisis harus memenuhi persyaratan kompatibilitas (compatibility)
  • Metode analisis yang diberikan di dalam Pasal 6 diperbolehkan
  • Kekuatan desain dari komponen, joint, dan sambungannya (connections),
  • Bangunan dan komponen struktur harus memiliki kekuatan rencana di
  • Evaluasi kinerja saat kondisi beban layan bekerja harus mempertimbangkan
  • Untuk bangunan, komponen struktur, dan sambungannya, ketentuan 4.7.1 akan
  • Campuran beton harus didesain menurut ketentuan 19.3.2 dan 26.4, dengan
  • Tulangan harus diproteksi terhadap korosi sesuai ketentuan 20.6
  • Persyaratan kekuatan, kemampuan layan, dan durabilitas dari standar ini lebih
  • Jika di dalam peraturan umum gedung lainnya mensyaratkan tebal selimut
  • Sistem beton pracetak
    • Perencaan komponen beton pracetak dan sambungannya harus
    • Desain, pabrikasi, dan konstruksi dari komponen pracetak dan sambungannya
    • Jika perilaku sistem membutuhkan beban sebidang untuk ditransfer antara
    • Distribusi gaya yang bekerja dalam arah tegak lurus terhadap bidang
  • Sistem beton prategang
    • Desain sistem dan komponen prategang hasil didasarkan pada kekuatan
    • Pengaruh yang ditimbulkan akibat prategang, seperti terjadinya deformasi
    • Konsentrasi tegangan (stress concentration) akibat prategang harus
  • Beton komposit sebagai komponen lentur
    • Standar ini berlaku untuk beton komposit sebagai komponen lentur
    • Setiap komponen harus didesain untuk setiap tahap pembebanan yang
    • Komponen harus didesain untuk menopang semua beban yang bekerja
    • Tulangan harus didetailkan untuk meminimalisir retak dan untuk mencegah
  • Konstruksi baja dan beton komposit .1 Komponen komposit tekan adalah
    • Desain komponen komposit tekan harus memenuhi persyaratan dalam Pasal
  • Sistem beton polos structural .1 Desain komponen beton polos
  • Spesifikasi untuk pelaksanaan konstruksi harus mengikuti ketentuan dalam
  • Inspeksi selama konstruksi harus mengikuti ketentuan dalam Pasal 26 dan

R4.4.6.1 Persyaratan desain dalam standar ini didasarkan pada Kategori Desain Seismik (SDC) yang ditempatkan pada bangunan. 4.4.6.5.3 Pada bangunan gedung yang termasuk dalam kategori Desain Gempa D, E, atau F, komponen struktur yang bukan merupakan bagian dari sistem penahan gaya gempa harus memenuhi persyaratan Pasal 18. Pada bangunan gedung yang termasuk dalam kategori Desain Gempa D, E , dan F, desain diafragma harus mengikuti persyaratan Pasal 18.

R4.10.2 Persyaratan minimum integritas struktur – komponen struktur dan sambungannya yang dimaksud dalam pasal ini hanyalah jenis komponen yang mempunyai persyaratan khusus untuk integritas struktur. R4.12.1 Sistem beton pracetak – Semua persyaratan dalam standar ini berlaku untuk sistem dan komponen pracetak, kecuali dinyatakan secara khusus. R4.12.2 Sistem beton pratekan - Pratekan yang dimaksud dalam standar ini dapat berupa prategang, pascategang terikat, atau pascategang tidak terikat.

Semua persyaratan dalam standar ini berlaku untuk sistem pratekan dan komponennya, kecuali dinyatakan lain secara khusus. Semua persyaratan standar ini berlaku untuk komponen-komponen ini, kecuali dinyatakan lain secara khusus.

Tabel 4.10.2.1  –  Persyaratan minimum  untuk integritas structural
Tabel 4.10.2.1 – Persyaratan minimum untuk integritas structural

BEBAN

5.3 - Faktor beban dan kombinasi beban 5.3.1 Kekuatan yang diperlukan U harus setidaknya sama dengan efek beban yang termasuk dalam Tabel 5.3.1, dengan pengecualian dan penambahan pada 5.3.3 hingga 5.3.12. Pajak terfaktor adalah pajak yang besarnya ditentukan oleh peraturan perpajakan yang berlaku kemudian dikalikan dengan faktor perpajakan yang sesuai. Karena beban mati dapat ditentukan dengan lebih akurat dan variasinya lebih kecil, maka faktor beban yang diterapkan lebih rendah dibandingkan beban hidup.

Faktor beban juga memperhitungkan variabilitas dalam analisis struktur yang digunakan untuk menghitung momen dan gaya geser. Peraturan umum bangunan dan acuan beban rencana yang berkaitan dengan beban gempa pada tingkat kekuatan dan faktor beban 1,0 (ASCE/SEI 7; BOCA (1999);) Jika tidak ada peraturan bangunan umum yang menetapkan pengaruh tingkat gempa kuat, maka beban faktor lebih besar agar E dapat digunakan.

R5.3.5 SNI 1727 (ASCE/SEI 7) telah mengubah beban angin menjadi satu tingkat daya dan menurunkan faktor beban angin menjadi 1,0. Standar ini menggunakan faktor pramuat untuk beban angin sebesar 1,6 ketika beban angin tingkat layanan digunakan.

Tabel R5.2.2  –  Korelasi terminologi  seismik dalam model code.
Tabel R5.2.2 – Korelasi terminologi seismik dalam model code.

ANALISIS STRUKTUR

  • Komponen dan sistem struktur diizinkan untuk dimodelkan sesuai 6.3
    • Diafragma diizinkan untuk dianalisis sesuai 12.4.2
    • Sebuah komponen atau daerah diizinkan untuk dianalisis dan didesain

Oleh kerana pengaruh ini boleh menjadi penting, Artikel 6.6 menyediakan prosedur untuk mengira pengaruh kelangsingan individu komponen struktur (Pδ) dan pengaruh hayunan (PΔ) pada keseluruhan struktur menggunakan keputusan analisis urutan pertama. Apabila analisis tertib kedua menggunakan nod di sepanjang komponen struktur mampatan, analisis mengambil kira pengaruh kelangsingan akibat ubah bentuk sisi di sepanjang komponen individu struktur, termasuk pengaruh goyangan keseluruhan struktur. Apabila analisis urutan kedua hanya menggunakan nodal di persimpangan komponen struktur, analisis dapat menangkap pengaruh bergoyang keseluruhan struktur, tetapi mengabaikan pengaruh kelangsingan individu komponen struktur.

Standar ini memperkenalkan analisis elemen hingga dan secara eksplisit mengakui meluasnya penggunaan metode analisis ini.

34 12 klu

Untuk menghitung momen dan geser akibat beban gravitasi pada kolom,

R6.3.1.3 Koefisien kekakuan dan momen untuk komponen berengsel dapat diperoleh dari Portland Cement Association (1972). Lebar flensa pada 6.3.2.1 dan 6.3.2.2 harus digunakan kecuali pengalaman menunjukkan bahwa perbedaan ini tetap aman dan memadai. Meskipun banyak produk pratekan standar yang digunakan saat ini tidak memenuhi persyaratan lebar flensa efektif pada 6.3.2.1 dan 6.3.2.2, produk tersebut masih menunjukkan kinerja yang memuaskan.

Oleh karena itu, penentuan lebar efektif balok T pratekan diserahkan kepada pengalaman dan penilaian perancang profesional yang berwenang. Dalam analisis dan desain elastis, penggunaan lebar tidak selalu konservatif. Standar ini diproduksi untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan Bangunan, Sains, Struktur dan Struktur dan bukan untuk penggunaan komersial” .. lebar sayap maksimum sebagaimana diizinkan oleh 6.3.2.1.

Tabel 6 .3.2.1 ─ Batasan dimensi lebar  sayap efektif untuk Balok-T
Tabel 6 .3.2.1 ─ Batasan dimensi lebar sayap efektif untuk Balok-T

Bila pola pengaturan beban hidup L diketahui maka sistem pelat harus dianalisis

Bila beban hidup L bervariasi tetapi tidak melebihi tigaperempat beban mati

R6.4.2 Perencana diharapkan menciptakan serangkaian gaya desain yang .. paling sesuai dengan . menyelidiki efek beban hidup yang dikenakan pada berbagai model kritis. R6.5.2 Perkiraan momen dan geser memberikan nilai konservatif untuk kondisi tertentu ketika balok kontinu dan pelat satu arah merupakan bagian dari rangka atau struktur kontinu. Karena pola beban yang menghasilkan nilai kritis momen pada kolom rangka berbeda dengan pola beban yang menghasilkan momen negatif maksimum pada balok, maka momen kolom harus dievaluasi secara terpisah.

Muka semua tumpuan memenuhi (a) atau (b). a) Pelat dengan bentang tidak melebihi 3 m (b) Balok dengan perbandingan kekakuan kolom terhadap kekakuan balok lebih besar dari 8 pada setiap ujung bentang. Momen mengacu pada perbedaan antara momen ujung komponen struktur yang membingkai kolom dan momen yang diterapkan pada garis tengah kolom. R6.6.1.1 Bila menggunakan analisis orde pertama, pengaruh kelangsingan dihitung menggunakan pendekatan pembesaran momen (MacGregor et al., 1970; MacGregor 1993; Ford et al., 1981).

Tabel 6 .5.2 ─ Momen  pendekatan untuk  analisis balok menerus dan pelat satu
Tabel 6 .5.2 ─ Momen pendekatan untuk analisis balok menerus dan pelat satu

Redistribusi momen yang dihitung dengan analisis elastis orde pertama

Momen-momen yang bekerja pada setiap tingkat lantai atau atap harus

Properti penampang .1 Analisis beban terfaktor

  • Analisis beban layan
  • Kecuali memenuhi 6.2.5, kolom dan tingkat pada struktur harus ditetapkan
  • Properti stabilitas
  • Kecuali bila nilai pendekatan untuk momen digunakan sesuai 6.5, dengan
  • Analisis beban layan
  • Analisis inelastis orde kedua harus memperhitungkan pengaruh ke-nonlinearan

K6.6.3.1.3 Analisis bangunan dengan sistem pelat dua arah tanpa balok memerlukan model yang mampu mendistribusikan beban lateral antar komponen struktur vertikal. Momen inersia komponen struktur dalam analisis beban pelayanan harus mencerminkan derajat retak pada berbagai tingkat beban pelayanan yang diselidiki. Pasal ini mensyaratkan bahwa penahan komponen struktur fleksibel mempunyai kapasitas untuk menahan kenaikan total momen ujung kolom pada sambungan.

R6.6.4.6.4 Momen maksimum elemen tekanan seperti kolom, dinding atau penyangga dapat terjadi di antara ujung-ujungnya. R6.7.1.1 Kekakuan 𝜠𝜤 yang digunakan dalam analisis kekuatan desain harus mewakili kekakuan komponen struktural sesaat sebelum keruntuhan. Sebaliknya, nilai 𝜠𝜤 harus sesuai dengan hubungan titik-momen-rotasi untuk anggota lengkap.

Jika kolom tidak terbelah sepanjang bentangnya, pengaruh kelangsingan dapat dievaluasi dengan menambah momen rangka kaku yang dijelaskan pada 6.6.4.5 dengan momen ujung komponen struktur dari analisis elastis orde kedua sebagai masukan. Analisis orde kedua memperhitungkan perpindahan relatif titik-titik komponen struktur. Standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan Bangunan, Ilmu Pengetahuan, Struktur dan Konstruksi, dan bukan untuk penggunaan komersial.”

Tabel 6 .6.3.1.1(a) ─ Momen inersia dan  luas penampang yang diizinkan untuk
Tabel 6 .6.3.1.1(a) ─ Momen inersia dan luas penampang yang diizinkan untuk

PELAT SATU ARAH

  • Properti desain beton harus dipilih sesuai Pasal 19
  • Properti desain tulangan baja harus dipilih sesuai Pasal 20
  • Persyaratan material, desain, dan pendetailan untuk penanaman dalam beton
  • Ketebalan minimum pelat
    • Untuk pelat solid nonprategang yang tidak bertumpu atau melekat pada
    • Ketebalan penutup lantai (floor finish) beton diizinkan untuk dimasukkan ke
    • Untuk pelat non-prategang yang tidak memenuhi 7.3.1 dan untuk pelat
    • Untuk pelat beton komposit nonprategang yang memenuhi 7.3.1,
  • Batas regangan tulangan pada pelat nonprategang
    • Tegangan sesaat setelah transfer dan saat beban layan pada pelat prategang
    • Kekuatan perlu harus dihitung sesuai dengan kombinasi beban yang
    • Kekuatan perlu harus sesuai dengan prosedur analisis pada Pasal 6
    • Untuk pelat prategang, pengaruh reaksi perletakan yang ditimbulkan akibat
    • Untuk pelat yang dibangun menyatu dengan tumpuan, M u di tumpuan
  • Geser terfaktor R Geser terfaktor .1 Untuk pelat yang dibangun
    • Untuk pelat prategang, tendon eksternal harus diperhitungkan sebagai
    • Untuk pelat beton komposit, kekuatan geser horizontal V nh harus
    • Untuk pelat dengan tulangan prategang terlekat, jumlah total A s dan A ps
    • Untuk pelat dengan kekuatan desain lentur dan geser sekurang-
    • Untuk pelat dengan tendon tanpa lekatan, luas tulangan ulir longitudinal
    • Jika ditunjukkan dalam pengujian bahwa M n dan V n yang dibutuhkan dapat
    • Jika diperlukan tulangan geser, A v,min harus sesuai 9.6.3.3
  • Tulangan susut dan suhu minimum R Tulangan susut dan suhu minimum .1 Tulangan harus disediakan untuk
  • Umum
    • Selimut beton untuk penulangan harus sesuai 20.6.1
    • Panjang penyaluran tulangan ulir dan tulangan prategang harus sesuai 25.4
    • Sambungan lewatan tulangan ulir harus memenuhi sesuai 25.5
    • Tulangan bundel harus sesuai 25.6
  • Spasi tulangan R Spasi tulangan .1 Spasi minimum s harus sesuai
    • Untuk pelat nonprategang dan prategang kelas C, spasi tulangan
    • Spasi maksimum s untuk tulangan ulir harus kurang dari 3h dan 450 mm
    • Gaya tarik atau tekan terhitung pada tulangan di setiap penampang pelat
    • Lokasi kritis penyaluran tulangan adalah titik-titik tegangan maksimum dan
    • Penyaluran tulangan tarik lentur harus memiliki panjang penyaluran paling
    • Tulangan tarik lentur tidak boleh diputus di daerah tarik kecuali a), b), atau c)
    • Pengangkuran yang cukup harus disediakan untuk tulangan tarik dimana
    • Pada pelat dengan bentang tidak lebih dari 3 m, kawat las dengan ukuran
  • Tulangan lentur pelat prategang R Tulangan lentur pelat prategang .1 Tendon eksternal harus dilekatkan
    • Jika tulangan nonprategang diperlukan untuk kekuatan lentur,
    • Jika tulangan geser diperlukan, tulangan transversal harus didetailkan
  • Tulangan susut dan suhu R Tulangan susut dan suhu .1 Tulangan susut dan suhu sesuai
    • Tulangan prategang R Tulangan prategang .1 Spasi tendon pelat yang

7.3.1.1.3 Untuk pelat komposit non-pratekan yang terbuat dari kombinasi beton ringan dan normal, ditopang selama konstruksi, dan ketika beton ringan mengalami tekan, koefisien modifikasi pada 7.3.1.1.2 harus digunakan. R7.6.1.1 Luas yang dibutuhkan untuk tulangan berulir atau kawat las sebagai tulangan lentur minimum adalah sama dengan luas tulangan susut dan temperatur pada 24.4.3.2. R7.6.2 Tulangan lentur minimum pelat prategang – Persyaratan tulangan lentur minimum pelat prategang searah sama dengan balok prategang.

Untuk pelat pracetak berongga tanpa penutup beton h. R7.6.3.1 Pelat dan pondasi kokoh mempunyai persyaratan tulangan geser minimum yang lebih longgar dibandingkan balok karena terdapat kemungkinan pembagian beban antara bagian lemah dan kuat. R7.6.4.2 Dalam konstruksi balok pelat monolitik prategang, setidaknya diperlukan satu tendon susut dan suhu di antara balok, meskipun tendon balok itu sendiri memberikan tegangan tekan rata-rata minimal 0,7 MPa sebagaimana disyaratkan oleh 24.4.4.1 pada penampang kotor beton sebagaimana didefinisikan dalam 7.6.4.2.1. Penerapan ketentuan 7.6.4.2 dan 7.7.6.3 untuk konstruksi balok pelat monolitik, cor, pasca tarik, seperti diilustrasikan pada Gambar R7.6.4.2.

7.7.3.8.1 Untuk tumpuan sederhana, sekurang-kurangnya sepertiga tulangan momen positif maksimum harus diteruskan sepanjang dasar pelat sampai ke tumpuan, kecuali untuk pelat prefabrikasi dimana tulangan harus diteruskan paling sedikit sampai pertengahan panjang pelat. lempeng. bawah Untuk tumpuan lainnya sekurang-kurangnya seperempat dari tulangan momen Positif maksimum harus memanjang sepanjang dasar pelat sampai ke tumpuan sekurang-kurangnya 150 mm. K7.7.4.4 Pemutusan tulangan berulir pada pelat dengan tendon tidak terikat – Persyaratan pemutusan tulangan berulir pada pelat satu arah dengan tendon tidak terikat sama dengan persyaratan untuk balok.

Tabel 7.6.1.1  – A s,min  untuk pelat satu  arah nonprategang
Tabel 7.6.1.1 – A s,min untuk pelat satu arah nonprategang

PELAT DUA ARAH

  • Ketentuan pasal ini berlaku untuk desain sistem pelat prategang dan
  • Pengaruh beban terpusat dan bukaan harus diperhitungkan dalam desain
  • Pelat prategang dengan tegangan tekan efektif rata-rata kurang dari 0,9 MPa
    • Properti desain beton harus dipilih sesuai Pasal 19
    • Properti desain tulangan baja harus dipilih sesuai Pasal 20
    • Persyaratan material, desain, dan pendetailan untuk penanaman dalam beton
    • Joint balok-kolom dan pelat-kolom harus memenuhi Pasal 15
  • Ketebalan minimum pelat
    • Untuk pelat nonprategang dengan balok membentang di antara tumpuan di
    • Jika sengkang kaki tunggal atau kaki banyak digunakan sebagai tulangan
  • Perhitungan batas lendutan R Perhitungan batas lendutan .1 Lendutan sesaat dan jangka
    • Kekuatan perlu harus dihitung sesuai dengan kombinasi beban terfaktor
    • Kekuatan perlu harus dihitung sesuai dengan prosedur analisis yang
    • Untuk pelat prategang, pengaruh reaksi perletakan akibat prategang harus
    • Untuk sistem pelat yang ditumpu oleh kolom atau dinding, dimensi c 1 , c 2 , dan
    • Lajur kolom adalah suatu lajur desain dengan lebar pada masing-masing
    • Lajur tengah adalah suatu lajur desain yang dibatasi oleh dua lajur kolom
    • Suatu panel dibatasi oleh sumbu- sumbu kolom, balok, atau dinding pada
    • Penggabungan hasil analisis beban gravitasi dengan hasil analisis beban
  • Momen terfaktor R Momen terfaktor .1 Untuk pelat yang dibangun
    • Untuk pelat yang dianalisis dengan menggunakan metode desain langsung
    • Penampang antara muka tumpuan dan penampang kritis yang terletak sejauh d
    • Tegangan geser dua arah terfaktor akibat geser dan momen pelat terfaktor
    • Jika kepala geser digunakan, 22.6.9 dan 8.5.1.1 a) harus dipenuhi untuk
    • Untuk pelat beton komposit, kekuatan geser horizontal V nh harus
    • Sebagai alternatif 8.5.4.1, bukaan diizinkan pada sistem pelat tanpa balok
    • Selimut beton untuk tulangan harus sesuai 20.6.1
    • Panjang penyaluran tulangan ulir dan prategang harus sesuai 25.4
    • Panjang sambungan tulangan ulir sesuai 25.5
  • Spasi tulangan lentur R Spasi tulangan lentur .1 Spasi minimum s harus sesuai
    • Untuk pelat prategang dengan beban merata, spasi maksimum s tendon
    • Beban terpusat dan bukaan harus dipertimbangkan dalam penentuan spasi
  • Tahanan sudut pelat R Tahanan sudut pelat .1 Pada sudut pelat eksterior yang
    • Pemutusan tulangan R Pemutusan tulangan .1 Bila pelat tidak ditumpu oleh
  • Tulangan lentur pelat prategang R Tulangan lentur pelat prategang .1 Tendon eksternal harus dilekatkan
    • Integritas struktur R Integritas struktur .1 Kecuali diizinkan dalam
  • Tulangan geser - sengkang
    • Sengkang kaki tunggal, U- sederhana, U-jamak, dan sengkang tertutup
    • Pengangkuran dan geometri sengkang harus sesuai 25.7.1
    • Jika sengkang disediakan, lokasi dan spasi harus sesuai Tabel
  • Tulangan geser-stud berkepala
  • Umum
    • Konstruksi pelat berusuk dua arah nonprategang terdiri dari kombinasi monolit
    • Lebar rusuk sekurang-kurangnya 100 mm pada setiap tempat di seluruh
    • Tebal keseluruhan rusuk tidak boleh melebihi 3,5 kali lebar minimum
    • V c diizinkan untuk diambil 1,1 kali dari nilai terhitung pada 22.5
    • Untuk integritas struktur, sekurang- kurangnya satu tulangan bawah pada tiap
    • Luas tulangan yang tegak lurus rusuk harus memenuhi persyaratan
    • Konstruksi pelat berusuk dua arah yang tidak memenuhi persyaratan batas
    • Jika tanah liat bakar atau bahan pengisi beton permanen yang mempunyai
  • Sistem pelat berusuk dengan bahan pengisi lainnya
    • Jika bahan pengisi tidak memenuhi 8.8.2.1 atau digunakan bekisting yang dapat
  • Metode desain langsung dikembangkan dari pertimbangan prosedur
    • Tumpuan berbentuk bundar atau poligon beraturan harus diperlakukan
    • Panjang bentang berurutan yang diukur dari pusat ke pusat tumpuan dalam
    • Balok tepi atau bagian tepi pelat harus didesain untuk menahan torsi akibat
    • Momen terfaktor di lajur kolom .1 Lajur kolom harus menahan
    • Momen terfaktor pada lajur tengah R Momen terfaktor pada lajur tengah – Merujuk pada R8.10.5
    • Geser terfaktor sistem pelat dengan balok
    • Rangka ekuivalen
    • Pelat-balok R Pelat-balok .1 Momen inersia pelat-balok dari
    • Kolom

R8.4.4.2 Tegangan geser dua arah terfaktor akibat geser pelat terfaktor dan momen yang ditahan oleh kolom. R8.10.2.1 Alasan utama keterbatasan ini adalah besarnya momen negatif pada tumpuan dalam pada struktur yang hanya memiliki dua bentang kontinu. R8.10.2.2 Keterbatasan ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya momen negatif di luar titik berakhirnya amplifikasi momen negatif, seperti terlihat pada Gambar 8.7.4.1.3a.

K8.10.2.3 Apabila perbandingan dua bentang (bentang panjang/bentang pendek) suatu panel melebihi 2, maka panel tersebut menahan momen yang terjadi pada bentang yang lebih pendek, sehingga dapat dikategorikan sebagai panel satu arah. R8.10.2.6 Pada sebagian besar sistem pelat, rasio beban terhadap beban mati akan kurang dari 2 dan pengaruh pola beban tidak perlu diperiksa. K8.10.2.7 Distribusi elastis momen akan berbeda secara signifikan dari yang diasumsikan dalam metode desain langsung, kecuali persyaratan kekakuan terpenuhi.

R8.10.4.5 Perbedaan momen pada pelat pada kedua sisi kolom atau jenis tumpuan lainnya harus dipertimbangkan dalam desain tumpuan. R8.10.4.6 Momen yang tegak lurus dan pada ujung struktur pelat harus ditransfer ke kolom atau dinding pendukung. R8.10.5 Momen terfaktor pada strip kolom – Aturan yang diberikan untuk menentukan momen pada strip kolom, balok dan strip tengah didasarkan pada studi (Gamble, 1972) mengenai pelat elastis linier yang dikenai momen dengan kekakuan. Standar ini dibuat untuk Sub KT 91-01-S4 Bahan Bangunan, Ilmu Pengetahuan, Struktur dan Konstruksi dan bukan untuk penggunaan komersial."

R8.10.8 Geser terfaktor pada sistem pelat dengan balok – Daerah anak sungai untuk perhitungan geser pada balok interior ditunjukkan dengan arsiran pada Gambar 8.10.8.1.

Tabel 8.3.1.1  –  Ketebalan minimum pelat dua arah  nonprategang tanpa balok interior (mm) [1]
Tabel 8.3.1.1 – Ketebalan minimum pelat dua arah nonprategang tanpa balok interior (mm) [1]

BALOK

  • Ketentuan pada pasal ini berlaku untuk desain balok nonprategang dan
    • Properti desain beton harus dipilih sesuai Pasal 19
    • Properti desain tulangan baja harus dipilih sesuai Pasal 20
    • Persyaratan material, desain, dan pendetailan untuk penanaman dalam
  • Stabilitas

Gambar

Gambar R2.2  –  Orientasi angkur yang memungkinkan menghadap ke atas,  cenderung ke atas, atau horizontal
Gambar R2.1  –  Tipe angkur
Tabel 4.10.2.1  –  Persyaratan minimum  untuk integritas structural
Tabel R5.2.2  –  Korelasi terminologi  seismik dalam model code.
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam pelaksanaannya dibEintu oleh Agen Perubahan BSN. Pengukuran budaya dilakukan untuk mengevaluasi penerapan nilai organisasi yang dilakukan oleh pihak independen, dimulai

2017| Laporan Kinerja Biro Perencanaan, Keuangan dan Tata Usaha 34 Pada tahun 2017, telah dihasilkan dokumen Perjanjian Kinerja BSN Tahun 2017 yang terdiri dari

Standar Nasional Indonesia (SNI) 8912:2020 dengan judul Spesifikasi unjuk kerja semen hidraulis merupakan adopsi modifikasi secara bilingual dari ASTM C1157/C1157M

bagian dari asbuton berupa bitumen atau disebut juga aspal yang dapat larut dalam pelarut trikloroetilen.. “Hak cipta Badan Sta nda rdisasi Na sional, cop y st andar

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan KepaIa Badan Standardisasi Nasional tentang Penetapan 21

bahwa untuk memenuhi kepen tingan perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, masyarakat l ainnya, mengembangkan tumbuhnya persaingan yang sehat,

Deputi Penerapan, Akreditasi, dan Kerjasama Internasional mempunyai tugas membantu Kepala BSN dalam melaksanakan penerapan dan pengawasan Standar Nasional Indonesia, akreditasi,

Nomor 4016), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan