• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alkalinitas

N/A
N/A
Wifaq Zulfa Ridlo

Academic year: 2024

Membagikan " Alkalinitas"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

ALKALINITAS

Disusun Oleh:

Kelompok 5 (Lima)

Nama : Muhammad Wifaq Zulfa Ridlo NIM : 2309046041

Asisten :Elcha Meliana Ramadhani NIM : 2109046026

LABOTARIUM TEKNOLOGI LINGKUNGAN PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

(2)

2024

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alkalinitas merupakan sebuah parameter kualitas air yang mencerminkan kemampuan air untuk menanggung kenaikan kadar asam tanpa mengalami perubahan signifikan dalam pH-nya. Parameter ini sangat penting dalam mengevaluasi keseimbangan ekosistem perairan. Alkalinitas dipengaruhi oleh keberadaan ion-ion seperti karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), dan hidroksida (OH-) dalam air. Sumber utama alkalinitas berasal dari batuan kapur yang larut dalam air, serta proses fotosintesis oleh tumbuhan air yang menghasilkan bikarbonat. Kadar alkalinitas yang sehat mendukung kehidupan akuatik, karena dapat membantu menjaga pH air tetap stabil. Perubahan pH yang signifikan dapat mengganggu organisme perairan, termasuk ikan dan plankton.

Alkalinitas juga berperan dalam proses penjernihan air, di mana keberadaan ion karbonat dapat mengikat logam berat dan mencegahnya mengendap dalam bentuk yang lebih toksik.

Peningkatan kadar asam di lingkungan, seperti yang disebabkan oleh polusi, dapat mengurangi alkalinitas dan menyebabkan penurunan pH air. Peningkatan kadar asam dapat mengancam keberlanjutan kehidupan akuatik dan mengganggu rantai makanan dalam ekosistem perairan. Ketidakseimbangan alkalinitas juga dapat memberikan dampak negatif terhadap pertanian dan kehidupan manusia. Tanaman pertanian lebih baik tumbuh dalam lingkungan dengan tingkat alkalinitas yang cukup. Pengelolaan alkalinitas juga menjadi fokus utama dalam proses pengolahan air limbah.

Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir keasamaan dalam air. Alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat dan sampai tahap tertentu

(3)

ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/L) kalsium karbonat (CaCO3).

(4)

Oleh karena itu, Praktikum Kimia Lingkungan tentang Alkalinitas penting dilakukan, agar praktikan mengetahui hubungan antara alkalinitas dan pH air pada air sampel Sungai Jalan R.E Martadinata. Praktikan mengetahui interaksi antara alkalinitas dengan suhu dan salinitas pada air sampel Sungai Jalan R.E Martadinata. Praktikan mengetahui hasil perlakuan setelah ditambahkan indikator fenolftalein pada air sampel Sungai Jalan R.E.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum Kimia Lingkungan tentang Alkalinitas, yaitu:

1. Mengetahuihubungan antara alkalinitas dan pH pada air sampel Sungai Jalan R.E.

Martadinata.

2. Mengetahui interaksi antara alkalinitas dengan suhu dan salinitas pada air sampel Sungai Jalan R.E. Martadinata.

3. Mengetahui hasil perlakuan setelah ditambahkan indikator fenolftalein pada air sampel Sungai Jalan R.E Martadinata.

(5)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Alkalinitas

Alkalinitas adalah ukuran kapasitas untuk menetralisir asam dan terutama disebabkan oleh garam-garam dari asam lemah. Alkalinitas merupakan salah satu konsep yang paling sentral karena mengontrol pH. Alkalinitas harus diakui sebagai salah satu faktor utama dalam semua perlakukan anaerobik yang terdiri dari spesies yang berbeda dari garam asam lemah, sehingga sangat nyaman dan konvensional untuk mengungkapkan semua alkalinitas sebagai CaCO3 dalam satuan mg/L. CO2 sering melebihi asam lemah lainnya dalam sistem anaerobik dengan aktivitas mikroba, alkalinitas bikarbonat yang cukup harus hadir untuk menetralkan dan karena itu sangat penting. Sistem anaerobik garam asam volatil juga berkontribusi terhadap alkalinitas pada pH netral, tetapi tidak tersedia untuk netralisasi penambahan asam volatil meskipun mereka mungkin merupakan sebagian besar dari total alkalinitas. Sistem anaerob beroperasi dalam rentang pH netral di mana bikarbonat adalah spesies yang dominan, sehingga alkalinitas bikarbonat minat utama. Sistem anaerob beroperasi pada rentang pH netral, yang berarti pH sekitar 6,5 hingga 7,5. Bikarbonat menjadi spesies dominan yang memainkan peran kunci dalam menjaga alkalinitas. Alkalinitas bikarbonat mencerminkan kemampuan larutan untuk menahan perubahan pH yang signifikan. Sistem anaerob bekerja, reaksi anaerobik seperti fermentasi menghasilkan asam organik, yang dapat menurunkan pH larutan. Keberadaan bikarbonat membantu menetralkan asam dan menjaga stabilitas pH (Dana dkk, 2019).

Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam, tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) terhadap pengaruh pengasaman. Alkalinitas dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm). Alkalinitas merupakan kemampuan suatu larutan untuk menahan perubahan pH saat asam atau basa

(6)

ditambahkan. Keberadaan ion-ion yang dapat menerima atau melepaskan proton.

Alkalinitas memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas lingkungan, terutama di dalam air. Larutan yang memiliki tingkat alkalinitas yang cukup, ia dapat meredam penurunan pH yang disebabkan oleh penambahan asam. Peredaman penurunan pH bermanfaat dalam menjaga kestabilan ekosistem air, seperti di sungai atau danau, di mana fluktuasi pH yang tiba-tiba dapat merugikan organisme hidup. Alkalinitas juga memberikan perlindungan terhadap dampak asam hujan. Dampak dari air hujan yang bersifat asam terhadap larutan dengan tingkat alkalinitas yang baik dapat menetralkan kelebihan asam, melindungi tanaman, dan mengurangi kerusakan lingkungan.

Alkalinitas memiliki peran dalam industri dan proses kimia. Proses manufaktur memerlukan kontrol pH yang ketat, dan keberadaan alkalinitas membantu mencegah perubahan mendadak dalam kondisi lingkungan. Kadar alkalinitas yang berlebihan dapat memiliki konsekuensi negatif, seperti ketidakseimbangan ekosistem air dan masalah kesehatan terkait penyediaan air minum (Pahala & Listia, 2019).

2.2 Sumber Alkalinitas

Alkalinitas mengacu pada kemampuan suatu larutan untuk menetralkan asam tanpa mengalami perubahan besar dalam pH. Sumber-sumber alkalinitas dapat berasal dari berbagai zat kimia yang terlarut dalam air atau dari reaksi kimia yang terjadi dalam lingkungan. Salah satu sumber utama alkalinitas adalah bikarbonat (HCO3-) yang dapat berasal dari mineral seperti kalsit dan dolomit yang larut dalam air. Karbonat (CO32-) juga dapat menyumbang pada alkalinitas, terutama dalam kondisi air yang memiliki kadar kalsium tinggi. Proses penguraian batuan karbonat oleh air hujan atau air tanah juga merupakan kontributor signifikan terhadap alkalinitas. Reaksi ini menghasilkan ion bikarbonat yang dapat meningkatkan kandungan alkalinitas dalam air. Amonia (NH3) dan senyawa-senyawa organik tertentu juga dapat memberikan kontribusi pada alkalinitas. Bakteri nitrifikasi dalam tanah dapat mengubah amonia menjadi nitrat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan alkalinitas air. Lingkungan akuatik, seperti danau dan sungai, dapat mengalami variasi alkalinitas karena interaksi kompleks antara berbagai faktor seperti geologi daerah aliran sungai, aktivitas manusia, dan dekomposisi bahan organik. Vegetasi dan tanaman air juga dapat mempengaruhi alkalinitas dengan

(7)

melepaskan zat-zat organik ke dalam air, yang kemudian dapat mengalami proses dekomposisi dan meningkatkan alkalinitas. Proses dekomposisi zat-zat organik dapat menyebabkan peningkatan alkalinitas karena terjadinya reaksi kimia di dalam air.

Sumber zat-zat organik yang dilepaskan oleh vegetasi dan tanaman air, seperti daun dan akar, mengandung senyawa organik kompleks. Senyawa yang mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme dalam air, terjadi pembebasan ion hidrogen karbonat dan karbonat. Reaksi ini dapat meningkatkan konsentrasi bikarbonat dalam air, yang pada gilirannya akan meningkatkan alkalinitasnya. peran vegetasi dalam siklus zat dapat berpengaruh signifikan terhadap parameter kimia lingkungan seperti alkalinitas air.

Keberadaan tanaman air juga dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem air, karena perubahan dalam komposisi kimia air dapat mencerminkan kondisi lingkungan yang berubah sesuai kandungan di dalam air (Rusman dkk, 2018).

Alkalinitas dalam air merujuk pada kemampuan air untuk menetralkan keasaman.

Sumber-sumber alkalinitas dapat berasal dari berbagai senyawa, termasuk karbonat, bikarbonat, dan hidroksida. Salah satu sumber utama alkalinitas adalah batuan kapur, yang mengandung senyawa karbonat. Proses alami pelapukan batuan kapur menghasilkan larutan air dengan tingkat alkalinitas yang lebih tinggi. Aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi alkalinitas air, misalnya, limbah industri atau pertanian yang mengandung senyawa basa dapat meningkatkan kadar alkalinitas. Alkalinitas memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Alkalinitas yang cukup dapat membantu menetralkan keasaman yang disebabkan oleh polutan seperti asam sulfat atau asam nitrat. Tingkat alkalinitas yang sehat adalah indikator kesehatan lingkungan perairan. Peningkatan alkalinitas yang signifikan juga bisa menjadi masalah, terutama jika disebabkan oleh limbah industri yang mengandung bahan kimia berbahaya tertentu. Sumber-sumber lain yang berkontribusi pada alkalinitas air meliputi proses fotosintesis oleh tumbuhan air, pengaruh vegetasi sungai, dan dekomposisi bahan organik. Senyawa bikarbonat dapat meningkatkan alkalinitas pada perairan (Khery dkk, 2019).

Tingkat alkalinitas yang stabil juga memiliki dampak pada organisme akuatik. Spesies ikan dan makhluk air lainnya memiliki toleransi yang berbeda terhadap perubahan

(8)

alkalinitas. Peningkatan yang tiba-tiba atau fluktuasi yang signifikan dapat mengancam keberlanjutan kehidupan akuatik, menyebabkan kerugian biodiversitas dan memengaruhi rantai makanan perairan. Mitigasi pencemaran air, pemantauan dan pemahaman terhadap sumber-sumber alkalinitas menjadi kunci. Program pengawasan lingkungan yang efektif harus mencakup pengukuran rutin tingkat alkalinitas air, identifikasi sumber-sumber potensial yang dapat memengaruhi alkalinitas, dan langkah- langkah pencegahan yang sesuai. Edukasi masyarakat juga penting agar kesadaran akan dampak pencemaran air dan peran alkalinitas dalam menjaga keseimbangan ekosistem semakin meningkat. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat sipil dapat memainkan peran penting dalam mengimplementasikan kebijakan lingkungan yang berkelanjutan. Langkah-langkah ini dapat mencakup peraturan regulasi ketat terhadap limbah industri, penggunaan teknologi bersih, dan kampanye kesadaran lingkungan (Khery dkk, 2019).

2.3 Peran Alkalinitas dalam Perairan

Alkalinitas merupakan gambaran kemampuan air untuk menetralkan asam atau disebut dengan Acid Neutralizing Capacity (ANC). Alkalinitas dapat didefinisikan sebagai jumlah ion negatif (anion) dalam air yang dapat digunakan untuk menetralkan ion positif (kation) hydrogen. Alkalinitas dapat didefinisikan sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan keasaman (pH) air. Ion-ion yang dapat ditemukan di dalam air seperti ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), hidroksida (OH-), sulfida (HS-), silikat (HSiO3), amonia (NH3), borat (BO33-), dan fosfat (PO43-). Ion-ion tersebut, hidroksida, karbonat, dan bikarbonat merupakan penyebab utama alkalinitas dan paling umum ditemukan di dalam air. Penentuan keasaman lebih sulit daripada penentuan kebasaan, karena zat utama CO2 dan H2S bersifat mudah menguap (volatile) sehingga mudah hilang dari sampel yang dianalisis. Alkalinitas memiliki peranan dalam penentuan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan biota air lainnya.

Tingkat alkalinitas yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya kesadahan air. Tingkat asiditas yang tinggi akan meningkatkan tingkat korosifitas dalam air (Supwatul dkk, 2023).

(9)

Alkalinitas berhubungan dengan kemampuan air untuk menetralkan kondisi asam, tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas berfungsi sebagai penyangga (buffer) terhadap kondisi asam. Alkalinitas disetarakan dengan MgCaCO3/liter air (ppm). Alkalinitas adalah parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan io-ion mineral dan kapur dalam air tambak. Alkalinitas tinggi akan membantu menyediakan kalsium untuk kebutuhan osmotik sel-sel. Alkalinitas, dikenal juga sebagai alkalinitas total, yaitu konsentrasi total unsur-unsur dasar yang ada dalam air atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3). Alkalinitas merupakan parameter penting dalam kualitas perairan yang mengukur kemampuan suatu larutan untuk menetralkan asam. Peran alkalinitas dalam perairan sangat signifikan karena memberikan stabilitas pada pH lingkungan perairan. Tingkat alkalinitas yang cukup, dapat mengurangi fluktuasi pH yang dapat merugikan organisme hidup di dalamnya. Alkalinitas juga merupakan indikator keberlanjutan ekosistem perairan, membantu melindungi organisme terhadap perubahan drastis dalam kadar asam. Peran alkalinitas dalam perairan sangat terkait dengan proses kimia tertentu. Pengolahan air, peningkatan alkalinitas dapat membantu mengendalikan konsentrasi ion hidrogen dan mencegah perubahan drastis dalam pH. Dampak positif bagi organisme perairan terutama bagi spesies yang sensitif terhadap fluktuasi pH ekstrem. Alkalinitas juga memainkan peran penting dalam siklus biogeokimia, seperti siklus karbonat dan bikarbonat. Alkalinitas dapat membantu mengikat karbon dioksida, yang dapat mempengaruhi iklim global. Tanah basa dengan kandungan alkalinitas yang tinggi dapat membantu menjaga keseimbangan nutrien dan keasaman dalam ekosistem sungai dan danau. Perubahan dalam tingkat alkalinitas dapat menjadi petunjuk masalah lingkungan, seperti pencemaran air atau gangguan ekosistem (Litriyana dkk, 2023).

2.4 Dampak Alkalinitas

Cekaman alkalinitas disebabkan oleh garam basa, seperti NaHCO3 dan Na2CO3. Cekaman alkalinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman dengan gejala yang paling mencolok adalah tanaman layu dan daun yang menguning karena dehidrasi.

Menentukan bahaya alkalinitas dapat dihitung menggunakan persamaan nilai rasio adsorpsi natrium atau Sodium Adsorption Ratio (SAR). Alkalinitas air memiliki dampak signifikan terhadap keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia. Salah satu

(10)

metode untuk menentukan bahaya alkalinitas adalah dengan menghitung nilai Sodium Adsorption Ratio (SAR), yang merupakan rasio konsentrasi ion natrium dibandingkan dengan ion kalsium dan magnesium dalam air. SAR dihitung dengan menggunakan persamaan matematika tertentu, yang melibatkan konsentrasi ion dalam satuan miliequivalent per liter (meq/L).

SAR memberikan indikasi tentang kemungkinan terjadinya masalah salinitas dan kelebihan natrium dalam tanah dan air. Nilai SAR yang tinggi dapat menunjukkan potensi kerugian produktivitas tanah dan ketidakmampuan tanaman untuk menyerap air dengan efisien. Kelebihan natrium dapat mengakibatkan degradasi struktur tanah dan penurunan daya infiltrasi air, mengakibatkan erosi tanah dan kehilangan produktivitas pertanian. Keseimbangan kalsium, magnesium, dan natrium sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Rasio yang tidak seimbang dapat menyebabkan ketidakstabilan agregat tanah dan pengendapan material padat yang tidak diinginkan.

Perhitungan SAR menjadi alat yang berharga dalam mengevaluasi potensi dampak alkalinitas air terhadap tanah dan tanaman. Penting untuk memahami bahwa tingkat bahaya alkalinitas dapat bervariasi tergantung pada jenis tanah dan tanaman yang ditanam (Selfiana dkk, 2024).

Alkalinitas dalam perairan merujuk pada kemampuan air untuk menahan perubahan pH yang disebabkan oleh asam. Dampak alkalinitas pada perairan sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem akuatik. Tingginya alkalinitas pada perairan dapat memberikan perlindungan terhadap fluktuasi pH. Menjaga lingkungan yang stabil bagi organisme hidup dapat membantu mencegah kematian massal dan kegagalan reproduksi pada spesies tertentu yang peka terhadap perubahan pH. Alkalinitas juga berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan air, seperti alga dan fitoplankton. Tingkat alkalinitas yang optimal mendukung pertumbuhan dan perkembangan organisme ini, yang merupakan dasar rantai makanan akuatik. Ketidakseimbangan alkalinitas dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan menyebabkan penurunan populasi hewan dan tumbuhan air. Dampak alkalinitas juga terlihat dalam pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Alkalinitas yang rendah dalam air dapat menyebabkan korosi pada infrastruktur pipa dan meningkatkan kandungan logam berat dalam air minum. Kadar alkalinitas yang tinggi dapat menghasilkan rasa air yang tidak enak dan meningkatkan

(11)

kebutuhan pengolahan air sebelum dikonsumsi. Pengelolaan sumber daya air dan lingkungan memerlukan pemahaman yang baik tentang alkalinitas. Monitoring dan menjaga tingkat alkalinitas yang sesuai dapat menjadi kunci untuk mendukung keberlanjutan ekosistem perairan dan memastikan ketersediaan sumber daya air yang bersih dan sehat. Perubahan iklim dan aktivitas manusia dapat memengaruhi tingkat alkalinitas dalam perairan. Pemantauan terus-menerus dan upaya pelestarian diperlukan untuk memitigasi dampak negatifnya serta menjaga keseimbangan lingkungan perairan bagi keberlanjutan seluruh ekosistem di perairan (Khery dkk, 2019).

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Kimia Lingkungan tentang Alkalinitas, didapatkan kesimpulan, yaitu:

1. Hasil pengamatan pada praktikum tentang hubungan antara alkalinitas dan pH air.

Alkalinitas air merupakan kemampuan suatu larutan untuk menanggung perubahan pH sehingga berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa. Tinggi alkalinitas pada suatu perairan menandakan stabilnya pH air terhadap perubahan. Kenaikan alkalinitas dapat bertindak sebagai penyangga, mencegah fluktuasi pH yang signifikan. Tingkat alkalinitas yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan masalah ekologis dan kesehatan. Hubungan kompleks antara alkalinitas dan pH air menciptakan kondisi yang optimal untuk berbagai kehidupan akuatik. Pemahaman terhadap tingkat alkalinitas dan pH air penting untuk menjaga ekosistem perairan yang seimbang.

2. Hasil pengamatan pada praktikum tentang interaksi antara alkalinitas dengan suhu dan salinitas. Alkalinitas air dapat dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Peningkatan suhu cenderung mengurangi alkalinitas karena meningkatkan reaktivitas kimia.

Salinitas yang tinggi juga dapat menurunkan alkalinitas karena garam dapat bereaksi dengan senyawa buffer. Interaksi kompleks antara alkalinitas, suhu, dan salinitas

(12)

membuat prediksi perubahan alkalinitas menjadi tantangan. Variasi ini memiliki dampak penting pada ekosistem air, terutama bagi organisme yang sensitif terhadap perubahan parameter lingkungan seperti ini. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami interaksi tersebut secara mendalam dan mengelola dampaknya terhadap keseimbangan ekosistem perairan.

3. Hasil pengamatan pada praktikum tentang hasil perlakuan setelah ditambahkan indikator fenolftalein pada air sampel Sungai Jalan R.E Martadinata. Hasil perlakuan air sampel Sungai Jalan R.E Martadinata dengan fenolftalein air sampel tidak berubah warna, dapat diambil kesimpulan bahwa air sampel tersebut bersifat netral atau sedikit asam. Fenolftalein merupakan indikator asam-basa yang berwarna tidak berwarna dalam suasana asam dan berubah menjadi merah anggur dalam suasana basa. Air sampel bersifat basa, maka setelah ditambahkan dengan fenolftalein, warna air akan berubah menjadi merah anggur. Air sampel tidak berubah warna setelah ditambahkan fenolftalein mengindikasikan bahwa air sampel memiliki pH kurang dari 8,3 atau berada dalam rentang netral hingga sedikit asam, meskipun air sampel tidak bersifat basa, masih perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui kualitas air secara menyeluruh.

5.2 Saran

Sebaiknya pada Praktikum Kimia Lingkungan tentang Kesadahan yang selanjutnya digunakan lokasi yang lain dalam menentukan kesadahan. Lokasi yang berbeda dapat di danau bekas galian tambang. Lokasi yang berbeda ini bertujuan untuk mengetahui nilai kesadahan pada danau, serta menambah wawasan praktikan dalam materi kesadahan karena data yang diperoleh letih beragam. Indikator pada praktikum juga dapat diubah menggunakan bromtimol biru, penggunaan indikator ini untuk mengganti indikator PP yang tidak berubah warna saat dihomogenkan dengan air sampel.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dana, S. S., Irvan., Bambang, T., dkk., 2019, Stabilitas Reaktor Anaerobic Sludge Blanket-Hollow Centered Packet Bed Dalam Produksi Biogas pada Kondisi Ruangan, Jurnal Teknik Kimia USU, Volume 08, Nomor 02, Universitas Sumatera Utara, Medan (Diakses pada hari Sabtu, tanggal 09 Maret 2024 pukul 22.26 WITA).

2. Khery, Y., Baiq, A. N., dan Raodyatun., 2019, Kimia Umum Asam Basa, Larutan Penyangga, dan Hidrolisis Garam, Andi Press, Yogyakarta.

3. Listriyana, A., Creani, H., dan Anita, D. P., 2023, Analisis Kualitas Air Alkalinitas pada Perairan Tambak Intensif Situbondo, Jurnal Inovasi Sains dan Teknologi Kelautan, Volume 04, Nomor 02, Universitas Abdurachman Saleh, Situbondo (Diakses pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2024 pukul 19.23 WITA).

4. Pahala, L. S., dan Listia, A., 2019, Analisa Kualitas Air Alkalinitas dan Kesadahan (Hardness) pada Pembesaran Udang Putih (Litopenaeus Vannamei) di Laboratorium Animal Health Service Binaan PT. Central Proteina Pima Tbk.

Medan, Jurnal Penelitian Terapan Perikanan dan Kelautan (JPTPK), Volume 01, Nomor 01, Sekolah Tinggi Perikanan, Sibolga (Diakses pada hari Sabtu, tanggal 09 Maret 2024 pukul 19.51 WITA).

5. Rusman., Ratu, F. I. R., dan Mukhlis., 2018, Buku Ajar Kimia Larutan, Syiah Kuala University, Aceh.

6. Selfiana M. M., Hari, S., dan Linda, P., 2024, Potensi Bahaya Salinitas dan Bahaya Alkalinitas Air Irigasi di Daerah Irigasi Mondoroko, Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air, Volume 04, Nomor 01, Universitas Brawijaya, Malang (Diakses pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2024 pukul 21.41 WITA).

(14)

7. Supwatul, M. H., Dwi, H., Syahrani, R. D., dkk., 2023, Analisisis Kadar Asiditas dan Alkalinitas pada Saluran Drainase Primer Pengeringan IV Bukit Keminting Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jurnal Penelitian Kimia, Volume 08, Nomor 01, Universitas Palangka Raya, Palangka Raya (Diakses pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2024 pukul 23.10 WITA).

(15)

LAMPIRAN

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan praktikum Kimia Organik II, mahasiswa diwajibkan mengisi lembar kerja hasil praktikum yang telah disediakan serta membuat laporan kelompok dan

Laporan Akhir Praktikum Ekotoksikologi Perairan disusun per-kelompok dengan sifat “data kelas” yakni merupakan kumpulan data dari beberapa kelompok dalam satu seri penelit

Nilai laporan percobaan yang disusun oleh siswa dapat dilihat terdapat perbedaan dalam membuat laporan praktikum pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada

FORMAT PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM COVER Point: 5 JUDUL PRAKTIKUM Mata Kuliah: Materi Praktikum ke: Nama: NIM: Kelompok Tanggal Praktikum:... Latar Belakamg

Laporan Praktikum Kimia Analisa

Nama :ErikaAgustina NIM : 119270037 Kelas : RA Kelompok: 3 Nama Asprak: Yohana Kristin Nainggolan LAPORAN PRAKTIKUM Dasar-Dasar Kimia Hayati PROGRAM STUDI KIMIA INSTITUT

Laporan praktikum mengenai plotting 5 site dengan layout plotting

Laporan mengenai praktikum pengantar virologi tanaman yang dilakukan oleh kelompok