Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan pembahasan yang lebih mendalam dalam bentuk skripsi dengan mengambil judul: Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Perantara Hewan di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Ternak merupakan hasil peternakan masyarakat di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan seperti sapi, kambing dan domba. Bagaimana revisi akad ija>rah pada kontrak perantara hewan di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan.
Bagaimana evaluasi ija>rah terhadap praktik perantara hewan di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan? Bagaimana penilaian 'urf tentang tanggung jawab merawat hewan kontrak jika tidak dijual langsung di Desa Pucangombo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan. Untuk mengetahui peringkat akad ija>rah terhadap akad perantara di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan.
Untuk mengetahui kajian ija>rah sistem penetapan upah mediasi di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Data mengenai tanggung jawab pemeliharaan hewan kontrak jika tidak dijual langsung di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Informan yang saya maksud adalah pihak-pihak yang memahami dan berkompeten dalam praktek mediator di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan.
Sistematika Pembahasan
Pengamatan (observasi) dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti, 22 Dalam hal ini mengamati fenomena yang berkaitan dengan praktik agen perkebunan di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan. Mendokumentasikan adalah memperoleh data dari dokumen dan lain-lain.23 Untuk memperkuat data dalam penelitian, pendokumentasian data yang diperoleh dalam penelitian sangatlah penting. Metode deduktif adalah pembahasan yang dimulai dengan mengemukakan data umum kemudian menerapkannya dalam satuan-satuan yang spesifik dan terperinci.
Nah, setelah penulis mendapatkan data terkait samsar>ah yang terjadi di Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan, maka penulis akan melengkapi penelitian dengan kesimpulan yang spesifik dan detail.
PENDAHULUAN
KONSEP SAMSA>RAH DAN SISTEM ENGUPAHANNYA DALAM ISLAM
BAB III :PELAKSANAAN MAKELAR HEWAN DI DESA PUCANGOMBO KECAMATAN TEGALOMBO KABUPATEN PACITAN
ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK MAKELAR HEWAN DI DESA PUCANGOMBO KECAMATAN TEGALOMBO
PENUTUP
Pengertian samsa>rah dan Ija>rah
Samsa>rah (broker), adalah makelar dagang (orang yang menjual barang atau mencari pembeli) atau perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan jual beli atau mencari pembeli). Karena dalam transaksi perantaraan objeknya adalah jasa atau pekerjaan dengan imbalan upah, sedangkan objek transaksi jasa atau pekerjaan dalam hukum Islam adalah ijarah atau upah, karena kesamaan objek jasa antara akad samsa>rah dan ija>rah, penulis menyamakan teori samsa>rah dengan teori ija>rah. Hal ini senada dengan pandangan Bapak. Ajat Sudrajat dalam bukunya ‚Fiqh Aktual‛, berpendapat bahwa dalam hukum Islam teori sams>arah disamakan dengan teori akad ija>rah.
Meskipun dalam konteks al-ija>rah disebut sewa dalam KUHPerdata, sewa adalah perjanjian di mana salah satu pihak menyanggupi untuk memberikan kepada pihak lain penikmatan suatu barang, untuk jangka waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga. yang sesuai dengan kesepakatan .30. Menurut Jumhur Ulama Fiqh dikatakan bahwa ijarah menjual manfaat dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya, bukan tujuannya. Menurut Ahmad Azhar Basyir, ija>rah, Syirkah menjelaskan dalam buku Hukum Islam Tentang Wakaf bahwa pengertian ijarah adalah: kesepakatan mengenai penggunaan dan pengumpulan suatu benda, hewan atau tenaga manusia.
Sedangkan menurut Dumairi Nor ija>rah adalah perjanjian pengalihan hak menggunakan (manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran gaji (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan hak milik barang tersebut. sendiri. 36. Manakala menurut Amir Syarifuddin ija>rah ialah “transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu”, apabila objek transaksi itu manfaat atau jasa daripada sesuatu ia disebut ija>rat al-"ain, atau pajakan, seperti. sewa.rumah untuk diduduki.Apabila objek jual beli itu adalah manfaat atau perkhidmatan tenaga seseorang, ia dinamakan ija>ratul-zimmah atau sewa seperti upah menjahit pakaian.
Rukun dan Syarat Ija>rah
Menurut ulama al-Hana>fiyyah, rukun akad dalam suatu transaksi pada umumnya adalah i>ja>b dan qabu>l, sedangkan para pihak dan objek akad merupakan unsur lahiriah, bukan inti dari akad. , dan karena itu bukan pilar kontrak. Padahal, kedua pandangan di atas pada hakekatnya tidak berdasar, karena ahli hukum Hanafi yang berpendapat bahwa rukun akad hanya i>ja>b dan qabu>l mengakui bahwa tidak mungkin ada akad tanpa para pihak yang membuatnya dan tanpa obyek kontrak. Mu'jir atau pengguna jasa adalah orang yang menggunakan jasa baik berupa tenaga kerja maupun berupa benda yang kemudian mendapatkan upah atas jasa tenaga kerja tersebut atau menyewa jasa dari benda yang digunakannya.
Musta'jir adalah orang yang memberikan jasa, baik dengan tenaganya maupun dengan alat-alat yang dimilikinya, yang kemudian menerima upah dari jerih payahnya atau sewa dari benda-benda yang dimilikinya. Shighat i>ja>b qabu>l, i>ja>b adalah ucapan dari seorang mu„jir seperti “Setiap hari saya pinjami kamu mobil ini Rp. Sedangkan qabu>l adalah ucapan musta’jir seperti “Setiap hari Saya menerima sewa mobil dengan harga ini".
Pelaku akad ija>rah hendaklah mengetahui perkara-perkara yang mengakibatkan batalnya akad ija>rah agar transaksi ija>rah itu terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan syarak dan melindungi masyarakat di ija>. >ah urus niaga. Mu„jir dan musta„jir ialah mereka yang telah baligh dan berakal (madzheb al-Shafi'i> dan al-Hambali>). Jadi, jika seseorang itu belum atau kurang akal, seperti anak kecil atau bodoh, menyerahkan hartanya atau dirinya sebagai buruh (tenaga dan ilmu boleh diupah), maka ija>rahnya tidak sah.53 .
Berbeda dengan madzhab Hanafi dan al-Maliki yang mengatakan bahwa orang yang melakukan akad tidak boleh mencapai usia akil baligh, namun anak yang muajjiz juga dapat melakukan akad ija>rah dengan syarat yang disetujui walinya. Mu'jir adalah pemilik barang yang disewakan, walinya atau orang yang menerima wasiat (ish}i>) untuk bertindak sebagai wali. Adanya kesiapan di kedua sisi mu'jir dan musta'jir, yang tercermin dari adanya i>ja>bqabu>l.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menikmati harta sesamamu dengan sia-sia, kecuali dalam perniagaan. Jika yang diupah itu pekerjaan yang tidak menentu atau yang tidak boleh dilakukan seperti memanjat ke puncak menara tanpa alat, atau sesuatu yang tidak dapat dilakukan kerana agama, seperti membunuh atau mencuri, maka jual beli itu tidak sah.
- Macam-Macam Ija>rah
- Penentuan Upah Dalam Ija>rah
- Pembayaran Upah Dalam Ija>rah
- Permasalahan Mengenai Obyek Akad 1. Resiko Kerusakan Barang
- Tanggung Jawab Pemeliharaan Hewan Akad Jika Tidak Terjual Langsung
- Berakhirnya Perjanjian Ija>rah
Ija>rah 'ala al-mana>fi', yaitu ija>rah yang objek akadnya bermanfaat. Dalam ijarah ini, tidak diperbolehkan menjadikan benda sebagai tempat untuk kepentingan yang dilarang menurut Islam. Menurut ulama al-Hana>fiyah dan al-Malikiyah, „aqad ija>rah dapat ditentukan menurut perkembangan manfaat yang diterapkan.
Sedangkan ulama al-Sha>fi'iyyah dan al-Hana>billah mengklaim bahwa ija>rah ini ditentukan dengan sendirinya sejak aqad ija>rah terjadi. Oleh karena itu, menurut mereka, sewa dianggap harta karena bersifat 'aqad ija>rah. Ija>rah “ala al-“amal, yaitu ija>rah, yang sifatnya kerja, adalah kerja seseorang untuk melakukan kerja.
Jenis ija>rah yang diperbolehkan, seperti buruh bangunan, penjahit, pembuat sepatu dan lain-lain yaitu ijarah kelompok, dan ijarah pribadi juga diperbolehkan, seperti menyewa pembantu rumah tangga, tukang kebun dan satpam. Prinsip keadilan harus ada dalam kasus transaksi ija>rah ini agar orang mendapat balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, hal ini dijelaskan dalam al-Qur'a>n surat al-Ja>thiyah ayat 22 yang berbunyi: At Pembayaran upah terbagi menjadi dua hal, yaitu pembayaran ijarah berupa tenaga kerja dan ijarah berupa benda atau sering disebut sewa.
Jika ijarah berupa pekerjaan, maka kewajiban membayar upah adalah pada akhir pekerjaan, jika tidak ada pekerjaan lain, jika akad masih berlangsung, dan tidak ada syarat pembayaran, dan tidak ada ketentuan penundaan, menurut Abu> al-Hani>fah, gaji harus dicicil sesuai dengan manfaat yang diterima. sedangkan menurut al-Ima>m al-Sha>fi'i> dan al-Ima>m Ahmad sebenarnya ia berhak atas akad itu sendiri, jika mu'jir mengalihkan substansi barang sewaan kepada musta'en jir ia berhak menerima pembayaran karena penyewa telah diberikan hak pakainya. Ketika menyewa barang, maka uang sewa dibayarkan pada saat perjanjian sewa dibuat, kecuali dinyatakan lain dalam akad, manfaat barang yang ijarah akan mengalir selama masa sewa. Seiring dengan perkembangan dunia transaksi yang terus berkembang, maka banyak sekali permasalahan yang muncul dalam prakteknya, demikian juga dalam dunia transaksi ija>rah, seringkali muncul berbagai permasalahan.
Istilah al-'a>dah dan 'urf menurut jumhurul ulama memiliki arti yang sama, namun sebagian fuqaha' memiliki pendapat yang berbeda. Sedangkan makna 'a>dah atau 'urf adalah semua yang diketahui manusia sehingga menjadi kebiasaan yang berlaku dalam kehidupannya dalam bentuk perkataan dan perbuatan. b) Persyaratan penggunaan untuk dapat diterima sebagai hukum adalah sebagai berikut:109. Tanpa akad baru, ijarah dianggap berhenti, kecuali ada keadaan yang memaksa sampai berapa lama.
Selain berakhirnya akad ijarah, dapat terjadi kerusakan (fasakh) jika terdapat cacat pada objek sewa yang menghalanginya untuk digunakan sebagaimana dimaksud dalam akad, baik cacat tersebut terjadi sebelum atau sesudah terjadinya akad. perjanjian itu akan rusak sekalipun barang yang disewa itu rusak, yang tidak mungkin lagi sesuai dengan fungsinya.