• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT - STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ABSTRACT - STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 KOTA SOLOK

Veni Afriana , Rahima , Lucky Heriyanti Jufri Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

[email protected]

ABSTRACT

The Lessons that was not attract students interest and the learning that process was done by the teacher with a conventional learning of teaching, cause less of students willingness to express their opinions and low of student learning outcomes. This study aims to determine whether the mathematics learning outcomes of students by applying the cooperative learning strategy Think Talk Write Type better than conventional learning in grade of XI IPA SMAN 3 Solok City. This of research was experimental research, with random design toward the subject. The population of this study was all students of XI IPA SMAN 3 Solok City that consist of 6 classes. Sampling was done randomly,the class that was selected as experimental was XI IPA 3 and the class that was selected as control class was XI IPA 2. Intrument of this researchs was the result of mathematics test in essay form with reliability of the test was 0,89. Hypothesis testing was one-part t test. The result of data analysis was known that both samples were normal distribution and homogenity variance at the real level a = 0,05. The result of the hypothesis test was calculated larger than t table so that hypothesis is accepted. This it can be concluded that the result of student learning in mathematics by applying the cooperative learning strategy Think Talk Write type was better than the conventional learning in the grade of XI IPA SMAN 3 Solok City.

Keywords: Think Talk Write, Result Of Study

PENDAHULUAN

Nikson dalam Muliyardi (2003 :3) mengemukakan bahwa:

“Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”.

Pembelajaran bertujuan untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar.

Tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai apabila kegiatan pembelajaran matematika di sekolah berlangsung dengan baik, yaitu adanya komunikasi timbal balik antara guru dan siswa. Guru sebagai pemegang peranan penting dalam pembelajaran

(2)

2 diharapkan mampu menciptakan

kondisi belajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk mengemukakan pendapat dan meningkatkan hasil belajar siswa..

Namun usaha yang dilakukan belum memperlihatkan hasil yang diharapkan, hasil belajar matematika siswa masih relatif rendah, ditandai dengan masih banyaknya nilai siswa yang belum mencapai target secara optimal.

Hasil observasi pada tanggal 4 sampai 7 Agustus 2017, SMAN 3 Kota Solok menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Selama proses pembelajaran siswa cenderung mendengar dan mencatat materi yang disampaikan guru tanpa usaha untuk lebih memahami materi pembelajaran. Saat guru memberikan pelajaran, minat dan perhatian siswa untuk belajar masih kurang. Hal tersebut terlihat dari banyak siswa terutama yang duduk bagian belakang mengobrol dengan temannya dan tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh gurunya. Pada saat latihan, hanya beberapa siswa yang mengerjakan latihan tersebut sedangkan

siswa yang lain menyalin jawaban dari teman bahkan ada siswa yang tidak membuat latihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak paham dengan apa yang dijelaskan oleh gurunya sehingga banyak siswa yang tidak bisa mengerjakan latihan sendiri.

Pada saat guru menerangkan siswa lebih cenderung melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan pelajaran.

Siswa lebih banyak diam dan tidak mau mengeluarkan pendapat terkait materi yang tidak dipahami sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Siswa mengatakan bahwa mereka tidak paham dengan apa yang diterangkan karena gurunya terlalu cepat menerangkan. Siswa enggan untuk bertanya karena tidak paham dengan apa yang diajarkan,saat mengerjakan latihan siswa hanya mencontoh latihan siswa yang pintar, hal tersebut menunjukkan bahwa minat belajar siswa masih kurang, sehingga hasil belajar siswa masih rendah.

Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think

(3)

3 Talk Write (TTW). Model

pembelajaran kooperatif ini dapat menjalin kerja sama di antara siswa, membantu antar siswa dalam pembelajaran serta memberikan waktu kepada seluruh siswa untuk mencoba memikirkan dan menuliskan jawaban dari soal tersebut.

Alur pembelajaran kooperatif tipe TTW ini dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir (Think) atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca sehingga siswa akan lebih fokus dalam pembelajaran sehingga siswa mampu mengerjakan latihan sendiri, selanjutnya berbicara (Talk) pada tahap Talk siswa diminta bertukar pikiran dengan teman kelompoknya sesuai dengan apa yang mereka peroleh dan membagi ide dengan kelompok masing-masing sebelum menulis (Write). Hal ini akan membuat siswa mau mengemukakan pendapat dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Pupuh dan Sobri (2009:

3) dalam Barlian bahwa Strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa (oleh guru) untuk mencapai tujuan

pengajaran tertentu. TTW adalah suatu strategi pembelajaran dengan alur yang di mulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir (think) atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara (talk) dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis (write)

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti siswa mampu mengemukakan ide-ide yang diketahui dalam bentuk tulisan, siswa juga dapat mengemukakan pendapatnya dalam bekerjasama dan interaksi dalam kelompok,sehingga siswa dapat menyelesaikan soal yang diberikan secara individu. Dengan kata lain, penggunaan TTW dapat membuat siswa mampu mengemukakan pendapat tentang apa yang mereka ketahui sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen rancangan random terhadap subjek. Penelitian ini

(4)

4 dilaksanakan pada tanggal 21-30

November 2017 semester I di kelas XI IPA SMAN 3 Kota Solok.

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 3 Kota Solok Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari enam kelas. Sampel dilakukan dengan teknik random sampling, maka terpilih kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol

Analisis butir soal tes akhir dilakukan dengan menyelidiki tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal dan reliabilitas tes. Analisis data untuk menguji hipotesis digunakan uji t = x −x1 2

S n 11+1 n 2

seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2005: 239).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tanggal 21-30 November 2017 pada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka diperoleh data tentang hasil belajar matematika siswa.

Data diperoleh setelah melakukan tes akhir yang dilakukan pada akhir

penelitian berupa tes esai sebanyak 5 butir soal. Jumlah siswa kelas eksperimen sebanyak 31 orang dan 29 orang siswa tersebut mengikuti tes akhir dan jumlah siswa kelas kontrol sebanyak 31 orang dan yang mengikuti tes akhir sebanyak 29 orang

Penerapan model TTW memeiliki beberapa tahapan pembelajaran. Tahap pertama penjelasan materi . Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan dan menerangkan materi yang akan dipelajari., adapun materi yang diajarkan persamaan garis singgung lingkaran, pertemuan pertama materi yang dijelaskan tentang persamaan garis singgung lingkaran yang melalui sebuah titik pada lingkaran, pertemuan kedua materi yang dijelaskan tentang persamaan garis singgung lingkaran yang gradiennya diketahui dan pertemuan ketiga materi yang diterangkan tentang persamaan garis singgung lingkaran yang melalui sebuah titik diluar lingkaran.

Tahap kedua teams . Pada tahap ini, guru mengorganisasikan siswa untuk belajar dalam bentuk diskusi

(5)

5 kelompok, setelah itu guru

mengelompokkan peserta didik ke dalam tim (kelompok) yang terdiri atas 4-5 anggota dalam setiap kelompok dan guru memberikan teks berupa soal kepada setiap siswa. Pertemuan pertama ini masih terlihat banyak siswa yang belum terbiasa untuk belajar secara berkelompok, pertemuan selanjutnya siswa sudah terbiasa belajar secara berkelompok dan siswa langsung duduk dikelompoknya Tahap ketiga think. Pada tahap ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menuliskan ide-ide yang mereka miliki untuk menyelesaikan soal yang diberikan secara individu. Terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Lembar Kolom Think Pertemuan pertama ini masih terlihat banyak siswa yang kebingungan dalam menuliskan apa yang mereka ketahui mengenai soal yang diberikan pertemuan selanjutnya

siswa sudah tidak kebingungan lagi karena siswa sudah mengerti apa yang mereka tuliskan pada bagian think.

Tahap keempat talk . Pada tahap ini, guru meminta siswa untuk berdiskusi mengemukakan pendapatnya yang dimilikinya pada tahap think dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan soal yang diberikan.

Terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Lembar Kolom Talk

Tahap kelima write. Pada tahap ini, siswa menuliskan kembali penyelesaian soal yang diberikan secara individu. Terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3.Lembar Kolom Write

(6)

6 Tahap terakhir evaluasi. Pada

tahap ini, guru meminta salah satu kelompok untuk menyampaikan jawaban terhadap soal yang diberikan, setelah itu guru memberi kesempatan kapada kelompok lain untuk menanggapi atau memberi pendapat dan guru memberikan ulasan tentang materi yang dipelajari.

Proses pembelajaran dengan

menerapkan pembelajaran

konvensional berlangsung kurang optimal. Siswa terlihat kurang mau mengemukakan pendapat yang dimiliki selama mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengerti tentang materi materi pembelajaran diberikan dari guru ke siswa, sehingga pada saat latihan hanya beberapa siswa yang mengerjakan latihan. Siswa yang lain hanya menyalin jawaban temannya, bahkan ada yang tidak membuat latihan.Ini terlihat dari rata- rata hasil belajar pengetahuan matematika yang dibelajarkan dengan

menerapkan pembelajaran

konvensional pada siswa kelas XI IPA2 SMAN 3 Kota Solok sebagai kelompok kontrol. Jika dibandingkan dengan

siswa yang dibelajarkan menggunakan pebelajaran TTW , rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

Hasil belajar siswa yang diambil dari tes akhir diberikan setelah menerapkan Pembelajaran TTW pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Berdasarkan tes akhir tersebut diperoleh nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 94,44 dan pada kelas kontrol yaitu 88,89. Gambaran hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada distribusi Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Tes Akhir Kelas Sampel Kelas

Sampel

x

S Xma ks

Xmin

Eksperim en

68,1 60

14,4 1

94,4 4

37,0 4 Kontrol 58,4

93

26,2 3

88,8 9

27,7 8 Berdasarkan Tabel, bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 68,16 sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 58,493. Nilai belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik

(7)

7 dari pada kelas kontrol. Dapat terlihat

pada gambar berikut

Gambar 4.Nilai Kelas Eksperimen

Gambar 5. Nilai Kelas Kontrol

Simpangan baku kelas kontrol lebih tinggi dari pada simpangan baku kelas eksperimen. Nilai siswa pada kelas eksperimen lebih mendekati pada rata –rata.

Hasil perhitungan uji hipotesis yang dilakukan menggunakan uji t yang diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,265 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,671, karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka terima H1, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional pada kelas XI IPA SMAN 3 Kota Solok.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write baik dari pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. rev.ed.Jakarta: PT Rineka Cipta.

. .(2013). Dasar- dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara

Ridanti, Afni. (2013). “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII MTSN Palangki Kabupaten Sijunjung Tahun Pelajaran 2012/2013. STKIP PGRI Sumatera Barat.

Depdiknas. (2001). Menyusun Butir Soal dan Instrumen Penilaian.

Jakarta: Dikdasmen

(8)

8 Lie, Anita. (2010). Cooperatif

Learning. Jakarta: Grasindo Sugiyono. 2014. Statistika Untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta Sudjana, Nana. (2005). Metoda

Statistika. Bandung : Tarsito Bandung.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta :Pt Kharisma Putra Utama Walpole, E Ronald. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama..

Zarkasyi, Wahyudin (2015).Penelitian Pendidikan Matematika.

Karawang : Refika Aditama

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan kebersihan di lokasi wisata untuk kenyamanan wisatawan KESIMPULAN Berdasarkan observasi dan wawancara serta pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya tentang