• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis menunjukkan (1) Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 0,260

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hasil analisis menunjukkan (1) Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 0,260"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KEBIASAAN BELAJAR, KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP N 3 LENGAYANG KABUPATEN

PESISIR SELATAN

JURNAL

Disusun Oleh:

YUMITRA NPM. 12090204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2017

(2)
(3)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KEBIASAAN BELAJAR, KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN FASILITAS

BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII

SMP N 3 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh :

Yumitra1, Ansofino2, Yosi Eka Putri3

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

2.3 Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat

Email :[email protected], [email protected],[email protected]

ABSTRAK

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan asosiatif.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 3 Lengayang pada tahun ajaran 2016 yang berjumlah sebanyak156 orang. Teknik pengambilan sampel dengan Stratified Proportional Random Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang. Instrumen yang digunakan untuk penelitian berupa angket tertutup.Teknik analisis data adalah regresi linear berganda. Hasil analisis menunjukkan (1) Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 0,260. Nilai ini signifikan karena thitung 7,896 > t tabel1,99. (2) Kebiasaan belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 1,098. Nilai ini signifikan karena thitung 26,879 > ttabel 1,99. (3) Komunikasi interpersonal berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa yaitu sampel pendapatan rendah dengan koefisien sebesar 0,397. Nilai ini tidak signifikan karena thitung 0,856 < ttable 1,99.

(4) Fasilitas belajar di sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivai belajar siswa yaitu sampel pendapatan sedang dengan koefisien sebesar 0,338. Nilai ini signifikan karena thitung 3,295 > ttabel1,99. (5) Tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar belajar, komunikasi interpersonal dan fasilitas belajr di sekolah bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa yang ditunjukan oleh nilai Fhitung72,978 > Ftabel 2,73 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 < = 0,05. Hal ini berarti Ha

diterima dan H0 ditolak.

Kata Kunci: Tingkat Pendidikan Orang Tua, Kebiasaan, Komunikasi Interpersonal, Fasilitas, Motivasi

ABSTRACT

This type of research used in this research is descriptive and associative. The study population was all students in grade VIII SMP N 3 Lengayang in the academic year 2016 amounted to sebanyak156 people. The sampling technique Proportional Stratified Random Sampling with a total sample of 75 people. The instrument used for research tertutup.Teknik questionnaire data analysis is multiple linear regression. The analysis showed (1) The education level of parents positive and significant impact on students' motivation is high income sample by a coefficient of 0,260. This value is significant because thitung 7,896> t tabel1,99. (2) learning habits positive and significant impact on students' motivation is high income sample with a coefficient of 1.098. This value is significant because thitung 26.879> ttabel 1.99. (3) interpersonal communication positive and significant impact on students' motivation is low income sample with a coefficient of 0.397. This value is not significant because thitung 0.856 <1.99 TTable. (4) The learning facilities in schools positive and significant impact on student learning motivai ie revenue samples being with a coefficient of 0.338. This value is significant because thitung 3.295>

ttabel1,99. (5) The level of parental education, learning study habits, interpersonal and communication facilities in the school belajr together positive and significant impact on the students motivation shown by Fhitung72,978 value> F table 2,73 with a significant level of 0.000

<α = 0.05. This means Ha accepted and H0 is rejected.

Keywords: Education Level Parents' Habits, Interpersonal Communication, Facilities, Motivation

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu bagian penting yang harus di perhatikan dan ditunjang oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pendidikan memegang peranan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

Perlu disadari bahwa manusia merupakan kekuatan utama dalam pembangunan. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan manusia yang berkualitas, maka perlu berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran.

Dalam konsep dan pelaksanaan pendidikan dikenal komponen – komponen pendidikan seperti, pendidik, peserta didik, kurikulum, proses belajar-mengajar, dan sarana- prasarana. Dari beberapa komponen pendidikan tersebut yang menarik adalah pada proses pembelajaran.

Karena dalam komponen ini terjadi interaksi timbal balik antar individu, yaitu antara guru dan murid. Selain itu proses pembelajaran menjadi faktor penentu terserap atau tidaknya ilmu pengetahuan yang di ajarkan.

Berbagai upaya dilakukan guru

dalam meningkatkan motivasi siswa baik melalui faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan dari luar diri siswa (faktor eksternal).

Faktor eksternal meliputi kemampuan guru, kurikulum, media pembelajaran, metode pengajaran serta strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi di kelas. Sedangkan faktor internal meliputi kecerdasan, perhatian, bakat dan motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri (Arikunto, 2002:21).

Motivasi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses pembelajaran. motivasi belajar adalah daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai (Sardiman, 2011:75).

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, karena dari 6 SMP Negeri yang ada di Kec. Lengayang SMP N 3 Lengayang berada pada peringkat ke 4. Dapat sama-sama kita lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Daftar Nilai Ujian Nasional Sekolah SMP Sekecamatan Lengayang Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama Sekolah

Jumlah Peserta (Orang)

Nilai Mata Ujian Rank-

B. ing Indonesia

B.

Inggris

Matematika IPA Total

1. SMP Negeri 1 Lengayang 258 70,31 45,75 34,55 46,63 197,24 1

2. SMP N 6 Satu Atap Lengayang 23 68,61 41,22 36,41 40,76 187,00 2

3. SMP Negeri 5 Lengayang 29 63,79 40,21 33,97 42,41 180,38 3

4. SMP Negeri 3 Lengayang 145 64,36 38,26 34,41 41,02 178,05 4

5. SMP Negeri 4 Lengayang 105 64,11 38,67 30,31 40,67 173,76 5

6. SMP Negeri 2 Lengayang 141 64,57 39,30 29,82 39,57 173,26 6

6. SMP Negeri 2 Lengayang 141 64,57 39,30 29,82 39,57 173,26 6

Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Pesisir Selatan

(5)

Dari tabel dapat di simpulkan bahwa peringkat pertama Ujian Nasional SMP diperoleh oleh SMP 1 Lengayang dengan total nilai yaitu 197.24, peringkat kedua SMP N 6 Satu Atap Lengayang dengan total nilai yaitu 187.00, peringkat ketiga SMP N 5 Lengayang dengan total nilai 180.38, peringkat keempat SMP N 3 Lengayang dengan total nilai 178.05, peringkat kelima SMP N 4 Lengayang dengan total nilai 173.76 dan peringkat ke emam SMP N 2 Lengayang dengan total nilai 173.26.

Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang motivasi belajarnya yang rendah mereka sering keluar masuk kelas saat proses pembelajaran berlangsung, main HP dan ada beberapa siswa yang sengaja menciptakan keributan sehingga membuat suasana belajar tidak menyenangkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas pada bulan agustus bahwa siswa yang sering keluar masuk kelas saat proses pembelajaran berlangsung dan ada beberapa siswa yang sengaja menciptakan keributan dikarenakan semangat belajarnya yang kurang dan siswanya yang itu- itu saja.

Diduga salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa SMP N 3 Lengayang adalah tingkat pendidikan orang tua.

Menurut (Munandar, 2009:84) semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin baik prestasi siswa. Peranan orang tua dalam membimbing anaknya dalam belajar lebih besar di karenakan waktu seorang anak lebih banyak dirumah bersama orang tuanya dibandingkan dengan waktunya di sekolah. Apabila tinkat pendidikan oang tuanya rendah

maka motivasi belajar siswa juga rendah. Orang tua yang berpendidikan tinggi tentu memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas untuk membimbing dan memberikan semangat kepada anaknya dalam belajar sehingga anak bisa mendapatkan tambahan ilmu untuk mendukung semangat belajar anaknya.

Selanjutnya faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa adalah kebiasaan belajar. Kebiasaan (habits) dapat di artikan sebagai suatu kecenderungan atau sifat yang secara konstan terlihat dalam kelakuan seseorang, untuk bertindak dengan suatu cara tertentu. Kebiasaan belajar merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan secara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Kebiasaan belajar siswa masih kurang baik di karenakan keinginan untuk belajar masih rendah. Hal tersebut juga dikarenakan rendahnya motivasi siswa dalam belajar.

Selain tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi guru dengan siswa di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa ingin belajar dan guru nyaman dalam mengajar, komunikasi yang lancar dan menyenangkan tersebut dapat mempermudah penyampaian pesan dalam permbelajaran, hal ini tentunya akan berdampak terhadap

(6)

motivasi belajar. Kurangnya komunikasi guru dengan siswa mengakibatkan motivasi siswa untuk belajar juga berkurang.

Selain tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar, kompetensi interpersonal faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah fasilitas belajar siswa di sekolah. Fasilitas belajar yang lengkap akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran dan menguasai pelajaran sehingga siswa semangat dalam belajar dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berbeda dengan siswa yang fasilitas belajarnya kurang, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga akan mengurangi semangat untuk belajar.

KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar

Menurut (Ngalim, 2010:73) motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggunggah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar adalah daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai (Sardiman, 2011:75). Menurut (Uno, 2008) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. (4) Adanya penghargaan dalam belajar.

(5) Adanya kegiatan yang menarik

dalam belajar. (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

B. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi (Hasbullah, 2009:1). Pendidikan orang tua adalah sumber kepribadian seseorang didalam satu keluarga, orang tua mempunyai hak dan kewajiban yang sangat besar dalam membentuk kepribadian anaknya.

Oleh karena itu baik buruknya kepribadian anak khususnya anak remaja sangat tergantung dari orang tua. Menurut (Ihsan, 2010:22) indikator-indikator jenjang atau tingkat pendidikan belajar dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Pendidikan dasar. (2) Pendidikan menengah. (3) Pendidikan tinggi.

C. Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar merupakan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas dan pengaturan waktu yang menyesuaikan kegiatan.

Kebiasaan belajar terbentuk melalui proses belajar (Djaali, 2012:128) Menurut (Slameto, 2003:82) terdapat beberapa indikator dari kebiasaan belajar di antaranya: (1) Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya. (2) Membaca dan membuat catatan. (3) Mengulangi bahan pelajaran. (4) Konsentrasi. (5) Mengerjakan tugas.

D. Komunikasi Interpersonal Menurut (Mulyana, 2001:16) Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber

(7)

kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan menurut (Thoha, 2009:166) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sebagai proses penyampaian pesan/berita yang dilakukan oleh seseorang dan diterimanya berita tersebut oleh orang lain/kelompok kecil dari orang-orang dengan suatu akibat dan umpan balik yang segera. Indikator komunikasi interpersonal menurut (Walgito, 2010:84) yaitu : (1) Keterbukaan. (2) Empati. (3) Dukungan dan Prilaku positif. (4) Kesamaan.

E. Fasilitas Belajar di Sekolah Menurut (Poerwadarminta, 2003:210) fasilitas diartikan sebagai sarana dan prasarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi.

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses pembelajaran. Fasilitas belajar yang lengkap oleh siswa adalah hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi kelancaran siswa dalam belajar. Menurut (Sanjaya, 2006:55) membagi fasilitas belajar menjadi dua macam yaitu: (1) Sarana meliputi, Media pembelajaran, Alat- alat pengajaran, Perlengkapan sekolah. (2) Prasarana pembelajaran seperti: jalan menuju sekolah, ruang kelas, laboratorium (tempat praktek) dan perpustakaan, penerangan sekolah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan asosiatif. Menurut (Arikunto, 2010:3) penelitian

deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal-hal lain terhadap suatu objek atau wilayah yang diteliti. Sedang penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, yaitu simestris kausal dan interaktif (Arikunto, 2010:3). Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Dimana penelitian ini dilaksanakan bulan November 2016.

Menurut (Arikunto, 2010:173) populasi adalah keseluruhan objek penelitian, jadi populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan dengan jumlah siswanya 156 orang siswa. Menurut (Sugiyono, 2013:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode stratified porpotional random sampling (Sampel Berstrata) yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak (Sugiyono, 2011:120). Sampel dalam penelitian ini di ambil berdasarkan tingkat pendapatan orang tua siswa. Karena dalam penelitian dilakukan berdasarkan strata atau tingkatan , yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi.

Sampel rendah yaitu 9 orang, sampel pendapatan sedang yaitu 60 orang dan sampel pendapatan tinggi yaitu 6 orang dengan jumlah keseluruhan sampel yaitu 75 orang. Skala pengukuran data yang digunakan

(8)

dalam penelitian ini adalah satuan tahun dan skala likert, skala yang berhubungan dengan peryataan atau sikap seseorang terhadap sesuatu dengan interval penilaian untuk setiap jawaban responden 1-5.

Teknik Analisa Data 1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Induktif 3. Uji Asumsi Klasik 4. Model Regresi

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun persamaan regresi, yaitu:

Y= α+ β1X1+ β2X2+ β3X3+

β4X4+ e Dimana :

Y = Motivasi Belajar a = Konstanta

X1 = Tingkat Pendidikan Orang Tua

X2 = Kebiasaan Belajar

X3 = Komunikasi Interpersonal X4 = Fasilitas Belajar di Sekolah β1,β2,β3,β4=Koofesien regresi X1, X2, X3 dan X4

e =Kesalahan Pengganda (error)

Sebelum melakukan penelitian terhadap responden, terlebih dahulu dilakukan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui Validitas dan Reliabilitas.

Menurut (Arikunto, 2010:211) validitas adalah ukuran yang menunjukkan ukuran yang menunjuk kan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahan instrumen.

Suatu instrument dinyatakan valid (sah) jika pertanyaan pada suatu angket mampu menyungkapka n sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut. Pernyataan dinyatak an valid jika corrected item total correlation > 0,361. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Gozali, 2012:48).

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha> 0,70. Untuk mengukur reliabilitas dari suatu instrumen dalam penelitian ini, peneliti melihat nilai Cronbach Alpha dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi 16.0 .

Tabel. 2 Hasil Uji Validitas Variabel Keterangan

Valid Tidak Valid

Y 18 1

X2 15 0

X3 15 0

X4 8 1

Sumber : Olahan Data SPSS (Peneliti),2016 Tabel. 3

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Cronbach's

Alpha

Nilai

Kritis Keteranagan

Motivasi belajar 0,887 0.70 Reliabel

Kebiasaan Belajar 0,905 0.70 Reliabel

Komunikasi Interpersonal 0,905 0.70 Reliabel Fasilitas Belajar di Sekolah 0,770 0.70 Reliabel

(9)

Sumber: Olahan Data Primer Bulan September 2016 HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Hasil TCR Variabel Motivasi Belajar

Dari hasil TCR diperoleh rata- rata skor perindikator pada variable motivasi belajar antara lain: adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dengan TCR 78,40% dengan kategori baik, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar dengan TCR 84,98% dengan kategori baik, adanya harapan dan cita-cita masa depan dengan TCR 84,80% dengan kategori baik, adanya penghargaan dalam belajar dengan TCR 80,80%

dengan kategori baik, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar TCR 78,58% dengan kategori baik, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif TCR 77,33%. Dengan total rata-rata TCR 81,40% dengan kategori baik.

B. Hasil TCR Variabel Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dari hasil analisis deskriptif data tingkat pendidikan orang tua diketahui bahwa kebanyakan orang tua laki-laki siswa kelas di SMPN 3 Lengayang adalah tamat SMA dengan persentase sebesar 22,67%

atau sebanyak 17 orang. Hal yang sama juga terjadi pada orang tua perempuan siswa kelas IPS SMP N 3 Lengayang yang kebanyakan tamat SMA dengan persentase sebesar 32%

atau sebanyak 24 orang.

C. Hasil TCR variabel Kebiasaan Belajar

Dari hasil TCR diperoleh rata- rata skor perindikator pada variabel kebiasaan belajar antara lain:

pembuatan jadwal dan

pelaksanaannya dengan TCR 87,29%

dengan kategori baik, membaca dan

membuat catatan dengan TCR 89,87% dengan kategori baik, mengulang bahan pelajaran dengan TCR 89,96% dengan kategori baik, kosentrasi dengan TCR 88,18%

dengan kategori baik dan mengerjakan tugas dengan TCR 89,07% dengan kategori baik.

Dengan total rata-rata TCR 88,87%

dengan kategori baik.

D. Hasil TCR Variabel Komunikasi Interpersonal

Dari hasil TCR diperoleh rata- rata skor perindikator pada variabel komunikasi interpersonal lain:

keterbukaan TCR 76,98% dengan kategori baik, empati TCR 82,84%

dengan kategori baik, dukungan dengan TCR 75,29% dengan kategori baik, prilaku positif dengan TCR 82,31% dengan kategori baik dan kesamaan TCR 79,38% dengan kategori baik. Dengan total rata-rata TCR 79,36% dengan kategori baik.

E. Hasil TCR variabel Fasilitas Belajar di Sekolah

Dari hasil TCR diperoleh rata- rata skor perindikator pada variabel fasilitas belajar di sekolah antara lain: sarana TCR 76,27% dengan kategori baik dan prasarana dengan TCR 77,69% dengan kategori baik.

Dengan total rata-rata TCR 77,98%

dengan kategori baik.

HASIL UJI ASUMSI KLSIK 1. Hasil Uji Normalitas

Menurut Suliyanto (2011:69) uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan metode Jaeque-Bera (JB Test). Untuk melakukan dengan berdasarkan pada koefisien kemiringan (Skewness) dan koefisien keruncingan (kurtosis).

(10)

Dengan kriteria pengujian jika nilai JB < X2 tabel maka nilai redidualnya di katakan normal. Begitu juga

sebaliknya jika JB > X2 tabel maka nilai residualnya tidak berdistribusi normal.

Tabel. 4 Uji Normalitas

Descriptive Statistics

N Skewness Kurtosis

Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error Standardized Residual 75 0,915 0,277 1,119 0,548 Valid N (listwise) 75

Sumber: Olahan Data Primer, 2016 2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2012) uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolonieritas maka dapat dideteksi dengan uji Variance Inflation Factor (VIF). Dimana jika nilai VIF < 10 maka tidak ada gejala multikolinearitas. Sebaliknya jika nilai VIF > 10 maka terjadi gejala heteroskedastisitas. Begitu pula

dengan nilai TOL, apabila nilai mendekati 1 sehingga bisa disimpulkan juga tidak ada masalah multikolonieritas. Dengan demikian VIF bias digunakan untuk

mendeteksi masalah

multikoloniearitas didalam sebuah model regresi berganda. Jika nilai VIF semakin besar maka diduga ada multikoloniearitas.’

Berikut hasil uji

multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel . 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate X1= X2, X3 dengan X4 0,094a 0,009 -0,033 3,21538 X2= X1, X3 dengan X4 0,609 a 0,371 0,344 2,42644 X3= X1, X2 dengan X4 0,517a 0,267 0,236 2,06386

X4=X1, X2 dengan X3 0,516a 0,266 0,235 2,39105

Sumber: Olahan Data Primer, 2016 3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Metode yang digunakan dalam pengujin ini adalah Uji WHITE.

Gejala heteroskedastisitas ditunjukan jika nilai X2 hitung > nilai X2 tabel.

Sebaliknya jika X2 hitung < nilai X2 tabel maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(11)

Tabel. 6

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 0,471a 0,222 0,114 4,51445

a. Predictors: (Constant), X1X2X3X4, X4SQR, X3, X2, X1SQR, X1, X4 , X2SQR, X3SQR

b. Dependent Variable: U2

Sumber: Olahan Data Primer, 2016 4. Uji Autokorelasi

Menurut Suliyanto (2011:125) uji autokrelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Watson (DW test).

Kriteria penujiannya yaitu jika DW<dL artinya tedapat autokorelasi positif, jika dL<DW<dU artinya tidak dapat disimpulkan, jika dU<DW<4-dU artinya tidak terdapat autokorelasi, jika 4-dU<DW<4-dL artinya tidak dapat disimpulkan, dan jika 4-dL<DW<4 artinya terdapat autokorelasi positif.

Hasil uji atokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel. 7

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0,898a 0,807 0,796 1,72160 1,919

a. Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber: Olahan Data Primer, 2016 HASIL UJI HIPOTESIS

1. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua (X1) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMPN 3 Lengayang Kabupaten Pesisisr Selatan (Y).

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah

dilakukan diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan orang tua berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,137 dan nilai thitung sebesar 2,160 > ttabel sebesar 1,99 sedangkan nilai signifikannya 0,034 < α 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan

(12)

demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa. Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 0,260 dengan thitung 7,896.

Pendapatan orang tua yang tinggi akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang rendah dan sedang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Munandar, 2009:84) yang menyatakan bahwa semangkin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semangkin baik pula motivasi belajar siswa. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang berstruktur dan berjenjang dengan periode tertentu serta memiliki program dan tujuan yang disesuaikan dengan jenjang yang di ikuti dalam mendidik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu Puji Lestari. Hasil Penelitiannya menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

2. Pengaruh Kebiasaan Belajar (X2) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMPN 3 Lengayang Kabupaten Pesisisr Selatan (Y).

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kebiasaan belajar berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Dengan nilai koefisien regresi

sebesar 0,805 dan nilai thitung sebesar 9,563 > ttabel sebesar 1,99 sedangkan nilai signifikannya 0,000 < α 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara kebiasaan belajar terhadap motivasi belajar siswa. Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 1,098 dengan thitung 26,879.

Pendapatan orang tua yang tinggi akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang rendah dan sedang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh (Djaali, 2012:128) kebiasaan belajar merupakan cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas dan pengaturan waktu yang menyesuaikan kegiatan.

Kebiasaan belajar terbentuk melalui proses belajar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihatmoko Pebri. Hasil Penelitiannya menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan belajar terhadap motivasi belajar siswa.

3. Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa

(13)

komunikasi interpersonal berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,324 dan nilai thitung sebesar 3,270 > ttabel

sebesar 1,99 sedangkan nilai signifikannya 0,002 < α 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar siswa. Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan rendah dengan koefisien sebesar 0,397 dengan thitung 0,856.

Pendapatan orang tua yang rendah lebih mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang sedang dan tinggi. Di karenakan masih kurangnya komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa di SMP N 3 Lengayang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Haqi Lukman. Hasil Penelitiannya menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar siswa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh (Thoha, 2009:166) yang mengatakan bahwa Komunikasi Interpersonal adalah sebagai proses penyampaian pesan/berita yang dilakukan oleh seseorang dan diterimanya berita tersebut oleh orang lain/kelompok kecil dari orang-orang dengan suatu akibat dan umpan balik yang segera.

4. Pengaruh Fasilitas Belajar Di Sekolah Terhadap Motivasi

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa fasilitas belajar di sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,3211 dan nilai thitung sebesar 3,639 > ttabel

sebesar 1,99 sedangkan nilai signifikannya 0,001 < α 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan sedang dengan koefisien sebesar 0,338 dengan thitung 3,295.

Pendapatan orang tua yang sedang lebih mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang rendah dan tinggi. Artinya pendapatan orang tua yang tinggi belum tentu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa walaupun fasilitas belajar di sekolah lengkap. karena orang tua yang berpendapatan tinggi itu cenderung sibuk sehingga kurang

memperhatikan anaknya.

Dibandingkan sampel pendapatan orang tua tinggi maka yang lebih berpengaruh yaitu sampel pendapatan orang tua sedang, karena orang tua yang berpendapatan sedang itu akan selalu mengutamakan sekolah anaknya dan perhatian kepada anaknya karena ia tidak

(14)

terlalu sibuk sehingga dapat memperhatikan anaknya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Noviana dengan judul “Pengaruh fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar siswa program keahlian APK di SMK Taruna Jaya Gresik”. Hasil Penelitiannya menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh antara pelatihan (X4) terhadap kinerja guru (Y) dengan nilai koefisien regresi pelatihan sebesar 0,403 dan nilai thitung sebesar 3,604> ttabel sebesar 2,009 sedangkan nilai signifikan 0,001<α0,05, berarti Ha diterima dan H0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara pelatihan terhadap kinerja guru dan variabel pelatihan sangat berpengaruh pada kinerja guru terutama guru yang sudah sertifikasi karena koefisiennya adalah 0,360 dengan thitung 2,149. Pelatihan guru yang sudah sertifikasi akan meningkat dibandingkan pelatihan guru yang tidak sertifikasi. Pada sisi pelatihan guru, guru yang sudah sertifikasi lebih berpengaruh dibandingkan dengan guru yang tidak sertifikasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurbaeti, 2011) tentang pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman mengajar terhadap profesionalisme guru SD di daerah Binaan 1V Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang diperoleh hasil terdapat pengaruh pendidikan pelatihan guru terhada kinerja guru.

Sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh (

Sutrisno,2011:151) bahwa pendidikan guru harus ditingkatkan demi tercapainya tujuan yang harus dicapai oleh organisasi.

5. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua, Kebiasaan Belajar, Komunikasi Interpersonal Dan Fasilitas Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar, komunikasi interpersonal dan fasilitas belajar di sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel f yang menyatakan bahwa Fhitung 72,978 >

Ftabel 2,73 dengan taraf signifikan 0,000 < = 0,05. Selain itu, berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi diperoleh nilai square sebesar 0,807 yang artinya 80,7%

perubahan pada variabel dependen (motivasi belajar siswa) dapat dijelaskan oleh variabel independen (tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar, komunikasi interpersonal dan fasilitas belajar di sekolah) sedangkan sisanya sebesar 19,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar, komunikasi interpersonal dan fasilitas belajar di sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Oleh karena

(15)

itu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat diupayakan dengan tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar, komunikasi interpersonal dan fasilitas belajar di sekolah.

PENUTUP

Berdasarkan pernyataan penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua (X1) terhadap motivasi belajar siswa (Y). Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 0,260. Nilai ini signifikan karena thitung 7,896 > ttabel 1,99.

Pendapatan orang tua yang tinggi akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang rendah dan sedang. Artinya apabila tingkat pendidikan orang tua siswa tinggi maka pendapatanya juga akan tinggi, jadi siswa akan termotivasi untuk belajar karena mereka ingin seperti orang tua mereka bahkan melebihi tingkat pendidikan orang tuanya.

2. Terdapat pengaruh antara kebiasaan belajar (X2) terhadap motivasi belajar siswa (Y). Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan tinggi dengan koefisien sebesar 1,098.

Nilai ini signifikan karena thitung 26,879 > ttabel 1,99. Pendapatan orang tua yang tinggi akan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang rendah dan sedang.

3. Terdapat pengaruh antara komunikasi interpersonal (X3) terhadap motivasi belajar siswa (Y). Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan rendah dengan koefisien sebesar 0,397. Nilai ini tidak signifikan karena thitung 0,856 < ttabel 1,99.

Pendapatan orang tua yang rendah lebih mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang sedang dan tinggi. Di karenakan masih kurangnya komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa di SMP N 3 Lengayang.

4. Terdapat pengaruh antara fasilitas belajar di sekolah (X4) terhadap motivasi belajar siswa (Y). Dari keseluruh sampel tingakat pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang dan pendapatan tinggi, yang paling berpengaruh terhadap motivasi yaitu sampel pendapatan sedang dengan koefisien sebesar 0,338.

Nilai ini signifikan karena thitung

3,295 > ttabel 1,99. Pendapatan orang tua yang sedang lebih mempengaruhi motivasi belajar siswa di bandingkan dengan pendapatan orang tua yang rendah dan tinggi. Artinya pendapatan orang tua yang tinggi belum tentu

(16)

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa walaupun fasilitas belajar di sekolah lengkap. karena orang tua yang berpendapatan tinggi itu cenderung sibuk sehingga kurang memperhatikan anaknya. Dibandingkan sampel pendapatan orang tua tinggi maka yang lebih berpengaruh yaitu sampel pendapatan orang tua sedang, karena orang tua yang berpendapatan sedang itu akan selalu mengutamakan sekolah anaknya dan perhatian kepada anaknya karena ia tidak terlalu sibuk sehingga dapat memperhatikan anaknya.

5. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan belajar, komunikasi interpersonal dan fasilitas belajar di sekolah secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Dimana diperoleh nilai Fhitung 72,978 > Ftabel 2,73 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan saran diantaranya :

1. Variabel tingkat pendidikan orang tua, diharapkan kepada guru untuk lebih sering memberikan arahan atau motivasi kepada siswa agar siswa lebih meningkatkan tingkat pendidikannya dibandingkan orang tua mereka.

Karena pada umumnya tingkat pendidikan orang tua siswa masih dominan tamat SMP dan SMA.

2. Variabel kebiasaan belajar indikator terendah yaitu Kosentrasi, diharapkan kepada guru untuk lebih memperhatikan kebiasaan belajar siswa baik

dalam proses belajar mengajar maupun pada saat siswa sedang mengikuti ujian. Karena masih banyak siswa yang kurang konsentrasi dalam menjawab soal- soal ujian karena gangguan dari temannya.

3. Variabel komunikasi interpersonal indikator terendah yaitu keterbukaan, diharapkan komunikasi antara guru dengan siswa harus lebih jelas dan baik supaya siswa lebih mudah memahami apa yang disampaikan sehingga tidak ada lagi siswa yang memberikan informasi yang salah kepada temannya mengenai kesiapan tugas yang di berikan oleh guru dan tidak ada lagi siswa merasa malas untuk mendukung teman yang berhubungan dengan pembelajaran.

4. Variabel fasilitas belajar di sekolah indikator terendah yaitu sarana, diharapkan kepada kepala sekolah dan juga para guru untuk lebih memperhatikan fasilitas belajar siswa. Karena buku-buku yang ada di perpustakaan tidak lengkap sehingga kurang menunjang proses pembelajaran dan fasilitas di sekolah kurang lengkap sehingga siswa kurang semangat dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ansofino. (2014). Bahan Ajar:

Metodologi Penelitian Kuantitatif

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik-Revisi Ke.X. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arni. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Dalyono. (2001). Psikologi

(17)

Pendidikan. Jakarta: Pt. Bumi Aksara.

Dimiyati. (2013). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali. (2012). Psikologi Pendidikan.

Jakarta: Pt. Bumi Aksara.

Djmarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, I. (2013). In Aplikasi Multivarian Dengan Program IBM SPSS 21 Edisi. Semarang:

Penerbit U.

Hasbullah. (2009). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:

Rajawali Pers.

Ihsan, F. (2010). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Iriantara. (2014). Komunikasi Pembelajaran. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.

Irianto. (2010). Statistik Konsep Dasar, Aplikasi Dan Pengembangannya. Jakarta:

Kencana.

Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta:

Nuha Litera.

Munandar. (2009). Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat.

Jakarta: Rine Cipta.

Ngalim. (2010). Psikologi Belajar.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Poerwadarminta. (2003). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Priyanto. (2008). Mandiri Belajar Spss Untuk Analisis Data Dan Ujian Statistik. Yogyakarta:

Media Kom.

Rahayu Puji Lestari. (2013).

Pengaruh Perhatian Dan

Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di SMP Negeri Purworejo Tahun pelajaran 2012/2013, Vol 2 No.2.

Sadirman. (2011). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenanda Media.

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif Dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan-Teori Dan Aplikasi Dengan Spss. Yogyakarta: Andi Offset..

Thoha. (2009). Perilaku Organisasi.

Jakarta: Konisius.

Uno, H. B. (2008).In Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H. B. (2014). Motivasi Dan Pengukurannya (Analisis Dibidang Pendidikan). Jakarta:

Bumi Aksara.

Walgito. (2010). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.

Yogyakarta: Andi.

Widjaja. (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Stidi. Jakarta: Bumi Aksara.

Widarjono, Agus. (2007).

Ekonomertika : Teori dan aplikasi untuk ekonomi dan isnis. Yogyakarta: Ekonosia FE UII.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Fasilitas Belajar di Sekolah terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Melalui Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Ungaran.. Impact

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi orang tua terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII pada

Kukuh Ragil Putro. Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Mojogedang Pada Mata Pelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minat belajar dan pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS SMA N

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh, kecerdasan emosional, kebiasaan belajar dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kelas VIII

4 terdapat pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara dukungan orang tua, kemandirian belajar, dan motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi

Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa tingkat motivasi belajar, pendapatan orang tua, lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya kelas XI IPS SMA N 6 berpengaruh signifikan

ix Nama : Nadhifah Jihan Savira NIM : 1811210239 Prodi : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran