PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terorisme adalah suatu perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan iklim teror atau ketakutan yang meluas sehingga dapat menimbulkan korban jiwa secara massal dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap fasilitas vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas umum, atau fasilitas internasional karena alasan politik atau ideologi. gangguan keamanan". Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi menyatakan bahwa setiap orang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme apabila 2.2 Pasal 6 dan Pasal 7 UU No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dalam Undang-Undang.
Kebijakan utama penanggulangan terorisme di Indonesia didasarkan pada pembukaan UUD 1945, bahwa negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk menulis dan meneliti permasalahan tersebut yang dituangkan dalam disertasi yang berjudul: “Analisis Hukum Penanggulangan Kejahatan Terorisme di Indonesia dalam Perspektif Siyasah Dusturiyah”.
Rumusan Masalah
Untuk itu menarik untuk diteliti bagaimana sebenarnya mengkaji pencegahan tindak pidana di Indonesia berdasarkan kajian hukum khususnya hukum positif di Indonesia dan fiqh Siyasah. Jadi perang melawan terorisme merupakan amanah untuk melindungi warga negara dari segala bentuk pemusnahan, hal ini juga sejalan dengan tujuan hukum Islam khususnya siyasah dusturiyah yang juga mengkaji secara komprehensif masalah terorisme.
Batasan Masalah
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
- Tujuan Penelitian
- Kegunaan Penelitian
Penelitian Terdahulu
6Mahesa Novario Irawan dan Pramukhtiko Suryo Kencono, S,H.,M.H, Tinjauan Hukum Penanggulangan Saparatisme di Indonesia, Universitas Muhamadiya, Jember, 2019. 7Muhamad Nugroho Sugiyanto, Organisasi Papua Merdeka (OPM) dalam Perspektif Masalah Hukum Internasional, Hasanuddin Universitas, Makasar, 2017. Penelitian sebelumnya dan saat ini menggunakan pendekatan legislatif dan membahas separatisme di Indonesia.
34 Tahun 2004 tentang Prajurit Tentara Nasional Indonesia, sedangkan penulis membahas tentang kelompok kriminal bersenjata Papua yang ditetapkan sebagai kelompok teroris berdasarkan UU No. Secara internasional karena OPM tidak memenuhi kriteria pemberontakan sebagaimana diatur dalam Konvensi Den Haag II tahun 1907 dan Konvensi Jenewa tahun 1949.
Metode Penelitian
- Jenis penelitian
- Pendekatan penelitian
- Sumber Bahan Hukum
- Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
- Teknik analisis Bahan Hukum
Bahan hukum sekunder disebut juga bahan non hukum adalah bahan penelitian yang terdiri dari buku-buku teks non hukum yang berkaitan dengan penelitian dan dapat memberikan kejelasan mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum tersier berupa kamus hukum, kamus hukum elektronik (hukum online) dan kamus besar bahasa indonesia (KBBI). Teknik pengumpulan bahan hukum adalah untuk memperoleh bahan hukum untuk penelitian, teknik pengumpulan bahan hukum yang menunjang dan berkaitan dengan penyajian penelitian ini.
Pemeriksaan dokumen adalah suatu alat pengumpulan bahan hukum yang dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan cara menganalisisnya.13. Penafsiran tersebut penulis gunakan untuk menganalisis bahan hukum primer, sekunder, dan tersier untuk menjelaskan dan menyajikan hasil penelitian yang telah penulis lakukan.
Sistematika Penulisan
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Setelah peneliti mengumpulkan data, langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan dan menganalisis data untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan peneliti 15 Dalam penelitian hukum yang akan penulis lakukan, bahan hukum akan dianalisis dengan menggunakan teknik interpretasi atau konstruksi hukum. Bagian ini akan memuat: latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori dan sistematika penulisan. Pada bab ini penulis memberikan penjelasan yang berisi: pembahasan rinci tentang terorisme dalam hukum popsivis di Indonesia dan teori terorisme dalam kajian fiqh siyasah Dusturiyah.
Memuat penjelasan mengenai seberapa positif penilaian hukum terhadap perlakuan terhadap tindak pidana teoritis di Indonesia dan bagaimana ulasan fiqh siyasah dusturiyah positif terhadap perlakuan terhadap kejahatan teoritis di Indonesia.
KAJIAN TEORI
Terorisme Dalam Hukum Positif Di Indonesia
- Pengertian Terorisme
- Jenis-jenis Terorisme
- Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Terorisme
- Bentuk-Bentuk Terorisme
- Pengaturan Hukum Tentang Tindak Pidan Terorisme di Indonesia
Pelaku tindak pidana terorisme di Indonesia dikategorikan sebagai organisasi/individu teroris berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (UU Terorisme). Menurut Wawan H. Purwanto, ancaman terorisme di Indonesia tidak lepas dari tatanan politik global yang kini dikuasai Amerika dan sekutunya. Selain itu, sistem politik dalam negeri juga menjadi penyebab terjadinya aksi terorisme di Indonesia dalam dua konteks tersebut.
31 Luqman Hakim, Terorisme di Indonesia, Surakarta: Forum Kajian Islam Surakarta, 2004, hal. 47. . Kekerasan politik tidak selalu dikaitkan dengan terorisme, namun terorisme selalu dikaitkan dengan kekerasan politik. Contoh gerakan teroris yang berjiwa nasionalisme yaitu di Aljazair, Palestina dan beberapa negara jajahan pada masa penjajahan. 32 Luqman Hakim, Terorisme di Indonesia..., hal. 48. Hal ini membawa banyak dampak bagi kehidupan bangsa, akibatnya rasa nasionalisme generasi muda mulai dipertanyakan, karena seringkali teroris merekrut generasi muda yang masih labil untuk dijadikan sebagai kurir atau pelaku aksi teroris. mengganggu masyarakat. 33.
Untuk itu diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi aksi teroris di Indonesia untuk menciptakan suasana aman bagi seluruh masyarakat Indonesia sehingga masyarakat tidak merasa khawatir dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. 33Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme Kebijakan Formulatif Hukum Pidana Dalam Mengatasi Kejahatan Terorisme di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal.76. Instrumen hukum sebagai produk peraturan perundang-undangan suatu negara mempunyai tujuan yang baik sesuai dengan amanat undang-undang guna menegakkan hukum dan ketertiban umum secara konsisten dan berkesinambungan dalam memberikan kepastian bagi penyelenggaranya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Pasal 6 disebutkan bahwa pelaku teror diancam dengan pidana mati paling lama, yang perlu diperhatikan dalam undang-undang ini adalah kata dihukum, kata ini mempunyai konotasi dan mengandung makna bahwa pelaku teror harus dihukum, bukan ditembak. tempat atau dibunuh. Dengan demikian, polisi sebagaimana amanat undang-undang ini dalam menjalankan tugasnya berusaha untuk tidak mengakibatkan terbunuhnya pelaku, yang berarti polisi harus dapat menangkap pelaku teror hidup-hidup dan bukannya ditembak atau dibunuh, kecuali dia sangat mengancam keselamatan petugas polisi atau pihak lain. Dilihat dari ketiga cara tersebut, Indonesia memilih menggunakan sistem global, yakni melalui undang-undang khusus yang mengatur terorisme di luar KUHP disertai ketentuan khusus termasuk hukum acara. 38 Saat ini terorisme di Indonesia diatur dalam UU 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas UU 15 Tahun 2003 tentang Pengertian Perppu 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dalam undang-undang.
Terorisme Berdasarkan Kajian Fiqih Siyasah Dusturiyah
- Pengertian dan Ruang Lingkup Tindak Pidana Teorisme dalam Kajian
- Unsur-unsur Pidana Teorisme dalam Kajian Fiqh Siyasah
- Pandangan Islam terhadap Terorisme
Terkait dengan pendekatan keras tersebut, Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Teroris. 48 Penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi undang-undang. 49 Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2oo3 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2oo2 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2018 tentang perubahan atas undang-undang nomor 15 tahun 2003 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme dalam undang-undang. pada setiap orang yang melakukan atau bermaksud melakukan tindak pidana terorisme di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Undang-Undang Tindak Pidana Terorisme berlaku bagi setiap orang yang melakukan atau bermaksud melakukan tindak pidana terorisme adalah melakukan di wilayah Negara Republik Indonesia. Republik Indonesia dan/atau negara lain juga.
Artinya, tindak pidana pendanaan yang berkaitan dengan politik tidak diatur dalam undang-undang mengenai tindak pidana pendanaan terorisme. Upaya pemberantasan tindak pidana terorisme selama ini dilakukan secara konvensional, yaitu dengan memberikan hukuman kepada pelaku tindak pidana terorisme. Sebagai bukti nyata adalah munculnya pelaku tindak pidana terorisme seperti yang penulis bahas dalam penelitian penulis.
Pelaku kejahatan teroris juga menggunakan senjata seperti kekuatan militer, sehingga tidak cukup hanya menggunakan prosedur normal dalam menanganinya. Wibowo Ari, Hukum Pidana Terorisme: Politik Hukum Pidana Khusus dalam Mengatasi Kejahatan Teroris di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012. UU No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2003 menjadikan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Teroris menjadi Undang-Undang Terorisme.
PENANGGULANGAN TERORISME DI INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM
Penanggulangan Terorisme Perspektif Hukum Positif
Saat ini undang-undang tentang tindak pidana terorisme yang terbaru dan sah adalah UU No. 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas UU No. 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perppu No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dalam Undang-Undang. 46 Miski Miski, “Tindak Pidana Terorisme Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif”, Al-Mazaahib: Jurnal Perbandingan Hukum, Vol. Kejahatan teroris yang diatur dalam undang-undang ini tidak dapat dianggap sebagai kejahatan politik dan dapat diekstradisi atau dimintai tolong-menolong sebagaimana diatur dalam ketentuan undang-undang.
Pihak-pihak yang dapat dijerat dengan tindak pidana pendanaan terorisme adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 UU Tindak Pidana Pendanaan Terorisme yaitu. Undang-undang ini mengatur tentang kriminalisasi tindak pidana pendanaan terorisme dan tindak pidana lain yang terkait dengan tindak pidana pendanaan terorisme, dengan menerapkan asas. Dengan kata lain kedudukan pelaku tindak pidana terorisme adalah suatu kelompok yang keberadaannya dilarang untuk dibentuk atau diikuti oleh umat Islam pada khususnya.
Kedudukan pelaku tindak pidana terorisme dapat disamakan dengan kelompok teroris lain yang juga melakukan tindak kekerasan dan teror serupa yang tentunya dilarang dalam Islam. Namun karena dilakukan oleh non-Muslim dan memiliki tujuan yang bertentangan dengan perintah Al-Quran dan Hadits, maka tindakan kelompok pelaku tindak pidana terorisme ditetapkan sebagai tindakan teroris oleh pemerintah. Pelaku tindak pidana terorisme tidak akan ditemukan dalam pembahasan mendalam mengenai pandangan Islam dan kajian Fiqh siyasah dusturiyah mengenai kelompok tersebut.
Namun jika dikaji secara spesifik dan komprehensif, aktivitas atau tindakan brutal yang dilakukan para pelaku tindak pidana terorisme akan mengungkap jawaban atas pertanyaan tersebut. Perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku tindak pidana terorisme tersebut pada akhirnya membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menetapkan kelompok pelaku tindak pidana terorisme sebagai kelompok teroris yang harus dilawan jika dikaji berdasarkan kajian Fikh siyasah dusturiyah. Kekuatan militer merupakan pilihan terbaik dan satu-satunya yang bisa dilakukan pemerintah, selain terus berupaya melakukan negosiasi dengan petinggi pelaku tindak pidana terorisme.
Tahun 2018
- PenanggulanganTeororisme di Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
- Penanggulangan Terorisme di Indonesia Perspektif Siyasah Dusturiyah . 61
- Kebijakan Penangan Terorisme Perspektif Fiqh Siyasah Dusturiyyah65
- Kesimpulan
- Saran