• Tidak ada hasil yang ditemukan

4b72774b-1b0c-4d7d-9d36-fd87fb05ac93-5. Modul PPA SMK

N/A
N/A
riena doang

Academic year: 2024

Membagikan "4b72774b-1b0c-4d7d-9d36-fd87fb05ac93-5. Modul PPA SMK"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BUKU AJAR MATA KULIAH

PRINSIP PENGAJARAN DAN ASESMEN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Penulis:

1. Drs. Winih Wicaksono, M.T.

2. Drs. Herry Sudjendro, M.T.

(4)

Mata Kuliah

PRINSIP PENGAJARAN DAN ASESMEN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Cetakan 1

Penulis:

1. Drs. Winih Wicaksono, M.T.

2. Drs. Herry Sudjendro, M.T.

Penelaah:

Dr. Drs. Daryanto, M.T.

Penyunting:

Yuanita Novikasari, S.Pd.

Desain Grafis & Ilustrasi : M.F.A. Bima Sakti, S.Pd.

Copyright © 2024

Direktorat Pendidikan Profesi Guru

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

(5)

Kata Pengantar

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya modul ini.

Modul ini disusun untuk memberikan panduan yang bermanfaat untuk mempersiapkan guru profesional yang kompeten sesuai dengan semangat Merdeka Belajar mengamalkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong, dan mampu menggunakan teknologi digital, serta melahirkan hal-hal yang inovatif dan kreatif. Selain itu, PPG tengah bertransformasi untuk menekankan pembelajaran berpusat kepada peserta didik, menghasilkan guru yang berkomitmen menjadi teladan dan pembelajar sepanjang hayat serta memiliki dasar-dasar kepemimpinan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Program PPG mengedepankan penguatan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional melalui penguatan teori dan refleksi pengalaman mengajar yang terintegrasi melalui pembelajaran secara mandiri. Sebagai guru, pengalaman mengajar yang telah dimiliki diharapkan dapat dijadikan pengalaman pembelajaran yang bermakna yang dapat terus diasah dan diperbaiki sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

Pelaksanaan sertifikasi pendidik diharapkan dapat mengasah self-regulated learning sebagai modal utama seorang pengajar menjadi pembelajar sepanjang hayat. Untuk itu, guru yang mengikuti sertifikasi pendidik ini diharapkan dapat belajar lebih mandiri dengan mengakses modul belajar pada platform pendukung pembelajaran. Guru juga diharapkan dapat lebih kreatif dan percaya diri serta memperkaya pengalaman kolaborasi belajar bersama rekan sejawat dan komunitas belajar lain yang ada dengan modul-modul pembelajaran mandiri yang terdiri dari modul Prinsip Pengajaran dan Asesmen (bidang studi Mata Pelajaran Umum/Bimbingan Konseling/Pendidikan Anak Usia Dini/Pendidikan Luar Biasa/Sekolah Menengah Kejuruan), modul Pembelajaran Sosial Emosional, dan modul Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

(6)

Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan berbagai pihak yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian modul ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi pendidikan Indonesia. Amin.

Jakarta, Januari 2024

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

Prof. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 196611081990032001

(7)

Kata Pengantar

Direktur Pendidikan Profesi Guru

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengambil kebijakan untuk secara bertahap melaksanakan pendidikan bagi guru yang belum memiliki sertifikat pendidik dengan skema pembelajaran mandiri. Kebijakan tersebut memungkinkan Direktorat Pendidikan Profesi Guru menyelenggarakan PPG bagi guru tertentu dengan jumlah peserta yang lebih masif.

Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan PPG bagi guru tertentu, Direktorat PPG menyusun modul pembelajaran mandiri yang dapat digunakan bagi Bapak/Ibu guru untuk memperoleh sertifikat pendidik. Modul ini memuat materi belajar yang disusun secara sistematis dengan konteks tugas guru sehari-hari.

Besar harapan kami, dengan modul ini, percepatan jumlah guru bersertifikat pendidik dapat dilakukan dan menghasilkan guru yang memiliki profil dan kompetensi sesuai kebutuhan perkembangan dunia pendidikan secara global.

Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun, tim pengembang kurikulum, dan berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam mewujudkan penyusunan modul ini. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LTPK) yang terlibat dalam sertifikasi pendidik atas dukungan dan kerjasama dalam menyelenggarakan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Jakarta, Januari 2024

Plt. Direktur Pendidikan Profesi Guru,

Adhika Ganendra, S.Si., M.M.

NIP 198111182006041003

(8)

Prakata Penulis

Salah satu penentu kualitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran dan asesmen. Dengan meningkatkan pemahaman karakteristik pembelajaran dan asesmen di SMK, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat merancang pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang akan diterapkan, dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi/elemen Capaian Pembelajaran (CP) yang ada pada kurikulum yang sedang berjalan di sekolah.

Pembelajaran di SMK memiliki kekhasan tersendiri baik ditinjau dari jenis bidang, program bahkan kompetensi keahlian/konsentrasi keahlian dan kurikulum yang diterapkan, ada yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka tetapi sebagian masih menggunakan Kurikulum K13. Selain kekhasan tersebut dalam implementasi pembelajaran di SMK umumnya cenderung mengarah pada model berbasis kompetensi (Competency Based Training) atau model berbasis produk (Product Based Training).

Modul ini diperuntukkan bagi guru yang telah memiliki pengalaman mengajar dan sedang menjalani proses pengajaran di sekolah serta mengikuti Program Mandiri Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Oleh karenanya modul ini lebih ditekankan pada kegiatan rekognisi, refleksi dan memberi beberapa pengalaman baru khususnya hal-hal yang mengarah pada pembelajaran berbasis produk dengan pendekatan pembelajaran model dan konteks.

Modul Prinsip Pengajaran dan Asesmen di SMK (PPA SMK) memiliki bobot 4 satuan kredit semester (sks) terdiri atas 5 topik pembahasan. Topik pembahasan diturunkan dari Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) yaitu mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan asesmen di SMK pada (1) pembelajaran model Project Based Learning (PjBL), (2) konteks pembelajaran Kelas Industri, (3) konteks pembelajaran Kelas Kewirausahaan, (4) konteks pembelajaran Kelas Teaching Factory (Tefa), dan (5) mata pelajaran Praktik Kerja Lapangan

Penyajian materi inti pembelajaran modul ini disajikan mengikuti alur MERDEKA Belajar, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata. Proses penguasaan materi atau pencapaian kompetensi mata kuliah PPA SMK dilakukan secara mandiri dengan membaca, berdiskusi mengerjakan tugas pada alur merdeka, mengerjakan Soal

(9)

Latihan Pemahaman yang tersedia, menyelesaikan Soal Post Test berbentuk Situational Judgment Test (SJT) dan melengkapi Jurnal Pembelajaranku.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Harapan kami semoga modul PPA SMK pada Program PPG SMK Mandiri ini dapat memberi manfaat bagi guru, satuan pendidikan, masyarakat dan peserta didik sebagai subjek utama pembelajaran.

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ... 5

Kata Pengantar Direktur Pendidikan Profesi Guru ... 7

Prakata Penulis ... 8

Daftar Isi ... 10

Daftar Tabel ... 12

Daftar Gambar ... 13

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) ... 14

TOPIK 1 Pembelajaran dan Asesmen Model PjBL ... 15

Mulai dari Diri ... 15

Eksplorasi Konsep ... 16

Ruang Kolaborasi ... 26

Demonstrasi Kontekstual ... 29

Elaborasi Pemahaman... 30

Koneksi Antar Materi ... 31

Aksi Nyata ... 31

Latihan Pemahaman ... 33

Cerita Reflektif ... 39

TOPIK 2 Pembelajaran dan Asesmen Kelas Industri ... 40

Mulai dari Diri ... 40

Eksplorasi Konsep ... 41

Ruang Kolaborasi ... 49

Demonstrasi Kontekstual ... 50

Elaborasi Pemahaman... 50

Koneksi Antar Materi ... 51

Aksi Nyata ... 51

Latihan Pemahaman ... 52

Cerita Reflektif ... 59

TOPIK 3 Pembelajaran dan Asesmen Kelas Kewirausahaan ... 61

Mulai dari Diri ... 61

Eksplorasi Konsep ... 63

Ruang Kolaborasi ... 74

Demonstrasi Kontekstual ... 77

Elaborasi Pemahaman... 77

(11)

Koneksi Antar Materi ... 78

Aksi Nyata ... 78

Latihan Pemahaman ... 80

Cerita Reflektif ... 86

TOPIK 4 Pembelajaran dan Asesmen Kelas Tefa ... 87

Mulai dari Diri ... 87

Eksplorasi Konsep ... 88

Ruang Kolaborasi ... 100

Demonstrasi Kontekstual ... 103

Elaborasi Pemahaman... 103

Koneksi Antar Materi ... 104

Aksi Nyata ... 104

Latihan Pemahaman ... 106

Cerita Reflektif ... 112

TOPIK 5 Pembelajaran dan Asesmen Mata Pelajaran PKL ... 114

Mulai dari Diri ... 114

Eksplorasi Konsep ... 115

Ruang Kolaborasi ... 126

Demonstrasi Kontekstual ... 126

Elaborasi Pemahaman... 127

Koneksi Antar Materi ... 127

Aksi Nyata ... 128

Latihan Pemahaman ... 129

Cerita Reflektif ... 139

Penutup ... 140

Daftar Pustaka ... 141

Biodata Penulis ... 143

Lampiran ... 145

Kunci Jawaban Soal Latihan Pemahaman ... 147

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh Alur Tujuan Pembelajaran ... 24 Tabel 5.1 Elemen dan Capaian Pembelajaran Mata pelajaran PKL ... 117

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan antara PjBL dan Teaching Factory ... 16 Gambar 1.2 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) di SMK dengan Produk Berupa Barang ... 19 Gambar 1.3 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Layanan Jasa ... 20 Gambar 1.4 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang ... 23 Gambar 1.5 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Layanan Jasa ... 23 Gambar 1.6 Analisis Kompetensi yang Terkait dengan Proyek ... 23 Gambar 1.7 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang ... 25 Gambar 1.8 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Jasa Layanan ... 25 Gambar 2.1 Alur Program Penyelenggaraan Kelas Industri... 42 Gambar 2.2 Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) ... 45 Gambar 3.1 Mekanisme Pembelajaran Proyek Berdasarkan Pesanan Konsumen/

Order ... 67 Gambar 3.2 Mekanisme Pembelajaran Praktik Berwirausaha ... 68 Gambar 3.3 Mekanisme Pembelajaran di Startup atau UMKM ... 69 Gambar 3.4 Mekanisme Pembelajaran PKK Berbasis Praktik Kegiatan Wirausaha (Sekolah Pencetak Wirausaha) ... 70 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Teaching Factory ... 90

(14)

Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)

1. Guru mampu mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan asesmen di SMK dengan pembelajaran model Project Based Learning (PjBL)

2. Guru mampu mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan asesmen di SMK dengan pembelajaran kelas industri

3. Guru mampu mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan asesmen di SMK dengan pembelajaran kelas kewirausahaan

4. Guru mampu mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan asesmen di SMK dengan pembelajaran kelas Teaching Factory (Tefa)

5. Guru mampu mengimplementasikan prinsip pembelajaran dan asesmen di SMK pada mata pelajaran Praktik Kerja Lapangan (PKL)

(15)

TOPIK 1

PEMBELAJARAN DAN ASESMEN MODEL PjBL

Estimasi Waktu Belajar Mandiri

3 hari @ 10 jam

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, guru mampu:

1. Menjelaskan prinsip pembelajaran dan asesmen model PjBL

2. Menerapkan prinsip pembelajaran dan asesmen model PjBL.

Mulai dari Diri: Bagaimana Pembelajaran Model PjBL di SMK Anda?

Bapak/Ibu guru SMK yang hebat, mari kita mulai kegiatan topik 1 dengan menonton video tentang Pembelajaran berbasis Proyek (PjBL). Amati bagaimana pembelajaran PjBL diterapkan di kelas. Berikut tautan ke video tersebut. (tautannya) Tautan Video 1.1 Model PjBL di SMK: https://youtu.be/YFhllDmmAk0

Pertanyaan Pemantik:

Untuk berbagi pengalaman, jawablah pertanyaan berikut ini.

Bagaimana video tentang PjBL tadi, adakah hal-hal menarik yang Anda peroleh?

(16)

Eksplorasi Konsep: Bagaimana Pembelajaran Model PjBL Diterapkan di SMK?

1. Prinsip Pembelajaran Model Project Based Learning (PjBL)

Pada topik ini, kita kan membahas model pembelajaran PjBL. Amati video tentang model PjBL ini. Catat informasi apa yang ingin Anda peroleh dari menonton video berikut.

Tautan Video 1.2 Konsep PjBL: https://youtu.be/KYoCNpEDltQ

Model PjBL atau pembelajaran berbasis proyek dikembangkan dalam konteks Teaching Factory yang bertujuan mendorong peserta didik lebih kreatif, inovatif dan berkelanjutan.

Gambar 1.1 Hubungan antara PjBL dan Teaching Factory (sumber: https://youtu.be/KYoCNpEDltQ)

Dari video di atas dijelaskan bahwa pembelajaran model PjBL diterapkan pada kegiatan produksi Teaching Factory (Tefa). Dalam pelaksanaan lainnya, PjBL juga diterapkan dalam konteks Kelas Industri (dual system) dan Kelas Kewirausahaan atau dikenal dengan Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW).

Guru sebagai pengendali mutu pembelajaran teori di kelas dan praktik di bengkel atau laboratorium tentu harus memiliki jiwa kreatif dan inovatif untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang relevan di era transformasi digital dan revolusi Industri 4.0 ini. Guru SMK harus mampu mengikuti perubahan zaman dan teknologi. Untuk itu guru SMK harus memiliki ide kreatif dalam menyelesaikan

(17)

permasalahan bagaimana softskill dan hardskill peserta didik bisa terbentuk secara perlahan melalui pembelajaran. Menurut Sudira (2020) cara-cara baru dalam mengajar yang lebih inovatif diperlukan untuk memecahkan masalah Pembelajaran Vokasional. Muara skill mengajar pada pembelajaran vokasi era transformasi digital dan revolusi Industri 4,0 tidak lain dan tidak bukan adalah skills to solve vocational learning problems creatively.

“Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui pengalaman praktis dalam menyelesaikan proyek atau tugas yang terkait dengan kehidupan nyata”

Pembelajaran berbasis proyek menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didik diberi kesempatan untuk: (1) mengidentifikasi masalah, (2) merencanakan, (3) menerapkan, dan (4) mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui proyek. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok atau tim dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memberikan panduan dan dukungan kepada peserta didik dalam menjalankan proyek.

Pembelajaran berbasis proyek menghasilkan hasil belajar yang lebih autentik dan bermanfaat bagi peserta didik karena mereka bekerja pada proyek atau tugas yang menantang, menarik, dan relevan dengan kehidupan nyata. Selain itu pembelajaran berbasis proyek dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan abad 21 seperti literasi digital, kreativitas, inovasi, dan berpikir kritis.

Secara umum menurut Sudira (2020), sintak/langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) meliputi: (a) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (b) Mendesain perencanaan (Design a Plan for the Project); (c) Menyusun jadwal (Create a Schedule); (d) Memonitor peserta didik dan kemajuan (Monitor the Students and the Progress of the Project); (e) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan (f) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya inovasi pembelajaran di SMK, pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk menghasilkan proyek nyata berupa produk atau jasa sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai soft skills, hard skills, dan karakter. Sintak pembelajaran berbasis proyek dituntut menyesuaikan dengan inovasi pembelajaran di SMK yang terus berkembang untuk memberikan bekal hidup (life skill) kepada lulusan siap beradaptasi dengan segala

(18)

perubahan dan ketidakpastian. Hal ini senada dengan pendapat Sudira (2020) bahwa model-model pembelajaran vokasional masa lalu yang terikat oleh satu model dengan beberapa langkah aturan atau sintak yang ketat akan diabaikan oleh anak- anak millenial di dalam belajar atau menyusun pembelajaran. Model pembelajaran vokasional masa depan cenderung lebih terbuka, bebas dari ikatan satu aturan model sintak tertentu. Untuk itu alur atau sintak pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan di SMK mengikuti atau menyerupai alur kerja yang ada di dunia kerja untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa yang nyata, bukan sekedar simulasi.

Pesanan atau order dipandang sebagai masalah (problem) yang harus diselesaikan.

Permasalahan-permasalahan dijawab dalam bentuk alur atau sintak yang biasa digunakan di dunia kerja dan ini diadopsi sebagai sintak pembelajaran berbasis proyek di SMK. Penekanan pembelajaran berbasis proyek terletak pada aktivitas- aktivitas peserta didik dalam menghasilkan produk yang menerapkan keterampilan menganalisis, menghitung biaya, merancang, membuat, pengendalian mutu dan menghasilkan produk hasil pembelajaran berdasarkan pekerjaan dan pengalaman nyata. Pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan.

Produk barang atau layanan jasa dalam pembelajaran berbasis proyek di SMK dikembangkan sebagai permasalahan atau tantangan yang harus diselesaikan.

Produk barang atau layanan dibedakan berdasarkan: (1) order dari konsumen (dunia kerja atau masyarakat), atau (2) usaha kewirausahaan sekolah (guru, peserta didik) atas inisiatif dan kreatifitas sekolah dengan memperhatikan potensi yang ada di sekolah dan lingkungannya. Model pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran dan asesmen di SMK akan diterapkan dalam beberapa konteks pembelajaran, seperti Teaching Factory, Kelas Industri, dan Kelas Kewirausahaan (Sekolah Pencetak Wirausaha/SPW).

a. Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Barang Pembelajaran berbasis proyek di SMK merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proyek nyata berupa pesanan dari internal sekolah seperti produk kreatif sekolah, dari mitra dunia kerja, atau masyarakat.

Proyek yang dibuat berdasarkan produk kreatif guru maupun peserta didik dilakukan apabila belum memungkinkan adanya order atau pesanan dari konsumen, mitra dunia kerja atau masyarakat. Berdasarkan Panduan Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diterbitkan oleh Direktorat SMK tahun 2021,

(19)

alur pembelajaran berbasis proyek berdasarkan produk pesanan (order) baik dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah (mitra dunia kerja dan masyarakat) digambarkan seperti gambar 1.2 berikut:

Gambar 1.2 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) di SMK dengan Produk Berupa Barang. (Dit SMK, 2021)

Pembelajaran berbasis proyek dengan produk berupa barang yang dibuat berdasarkan order/pesanan, peserta didik dengan bimbingan guru melaksanakan alur pembelajaran sebagai berikut:

1) Menerima pesanan produk. Sekolah dengan melibatkan peserta didik menerima order atau pesanan produk untuk melatih kemampuan komunikasi dengan pelanggan.

2) Analisis produk. Analisis produk bertujuan memastikan material yang digunakan, ukuran, proses pengerjaan, dan ketersediaan sumber daya dengan memperhatikan penguasaan kompetensi peserta didik dan guru.

3) Merancang produk. Setelah dilakukan analisis, selanjutnya dilakukan persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. Merancang produk berupa desain produk, merencanakan bahan dan alat yang digunakan, dan jadwal pengerjaan produk. Merancang produk dilanjutkan dengan membuat rancangan pembelajaran yang dituangkan guru ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau Perangkat Pembelajaran yang berisi di dalamnya lembar kerja (jobsheet).

4) Membuat produk sesuai spesifikasi dan prosedur yang ditentukan. Pada alur membuat produk dilaksanakan pembelajaran di bengkel atau laboratorium yang diampu oleh guru. Produk dikerjakan oleh peserta didik dengan

(20)

dibimbing dan dipantau guru yang bertindak sebagai supervisor dengan menggunakan lembar kerja (jobsheet).

5) Memeriksa atau uji coba produk (quality control). Produk yang sudah selesai dikerjakan oleh peserta didik, dilakukan uji fungsi atau uji kualitas oleh peserta didik di bawah bimbingan guru sebagai langkah quality control. Pada saat peserta didik melakukan quality control dikaitkan dengan pembelajaran pembelajaran, maka alur pemeriksaan atau ujicoba adalah merupakan pelaksanaan asesmen yang dilakukan oleh guru dan dituangkan ke dalam lembar penilaian yang ada pada jobsheet.

6) Mengemas produk atau finishing project. Kemasan produk dilakukan untuk mengamankan pengiriman produk/pesanan kepada pelanggan.

7) Mengirim produk atau menyerahkan produk kepada pelanggan bisa dilakukan oleh sekolah maupun ekspedisi jasa pengiriman barang.

b. Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Layanan Jasa

Untuk produk berupa layanan jasa, umumnya jenis produk atau layanan jasa sudah ditentukan sebelumnya dan juga sudah terstandar durasi waktu pengerjaan dan harga atau biaya layanan jasa yang ada pada brosur, sehingga tidak lagi dilakukan analisis produk. Sebagai penggantinya dilakukan verifikasi ketersediaan layanan jasa. Gambar 1.3 berikut adalah ilustrasi alur berupa layanan jasa menurut Panduan Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diterbitkan oleh Direktorat SMK.

Gambar 1.3 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan Produk Berupa Layanan Jasa. (Dit SMK, 2021)

(21)

Alur pembelajaran berbasis proyek dengan produk/berupa layanan jasa dapat dijelaskan seperti berikut ini:

1) Menerima konsumen/mitra bisnis yang membutuhkan layanan jasa.

Sekolah menerima pesanan layanan jasa dari konsumen: masyarakat, dunia kerja, internal sekolah (guru dan warga sekolah). Untuk layanan jasa, biasanya biaya atau harga layanan sudah ditetapkan sebelumnya.

2) Verifikasi ketersediaan layanan jasa.

Sekolah melakukan verifikasi pesanan layanan jasa berdasarkan ketersediaan layanan jasa yang dimiliki sekolah. Untuk layanan jasa, biasanya sudah ada jenis-jenis layanan jasa yang dapat dilayani.

3) Menyiapkan layanan jasa berdasarkan permintaan pelanggan.

Menyiapkan personil dan peralatan maupun bahan untuk keperluan layanan jasa. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, persiapan layanan jasa ini dituangkan guru ke dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Jobsheet (lembar kerja).

4) Melayani jasa sesuai permintaan konsumen dan prosedur yang ditentukan.

Layanan jasa dikerjakan oleh peserta didik dengan dibimbing dan dipantau guru. Dalam tahap ini guru bertindak sebagai supervisor.

5) Memastikan layanan jasa sudah sesuai dengan permintaan konsumen.

Layanan jasa yang telah dilaksanakan peserta didik, dipastikan telah memenuhi prosedur yang ditentukan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, pemeriksaan atau ujicoba ini adalah pelaksanaan penilaian yang dapat dituangkan guru ke dalam bentuk Lembar Penilaian.

6) Mengakhiri layanan dan menjalin kemitraan dengan konsumen/mitra bisnis.

Pada akhir layanan, biasanya diupayakan agar konsumen atau mitra bisnis menjadi pelanggan setia, untuk itu dilakukan berbagai upaya seperti mencatat nomor telepon konsumen, memberikan cindera mata, dan sejenisnya.

Penyelenggaraan pembelajaran berbasis proyek di SMK diawali dengan membangun kemitraan dengan dunia kerja (Tautan and match). Kemitraan sekolah dengan dunia kerja dinaungi dengan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) untuk memastikan kerja sama berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan bersama.

(22)

Kegiatan kemitraan dalam rangka penyelenggaraan pembelajaran berbasis proyek adalah:

1) Penyelarasan kurikulum bersama dengan dunia kerja, agar kompetensi yang dikembangkan di sekolah sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.

2) Penyelarasan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) antara sekolah dan dunia kerja. Pada kurikulum merdeka dinamakan dengan penyelarasan Capaian Pembelajaran (CP). Melalui penyelarasan KI-KD atau penyelarasan Capaian Pembelajaran diharapkan tidak ada kesenjangan antara kompetensi tamatan dengan kebutuhan kompetensi di dunia kerja.

Hasil penyelarasan KI-KD atau CP, pihak industri bisa menambahkan manakala ada kompetensi yang belum ada pada KI-KD atau CP tetapi dibutuhkan oleh industri. Capaian pembelajaran hasil penyelarasan diturunkan ke dalam Tujuan Pembelajaran (TP) dan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). ATP merupakan rangkaian dari beberapa TP (disebut juga dengan silabus) sebagai bahan untuk menyusun Perangkat Pembelajaran (Modul Ajar atau RPP).

3) Pemenuhan fasilitas sebagai acuan untuk analisis pesanan, apabila fasilitas atau kebutuhan peralatan belum dimiliki oleh SMK, sementara fasilitas peralatan yang dibutuhkan ada di mitra dunia kerja, maka SMK bisa berkolaborasi dengan dunia kerja untuk menggunakan fasilitas yang dimiliki mitra dunia kerja.

4) Perolehan order/pesanan sebagai bentuk kerja sama kemitraan dengan dunia kerja dapat menumbuhkan tingkat kepercayaan dari masyarakat sebagai pelanggan kepada kegiatan PjBL di sekolah, sehingga menumbuhkan jumlah pesanan atau order.

2. Perencanaan Pembelajaran Model PjBL

Perencanaan pembelajaran dilakukan setelah penerimaan order yang ditindaklanjuti dengan analisis produk baik berupa barang atau layanan jasa. Hasil analisis berupa pemetaan kompetensi dan mata pelajaran yang terlibat serta sumber daya yang dibutuhkan yang akan dipakai dalam merancang produk (barang atau layanan jasa). Merancang produk berdasarkan permintaan/ spesifikasi dari pelanggan dituangkan dalam rencana pembelajaran. Membuat perencanaan pembelajaran disusun oleh guru berupa RPP yang berisi/terlampir lembar kerja (jobsheet). Pada pembelajaran kurikulum merdeka, perangkat pembelajaran disebut dengan Modul Ajar.

(23)

Gambar 1.4 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang

Gambar 1.5 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Layanan Jasa

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis proyek adalah:

a. Pemetaan kompetensi.

Guru bisa melibatkan peserta didik memetakan kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk melalui analisis produk atau layanan jasa. Hasil analisis berupa kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk yang diturunkan menjadi tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran dari pembelajaran berbasis proyek. Hasil analisis tidak menutup kemungkinan menghasilkan pembelajaran tematik yang diterapkan dalam pembelajaran berbasis proyek, sehingga pembelajaran merupakan kolaborasi dari berapa mata pelajaran. Ilustrasi analisis produk seperti pada gambar 1.6 berikut:

Gambar 1.6. Analisis Kompetensi yang Terkait dengan Proyek

(24)

Sebagai contoh, proyek produk kreatif sekolah berupa kue Donat yang dipasarkan secara online membutuhkan kolaborasi antara mata pelajaran Boga, Desain Komunikasi Visual (DKV), Bahasa Indonesia, dan Teknik Informasi dan Komunikasi. Kegiatan analisis ini dikoordinir oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum.

b. Pemetaan alur pencapaian kompetensi.

Alur pencapaian kompetensi identik sebagai alur tujuan pembelajaran berbasis proyek. Sebagai contoh penetapan Alur Tujuan Pembelajaran kue donat yang dipasarkan secara daring.

Tabel 1.1 Contoh Alur Tujuan Pembelajaran

No

Aktivitas Pembelajaran

Proyek

Tujuan Pembelajaran Proyek

Mata Pelajaran

Alokasi Waktu 1 Membuat kue donat Peserta didik mampu

membuat kue donat

Produk Cake dan Kue

4 JP

2 Membuat kemasan kue donat

Peserta didik mampu membuat kemasan dari kertas karton

Desain Komunikasi Visual

4 JP

3 Mengembangkan aplikasi penjualan secara online

Peserta didik mampu membuat aplikasi penjualan secara online

Teknik Informatika dan

Komunikasi

4 JP

4 Komunikasi efektif pada penjualan produk secara online

Peserta didik mampu berkomuniasi tulisan dan verbal.

Bahasa Indonesia

4 JP

Total Waktu 16 JP

Urutan mata pelajaran bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Di dalam melakukan penjualan bisa dikembangkan aplikasi penjualan online melalui digital platform. Beberapa platform digital yang sudah ada seperti shopee, tokopedia, website sekolah, blog, WhatsApp, instagram, facebook, iklan di radio atau televisi dan lain-lain.

Setelah tersusun tujuan pembelajaran masing-masing mata pelajaran yang terkait dengan jadwal sesuai dengan alur tujuan pembelajaran beserta alokasi waktunya, maka dilanjutkan dengan menyusun perangkat pembelajaran

(25)

(Modul Ajar/RPP) yang dilengkapi dengan lembar kerja. Berikut adalah contoh lembar kerja (jobsheet) yang dapat diunduh pada tautan berikut ini:

Tautan Contoh Lembar Kerja: https://bit.ly/contoh_lembar_kerja

3. Pelaksanaan Pembelajaran Model PjBL

Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek berupa produk atau layanan jasa mengikuti alur seperti pada gambar 1.7 dan gambar 1.8 berikut:

Gambar 1.7 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang

Gambar 1.8. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Jasa Layanan

Peserta didik melaksanakan proyek sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang ditetapkan dengan menggunakan lembar kerja. Lembar kerja merupakan bagian atau lampiran dari perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru. Guru melakukan pendampingan, memantau kemajuan setiap kelompok, memberikan bimbingan dan umpan balik yang dibutuhkan untuk membantu kelompok mencapai tujuan mereka. Pada pekerjaan yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi dan peserta didik belum menguasai kompetensi untuk mengerjakan proyek, maka guru harus membekali materi secara khusus sampai mereka dapat melaksanakan pekerjaan tersebut. Apabila berdasarkan hasil pemetaan ternyata pekerjaannya sederhana dan peserta didik sudah menguasai kompetensi yang diperlukan maka peserta didik dapat langsung mengerjakan proyek.

Monitoring dilakukan untuk menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan produk sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan melalui quality control. Presentasi hasil di kelas atau kepada pelanggan untuk memastikan bahwa hasil sudah sesuai dengan spesifikasi.

(26)

Produk yang sudah memenuhi standar dan spesifikasi yang diuji melalui uji fungsi dan quality control, dikemas dan dikirim kepada pelanggan. Produk layanan jasa apabila sudah sesuai dengan permintaan pelanggan (quality control), maka layanan jasa bisa diakhiri.

4. Asesmen Pembelajaran Model PjBL

Asesmen pembelajaran berbasis proyek berupa produk atau layanan jasa dilakukan dengan mengisi lembar penilaian pada lembar kerja atau jobsheet yang tersedia. Lebih jelasnya silakan Anda mencermati contoh Jobsheet di atas, demikian pula asesmen dilakukan pada saat presentasi produk atau layanan jasa dilakukan secara komprehensif melibatkan semua guru pendamping yang terlibat. Setelah presentasi, peserta didik merefleksikan pengalaman mereka dalam mengerjakan proyek dan mengevaluasi kemampuan mereka (refleksi diri) dalam mencapai tujuan proyek. Dengan alur pembelajaran berbasis proyek (PjBL) di SMK, peserta didik dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan menantang.

Selain itu, peserta didik juga dapat mengembangkan keterampilan sosial, pemecahan masalah, dan kerja sama dalam konteks yang lebih relevan dengan dunia kerja.

Berikut ini adalah beberapa rujukan yang dapat Anda pelajari tentang Pembelajaran Berbasis Produksi dan contoh Modul Ajar. Buatlah catatan bagaimana guru melakukan pembelajaran model PjBL.

##Bacaan Tambahan/Referensi:

Tautan Contoh Perencanaan Pembelajaran Berbasis Produk:

[ https://bit.ly/48mHMyI ]

Tautan Contoh Modul Ajar: [ https://bit.ly/42IlXbI ]

Ruang Kolaborasi: Bagaimana Pembelajaran Model PjBL yang Efektif?

Pada bagian ini, Anda diminta untuk menelaah penerapan pembelajaran model PjBL yang efektif. Anda dapat melibatkan rekan sejawat, kepala sekolah, pengawas sekolah atau praktisi pendidikan. Pilihlah salah satu dari kegiatan berikut ini:

1. Menonton video pada tautan yang diberikan

2. Menelaah rancangan pembelajaran model PjBL yang pernah Anda kembangkan.

(27)

Cermati video berikut, lakukan telaah bersama dengan partner Anda tentang model pembelajaran PjBL di bawah:

Tautan Video 1.3: Telaah PjBL https://youtu.be/o-qa4WPyflU

Berikut adalah pertanyaan panduan untuk membantu diskusi Anda.

1) Apa bentuk order pada pembelajaran PjBL tersebut? Sebutkan.

2) Bagaimana langkah/alur pelaksanaan pembelajaran PjBL di sekolah tersebut?

Jelaskan dengan rinci.

3) Apakah jenis pekerjaan pada pembelajaran PjBL di sekolah tersebut menerapkan kolaborasi dari beberapa mata pelajaran? Kalau belum, bagaimana sebaiknya menurut Anda?

4) Apakah disiapkan Jobsheet pada pembelajaran PjBL di sekolah tersebut? Apakah Jobsheet sudah membantu peserta didik dalam menyelesaikan pekerjaan/order?

(28)

5) Bagaimana peran guru dalam pembelajaran PjBL tersebut?

6) Apa yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam melakukan quality control produk?

7) Bagaimana asesmen pada pembelajaran PjBL di sekolah tersebut dilakukan?

8) Buatlah laporan hasil telaah berupa presentasi untuk dipresentasikan pada alur demonstrasi kontekstual.

(29)

Demonstrasi Kontekstual: Serba-Serbi Penerapan Pembelajaran Model PjBL

Pada tahap ini, Anda diminta untuk memaparkan hasil telaah yang dilakukan.

Ada beberapa pilihan kegiatan yang dapat Anda lakukan untuk memaparkan hasil telaah tersebut.

1. Mempublikasikan hasil telaah Anda pada platform media sosial, dan mintalah pendapat dari rekan sejawat Anda

2. Mempublikasikan di grup jejaring rekan sejawat, dan mintalah 1-2 orang rekan Anda memberikan tanggapannya

3. Mempublikasikan di blog pribadi, dan minta rekan Anda untuk memberikan komentar 4. Presentasikan pada rapat guru, dan minta beberapa orang rekan Anda memberikan

umpan balik.

(30)

Elaborasi Pemahaman: Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Pembelajaran Model PjBL di SMK

Bapak/Ibu guru, setelah melakukan telaah model pembelajaran PjBL, adakah hal-hal yang masih perlu Anda ketahui lebih lanjut? Atau hal lain yang Anda belum pahami? Tuliskan pada kolom berikut ini.

1. Hal yang telah saya pelajari.

2. Hal yang ingin saya pelajari lebih lanjut

3. Bagaimana saya mencari informasi tersebut

(31)

Koneksi Antar Materi: Bagaimana Keterkaitan Antar Mapel dalam Pembelajaran Model PjBL?

Pada bagian Koneksi Antar materi Anda diminta untuk membuat hubungan antar materi yang sedang dipelajari dengan materi lain, mata kuliah lain, atau dengan pengalaman belajar atau mengajar secara komprehensif. Anda juga bisa membuat hubungan antara Pembelajaran Model PjBL dengan model dan konteks pembelajaran lain di SMK seperti Tefa, Kelas Industri, Kelas Kewirausahaan.

Bapak/Ibu tentunya telah banyak menerapkan model dan konteks pembelajaran lain saat mengajar. Buatlah infografis, peta konsep, poster atau bentuk visual lainnya untuk menunjukkan perbandingan model PjBL dengan model dan konteks pembelajaran yang pernah digunakan. Jangan lupa bagikan hasil karya Anda pada rekan sejawat lainnya.

Aksi Nyata: Pengalaman Melaksanakan Pembelajaran Model PjBL di SMK

Pada bagian ini, buatlah rencana pengembangan pembelajaran model PjBL di sekolah Anda. Anda dapat memulai dengan mengikuti pertanyaan pemantik berikut ini.

1. Pilihlah bentuk pembelajaran model PjBL seperti apa, yang menurut Anda memiliki peluang untuk dikembangkan di sekolah Anda

2. Buatlah analisis bentuk produk atau jasa yang akan Anda kembangkan di sekolah berdasarkan peluang pasar dan kemampuan daya dukung dalam merealisasikan produk atau layanan jasa yang akan Anda kembangkan.

3. Buatlah catatan bagaimana Anda merencanakan, melaksanakan pembelajaran dan asesmen pada pelaksanaan PjBL yang Anda rancang.

NOTE Tugas Aksi Nyata:

1. DOKUMEN Aksi Nyata yang telah dilakukan pada topik ini silakan disimpan pada drive sendiri dalam bentuk .pdf

2. Salah satu Aksi Nyata TERBAIK akan diunggah pada Jurnal Pembelajaranku di akhir modul mata kuliah PPA SMK

NOTE Jurnal Pembelajaranku:

[Judul Tema ‘Jurnal Pembelajaranku’]

(32)

1. Buatlah praktik baik atas materi prinsip pembelajaran dan asesmen pembelajaran model PjBL

2. Mintalah umpan balik secara tertulis pada mitra yang terlibat (peserta didik/guru/mitra lainnya) dengan menggunakan cara sendiri atau metode yang tersedia di perpustakaan berikut (Perpustakaan Belajar).

3. Simpanlah sementara dokumentasi berupa: file .pdf pada DRIVE PRIBADI

Catatan: ‘Jurnal Pembelajaranku’ adalah kumpulan dokumentasi dari seluruh tugas yang ada di setiap topik dalam satu modul. Guru/peserta dapat melakukan tugas secara kolaborasi. Namun, guru harus menuliskan refleksi/deskripsinya masing-masing sesuai dengan peran dan pengalaman yang didapatkan saat melakukan tugas tersebut.

Refleksi personal adalah bagian penting dari proses pembelajaran.

(33)

Latihan Pemahaman

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar atas pertanyaan berikut ini!

1. Apa yang Anda pahami tentang pembelajaran model PjBL?

a. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui pengalaman praktis dalam menyelesaikan proyek yang terkait dengan kehidupan nyata dengan menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui proyek atau tugas yang mereka kerjakan. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok atau tim dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memberikan panduan dan dukungan kepada peserta didik dalam menyelesaikan proyek.

b. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui pengalaman praktis dalam menyelesaikan proyek yang terkait dengan kehidupan nyata dengan menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui proyek atau tugas yang mereka kerjakan. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok atau tim dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai mentor yang mengajari peserta didik dalam menyelesaikan proyek.

c. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui pengalaman teoritis dalam menyelesaikan proyek yang terkait dengan kehidupan nyata dengan menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui proyek atau tugas yang mereka kerjakan. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok atau tim dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi,

(34)

kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memberikan panduan dan dukungan kepada peserta didik dalam menjalankan proyek.

d. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui pengalaman praktis dalam menyelesaikan proyek yang terkait dengan kehidupan nyata dengan menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, yang diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah, merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui proyek atau tugas yang mereka kerjakan.

Peserta didik diarahkan untuk bekerja secara individu dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memberikan panduan dan dukungan kepada peserta didik dalam menjalankan.

e. Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran, di mana peserta didik belajar mengikuti instruksi guru dalam menyelesaikan proyek nyata melalui langkah-langkah mengidentifikasi masalah, merencanakan, menerapkan, dan mengevaluasi solusi atas masalah yang ada melalui atau tugas yang mereka kerjakan. Peserta didik diarahkan untuk bekerja dalam kelompok atau tim dan didorong untuk menggunakan berbagai keterampilan seperti keterampilan komunikasi, kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas untuk menyelesaikan proyek atau tugas. Selama proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, memberikan panduan dan dukungan kepada peserta didik dalam menjalankan.

2. Pembelajaran berbasis proyek secara umum dilakukan melalui sintak/langkah- langkah tertentu agar tujuan pembelajaran tercapai. Sintak pembelajaran berbasis proyek yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran adalah…

a. (1) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project); (2) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (3) Menyusun jadwal (Create a Schedule); (4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project); (5) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan (6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

b. (1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (2) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project); (3) Menyusun

(35)

jadwal (Create a Schedule); (4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project); (5) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan (6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

c. (1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (2) Menyusun jadwal (Create a Schedule); (3) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project); (4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project); (5) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan (6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

d. (1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (2) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project); (3) Menyusun jadwal (Create a Schedule); (4) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience) ; (5) Menguji hasil (Assess the Outcome), dan (6) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)

e. (1) Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question); (2) Mendesain perencanaan proyek (Design a Plan for the Project); (3) Menyusun jadwal (Create a Schedule); (4) Menguji hasil (Assess the Outcome); (5) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project), dan (6) Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

3. Pembelajaran berbasis proyek yang menghasilkan produk berupa barang yang dibuat berdasarkan order/pesanan. Alur pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru adalah …

a. Menerima order, merancang produk, menganalisis produk, membuat produk, memeriksa produk, mengemas produk, dan mengirim produk

b. Menerima order, merancang produk, membuat produk, memeriksa produk, mengemas produk, dan mengirim produk.

c. Menerima order, menganalisis produk, merancang produk, membuat produk, memeriksa produk, mengemas produk, dan mengirim produk.

d. Menerima order, menganalisis produk, membuat produk, memeriksa produk, mengemas produk, dan mengirim produk.

e. Menganalisis produk, merancang produk, membuat produk, memeriksa produk, mengemas produk, dan mengirim produk.

(36)

4. Berbagai model pembelajaran dapat diterapkan dalam pembelajaran di SMK.

Pernyataan berikut yang benar adalah..

a. Teaching Factory (Tefa) merupakan model pembelajaran yang dibangun oleh sekolah dalam konteks pembelajaran berbasis proyek, Kelas Industri, dan Kelas Kewirausahaan.

b. PjBL merupakan konteks industri yang dibangun oleh sekolah, yang di dalamnya ada kegiatan model pembelajaran Teaching Factory (Tefa), Kelas Industri (dual system) dan Kelas Kewirausahaan atau dikenal dengan Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW).

c. PjBL merupakan kegiatan produksi dalam konteks industri yang dibangun oleh sekolah, dikenal dengan Competency Based Training, Kelas Industri (dual system) dan Kelas Kewirausahaan atau dikenal dengan Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW)

d. PjBL merupakan kegiatan produksi dalam konteks industri yang dibangun oleh sekolah, dikenal dengan Teaching Factory (Tefa), Kelas Industri (dual system) dan Kelas Waralaba atau dikenal dengan Sekolah Pencetak Waralaba (SPW) e. PjBL merupakan model pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan produksi

dalam konteks industri yang dibangun oleh sekolah, dikenal dengan Teaching Factory (Tefa), Kelas Industri (dual system) dan Kelas Kewirausahaan atau dikenal dengan Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW)

5. Berikut ini adalah salah satu pilihan terbaik dalam memberikan dukungan teknis pelaksanaan pembelajaran model PjBL dalam hal menetapkan jadwal adalah…

a. proyek direncanakan ke dalam jadwal blok harian agar lebih efektif

b. proyek direncanakan ke dalam jadwal blok mingguan agar lebih mudah dikelola c. proyek direncanakan ke dalam jadwal blok bulanan agar lebih ada kepastian d. proyek direncanakan ke dalam jadwal blok sesuai karakteristik proyek agar

efektif dan efisien

e. proyek direncanakan dengan menghindari jadwal blok karena mengganggu pelaksanaan mata pelajaran lain.

6. Bagaimana membangun kolaborasi antar mata pelajaran dalam pembelajaran model PjBL sebaiknya dilaksanakan?

a. Mata pelajaran yang dapat dikolaborasikan adalah mata pelajaran produktif/kejuruan yang sejenis agar mudah mengelola proyek.

(37)

b. Mata pelajaran yang dapat dikolaborasikan adalah mata pelajaran normatif/adaptif atau mata pelajaran umum untuk memberikan dukungan kesuksesan proyek.

c. Mata pelajaran yang dapat dikolaborasikan adalah mata pelajaran mempertimbangkan kompetensi gurunya agar mudah menyelesaikan proyek.

d. Mata pelajaran yang dapat dikolaborasikan adalah mata pelajaran yang memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran melalui model proyek.

e. Mata pelajaran yang dapat dikolaborasikan adalah mata pelajaran apa saja yang dapat ditampung untuk membangun kerja sama dalam menangani proyek.

7. Berikut ini merupakan peran guru yang paling dominan saat mengimplementasikan pembelajaran model PjBL adalah…

a. Merancang proyek berdasarkan pesanan pelanggan bersama peserta didik b. Menetapkan strategi pelaksanaan proyek bersama peserta didik

c. Melakukan analisa dan memastikan pesanan pelanggan bersama peserta didik d. Menetapkan penyerahan proyek dan mekanisme garansi bersama peserta didik e. Evaluasi proyek bersama peserta didik

8. Hal paling penting dan pertama yang harus dilakukan guru dalam melakukan asesmen pada pembelajaran model project-based learning adalah…

a. Memastikan bahwa asesmen tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran dan proyek yang sedang dilakukan.

b. Menetapkan kriteria penilaian yang akan diterapkan pada peserta didik c. Memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik

d. Menggunakan variasi asesmen agar adil terhadap kondisi peserta didik e. Melibatkan peserta didik dalam proses asesmen

9. Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang pemahaman dan keterampilan peserta didik, guru dapat menggunakan berbagai metode asesmen.

Berikut ini variasi yang tidak termasuk metode asesmen adalah…

a. Observasi dan penilaian proyek b. Presentasi dan portofolio c. Observasi dan portofolio

d. Penilaian proyek, presentasi, dan portofolio e. Tes pilihan ganda dan jawaban singkat

(38)

10. Guru perlu mengidentifikasi kriteria yang jelas dan spesifik untuk mengevaluasi proyek yang dilakukan oleh peserta didik. Kriteria ini harus mencakup aspek-aspek yang relevan dengan tujuan pembelajaran diantaranya adalah…

a. Pemahaman konsep dan keterampilan b. Kolaborasi, dan presentasi

c. Pemahaman konsep, keterampilan dan presentasi

d. Pemahaman konsep, keterampilan, kreativitas, kolaborasi, dan presentasi e. Pemahaman konsep, keterampilan, kreativitas, kolaborasi, dan kualitas proyek

(39)

Cerita Reflektif

1. Setelah Anda mempelajari materi topik I di atas, apa yang Anda pahami tentang pembelajaran berbasis proyek?

……

2. Sekolah Anda belum pernah menerapkan pembelajaran model PjBL. Anda ingin melaksanakan pembelajaran berbasis proyek tersebut di sekolah, sementara peralatan tersedia lengkap. Namun guru produktif yang kompeten banyak yang sudah purna tugas, sementara guru produktif yang ada rata-rata masih baru dan memiliki kemampuan produksi yang masih terbatas. Bagaimana Anda mengawali pelaksanaan PjBL? Langkah-langkah apa yang akan Anda lakukan?

3. Sekolah tempat Anda mengajar memiliki Program Keahlian Busana. Sekolah berencana mengembangkan produk kreatif berupa seragam sekolah yang dibutuhkan oleh peserta didik baru yang akan masuk di sekolah Anda semester depan. Jumlah peserta didik baru berjumlah 240 orang. Lakukan analisis produk dan kebutuhan kompetensi serta sumber daya yang dibutuhkan. Kerja sama kemitraan dengan dunia kerja seperti apa yang akan dilakukan oleh sekolah.

(40)

TOPIK 2

PEMBELAJARAN DAN ASESMEN KELAS INDUSTRI

Estimasi Waktu Belajar Mandiri 2 hari @ 10 jam

Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari topik ini, guru mampu:

1. Menjelaskan prinsip pembelajaran dan asesmen Kelas Industri

2. Menerapkan prinsip pembelajaran dan asesmen Kelas Industri

Mulai dari Diri: Adakah Kelas Industri di Sekolah Anda?

Bapak/Ibu guru, selamat datang di topik 2 yaitu Pembelajaran dan Asesmen Kelas Industri. Sebelum kita memulai pembelajaran di topik 2, tuliskan ekspektasi Anda dan simpan untuk Anda lihat kembali di akhir pembelajaran.

Bapak/Ibu guru, mari kita mulai diskusi kita dengan menonton video tentang Kelas Industri.

Saksikan dengan saksama bagaimana pembelajaran di kelas industri pada tautan berikut.

Tautan Video 2.1 Kelas Industri: https://www.youtube.com/watch?v=u4l97xFi_GY Setelah mengamati video inspiratif tentang konteks pembelajaran Kelas Industri tersebut, apa yang tersirat dalam pikiran Anda tentang pembelajaran Kelas Industri?

(41)

Eksplorasi Konsep: Gambaran Kelas Industri di SMK

1. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen Kelas Industri

Anda sekarang akan belajar tentang pembelajaran Kelas Industri. Sebagai langkah awal mempelajari pembelajaran kelas industri,mari kita cermati video tentang pembelajaran di Kelas Industri SMKN 1 Bawang. Catat bagaimana penerapan kegiatan dan asesmen di kelas industri diterapkan serta peran guru dalam pembelajaran.

Tautan Video 2.2 Kelas Industri SMKN 1 Bawang:

https://youtu.be/xwSEq9ykv6w

Setelah menyaksikan tayangan video tersebut, bagaimana menurut Anda pembelajaran di kelas industri dilaksanakan. Video berikut ini memberikan gambaran tentang penyiapan kelas industri, yaitu seleksi calon peserta didik.

Kunjungi tautan berikut ini dan pelajari bagaimana seleksi tersebut dilakukan.

Tautan Video 2.3 Seleksi peserta didik Kelas Industri:

https://www.youtube.com/watch?v=jAq-hIifAus

Kita sadari bahwa persaingan global dalam mencari pekerjaan bagi lulusan SMK sangatlah ketat. Saat ini, peluang kerja di dunia industri semakin kompetitif dan banyak perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang memadai. Lulusan SMK harus mampu bersaing dengan pencari kerja yang semakin banyak jumlahnya. Tantangan tersebut harus diantisipasi sejak awal agar lulusan SMK dapat berkompetisi di dunia kerja saat ini dan yang akan datang. Untuk itu SMK harus segera tanggap terhadap tuntutan tersebut dengan membangun jejaring dengan industri untuk merancang pembelajaran kejuruan yang mengacu kepada kompetensi yang dibutuhkan industri.

Perdirjen Vokasi Nomor 45 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Pelaksanaan Kelas Industri di Sekolah Menengah Kejuruan Tahun 2023 menegaskan bahwa untuk merealisasikan agar SMK dapat menghasilkan lulusan yang unggul sesuai dengan tuntutan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja diperlukan adanya wadah yang dapat menjembatani kebutuhan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja sesuai dengan harapan SMK. Wadah yang dimaksud adalah Kelas Industri yang para instrukturnya berasal dari dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja atau guru yang mendapatkan pengetahuan/keterampilan terkini, kurikulumnya sudah merupakan hasil sinkronisasi dan peserta didik secara langsung melakukan praktik kerja pada tempat kerja yang sesungguhnya.

(42)

Alur penyelenggaraan kelas industri adalah perencanaan program kelas industri, sinkronisasi kurikulum kelas industri, pelaksanaan program kelas industri, dan evaluasi program kelas industri. Gambar 2.1 berikut adalah alur penyelenggaraan kelas industri di SMK:

Gambar 2.1 Alur Program Penyelenggaraan Kelas Industri

2. Perencanaan Pembelajaran Kelas Industri

Perencanaan program kelas industri di SMK adalah proses awal dalam penyusunan program kelas industri dengan menyepakati Memorandum of Understanding (MoU). Isi dari MoU adalah perjanjian yang dibuat antara pihak industri dan SMK untuk mencapai kesepakatan dan kerja sama dalam penyelenggaraan kelas industri yang berisikan poin-poin diantaranya:

a. penyediaan pelatihan kelas industri, b. pengembangan kurikulum kelas industri, c. program magang bagi guru,

d. penyediaan fasilitas dan peralatan bersama, e. kolaborasi proyek,

f. riset bersama,

g. perekrutan dan penempatan kerja bagi lulusan, h. Praktik Kerja Lapangan.

(43)

Langkah awal setelah disepakati nota kesepahaman (MoU) adalah melakukan sinkronisasi/penyelarasan kurikulum industri antara industri dan SMK.

Kurikulum pada pembelajaran kelas industri di SMK disusun dengan mempertimbangkan standar kompetensi kerja nasional (SKKNI) atau standar kompetensi kerja (SKK) dan kualifikasi kerja di industri yang disebut dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif. Lulusan SMK memiliki jenjang kualifikasi kerja level 3 dan 4 sesuai kerangka kualifikasi nasional Indonesia (KKNI).

SKKNI atau SKK dijabarkan ke dalam beberapa kompetensi dasar dan indikator yang harus dikuasai oleh peserta didik pada akhir program pembelajaran.

Dalam perencanaan pembelajaran Kelas Industri, bagi SMK yang menyelenggarakan kurikulum merdeka langkah awal yang dilakukan adalah melakukan sinkronisasi jabaran SKKNI atau SKK dengan Capaian Pembelajaran (CP) SMK sesuai dengan bidang keahlian yang akan diselenggarakan. Kurikulum pada pembelajaran kelas industri di SMK juga harus mempertimbangkan kebutuhan dan tuntutan industri terkait dengan keterampilan dan pengetahuan yang harus dimiliki oleh tenaga kerja di industri pada bidang tertentu. Kurikulum pada pembelajaran kelas industri di SMK diintegrasikan dengan praktik langsung di industri yang terkait, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman praktis yang relevan dan mengembangkan keterampilan mereka dalam situasi kerja sebenarnya. Untuk itu, maka pelaksanaan Kelas Industri dirancang peserta didik melaksanakan pembelajaran sebagian waktu di sekolah dan sebagian waktu lainnya di Industri. Pengaturan waktu pembelajaran di sekolah dan di industri dirancang secara fleksibel dan disepakati bersama antara SMK dan Industri.

Kurikulum pada pembelajaran kelas industri di SMK harus mempertimbangkan pengembangan karakter dan soft skill peserta didik, seperti kemampuan berkomunikasi, kerja sama, kepemimpinan, dan etika kerja yang diperlukan dalam dunia industri, Karakter dan soft skill dilatihkan di sekolah dan dipraktikan secara nyata di industri.

(44)

Sinkronisasi Kurikulum berkaitan dengan Kompetensi Inti - Kompetensi Dasar (KI-KD) atau Capaian Pembelajaran dilakukan pada awal tahun ajaran baru sebelum pembelajaran dimulai. Sinkronisasi kurikulum juga menghasilkan kesepakatan organisasi pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah maupun di industri, serta perangkat pembelajaran (Modul Ajar).

3. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Industri

“Kelas Industri SMK adalah pembelajaran yang sistematis dan sinkron antara SMK dan Industri yang mengantarkan peserta didik belajar dan terlibat langsung dalam proses bisnis di industri untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu”

Sebelum kita membahas materi tentang pelaksanaan pembelajaran dan asesmen Kelas Industri, mari kita simak video tentang bagaimana penerapan kelas industri di SMK pada tautan berikut.

Tautan Video 2.4 Kelas Industri Perhotelan:

https://www.youtube.com/watch?v=ZlmGVvgJGiY

Kelas industri merupakan salah satu program pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik untuk mempelajari, mengalami serta terlibat langsung dalam proses bisnis yang ada di industri, sehingga mampu menjembatani kesenjangan antara kompetensi lulusan SMK dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Diharapkan lulusan SMK yang menerapkan pembelajaran dan asesmen pada Kelas Industri akan lebih siap untuk bekerja.

Pelaksanaan pembelajaran kelas industri yang selama ini dilakukan oleh SMK adalah dalam bentuk penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Praktik Kerja Lapangan (PKL). Pada kurikulum merdeka Praktik Kerja Lapangan merupakan Mata Pelajaran, sehingga akan dibahas secara khusus pada Topik 5.

a. Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Salah satu upaya untuk mendekatkan dunia kerja dengan Sekolah Menengah Kejuruan adalah digulirkannya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) yang mulai diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia.

Kepmendikbud Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan, menegaskan bahwa:

Pendidikan Sistem Ganda selanjutnya disebut PSG adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan yang memadukan secara

(45)

sistematis dan sinkron program pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung pada pekerjaan sesungguhnya di institusi pasangan, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu”.

Pendidikan sistem ganda adalah solusi untuk mengatasi kesenjangan kompetensi lulusan dengan kebutuhan kompetensi kerja di industri. Hal ini dikuatkan oleh Aaltje D. Ch. Wayong (2010), dengan konsep Pendidikan Sistem Ganda (PSG), lulusan SMK tidak saja dibekali dengan pengetahuan- pengetahuan dasar tentang dunia industri, melainkan langsung dengan pengalaman dan kemampuan praktik di dunia kerja. Dengan kata lain, PSG menjadikan lulusan SMK tidak saja mempunyai kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, melainkan juga mempunyai kualifikasi yang match dengan dunia usaha dan dunia industri. Gambar 2.2 berikut menunjukkan alur penyelenggaraan sistem ganda di SMK.

Gambar 2.2 Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

Penyelenggaraan pendidikan sistem ganda dilakukan di dua tempat yaitu di sekolah dan di dunia kerja. Pada paruh waktu pembelajaran dilaksanakan di sekolah, peserta didik diampu oleh guru seperti halnya pembelajaran yang biasa dilakukan. Paruh waktu berikutnya peserta didik berada dunia kerja yang diampu oleh pendamping dari industri. Pembelajaran paruh waktu tersebut baik di sekolah maupun di dunia kerja (industri) dilaksanakan secara kontinyu. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara SMK dan industri diharapkan akan menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

(46)

Menurut Indra Djati Sidi pada Aaltje D. Ch. Wayong (2010) PSG bertujuan: (1) menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja; (2) meningkatkan dan memperkokoh Link and match antara lembaga pendidikan-pelatihan kejuruan dan dunia kerja; (3) meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas profesional; dan (4) memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

Dengan demikian, penerapan pendidikan sistem ganda sebagai salah satu bentuk dari pembelajaran berbasis industri memberikan penguatan teori dan keterampilan dasar, sementara di dunia kerja peserta didik akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan kerja yang nyata, budaya kerja, mandiri dan bertanggung jawab secara profesional. Kurikulum yang dipergunakan pada pembelajaran sistem ganda adalah kurikulum yang disusun berdasarkan hasil penyelarasan antara sekolah dan industri. Asesmen pembelajaran dilakukan oleh sekolah dan industri. Sertifikasi kompetensi peserta didik dilakukan oleh pihak industri.

b. Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Bentuk lain pembelajaran kelas industri adalah Praktik Kerja Lapangan (PKL) di dunia kerja. Dalam hal ini adalah yang PKL diterapkan sebelum Kurikulum Merdeka. Sedangkan PKL pada Kurikulum Merdeka adalah merupakan mata pelajaran sehingga karakteristik PKL pada Kurikulum Merdeka sama dengan karakteristik mata pelajaran.

Salah satu pembelajaran di SMK yang mendukung peningkatan kompetensi terutama keterampilan kerja, sikap dan budaya kerja peserta didik adalah Praktik Kerja Lapangan. PKL merupakan bentuk pembelajaran peserta didik yang dilaksanakan di dunia kerja untuk mengasah dan memperkuat kompetensi sesuai bidangnya (Dit SMK, 2021).

Pelaksanaan PKL dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, seperti yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2020 tentang tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik bahwa Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan pembelajaran bagi peserta didik SMK/MAK, SMALB, dan LKP yang dilaksanakan melalui praktik kerja di dunia kerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan dunia kerja.

(47)

Pola penyelenggaraan PKL berdasarkan Pedoman Praktik Kerja Lapangan (PKL) Peserta Didik tahun 2017 yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, pelaksanaan PKL dilakukan dengan:

1) Pola harian (120 s.d 200 hari efektif). Penyelenggaraan PKL dilakukan selama 6 s.d. 10 bulan setara dengan 5 hari x 4 minggu x 6 bulan = 120 hari sampai dengan 5 hari x 4 minggu x 10 bulan = 200 hari.

Penyelenggaraan PKL pola harian ini dilakukan dengan cara mendistribusikan 120 s.d. 200 hari peserta didik mengikuti PKL ke dalam hari efektif pembelajaran. Dengan demikian dalam satu minggu efektif, ada beberapa hari peserta didik berada di sekolah dan beberapa hari lainnya peserta didik berada di industri. Hal ini seperti pola yang dilaksanakan pada pembelajaran sistem ganda (PSG)

2) Pola mingguan (24 s.d. 40 minggu efektif). Penyelenggaraan PKL dilakukan selama 6 s.d. 10 bulan setara dengan 4 minggu x 6 bulan = 24 minggu sampai dengan 4 minggu x 10 bulan = 40 minggu.

Penyelenggaraan PKL pola mingguan ini dilakukan dengan cara mendistribusikan 24 sampai dengan 40 minggu peserta didik mengikuti PKL ke dalam minggu efektif pembelajaran. Dengan demikian dalam satu bulan, ada beberapa minggu peserta didik berada di sekolah dan beberapa minggu lainnya peserta didik berada di indus

Gambar

Gambar 1.1 Hubungan antara PjBL dan Teaching Factory   (sumber: https://youtu.be/KYoCNpEDltQ)
Gambar 1.2 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) di SMK   dengan Produk Berupa Barang
Gambar 1.3 Alur Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK dengan  Produk Berupa Layanan Jasa
Gambar 1.4 Alur Perencanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Produk Berupa Barang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa (1) dalam merekonstruksi kurikulum kajian kewarganegaraan diperlukan adanya penetapan visi,misi dan tujuan

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa komite sekolah belum cukup terlibat dalam merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah maupun dalam

- Masih ada sekolah yang merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah belum jelas dan spesifik. - Masih belum intensifnya kegiatan pelatihan, pembinaan, workshop, dan

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa komite sekolah belum cukup terlibat dalam merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah maupun dalam

Sedangkan tahapan didalam menyusun strategi adalah penetapan visi, misi, tujuan, kemudian membuat analisis SWOT, menyusun Matrik SWOT dan merumuskan strategi

Visi Misi dan Tujuan Sekolah 17.Bab II Deskripsi hasil Analisis Konteks.. 18.Bab III Rencana Kegiatan dan Anggaran

Berdasarkan pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa (1) dalam merekonstruksi kurikulum kajian kewarganegaraan diperlukan adanya penetapan visi,misi dan tujuan

- Masih ada sekolah yang merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah belum jelas dan spesifik. - Masih belum intensifnya kegiatan pelatihan, pembinaan, workshop, dan