• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agusmida Yetni*), Villia Anggraini **), Merina Pratiwi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Agusmida Yetni*), Villia Anggraini **), Merina Pratiwi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PERMAINANSUCKER BALLTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN I

LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK

Oleh

Agusmida Yetni*), Villia Anggraini **), Merina Pratiwi **)

*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

**)Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is influenced by understanding of mathematical concepts that werestill low. This recearch was aimed to see what is the students understanding of mathematical concept by using sucker ball game better than the students understanding on mathematical concept by using convensional learning at eighth grade students of SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok academic year 2013/2014. This is experimental research which used random research design toward the subject. The population of research is the student in class VIII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok, and consist of 5 classes. The instrument used in thistechnique of analysis used t- tes.Based on the result of data analysis, it was revealed that the sample is distributed normally andhomogeny variant.Hypothesis test results obtained t = 1,2023and ttable= 1,673, indicating that the hypothesis was accepted. So, mathematialc concept using sucker ball game better than the student understanding on mathematic concept using convensional learning.

Keywords : Sucker ball, understanding of mathematical concepts

PENDAHULUAN

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting karena merupakan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika juga merupakan penunjang bagi ilmu pengetahuan lainnya, seperti ekonomi, sosial, fisika dan kimia. Oleh karena itu, matematika wajib diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang perguruan tinggi.

Menurut Pemendiknas No.22 Tahun 2006, tentang standar isi, tujuan dari pembelajaran matematika adalah:

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

(2)

gagasan dan pernyataan matematika, memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah siswa mampu memahami konsep matematika, namun kenyataan yang ditemui tidak terlibat dalam seluruh aktivitas belajar secara langsung. Kurangnya kegembiraan, semangat, dan minat siswa dalam belajar, sehingga dapat menurunkan potensi belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil belajar matematika siswa yang masih rendah.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok kelas VII, pada semester ganjil tahun 2012/2013, diperoleh gambaran selama proses pembelajaran berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Akibatnya, sebagian besar

siswa kurang aktif dalam pembelajaran, lebih banyak diam, siswa kurang aktif dalam pembelajaran kelompok, kemudian jika diberikan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang diberi guru, siswa belum mampu mengerjakan soal tersebut. Selain itu, siswa tidak ada yang mau bertanya ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya dalam proses pembelajaran berlangsung.

Pada saat wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok, bahwa dalam proses pembelajaran matematika siswa hanya mendengar, memperhatikan, dan mencatat selama proses pembelajaran berlangsung.

Siswa tidak mau bertanya kepada guru jika ada yang belum mengerti tanpa aktif berpikir, sehingga konsep pada materi tersebut belum begitu tersalurkan sampai kepada siswa.

Melihat permasalahan diatas, guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran perlumelakukan kiat-kiat, sehingga siswa tidak pasif, tetapi siswa dituntut keterlibatan secara aktif yang dapat mendorong semangat dan kreatifitas, baik secara mental maupun

(3)

fisik. Guru sebagai pengendali utama dalam pembelajaran harus melakukan suatu pendekatan yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, pendekatan yang digunakanyaitu pendekatan accelerated Learning. Meier (2000:25)yaitu

“pembelajaran yang dipercepat, maksudnya pendekatan ini berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan, yang menyatukan unsur- unsur hiburan, permainan, corak warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional”.

Salah satucara untuk menyatukan unsur dari pendekatan accelerated learning dengan memberikan suatu permainan yang menggembirakan, namun tidak mengurangi keefektifan dari pembelajaran itu sendiri, salah satu permainan tersebut adalah permainan sucker ball (bola mainan yang diluarnya ada alat penghisap kecil).Permainan ini dapat menciptakan kegembiraan, melatih kesehatan, menambah semangat dan minat siswa dalam belajar, sehingga didalam pembelajaran terjadi interaksi timbal balik antara guru dan siswa.

Berdasarkan uraian diatas, yang telah dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Permainan Sucker Ball Terhadap Pemahaman Konsep Matematika SiswaKelas VIII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2012/2013”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen dengan rancangan random terhadap subjek. Penelitian dilakukan pada tanggal 4 oktober sampai tanggal 18 oktober 2013 di SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan sampel kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.C sebagai kelas kontrol.

Instrumen penelitian adalah tes akhir dengan 10 butir soal esai. Rubrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubric analik merujuk pada Shadiq(2009: 13). Uji coba dilakukan di SMPN 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok dengan kemampuan akademis yang sama dan memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sama

(4)

yaitu 75. Tes dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2013 di kelas VIII.2 dengan jumlah siswa 18 orang.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dengan metode permainan sucker ball pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep. Sebelum soal diujikan maka terlebih dahulu dilakukan uji coba soal disekolah yang berbeda, dari uji coba diperoleh reliabilitas r11 = 0,802 maka soal reliable, merujuk (Arikunto, 2010 :196)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tes Pemahaman Konsep Siswa

Pemahaman konsep matematis siswa yang diambil dari tes akhir diberikan setelah menggunakan motode permainan Sucker Ball pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Tabel. Hasilanalisis data tesakhir

KelasS

ampel S Xma

ks

X

min

Eksper

imen 76,5357 14,4926 100 51 Kontro

l 71,1428 18,7985 98 34

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-ratapemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata- rata pemahaman konsep matematis siswa kelas control dan simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah daripada simpangan baku kelas kontrol, artinya nilai siswa pada kelas eksperimen lebih menyebar daripada kelas kontrol.

Hipotesis penelitian adalah

“Pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan metode permainan sucker balllebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok”.

Sebelum uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji F merujuk pada Sudjana (2005:249), dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, diketahui nilai tes akhir siswa pada kedua kelas sampel berdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t satu pihak. Berdasarkan uji t satu pihak yang dilakukan diperoleh

(5)

dengan .Jadidari uji t yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan metode permainan Sucker Ball lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok.

Pemahaman konsep matematis siswa merupakan salah satu aspek dari hasil belajar.Pada pemahaman konsep matematis terdapat enam indikator, namun dari keenam indicator tersebut hanya tiga indikator yang sesuai dengan materi dan kisi-kisi. Tiga indikator yang dipakai, yaitu menyatakan ulang sebuah konsep, mengaplikasikan konsep atau algoritma

kepemecahan masalah,

mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep. Kelas eksperimen yaitu kelas VIII.B dengan penerapan metode permainan sucker ball. Penerapan metode permainan sucker ball ini membentuk siswa kedalam kelompok- kelompok kecil, kemudian guru menjelaskan materi pelajaran terlebih

dahulu, dan guru menggunakan lembaran pertanyaan tinjauan untuk dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Hal ini juga menjadikan siswa terbiasa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, setelah lembaran pertanyaan tinjauannya selesai di jawab, guru menunjuk beberapa orang dari perwakilan kelompok untuk mengerjakannya di papan tulis, siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar makamen dapat kesempatan untuk melempar bola sucker ball yang di dalamnya terdapat angka-angka yang berbeda,angka berapapun yang dikenai pada saat pelemparan itulah jumlah uang mainan yang di dapat oleh kelompok tersebut.Diakhir pembelajaran siswa membelanjakan uang mainannya di pasar kaget yang telah di sediakan guru di depan kelas, sedangkan pada kelas control yaitu kelas VIII.C yang menerapkan pembelajaran konvensional. Siswa hanya menunggu penjelasan dari guru tanpa ada usaha untuk mempelajari terlebih dahulu. Guru menjelaskan materi sampai dengan pemberian contoh soal, pemberian latihan juga didominasi oleh guru. Pada pembelajaran konvensional guru sangat

(6)

berperan dalam pembelajaran. Siswa hanya mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan guru. Dalam menjawab soal yang diberikan siswa pada umumnya sudah bias menyatakan ulang sebuah konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dan mengaplikasikan konsep atau algoritma kepemecahan masalah.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan setelah analisis data dan pembahasan terhadap masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa menggunakan metode permainan Sucker Ball lebih baik daripada pemahaman konsep siswa menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang Jaya Kabupaten Solok.

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran.Bagi guru matematika khususnya SMPN 1 Lembang Jaya,

perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran matematika, diharapkan kepada guru matematika untuk dapat mencoba menerapkan pembelajaran dengan permainan Sucker Ball ini. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pada materi dan sekolah yang berbeda

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Meier, Dave. 2000. Accelerated Learning (Hand Book).

Bandung : Kaifa

Shadiq, Fadjar. 2009. Kemahiran Matematika. Yogyakarta:

Depdiknas.

Sudjana. 2005. Metode Statistika.

Bandung: Tarsito.

Soehendro, Bambang. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(7)

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi manfaat memiliki pengaruh yang positif dan signifikan