• Tidak ada hasil yang ditemukan

afri lion kimia organik

N/A
N/A
Afri Lion

Academic year: 2024

Membagikan "afri lion kimia organik"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA: AFRI LION NIM : F202201216 KELAS: M4

1. pembuatan alkedenia

Pembuatan alkadiena hidrokarbon tak jenuh dapat dilakukan melalui beberapa metode, tergantung pada struktur dan jenis alkadiena yang

diinginkan. Salah satu metode umum adalah melalui proses alkena metatesis atau reaksi metatesis olefinik.

Proses alkena metatesis melibatkan pertukaran gugus alkil pada dua molekul alkena yang berbeda, menghasilkan dua molekul produk yang berbeda pula. Misalnya, jika Anda ingin membuat butadiena (C4H6), Anda dapat menggunakan reaksi alkena metatesis antara dua molekul etilena (C2H4), yang menghasilkan butadiena dan etena (C2H4)

sebagai produk samping.

metode ini mungkin melibatkan kondisi reaksi dan katalis khusus untuk berhasil. Pembuatan alkadiena melalui reaksi alkena metatesis adalah contoh proses yang relatif modern dan kompleks di dalam kimia organik, dan tergantung pada kondisi dan jenis alkadiena yang ingin dihasilkan.

Reaksi senyawa alkadenia

1. Reaksi Adisi Hidrogen(Hidrogenasi): Alkadiena dapat mengalami reaksi adisi hidrogen, di mana ikatan rangkap terbuka dan atom hidrogen ditambahkan pada posisi yang sebelumnya memiliki ikatan rangkap.

Hasilnya adalah senyawa alkena yang lebih jenuh (tak ada ikatan rangkap lagi).

2. Reaksi Polimerisasi: Alkadiena seperti butadiena dapat mengalami reaksi polimerisasi, di mana molekul-molekul alkadiena membentuk rantai

(2)

panjang dengan ikatan kovalen di antara mereka. Ini menghasilkan polimer seperti karet sintetis.

3. Reaksi Hidrogenasi Ikatan Tunggal:Ikatan rangkap dalam alkadiena juga dapat mengalami hidrogenasi menjadi ikatan tunggal melalui reaksi hidrogenasi katalitik. Ini mengubah alkadiena menjadi alkana.

4. Reaksi Adisi Elektrofilik: Ikatan rangkap dalam alkadiena dapat mengalami reaksi adisi elektrofilik, di mana senyawa elektrofilik menambahkan pada ikatan rangkap. Contohnya adalah reaksi adisi halogen (seperti klorin atau bromin) pada alkadiena.

5. Reaksi Poliadiasi: Alkadiena dapat mengalami reaksi poliadiasi, di mana dua atau lebih molekul alkadiena bergabung untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks.

6. Reaksi Oksidasi: Alkadiena juga dapat mengalami reaksi oksidasi jika terpapar oksigen. Ini dapat menghasilkan senyawa oksidasi

yang lebih jenuh.

2. Soal 1: Nama apa yang sesuai untuk senyawa dengan rumus molekul C4H8 yang memiliki satu ikatan rangkap dua?

Jawaban 1: Senyawa ini adalah butena. Nama IUPAC-nya adalah "1-butena"

karena ikatan rangkap dua terletak pada atom karbon nomor 1 dalam rantai karbon.

Soal 2: Nama apa yang sesuai untuk senyawa dengan rumus molekul C5H10 yang memiliki dua ikatan rangkap dua?

Jawaban 2: Senyawa ini adalah pentadiena. Nama IUPAC-nya adalah "1,3- pentadiena" karena terdapat dua ikatan rangkap dua pada posisi karbon nomor 1 dan 3 dalam rantai karbon.

Soal 3: Nama apa yang sesuai untuk senyawa dengan rumus molekul C6H10 yang memiliki satu ikatan rangkap tiga?

(3)

Jawaban 3: Senyawa ini adalah heksuna. Nama IUPAC-nya adalah "2-heksuna"

karena ikatan rangkap tiga terletak pada atom karbon nomor 2 dalam rantai karbon.

Soal 4: Nama apa yang sesuai untuk senyawa dengan rumus molekul C3H4 yang memiliki satu ikatan rangkap dua dan satu ikatan rangkap tiga?

Jawaban 4: Senyawa ini adalah propadiena. Nama IUPAC-nya adalah "1,3- propadiena" karena terdapat satu ikatan rangkap dua pada posisi karbon nomor 1 dan satu ikatan rangkap tiga pada posisi karbon nomor 3 dalam rantai karbon.

Soal 5: Nama apa yang sesuai untuk senyawa dengan rumus molekul C8H12 yang memiliki tiga ikatan rangkap dua?

Jawaban 5: Senyawa ini adalah oktatriena. Nama IUPAC-nya adalah "1,3,5- oktatriena" karena terdapat tiga ikatan rangkap dua pada posisi karbon nomor 1, 3, dan 5 dalam rantai karbon.

3. pembuatan senyawa golongan eter dan epoksida Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:

Dehidrasi alkohol

Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:

2 R-OH → R-O-R + H2O

Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 °C). Reaksi ini dikatalisis oleh asam, biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untukn menghasilkan eter simetris, tetapi tidak dapat digunakan untuk

menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol

menggunakan metode ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.

(4)

Sintesis eter Williamson

Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida

R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX

Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X).

Gugus lepas tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat.

Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan aril halida

(misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa.

Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan

alkohol. Oleh karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya melalui mekanisme reaksi SN2.

C6H5OH + OH- → C6H5-O- + H2O C6H5-O- + R-X → C6H5OR

Kondensasi Ullmann

Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.

(5)

Adisi elektrofilik alkohol ke alkena

Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.

R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2

Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

Pembuatan epoksida

Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:

a. Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta- kloroperoksibenzoat (m-CPBA).

b. Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.

Reaksi senyawa golongan eter dan epoksida

Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.

Pembelahan eter

Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:

ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH

Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.

(6)

Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida. Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.

Pembentukan peroksida

Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini

memerlukan oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.

Sebagai basa Lewis

Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard.

Polieter (misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.

Reaksi epoksida

Reaksi pembukaan-cincin mendominasi reaktivitas epoksida—mereka adalah elektrofil yang potensial. Alkohol, air, amina, tiol dan banyak pereaksi lainnya dapat bertindak sebagai nukleofil untuk reaksi ini. Reaksi ini adalah dasar bagi pembentukan perekat epoksi dan produksi glikol.

Dalam kondisi asam, posisi serangan nukleofil dipengaruhi baik oleh efek sterik (seperti yang biasa terlihat dalam reaksi SN2) dan oleh

kestabilan karbokation (seperti yang biasa terlihat dalam reaksi SN1). Hidrolisis suatu epksida dalam kehadiran suatu katalis asam menghasilkan suatu glikol. Hidrolisis mensyaratkan adisi nukleofilik air ke epoksida. Dalam kondisi basa, nukleofil menyerang karbon yang kurang tersubstitusi, sesuai dengan pola standar untuk proses

(7)

SN2. Ketika diperlakukan dengan tiourea, epoksida diubah menjadi sulfida, yang disebut thiirana.

Polimerisasi epoksida menghasilkan polieter, misalnya etilena

oksida terpolimerisasi menghasilkan polietilena glikol, juga dikenal sebagai polietilena oksida.

4. a. Alkohol

Sifat Fisika: Alkohol biasanya berbentuk cairan pada suhu kamar dan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan hidrokarbon sebanding. Hal ini disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antara molekul alkohol, yang

memerlukan energi yang lebih besar untuk memutuskan ikatan-ikatan ini.

Sifat Kimia: Alkohol dapat mengalami reaksi oksidasi, menghasilkan asam karboksilat atau aldehida, tergantung pada kondisi reaksi. Selain itu, alkohol dapat digunakan sebagai pelarut dalam berbagai reaksi kimia.

Fenol:

Sifat Fisika: Fenol adalah cairan tak berwarna pada suhu kamar dan memiliki bau yang khas. Fenol memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol yang memiliki jumlah atom karbon sebanding karena ikatan hidrogen

antarmolekul dan ikatan pi dalam cincin benzena.

Sifat Kimia: Fenol adalah asam lemah, yang berarti ia dapat melepaskan ion hidrogen (H+) dalam larutan. Ini membuatnya reaktif terhadap basa dan dapat membentuk garam fenolat. Fenol juga dapat mengalami reaksi substitusi elektrofilik aromatik pada cincin benzena.

Perbedaan nya

(8)

Struktur Kimia: Perbedaan utama adalah struktur kimianya. Alkohol memiliki gugus hidroksil terikat pada atom karbon alifatik, sedangkan fenol memiliki gugus hidroksil terikat pada cincin benzena.

Sifat Asam-Asaman: Fenol adalah asam lemah, sedangkan alkohol tidak

memiliki sifat asam yang signifikan. Fenol dapat membentuk garam fenolat dalam reaksi dengan basa, sedangkan alkohol tidak dapat melakukan hal ini.

Titik Didih: Biasanya, fenol memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama karena ikatan hidrogen yang lebih kuat dalam fenol.

Reaktivitas Aromatik: Fenol lebih reaktif dalam reaksi aromatik dibandingkan dengan alkohol alifatik karena cincin benzena dalam struktur fenol

memungkinkan terjadinya substitusi elektrofilik aromatik.

Bau: Fenol memiliki bau yang khas, sementara alkohol biasanya tidak memiliki bau yang mencolok.

Kegunaan: Alkohol umumnya digunakan dalam industri sebagai pelarut dan bahan kimia antara, sementara fenol digunakan dalam produksi resin fenol- formaldehida, sebagai bahan kimia antara dalam industri kimia, dan dalam pembuatan berbagai produk kimia.

b. Reaksi Alkohol:

Oksidasi Alkohol: Alkohol dapat mengalami reaksi oksidasi, yang menghasilkan pembentukan asam karboksilat atau aldehida, tergantung pada tingkat oksidasi.

Misalnya, etanol (alkohol etil) dapat dioksidasi menjadi asam asetat dengan bantuan oksidator seperti asam kromat (VI) atau kalium permanganat.

Esterifikasi: Alkohol dapat bereaksi dengan asam karboksilat dalam reaksi esterifikasi, membentuk ester dan air. Ini adalah reaksi yang digunakan dalam

(9)

pembuatan banyak ester, yang memberikan aroma dan rasa pada berbagai jenis makanan dan minuman.

Penggantian Hidrogen: Alkohol dapat mengalami reaksi penggantian hidrogen dengan berbagai reagen seperti halogen (misalnya, bromin atau klorin) untuk membentuk senyawa alkil halida.

Reaksi Fenol:

Reaksi Asilasi: Fenol dapat bereaksi dengan anhidrida asetat atau klorida asetat dalam reaksi asilasi, membentuk senyawa yang disebut asetat fenil. Ini adalah reaksi yang digunakan dalam sintesis senyawa organik kompleks.

Reaksi dengan Logam: Fenol dapat bereaksi dengan logam natrium untuk membentuk natrium fenolat dan hidrogen gas.

Reaksi Nitrosasi: Fenol dapat bereaksi dengan asam nitrit untuk membentuk senyawa yang disebut fenil nitroso.

Reaksi Substitusi Aromatik: Fenol dapat mengalami reaksi substitusi elektrofilik aromatik pada cincin benzena karena keberadaan cincin benzena dalam strukturnya. Ini melibatkan penggantian salah satu atom hidrogen pada cincin dengan kelompok fungsional tertentu.

5. a. Aldehida:

Struktur Kimia: Aldehida adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi karbonil (C=O) yang terikat pada ujung rantai karbon. Gugus ini memiliki satu atom hidrogen (H) yang terikat padanya.

Sifat Fisika: Aldehida biasanya berbentuk cairan pada suhu kamar, dengan aroma yang khas. Beberapa aldehida yang memiliki rantai karbon pendek (seperti

formaldehida) dapat berbentuk gas pada suhu kamar. Aldehida juga memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam karboksilat sebanding dengan jumlah atom karbon yang sama.

(10)

Sifat Kimia: Aldehida dapat mengalami reaksi oksidasi untuk membentuk asam karboksilat. Reaksi ini sering terjadi dengan bantuan oksidator seperti asam kromat (VI) atau kalium permanganat. Selain itu, aldehida dapat mengalami reaksi penambahan nukleofilik pada atom karbon dalam gugus karbonil.

Keton:

Struktur Kimia: Keton adalah senyawa organik yang juga memiliki gugus fungsi karbonil (C=O), tetapi gugus ini terikat pada tengah rantai karbon. Keton

memiliki dua gugus alkil (atau aril) yang terikat pada atom karbon dalam gugus karbonil.

Sifat Fisika: Keton umumnya berbentuk cairan pada suhu kamar, dengan titik didih yang lebih tinggi daripada alkana atau aldehida sebanding dengan jumlah atom karbon yang sama. Mereka tidak memiliki aroma khas seperti aldehida.

Sifat Kimia: Keton dapat mengalami reaksi oksidasi, tetapi biasanya lebih stabil terhadap oksidasi dibandingkan dengan aldehida karena tidak memiliki atom hidrogen yang terikat pada atom karbon dalam gugus karbonil. Keton juga dapat mengalami reaksi penambahan nukleofilik pada atom karbon dalam gugus karbonil.

Perbedaan antara Aldehida dan Keton:

Lokasi Gugus Karbonil: Perbedaan utama adalah lokasi gugus karbonil. Pada aldehida, gugus karbonil terikat pada ujung rantai karbon, sedangkan pada keton, gugus karbonil terletak di tengah rantai karbon.

Nama: Aldehida biasanya memiliki akhiran "-al," sementara keton memiliki akhiran "-on."

Sifat Fisika: Aldehida memiliki titik didih lebih rendah daripada keton dengan jumlah atom karbon yang sama dalam molekulnya.

(11)

Stabilitas Terhadap Oksidasi: Keton biasanya lebih stabil terhadap oksidasi daripada aldehida karena tidak memiliki atom hidrogen yang terikat pada atom karbon dalam gugus karbonil.

Aroma: Aldehida sering memiliki aroma yang khas, sementara keton biasanya tidak memiliki aroma yang mencolok.

Contoh Aldehida Terkenal: Formaldehida (CH2O) adalah contoh aldehida yang sederhana. Contoh keton terkenal adalah aseton (CH3COCH3).

b. Pembuatan Aldehida:

Oksidasi Alkohol Primer: Salah satu metode paling umum untuk membuat aldehida adalah dengan mengoksidasi alkohol primer (alkohol dengan gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon primer) menggunakan oksidator yang tepat. Oksidator umum yang digunakan adalah asam kromat (VI), kalium permanganat (KMnO4), atau reagen Collins (CrO3 dalam asam sulfat).

Oksidasi Alkohol Alilik: Aldehida juga dapat dibuat dengan mengoksidasi alkohol alilik (alkohol yang memiliki gugus hidroksil terikat pada atom karbon yang terikat pada ikatan rangkap).

Oksidasi Alkohol Primer dengan Reagen PCC: Reagen PCC (piridinium klorokromat) adalah reagen yang digunakan khusus untuk mengoksidasi alkohol primer menjadi aldehida tanpa mengoksidasi lebih lanjut menjadi asam

karboksilat. Ini berguna dalam kondisi di mana Anda ingin menghindari oksidasi berlebihan.

Pembuatan Keton:

Oksidasi Alkohol Sekunder: Keton dapat dibuat dengan mengoksidasi alkohol sekunder (alkohol dengan gugus hidroksil terikat pada atom karbon sekunder) menggunakan oksidator yang sesuai. Oksidator seperti kalium permanganat atau asam kromat (VI) sering digunakan.

(12)

Pembentukan Keton dari Alkil Halida: Keton juga dapat dibuat dengan mereaksikan alkil halida dengan senyawa natrium alkilida (sodium alkoxide) dalam reaksi Friedel-Crafts. Ini menggantikan gugus alkil pada senyawa aromatik dengan gugus keton.

Reaksi Aldol dan Kondensasi Aldol: Reaksi aldol melibatkan pembentukan senyawa beta-hidroksi aldehida atau keton melalui reaksi antara dua molekul aldehida atau keton yang berbeda. Kemudian, kondensasi aldol menghasilkan molekul beta-hidroksi tersebut menjadi senyawa keton.

6. 1-metil-3-nitrobenzena.

7. a. CH3CH=CH2

Senyawa ini adalah propena, yang memiliki tiga atom karbon dalam rantai alkena.

Namun, propena tidak memiliki isomer cis-trans karena dua gugus hidrogen (H) di sisi yang berlawanan dari ikatan rangkap dua.

b. BrCH=CHCl

Senyawa ini adalah 1,2-dibromoetena. Kedua gugus bromin (Br) terletak pada atom-atom karbon yang berdekatan di sekitar ikatan rangkap dua, dan satu atom hidrogen (H) dan satu atom klorin (Cl) terletak di sisi yang berlawanan dari ikatan rangkap dua. Oleh karena itu, senyawa ini memiliki isomer cis-trans.

gambar struktur senyawa H H

| | Br-C= C-Cl | | Br H

(13)

nama kimianya:

Isomer dengan kedua gugus yang berada di sisi yang sama (sejajar) dari ikatan rangkap dua adalah isomer cis. Jadi, ini adalah cis-1,2-dibromoetena.

Isomer dengan kedua gugus yang berada di sisi yang berlawanan (salah satu di atas dan satu di bawah) dari ikatan rangkap dua adalah isomer trans. Jadi, ini adalah trans-1,2-dibromoetena.

8. Ikatan kovalen dalam cincin benzena memiliki karakteristik khas yang disebut ikatan pi (π) delokalisasi. Ciri-ciri utama dari ikatan kovalen antara atom karbon dalam benzena adalah:

Ikatan Pi Delokalisasi: Cincin benzena terdiri dari enam atom karbon dan enam atom hidrogen, dan semua ikatan C-C di dalam cincin ini adalah ikatan kovalen rangkap dua (ikatan pi, π). Namun, ikatan π dalam benzena tidak terlokalisasi di antara dua atom karbon tertentu, seperti pada alkena biasa. Sebaliknya, elektron dalam ikatan π benzena terdelokalisasi di seluruh cincin. Artinya, setiap atom karbon dalam cincin benzena berkontribusi pada ikatan π secara merata. Ini menciptakan kondisi yang disebut "resonansi" atau "híbrida π," yang memberikan cincin benzena stabilitas tambahan.

Kestabilan Tambahan: Ikatan π delokalisasi dalam cincin benzena menciptakan sistem ikatan yang sangat stabil. Kondisi resonansi ini membuat ikatan C-C dalam cincin benzena lebih kuat dan lebih pendek dibandingkan dengan ikatan rangkap dua dalam senyawa alkena biasa. Stabilitas ini menjadikan benzena kurang reaktif dibandingkan dengan senyawa alkena yang sebanding.

Struktur Cincin Planar: Semua atom karbon dalam cincin benzena memiliki konfigurasi hibridisasi sp2, yang menghasilkan geometri planar. Ini berarti semua atom karbon dalam benzena berada dalam satu bidang datar yang sama.

Kelebihan Elektron: Karena adanya delokalisasi elektronik dalam cincin benzena, cincin ini memiliki kelebihan elektron yang memengaruhi reaktivitas

(14)

kimianya. Benzena biasanya bertindak sebagai donor elektron dalam reaksi kimia, misalnya, dalam reaksi substitusi elektrofilik aromatik.

Aroma Khas: Salah satu ciri khas benzena adalah aromanya yang khas. Aroma ini terkait dengan struktur elektronik yang unik dalam cincin benzena.

Struktur Siklik Tidak Jenuh: Benzena adalah contoh struktur siklik tak jenuh, yang berarti cincin ini memiliki ikatan rangkap dalam strukturnya. Namun, berbeda dengan alkena yang memiliki ikatan rangkap satu dalam cincin, ikatan rangkap dalam benzena adalah ikatan π delokalisasi yang memberikan stabilitas tambahan.

Ikatan kovalen dalam benzena memiliki karakteristik unik ini yang

membedakannya dari ikatan π dalam senyawa alkena lainnya. Delokalisasi π ini menciptakan stabilitas yang tinggi dan sifat reaktif yang khas dari benzena.

9. Reaksi Substitusi Elektrofilik Aromatik adalah jenis reaksi kimia yang terjadi pada senyawa aromatik, seperti benzena, di mana sebuah gugus elektrofilik menggantikan salah satu atom hidrogen dalam cincin aromatik. Ini adalah salah satu reaksi paling umum yang terjadi pada senyawa aromatik dan dapat dibagi menjadi beberapa macam, termasuk:

Substitusi Elektrofilik Aromatik (SEAr) yang Umum: Dalam reaksi ini, gugus elektrofilik seperti asil klorida (RCOCl), asil bromida (RCOBr), atau ion NO2+

berikatan dengan atom karbon dalam cincin benzena dengan melepaskan hidrogen. Reaksi ini memerlukan katalisator seperti asam sulfat (H2SO4).

Substitusi Nitrosasi: Dalam reaksi ini, nitronium ion (NO2+) adalah elektrofil yang menggantikan salah satu hidrogen dalam cincin benzena. Ini adalah contoh dari reaksi SEAr yang umum dan digunakan dalam sintesis senyawa aromatik nitro.

Substitusi Halogenasi: Dalam reaksi ini, gugus halogen seperti bromin (Br2) atau klorin (Cl2) berikatan dengan atom karbon dalam cincin benzena dengan

(15)

melepaskan hidrogen. Ini adalah contoh reaksi SEAr yang menghasilkan senyawa aromatik halogenasi.

Substitusi Friedel-Crafts: Dalam reaksi ini, gugus elektrofilik seperti alkil atau asil terikat pada atom karbon dalam cincin benzena dengan bantuan katalisator seperti aluminum chloride (AlCl3) atau ferric chloride (FeCl3). Ini digunakan untuk memasukkan gugus alkil atau asil ke dalam cincin benzena.

Kearomatisan Menurut Aturan Huckel adalah konsep dalam kimia organik yang digunakan untuk menggambarkan cincin benzena dan senyawa aromatik lainnya. Aturan Huckel mengatakan bahwa untuk sebuah cincin siklik datar (seperti benzena) akan dianggap aromatik jika memenuhi kriteria berikut:

Cincin harus siklik: Cincin aromatik harus membentuk lingkaran atau cincin yang tertutup tanpa ujung terbuka.

Semua atom dalam cincin harus berpartisipasi dalam ikatan π: Semua atom dalam cincin harus berkontribusi dalam ikatan pi (π) yang membentuk cincin.

Dalam benzena, semua atom karbon dalam cincin berkontribusi pada ikatan π.

Cincin harus datar atau planar: Atom-atom dalam cincin aromatik harus berada dalam satu bidang datar yang sama.

Jumlah elektron π harus memenuhi kondisi 4n + 2: Ini adalah aturan matematis yang digunakan untuk menentukan apakah jumlah elektron π dalam cincin memenuhi syarat aromatik atau tidak. Jika n adalah bilangan bulat non- negatif, maka cincin akan dianggap aromatik jika jumlah elektron π dalam cincin adalah 4n + 2 (di mana n adalah 0, 1, 2, 3, ...).

Cincin benzena memenuhi semua kriteria ini dengan memiliki enam elektron π dan karenanya dianggap sebagai senyawa aromatik yang sangat stabil menurut aturan Huckel. Senyawa aromatik lain yang memenuhi aturan Huckel juga dikenal sebagai senyawa aromatik terkonjugasi.

(16)

10. 2-Butanol 1,2-Ethanediol 3,4-Dihydroytoluene Brometana

3-Bromopropanol 2-hidroksietilfenol

Referensi

Dokumen terkait

mengandung hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif sehingga antarmolekulnya tidak terdapat ikatan hidrogen, tetapi dapat membentuk ikatan H dengan molekul air..  Aldehida

• Sifat khas senyawa karbon ( geometri: ikatan jenuh (C sp 3 ) ikatan tak jenuh (C sp 2 atau sp ): sifat kimia: reaksi.. Kimia Dasar Kimia Analitik Kimia Fisik Kimia Anorganik

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami dan menguasai teori dasar mengenai struktur atom, ikatan kimia, sifat molekul, stereokimia, sifat dan reaksi senyawa-

Asam mineral merupakan sejenis asam yang diturunkan dari reaksi kimia mineral- mineral anorganik (berlawanan dengan asam organik ).. Asam ini memiliki atom hidrogen yang

Aldehid dan keton memiliki sifat-sifat fisik yaitu karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak bias menjadi ikatan hidrogen seperti

Mahasiswa dapat menjelaskan tata nama, sifat fisika, sintesa dan reaksi kimia dari senyawa hidrokarbon; alkana, alkena dan alkuna.. Mahasiswa dapat menjelaskan tata nama, sifat

Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi (halogenais pada dasarnya ialah reaksi substansi / Penggantian karena atom halogen

Golongan alkanol disebut juga alkohol, sedangkan golongan alkoksi disebut juga eter. Kedua homolog berisomer fungsional karena keduanya mempunyai rumus umum yang sama, yaitu CnH2n+2O, tetapi berbeda gugus fungsinya. Monoalkohol dikelompokkan sebagai alkohol primer, sekunder, dan tersier.Alkohol bisa dianggap sebagai analog organik dari air. Di dalam alkohol, gugus hidroksil (-OH) terikat pada atom karbon jenuh bukan pada atom hidrogen seperti pada air. Kehadiran gugus hidroksil menghasilkan sifat-sifat fisika dan kimia yang sangat berbeda dibandingkan pada