• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG ICVCU RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Mas Yas

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG ICVCU RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Studi Kasus

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Manfaat Studi Kasus

  • Manfaat Teoritis
  • Manfaat Praktis

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian

Anatomi Fisiologi

Batas jantung kiri (dari pangkal sampai atas) bertemu dengan paru kiri, berat jantung laki-laki dewasa 300-350 gr, berat jantung wanita dewasa 250-350 gr. Katup ini hanya memungkinkan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan; dan dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Dari atrium kanan, darah akan mengalir ke ventrikel kanan, darah ini rendah oksigen dan tinggi CO2.

Gambar 2.1 Bagian Jantung
Gambar 2.1 Bagian Jantung

Klasifikasi

Infark Miokard Tipe 4a atau yang berhubungan dengan PCI (Perkutaneus Coronary Intervention) didasarkan pada peningkatan nilai CTN 5 kali lebih besar pada pasien dengan nilai CTN normal. Penyebab infark miokard akut (MI) disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau penyumbatan pada sel otot jantung akibat iskemia yang berkepanjangan. Secara garis besar, terdapat dua jenis faktor risiko setiap orang terkena infark miokard akut, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Setiadi & Halim, 2018).

Patofisiologi Dengan Pathway

Iskemia yang terjadi lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark) (Aspiani, 2015 dalam (Sutrisno, 2017) Infark miokard akut terjadi bila kekurangan oksigen terjadi lebih dari 30-45 menit. ireversibel sehingga mengakibatkan kerusakan sel. Kekurangan oksigen paling sering disebabkan oleh penyakit arteri koroner atau penyakit arteri koroner (CAD).

Gambar 2.2 Pathway infark miokard akut  Sumber pathway : (Berliani, 2019)
Gambar 2.2 Pathway infark miokard akut Sumber pathway : (Berliani, 2019)

Manifestasi Klinis

Nyeri dada yang datang tiba-tiba dan tidak mereda, biasanya di tulang dada bagian bawah dan perut bagian atas, merupakan gejala utamanya. Rasa sakitnya sangat nyeri seperti ditusuk-tusuk, bisa menjalar ke rahang, leher, bahu dan berlanjut hingga ke lengan (biasanya lengan kiri).

Pemeriksaan Penunjang

Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan biomarker nekrosis miosit jantung dan biomarker untuk diagnosis infark miokard. Ekokardiografi transthoracic saat istirahat dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang fungsi ventrikel kiri dan berguna dalam diagnosis banding. Data laboratorium, selain biomarker jantung yang harus dikumpulkan di IGD, antara lain pemeriksaan darah rutin, gula darah acak, status elektrolit, pembekuan darah, pemeriksaan fungsi ginjal, dan panel lipid (PERKI, 2018).

Diagnosis Banding

Nyeri akibat diseksi aorta sulit dibedakan dengan AMI, hanya saja kualitas nyerinya biasanya terasa seperti robekan di dada. Kondisi lain yang jarang terjadi dan mungkin sulit dibedakan dengan nyeri pada AMI antara lain dispepsia akibat tukak lambung, dan nyeri akibat kolik bilier dan abses hati arebik yang terletak di sekitar diafragma. Apabila kemungkinan penyebab di atas tidak ditemukan pada pasien, kemungkinan neurosis jantung menjadi penyebab nyeri pada pasien yang ditemui.

Penatalaksanaan

Obat ini tidak digunakan pada pasien dengan gagal jantung, disfungsi ventrikel kiri dan blok atrioventrikular (Setiadi & Halim, 2018). d) Kelompok isolasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan terapi clopidogrel dengan aspirin dan terapi fibrinolitik akan menurunkan angka kematian dan kejadian vaskular pada pasien STEMI (Setiadi & Halim, 2018). c) Prasugrel. Rekomendasi terbaru adalah penggunaan warfarin setelah infark miokard akut dalam keadaan fraksi ejeksi <30% dengan atau tanpa gagal jantung, fibrilasi atrium dan adanya trombus ventrikel kiri atau aneurisma ventrikel kiri (Setiadi & Halim, 2018) 5) Terapi tambahan.

Komplikasi

Algoritma

Clinical Pathway

Konsep Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut

  • Pengkajian
  • Diagnosis Keperawatan
  • Intervensi Keperawatan
  • Implementasi Keperawatan
  • Evaluasi Keperawatan

Biasanya gejala nyeri muncul secara tiba-tiba dan nyeri dada biasanya berlangsung lebih dari 15 menit. Nyeri infark miokard dapat terjadi saat istirahat, dan nyeri biasanya lebih kuat serta berlangsung lebih lama. Pada infark miokard akut tanpa komplikasi, biasanya tidak ada bunyi jantung tambahan karena kelainan katup.

Pemeriksaan neurosensori Ditujukan untuk keluhan pusing, berdenyut saat tidur, bangun tidur, duduk atau istirahat dan nyeri dada mendadak. Perlu diketahui bahwa penderita IMA sering terbangun dan sulit tidur akibat nyeri dada dan sesak napas. Kurangnya paparan informasi mengenai faktor risiko yang dapat dimodifikasi (misalnya, merokok, gaya hidup, obesitas). 3) Nyeri akut (D.0077).

Penyebab : Agen berbahaya fisiologis (misalnya peradangan, iskemia, neoplasma), agen berbahaya kimia (misalnya luka bakar, iritan kimia), agen berbahaya fisik (misalnya mengejan saat buang air besar atau batuk) .. n) Tingkatkan aktivitas secara bertahap (misalnya .. o) Pemberian antiplatelet secara kolaboratif jika diperlukan. Kolaborasi pemberian trombus dengan antikoagulan bila diperlukan 2) Resiko tidak efektifnya perfusi miokard b.d. Faktor risiko kejang arteri.

Merupakan tindakan yang diambil berdasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter atau petugas kesehatan lainnya.

Gambar 2.5 tempat nyeri pada gangguan jantung
Gambar 2.5 tempat nyeri pada gangguan jantung

METODOLOGI PENELITIAN

  • Subjek Studi Kasus
  • Definisi Operasional
  • Tempat Dan Waktu
  • Pengumpulan Data
  • Analisis Data Dan Penyiapan Data
  • Etika Studi Kasus

Pada pukul 13.00 WIB pemberian terapi obat diperoleh data subjektif. Pasien mengatakan bersedia dan obyektif memberikan data bahwa pasien tidak mempunyai alergi. Pukul 10.00 WIB pemberian oksigen sesuai indikasi diperoleh data subjektif pasien menyatakan bersedia dan data objektif pasien tampak dipasang kanul hidung 3 L/menit. Pada pukul 13.00 WIB saat pemberian terapi obat diperoleh data subjektif pasien menyatakan bersedia dan data objektif pasien tidak mempunyai alergi.

Pukul 09.35 WIB diperoleh data subjektif bed rest minimal 12 jam dari pasien yang menyatakan bersedia, dan data objektif dari pasien. Pukul 09.30 WIB untuk menjaga tirah baring, data subjektif pasien menyatakan bersedia dan data objektif pasien seolah tirah baring. Pada tanggal 27 Maret 2022 pukul 09:00 WIB dipantau TTV dan kondisi umum diperoleh data subjektif Pasien mengatakan tubuhnya.

Pada pukul 09.20 WIB yang memberikan lingkungan tenang, data subjektif pasien yang diperoleh mengatakan suasana tenang, dan data objektif pasien tampak nyaman dengan lingkungannya. Pukul 10.00 WIB pemberian oksigen sesuai indikasi, diperoleh data subjektif, pasien menjawab iya, dan data objektif pasien dipasang kanul hidung dengan kecepatan 3 L/menit. Pada pukul 09.35 WIB diperoleh data subjektif pasien menyatakan siap dan data objektif pasien tampak tirah baring dengan mempertahankan tirah baring minimal 12 jam.

Resiko ketidakefektifan perfusi miokard berhubungan dengan faktor resiko spasme arteri koroner S : pasien mengatakan nyeri dada jarang terjadi.

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN

Pengkajian Keperawatan

Diagnosis ini ditegakkan karena didukung oleh data subjektif: pasien mengeluh nyeri dada menjalar ke punggung disertai sesak napas, pasien mengatakan lemas dan pusing. 13.20 WIB memberikan lingkungan yang kondusif untuk istirahat, data subjektif pasien diperoleh mengatakan lingkungan dan. 09.20 WIB penyediaan lingkungan yang tenang, diperoleh data subjektif: pasien mengatakan lingkungan tenang, tidak bising, dan data objektif pasien tampak nyaman dengan lingkungannya.

Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 25 Maret 2022 pukul Pukul 09.00 WIB dilakukan tindakan keperawatan monitoring TTV dan keadaan umum diperoleh data subjektif pasien menyatakan kelemahan dan data objektif RR 26 x/menit, SpO2 99%, TD : 163/90 mmHg, Nadi : 90 x/menit, CRT < 2 detik, S : 36,5 0C, Pasien terlihat lemah. 09:30 WIB teridentifikasi tanda/gejala penurunan curah jantung, terpantau enzim jantung diperoleh data subyektif pasien menyatakan jantung berdebar dan data obyektif nadi perifer terasa lemah, TD : 163/90 mmHg, terlihat aritmia pada EKG, NT PRO BNP, 23257 Hs -Troponin I : 427. Pada pukul 13.20 WIB disediakan lingkungan istirahat yang kondusif, diperoleh data subyektif pasien yang menyatakan lingkungan dan kondisi nyaman, dan data obyektif pasien tampak istirahat dengan nyaman.

Pada tanggal 29 Maret 2022 pukul 09.00 WIB pemantauan respon hemodinamik dan keadaan umum mendapat data subyektif dari pasien yang menyatakan cukup berkurang dan badan terasa lebih sehat dan data obyektif RR 20 x/menit, SpO2 99% , BP : 125/80 mmHg , Nadi : 85 x /menit, CRT<2 detik, S :36.20C, pasien tampak sehat. Implementasi dilakukan pada tanggal 27 Maret 2022 pukul 09.00 WIB dilakukan tindakan keperawatan dengan monitoring TTV dan keadaan umum mendapat data subjektif pasien mengatakan kelemahan dan data objektif RR 26 x/menit, SpO2 98%, TD : 154/104 mmHg, Nadi : 100 x/ menit, CRT<2 detik, S: 36,50C, Pasien tampak lemah. Pukul 09.30 WIB teridentifikasi tanda/gejala penurunan curah jantung, dimonitor enzim jantung diperoleh data subjektif pasien mengatakan nyeri dada kiri dan denyut jantung cepat serta data objektif denyut perifer terasa lemah, TD : 154/104 mmHg, terlihat aritmia pada EKG, NT PRO BNP : 1187, Hs- Troponin I : 7016.

Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor risiko perubahan afterload S: pasien mengatakan sesak napas berkurang dan badan terasa lebih sehat.

Tabel Perbandingan

Pasien mengatakan sesak nafas mereda, jantung berdebar menurun, nadi perifer kuat, TTV normal, masalah teratasi, intervensi dihentikan. Pasien mengatakan sesak nafas sudah mereda, badan terasa lebih sehat, nadi perifer kuat, TTV normal, ada masalah.

Pembahasan

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DM merupakan faktor risiko pada pasien infark miokard akut namun dengan riwayat DM yang lama dan kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis. Berdasarkan teori (Sofiah & Roswah, 2018) menjelaskan bahwa nyeri dada disebabkan oleh matinya sel otot jantung. Menurut (Fitriani & Afni, 2019), keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal seperti didorong, ditekan, ditusuk, dihangatkan atau tertimpa benda berat.

Karena aktivitas dapat menyebabkan peningkatan kerja jantung, sesak napas dan nyeri dada dapat kembali terjadi. Elevasi segmen ST pada elektrokardiografi mungkin disebabkan oleh kondisi selain infark miokard akut. Beberapa literatur menyatakan bahwa sekitar 51-80% pasien dengan keluhan nyeri dada dan elevasi segmen ST disebabkan oleh penyebab selain IMA terutama oleh LVH, LBBB dan BER.

S merasakan nyeri dada dengan skala 6 dapat mendukung diagnosis risiko tidak efektifnya perfusi miokard b.d Faktor risiko spasme arteri koroner. S mengalami penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor risiko perubahan afterload yang ditandai dengan sesak napas, lemas dan pusing, nadi perifer terasa lemah, tekanan darah lebih dari 150/90 mmHg, laju pernapasan 26 x/menit (SDKI DPP PPNI Kerja Tim Grup, 2018). Intervensi yang akan dilakukan antara lain: Pantau keluhan nyeri dada (intensitas, lokasi, faktor pencetus dan faktor penolong).

Analisa diagnosa keperawatan penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload teratasi sehingga intervensi dihentikan.

Keterbatasan

Pasien buang air besar 1x sehari, konsistensi lembek, peristaltik usus 10-15 kali/menit, nafsu makan berkurang, pola makan lunak lembek, pasien mengatakan hanya menyisakan 2-3 sendok makan. Kulit pasien bersih, tidak sianotik, pasien mengatakan lemas, pusing, perawat dan keluarga membantu aktivitas, kekuatan otot anggota badan 5. 5. Penilaian nyeri. Pasien buang air besar 1x sehari, konsistensi lembek, peristaltik usus 4-8 x/menit, nafsu makan menurun, diet DJ II DM 1700 kalori, pasien mengatakan hanya menyisakan 2-3 sendok makan.

Kulit pasien bersih, tidak sianotik, pasien melaporkan lemas dan pusing, saudara perempuan dan keluarganya membantunya beraktivitas, kekuatan otot seluruh anggota badan 5. 12.. f) P : nyeri bertambah bila bergerak (naik tangga), atau saat istirahat nyerinya akan berkurang.. g ) Q : nyerinya terasa seperti menusuk anda.. h) R : nyeri di dada kiri menjalar ke lengan kiri i) S : skala 6 . j) T : nyeri sesekali 13.

PENUTUP

Saran

Gambar

Gambar 2.1 Bagian Jantung
Gambar 2.2 Pathway infark miokard akut  Sumber pathway : (Berliani, 2019)
Gambar 2.3  Algoritma infark miokard akut  Sumber :(PERKI, 2018)
Gambar 2.4  Clinical pathway infark miokard akut   Sumber : (PERKI, 2016)
+5

Referensi

Dokumen terkait

PERBANDINGAN PROPORSI KEMATIAN PASIEN INFARK MIOKARD AKUT (IMA) NON DIABETIK DENGAN HIPERGLIKEMIK DAN TANPA HIPERGLIKEMIK DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA.. Yang diajukan oleh :

Tujuan dari karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui dan mampu menerapkan teori kedalam praktek asuhan keperawatan pada Pasien Dengan Kegawat Daruratan Infark

Kematian mendadak disebabkan karena gangguan irama jantung (aritmia), aritmia jantung adalah jantung berdenyut secara tidak teratur, bisa terlalu cepat dan terlalu

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEGAWATDARURATAN AKUT MIOKARD INFARK DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD KOTA SALATIGA.. xv + 31 halaman + 3 gambar +

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai masukan Rumah Sakit khususnya untuk perawat jantung dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

Disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan lama hari rawat pada pasien Akut Miokard Infark (AMI) di Ruang ICVCU RSUD Dr.. Moewardi

Hubungan antara faktor risiko penyakit jantung dengan persepsi pasien infark miokard akut terhadap gejala nyeri dada yang dialami responden ditunjukkan dalam tabel 2 yang

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan klien yang mengalami Infark Miokard Akut (IMA) pada Tn.J dan Tn.R dengan masalah nyeri akut diruang ICU Sentral