• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALASAN ANAK BEKERJA SEBAGAI NELAYAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ALASAN ANAK BEKERJA SEBAGAI NELAYAN "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

ALASAN ANAK BEKERJA SEBAGAI NELAYAN

DI NAGARI SUNGAI TUNU BARAT KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN

ARTIKEL

MERI ANDINI NPM: 12070197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI PADANG SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)

2

(3)

1 REASON CHILDREN WORK AS FISHERMAN IN NAGARI SUNGAI TUNU BARAT

KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN Meri Andini1Dr. Maihasni, M.Si2Sri Rahmadani, M.Si3

Sociology of Education Studies Program STKIP PGRI West Sumatera Email: Andinimeri45@yahoo.co.id

ABSTRACT

The work as a fisherman is not only adults who work, but children are also involved working as a fisherman. The purpose of this research is 1). Describing the reasons children worked as a fisherman in Sungai Tunu Barat Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, 2). Describing the purpose of children working as fishermen in Sungai Tunu Barat Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. To explain the problem of this research used theory is the theory of phenomenology by Alfred Schutz. This study used a qualitative approach and descriptive. Informant selection technique by purposive sampling. Methods of data collection in this study using a non-participant observation and in-depth interviews. Then that becomes the unit of analysis is the person. Analysis of the indigenous in this study using an interactive model developed by milles Huberman.Based on the results of this study concluded that the reason children are working as fishermen, 1). The reason children work as fishermen due to economic hardship the family and school dropouts. 2). Interest children working as fishermen are to fulfill a desire, continuing education, and help burden of parents.

Keywords: Children, Work, Fisherman

(4)

2 ALASAN ANAK BEKERJA SEBAGAI NELAYAN

DI NAGARI SUNGAI TUNU BARAT KECAMATAN RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN

Meri Andini1Dr. Maihasni, M.Si2Sri Rahmadani, M.Si3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Email: Andinimeri45@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pekerjaan sebagai nelayan ini tidak hanya orang dewasa saja yang bekerja, tetapi anak-anak juga ikut terlibat bekerja sebagai nelayan. Tujuan penelitian ini adalah 1). Mendeskripsikan alasan anak bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. 2). Mendeskripsikan tujuan anak bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk menjelaskan permasalahan penelitian ini teori yang digunakan adalah teori fenomenologi oleh Alfred Schutz. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe deskriptif. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi non partisipan dan wawancara mendalam. Kemudian yang menjadi unit analisisnya adalah individu. Analisis adata dalam penelitian ini menggunakan model interaktif dikembangkan oleh milles Huberman.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alasan anak bekerja sebagai nelayan, 1). Alasan anak bekerja sebagai nelayan disebabkan karena kesulitan ekonomi keluarga dan putus sekolah. 2). Tujuan anak bekerja sebagai nelayan adalah untuk pemenuhan keinginan, melanjutkan pendidikan, dan membantu meringan beban orang tua.

Kata Kunci: Anak, Bekerja, Nelayan.

PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang selalu dihadapi oleh manusia. Masalah kemiskinan itu sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan implikasi permasalahannya dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia. Walaupun sering kali tidak disadari kehadirannya oleh manusia yang bersangkutan. Bagi mereka yang tergolong miskin, mereka itu merasakan dan menjalani sendiri bagaimana hidup dalam kemiskinan (Suparlan, 1984:11).

Faktor yang paling umum dirasakan masyarakat sebagai penyebab kemiskinan yang dihadapi dewasa ini adalah krisis ekonomi. Bagi orang miskin sebelum krisis moneter tahun 1997 yang telah hidup dalam belenggu kemiskinan, faktor ini disebut sebagai penyebab kemiskinan yang mereka hadapi menjadi semakin parah. Sementara itu ada pula golongan miskin yang semula tidaklah miskin. Bahkan diantaranya ditemui pula dahulunya tergolong kaya,

tetapi jatuh miskin akibat krisis ekonomi (Asmawi, 2006:58).

Selain itu, ada empat faktor penyebab kemiskinan yaitu; 1) faktor individual, orang miskin disebabkan oleh perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya. 2) faktor sosial, kondisi- kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. 3) faktor struktural, menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. 4) faktor kultural, kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep “kemiskinan kultural” atau “budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup atau mentalitas. Penelitian Oscar Lewis di Amerika Latin menemukan bahwa orang miskin memiliki sub-kultur atau kebiasaan tersendiri, yang berbeda

(5)

3 dengan masyarakat kebanyakan. Sikap-

sikap “negatif” seperti malas, fatalisme atau menyerah pada nasib, tidak memiliki jiwa wirausaha, dan kurang menghormati etos kerja (Suharto, 2009:18).

Bagi bangsa Indonesia, keluarga miskin, dan terlebih lagi anak-anak, situasi krisis ekonomi adalah awal mula dari timbulnya berbagai masalah yang sepertinya makin mustahil untuk dipecahkan dalam waktu singkat. Situasi krisis ekonomi bukan cuma melahirkan kondisi kemiskinan yang makin parah, tetapi juga menyebabkan situasi menjadi teramat sulit. Krisis ekonomi, meski merupakan satu-satunya faktor pencipta anak rawan, tetapi bagaimanapun krisis yang tidak kunjung usai menyebabkan daya tahan, perhatian dan kehidupan anak-anak menjadi semakin termarginalkan, khususnya bagi pekerja anak (Suyanto, 2010:4).

Menurut KHA (Konvensi Hak Anak) yang telah diratifikasikan oleh pemerintah Indonesia disebutkan dan diakui bahwa anak-anak pada hakikatnya berhak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan mereka seyogianya tidak terlibat dalam aktivitas ekonomi secara dini (Suyanto, 2010:121). Demikian pula dengan Undang- undang nomor 23 tahun 2002 pasal 11 menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan bereaksi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

Anak yang bekerja pada hakikatnya adalah anak-anak yang harus terjun kedunia kerja sebelum mencapai usia legal untuk bekerja sehingga hak-hak dasar mereka terampas. Beberapa hak dasar tersebut antara lain adalah hak kebebasan untuk memilih dan jaminan untuk tumbuh kembang secara utuh baik fisik maupun mental, termasuk hak untuk bersekolah (Sulistri, 2007:16).

Berbagai pekerjaan digeluti oleh anak yang bersekolah, putus sekolah, bahkan ada yang sempat tidak bersekolah.

Padahal diusia anak kebutuhan yang seharusnya mereka dapatkan adalah mendapatkan pendidikan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk bermain dalam masa perkembangan fisik

dan mentalnya mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Pekerjaan yang digeluti anak mulai dari tukang becak, pedagang asongan, pengangkut barang di pasar, tukang parkir, pemungut ditempat sampah, dan sebagainya.Secara empiris banyak bukti yang menunjukkan bahwa keterlibatan anak-anak dalam aktivitas ekonomi, baik sektor formal maupun informal yang terlalu dini cenderung rawan eksploitasi, terkadang berbahaya dan mengganggu perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak (Suyanto, 2010:122).

Fenomena tentang anak yang bekerja juga ditemui di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Anak yang bekerja di Nagari Sungai Tunu Barat berjumlah 23 orang anak, empat orang diantaranya bekerja sebagai tukang tambal ban, empat orang anak lagi sebagai buruh panen sawit, lima orang anak bekerja sebagai pencuci motor, dan sebagai nelayan ada 10 orang anak. Semua anak yang bekerja di Sungai Tunu adalah anak laki-laki yang berumur dibawah 18 tahun. Jumlah anak yang bekerja sebagai nelayan yaitu sebanyak 10 orang anak yang terdiri dari nelayan jaring dua orang anak yaitu Ijep dan Farel, nelayan pukek (pukat) empat orang anak yakni Rapi, Fajar, Aldi dan Rozak. Nelayan payang dua orang anak yaitu Teguh dan Noval, dan nelayan wareng dua orang anak yaitu Engki dan Iwan, dan yang paling sedikit jumlah pekerja anak yaitu bekerja sebagai tukang tambal ban dan buruh panen sawit yang masing-masing berjumlah empat orang anak.

Dalam penelitian ini yang dilihat yaitu anak-anak yang bekerja sebagai nelayan. Pada umumnya anak yang bekerja sebagai nelayan ini adalah anak yang putus sekolah kecuali yang bernama Engki dan Iwan. Pekerjaan nelayan ini semestinya dilakukan oleh orang dewasa yang berumur 18 tahun ke atas karena pekerjaan sebagai nelayan ini harus memiliki keahlian yang khusus seperti untuk melakukan pengintaian ombak, nelayan harus berhati- hati dalam memilih ombak yang harus di tembusnya ke tengah laut dan tidak asal memilih, selain itu pekerjaan sebagai nelayan ini sangat melelahkan dan membutuhkan waktu yang cukup lama

(6)

4 berada di laut, serta pekerjaan sebagai

nelayan ini sangat berbahaya untuk anak- anak. Namun, di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan peneliti juga menemukan yang melakukan pekerjaan sebagai nelayan adalah anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun yang ternyata ikut bekerja dalam penangkapan ikan di laut maupun di air payau. Dengan adanya fenomena anak yang bekerja sebagai nelayan, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Alasan Anak Bekerja Sebagai Nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.

Tujuan dari penelitian ini peneliti lakukan adalah untuk mendeskripsikan alasan anak bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan dan mendeskripsikan tujuan anak bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan teori fenomenologi yang dikembangkan oleh Schutz. Alfred Schutz di dalam teori fenomenologinya melihat bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti dan makna tertentu terhadap tindakanya itu, dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti (Ritzer, 2011:59).

Makna ini dipahaminya sebagai sesuatu yang disebut “motif” dimana manusia melakukan tindakan-tindakan karena alasan-alasan tertentu. Jadi, disini orang memiliki tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut mereka terdorong untuk melakukan usaha-usaha yang dilahirkan berupa tindakan yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya.

Alfred Schutz membagi motif yang mempengaruhi tindakan manusia ke dalam dua bagian yaitu Because motive dan In order motive. Because motive berarti motivasi yang tumbuh melalui pengalaman dan masa lalu individu sebagai anggota masyarakat artinya motif seseorang individu dalam melakukan sesuatu didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang ada pada dirinya. Sedangkan In order motive berarti motivasi yang tumbuh dan

timbul karena melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. In order motive merupakan tujuan yang digambarkan sebagai maksud, makna, harapan, minat yang diinginkan dan karena itu berorientasi kemasa depan (Wirawan, 2013:134).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memahami fenomena-fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain (Moleong, 2013:6). Tipe penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi- situasi atau kejadian-kejadian (Sumadi, 2011:76).Tipe deskriptif merupakan data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka- angka. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu pengambilan informan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi non-partisipan dan wawancara mendalam. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Individu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data menurut Milles dan Huberman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alasan Anak Bekerja Sebagai Nelayan Menurut teori fenomenologi Alfred Schutz terkait tindakan manusia, tindakan ditentukan oleh makna yang dipahami tentang sesuatu yang disebut dengan motif, dimana seseorang dalam melakukan tindakan mempunyai alasan tertentu. Alfred Schutz membagi motif yang mempengaruhi tindakan manusia ke dalam dua bagian yaitu because motive dan in order motive.

Pertama yaitu because motive, adalah motif yang timbul akibat pengalaman masa lalu individu sebagai anggota masyarakat.

Kedua, in order motive adalah motivasi yang timbul karena adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk

(7)

5 jangkauan masa depan. In order motive

merupakan tujuan yang digambarkan sebagai maksud, makna, harapan, minat yang inginkan karena berorientasi ke masa depan. Dalam hal ini pengalaman masa lalu dijadikan oleh individu sebagai sesuatu yang mendorong individu untuk bertindak.

Motif-motif tersebut menentukan tindakan yang akan dilakukan oleh seorang aktor, tindakan seseorang hanya merupakan suatu kesadaran terhadap motif, karena kesadaran terhadap motif menjadi sebab yang mendasari suatu tindakan dari individu (Wirawan, 2012:134).

Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, alasan anak-anak bekerja sebagai nelayan adalah sebagai berikut:

1. Kesulitan Ekonomi Keluarga

Salah satu alasan yang mendasari anak bekerja sebagai nelayan disebabkan karena kesulitan ekonomi keluarga, karena pendapatan keluarga yang kurang memadai untuk memberikan belanja dan biaya sekolah anak setiap hari, sehingga orang tua membolehkan anak untuk bekerja dan walaupun demikian orang tua tidak memaksa anaknya untuk bekerja. Artinya jika anak ingin maka orang tua membolehkan anak untuk bekerja. Anak–

anak yang bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat ini berasal dari golongan keluarga yang kurang mampu dimana orang tua tidak mampu membiayai tanggungan keluarganya. Berdasarkan observasi dimana rumah anak-anak yang bekerja sebagai nelayan ini ditandai dengan nama rumah tangga miskin yang tertempel pada dinding rumahnya tersebut dan rumah mereka ada yang dibuatkan oleh pemerintah yang disebut oleh banyak orang sebagai rumah bantuan. Kemudian ada juga dari anak-anak yang bekerja sebagai nelayan ini yang tidak memiliki rumah pribadi sehingga mereka tinggal bersama neneknya karena ayahnya sudah meninggal dunia sedangkan ibunya tidak memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang.

2. Putus Sekolah

Pendidikan merupakan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan tingkat pengetahuan yang ia miliki. Demikian pula dengan latar pendidikan yang dimiliki oleh orang tua pada umumnya akan berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua terhadap pendidikan. Orang tua yang berpendidikan tinggi berkecenderungan untuk memiliki wawasan pengetahuan tentang pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan orang tua yang berpendidikan rendah.

Pengetahuan yang baik terhadap pentingnya pendidikan oleh orang tua akan memberikan pengaruh yang baik pula terhadap minat belajar anaknya. Adanya dukungan dari orang tua baik secara moril maupun materil dengan memenuhi sarana dan prasarana yang diperlukan anaknya dalam kegiatan belajar sangat dibutuhkan anak dalam pencapaian pendidikannya.

Apabila orang tua kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak- anaknya maka anak-anak kurang mendapatkan pendidikan sekolah, putus sekolah atau bahkan tidak sekolah sama sekali.

Tujuan Anak Bekerja Sebagai Nelayan Teori Fenomenologi oleh Alfred Schutz yang kedua yaitu in order motive adalah motif yang timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan seseorang untuk jangkauan masa depan dan masa yang akan datang,in order motive adalah tujuan seseorang merujuk pada suatu keadaan pada masa yang akan datang, dimana aktor berkeinginan untuk mencapainya melalui beberapa tindakan seseorang pada masa kini dan masa yang akan datang (Wirawan, 2012:134).

In order motive merupakan tujuan yang digambarkan sebagai maksud, makna, harapan, minat yang diinginkan dan karena itu berorientasi ke masa depan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan adapun tujuan anak bekerja sebagai nelayan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan yaitu berdasarkan pada nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan adalah sebagai berikut:

1. Sebagai Pemenuhan Keinginan

(8)

6 Dalam kehidupan sosial, uang menjadi

hal yang sangat penting, bahkan tanpa uang kehidupan seseorang akan terasa sulit.

Sebaliknya dengan adanya uang kehidupan seseorang akan terasa mudah. Semua aspek kehidupan manusia tergantung dengan uang, jika seseorang sudah memiliki cukup uang maka seseorang dapat memenuhi keinginannya. Dapat memuaskan keinginan adalah hal yang sangat menyenangkan dan dapat memberikan kepuasan tersendiri dan ketika sudah masuk pada suatu perasaan kepuasan, maka segala sesuatu akan dilakukan untuk memenuhi keinginan tersebut. Keinginan adalah sesuatu yang kita kehendaki. Dengan memiliki uang seseorang akan lebih mudah untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, tujuan anak bekerja sebagai nelayan adalah sebagai pemenuhan keinginan. Keinginan yang ingin dipenuhinya dari bekerja sebagai nelayan adalah keinginan untuk memiliki handphone, dan keinginan untuk membeli dan memiliki motor dari hasil bekerjanya sebagai nelayan. Untuk mendapatkan keinginan ingin memiliki handphone dan sepeda motor, anak-anak yang bekerja sebagai nelayan menyisihkan dan menyimpan uang hasil dari kerjanya kepada orang tuanya.

2. Meringankan Beban Orang Tua Anak merupakan anugerah dari tuhan, namun anak juga dapat menjadi beban orang tua tetapi juga dapat menjadi keuntungan bagi keluarga karena dapat meringankan beban ekonomi bagi keluarga.

Dengan memiliki anak orang tua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan karena anak memiliki keuntungan ekonomi yaitu keuntungan yang diperoleh anak yang berupa sumbangan ekonomis seperti sumbangan tenaga kerja dan uang (Suhendi, 2001:53).

Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa anak-anak bekerja sebagai nelayan tujuannya yaitu membantu meringankan beban orang tua. Karena melihat kondisi keluarga mereka yang jauh berbeda dengan keluarga yang lainnya, anak memilih bekerja dengan tujuan untuk membantu meringan beban orang tua dan membantu

ekonomi keluarga agar lebih baik untuk ke depannya. Di sini dapat terlihat bahwasannya menurut teori schutz bahwa adanya tindakan seseorang yang dinamakan in order motive yang artinya motivasi yang tumbuh dan timbul karena melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan untuk jangkauan masa depan. Karena dengan bekerja seseorang akan memperoleh uang dari hasil kerjanya, dengan uang tersebut seseorang bisa dan dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, dengan demikian karena dapat membantu meringan beban orang tua, maka tindakannya akan sangat bernilai bagi dirinya.

3. Melanjutkan Pendidikan

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membangun sebuah negara.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 60 ayat 1 menyatakan bahwa” setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi sesuai dengan minat, bakat dan tungkat kecerdasannya’’. Hal tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, serta gender.

Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa tujuan anak-anak bekerja sebagai nelayan yaitu ingin melanjutkan pendidikan. Karena melihat kondisi keluarga mereka yang jauh berbeda dengan keluarga yang lainnya, anak memilih bekerja dengan tujuan untuk ingin melanjutkan pendidikan agar lebih baik untuk kedepannya. Disini dapat terlihat bahwasannya menurut teori Schutz bahwa adanya tindakan seseorang yang dinamakan in order motive yang artinya motivasi yang tumbuh dan timbul karena melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan untuk jangkauan masa depan. Karena dengan memiliki pendidikan yang tinggi, seseorang akan cerdas dan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang akan membawa seseorang tersebut ke arah kesuksesan.

KESIMPULAN

(9)

7 Berdasarkan penelitian tentang alasan

anak bekerja sebagai nelayan yang telah dilakukan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa alasan anak bekerja sebagai nelayan yaitu;

1. Kesulitan Ekonomi Keluarga, karena ketidaksanggupan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk bisa memberikan uang belanja agar anak bisa melanjutkan sekolah, sehingga anak-anak ikut bekerja sebagai nelayan agar bisa membantu meringankan beban orang tua dan bisa membiayai diri sendiri, dan 2.

Putus Sekolah, anak bekerja sebagai nelayan disebabkan kesulitan ekonomi keluarga karena pendapatan keluarga yang kurang memadai untuk memberikan belanja dan biaya sekolah setiap hari sehingga mereka berhenti sekolah dan memilih bekerja sebagai nelayan.

Kemudian juga ditemukan tujuan anak bekerja sebagai nelayan yaitu; 1.

Sebagai pemenuhan keinginan, seperti yang mereka harapkan dari bekerja sebagai nelayan yaitu mereka ingin memiliki handphone yang bagus dan ingin mempunyai atau membeli motor dengan uang hasil kerja sendiri, 2. Meringankan beban orang tua atau membantu ekonomi keluarga, dengan bekerja mereka akan memperoleh uang dari hasil kerjanya, dengan uang yang mereka peroleh bisa dan dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, dengan demikian dapat meringan beban orang tua 3. Melanjutkan Pendidikan.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan alasan anak bekerja sebagai nelayan yang telah dilakukan di Nagari Sungai Tunu Barat Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikemukakan saran- saran sebagai berikut:

1. Untuk anak yang bekerja sebagai nelayan, sebaiknya berfikir ulang lagi untuk memutuskan memilih pekerjaan untuk ikut serta sebagai nelayan, karena resiko bekerja sebagai nelayan sangat besar.

2. Untuk orang tua yang mimiliki anak yang bekerja sebagai nelayan umur dibawah 18 tahun, sebaiknya lebih mempertimbangkan lagi untuk tidak

membiarkan anak ikut serta bekerja sebagai nelayan, apalagi mereka dalam keadaan usia sekolah, sebaiknya orang tua lebih memotivasi anaknya akan pentingnya pendidikan untuk masa yang akan datang.

3. Rekomendasi untuk penelitian beikutnya, serta menambah referensi- referensi lain yang tentunya dapat bermanfaat dalam melakukan penelitian tentang alasan anak bekerja.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Afrizal, 2014. Metode Penelitian Kualitatif (Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu).

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Asmawi, 2006. Pementasan Kemiskinan

Dan Strategis Pengetahuan Yang Berbasis Institusi Lokal Dan Berkelanjutan Dalam Era Otonomi Daerah di Provinsi Sumbar. Padang:

Perpustakaan Unand

Moleong, J. Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan Dan Perlindungan Sosial Di Indonesia.

Bandung: Alfabeta

Sulistri. 2007. Pekerja Anak, Pendidikan Anak Pekerja/ Buruh, Skema Bantuan Dan Komite Sekolah.

Jakarta: KSBSI, KSPSI dan KSPI Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suparlan, Parsudi. 1984. Kemiskinan

Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta:Kencana Persada Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam

Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Yusuf, Mury. 2005. Metodologi Penelitian.

Padang: UNP Press Skripsi

(10)

8 Handito, Wibi.2015. Ekploitasi Terhadap

Pekerja Anak (Studi Kasus: Pekerja Anak Pemungut Barang Bekas di Kelurahan Kampung Lapai Kecamatan Nanggalo Kota Padang).

Skripsi.STKIP PGRI SUMBAR Nofrade, Utari.2015. Pekerja Anak Sebagai

Tukang Ojek (Studi Kasus di Nagari Cupak Kecamatan Gunung Talang Kabupaten Solok). Skripsi.STKIP PGRI SUMBAR

Internet

http://kompasiana.com/kadirsaja/fakta- tentang-pekerja-anak-di-indonesia, di akses tanggal 05-04-2016, jam 14:12

(11)

9

Referensi

Dokumen terkait

Sementara peran perempuan yang bekerja sebagai buruh di industri kerupuk palembang nagari Surantih kabupaten Pesisir Selatan dalam meningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga yaitu