• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Permohonan Dispensasi Nikah di Bawah Umur (Studi Kasus Pengadilan Agama Temanggung)

N/A
N/A
Digita Nurlia

Academic year: 2025

Membagikan " Analisis Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Permohonan Dispensasi Nikah di Bawah Umur (Studi Kasus Pengadilan Agama Temanggung)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERMOHONAN DISPENSASI NIKAH DI BAWAH UMUR

(Studi Kasus Pengadilan Agama Temanggung) PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Untuk Penyusunan Skripsi

Oleh : Digita Nurlia NIM. 21.21.2.1.131

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM (AL AKHWAL ASY SYAKHSHIYYAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2024

(2)

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan, sebuah ikatan suci yang menjadi pondasi utama dalam kehidupan manusia, berperan sebagai landasan pembentukan keluarga dan menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan biologis, spiritual, dan sosial. Menurut Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.1 Dalam Islam, pernikahan dianjurkan sebagai sunnah yang membawa berkah dan kebahagiaan. Kenyataannya pernikahan tidak selalu berjalan sesuai dengan harapan. Terkadang, terjadi permasalahan yang dapat menghambat terwujudnya pernikahan yang ideal.2 Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah terkait dengan usia minimal calon pengantin yang di atur oleh hukum.

Diatur sesuai UU Nomor 16 Tahun 2019 adalah UU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Perubahan yang terjadi pada UU Nomor 1 Tahun 1974 akibat adanya UU Nomor 16 Tahun 2019 adalah batas minimal usia perkawinan yang berubah dari 16 tahun menjadi 19 tahun.3 Perubahan ini tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2019 yang berbunyi “perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai

1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974), hlm. 134.

2 Netty Prastika, dkk., Merawat Pernikahan, (Jakarta: Brilian Angkasa Jaya, 2019), hlm. 127.

3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 006265).

(3)

umur 19 (sembilan belas) tahun”. Namun, dalam beberapa kasus, terdapat calon pengantin yang belum mencapai usia minimal tersebut dan ingin melangsungkan pernikahan.

Meningkatnya kasus pernikahan dini ini terjadi selama pandemi Covid-19, dan yang mengalami pernikahan usia di bawah 19 tahun banyak dialami oleh perempuan. Data Kementrian PPPA dan BKKBN menunjukkan bahwa perkara pernikahan dini di Indonesia dari tahun 2019 sampai akhir tahun 2021 terus meningkat naik 30% setiap tahunnya. Di Jawa Tengah saja di Tahun 2021 data oleh Kemenag Provinsi Jawa Tengah ada 8.700 kasus pernikahan dini yang mana ketika ingin melaksanakan pernikahan dan mendapatkan buku nikah harus melalui persidangan atau perkara Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama.

Meskipun Undang-Undang Pernikahan Nomor 16 Tahun 2019 menetapkan usia minimal pernikahan 19 tahun, kasus dispensasi nikah tetap menjadi permasalahan yang terjadi setiap minggu. Data dari Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung Republik Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah perkara dispensasi nikah. Pada tahun 2020, tercatat 64.196 perkara, meningkat lebih dari 152% dibandingkan tahun 2019 yang hanya mencapai 24.864 perkara. Lebih mengkhawatirkan lagi, 97% dari permohonan dispensasi nikah dikabulkan, dan 60% di antaranya melibatkan pernikahan anak perempuan di bawah 18 tahun.4

4 PA Muara Taweh, “Signifikannya Perkara Dispensasi Kawin terus meningkat di Masa Pandemi Covid-19” dikutip dari https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-

(4)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung, angka pengajuan dispensasi nikah di Kabupaten Temanggung dalam tiga tahun terakhir menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, pada tahun 2021 mencapai 449 pengajuan, pada tahun 2022 mencapai 414 pengajuan, dan pada 2023 sampai per bulan September 2023 mencapai 206 pengajuan. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat Temanggung yang mengajukan dispensasi nikah dengan berbagai alasan, seperti hamil, hamil dan sudah menikah sirri, hamil dan sudah melahirkan, keinginan anak, kekhawatiran orang tua, dan sudah berhubungan namun tidak hamil.5

Dalam situasi seperti ini, dispensasi nikah menjadi salah satu solusi, proses pengajuan dispensasi nikah di Indonesia dilakukan melalui Pengadilan Agama.

Hakim Pengadilan Agama memiliki kewenangan untuk memutuskan permohonan dispensasi nikah berdasarkan pertimbangan yang matang dan komprehensif.

Keputusan hakim dalam perkara dispensasi nikah tidak hanya berdampak pada legalitas pernikahan, tetapi juga pada masa depan calon pasangan dan keluarga mereka. Di satu sisi, hakim harus menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum.

Di sisi lain, hakim juga memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak anak, khususnya untuk mencegah pernikahan dini. Hal ini sesuai dengan Pasal 26 ayat (1)

daerah/signifikannya-perkara-dispensasi-kawin-terus-meningkat-di-masa-pandemi-covid-19, diakses 12 September 2024.

5 Badan Pusat Statistik “Banyaknya Kasus Dispensasi Kawin Menurut Kecamatan Di

Kabupaten Temanggung 2021-2023” dikutip dari

https://temanggungkab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjExIzI=/banyaknya-dispensasi-kawin-menurut- kecamatan-di-kabupaten-temanggung.html.%20di, diakses 12 September 2024.

(5)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan anak yang menegaskan kewajiban orang tua untuk mencegah pernikahan pada usia dini.6

Dalam memutuskan perkara dispensasi nikah, hakim dituntut untuk mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk aspek hukum, sosial, dan agama.

Salah satu teori yang relevan dalam menganalisis pertimbangan hakim dalam perkara dispensasi nikah adalah teori maslahah (kemaslahatan). Teori maslahah menekankan pada pencapaian kebaikan dan pencegahan kerusakan dalam setiap keputusan. Dalam dispensasi nikah, hakim perlu mempertimbangkan maslahah jangka pendek dan jangka panjang, baik bagi calon pengantin maupun bagi keluarga mereka.7 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Nikah memberikan pedoman bagi hakim dalam mengadili permohonan dispensasi nikah. Pedoman ini bertujuan untuk memperkuat perlindungan terhadap hak anak dan mencegah pernikahan dini.

8

Penelitian ini akan fokus pada menganalisis pertimbangan dua hakim di Pengadilan Agama Temanggung dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah dengan menggunakan teori maslahah sebagai kerangka teori. Berdasarkan uraian

6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 182).

7 Salma S, “Maslahah Dalam Perspektif Hukiim Islam”, Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah, (Manado) Vol. 10 Nomor 2, 2009.

8 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019), hlm. 6.

(6)

latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pertimbangan putusan hakim dalam perkara dispensasi nikah, dengan memberi judul “Analisis Pertimbangan Hakim Dalam Memutuskan Permohonan Dispensasi Nikah Di Bawah Umur (Studi Kasus Pengadilan Agama Temanggung)”

B. Rumusan Masalah

Pada latar belakang di atas, penyusun berencana merumuskan permasalahan yang akan dikaji secara lanjut dalam proposal ini, berdasarkan pada latar belakang di atas. Adapun rumusan masalah yang diajukan penyusun adalah:

1. Apa saja faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Temanggung?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Temanggung berdasarkan teori maslahah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Temanggung.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Temanggung berdasarkan teori maslahah.

(7)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang hukum perkawinan dan dispensasi nikah di Indonesia, serta menjadi bahan referensi untuk pengembangan teori hukum keluarga. Hasil penelitian ini juga dapat memperkaya khasanah ilmu hukum dengan memberikan analisis yang komprehensif mengenai pertimbangan hakim dalam perkara dispensasi nikah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi para hakim dalam memutus perkara dispensasi nikah.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya pernikahan dini dan pentingnya mematuhi aturan hukum terkait batas usia perkawinan. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi berbagai pihak, seperti lembaga pemerintah, organisasi masyarakat, dan keluarga, dalam upaya pencegahan pernikahan dini.

E. Kerangka Teori

1. Pertimbangan Hakim

Hakim memiliki kebebasan untuk memutuskan suatu kasus. Hal ini sesuai dengan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pada pasal 1 ayat (1) yang menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah

(8)

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.9 Kekuasaan kehakiman harus bebas dari campur tangan pihak lain, termasuk dari kekuasaan yudisial. Meskipun demikian, kebebasan hakim dalam menjalankan tugasnya tidaklah mutlak. Hakim harus menegakkan hukum dan keadilan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga putusan yang dihasilkan mencerminkan rasa keadilan bagi rakyat.10

Alasan-alasan yang digunakan hakim untuk membuat keputusan dalam suatu kasus disebut pertimbangan hakim. Pertimbangan hakim sangat penting karena menentukan apakah keputusan hakim adil atau tidak. Pertimbangan hakim adalah kunci utama untuk mencapai putusan yang adil (ex aequo et bono), pasti, dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam suatu kasus.

Karena itu, pertimbangan hakim harus dilakukan dengan sangat teliti, baik, dan cermat. Jika pertimbangan hakim tidak memenuhi kriteria tersebut, maka

9 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2).

10 Firman Floranta Adonara, “Prinsip Kebebasan Hakim Dalam Memutus Perkara Sebagai Amanat Konstitusi”, Jurnal Konstitusi, (Jember) Vol. 12 Nomor 2, 2015, hlm. 224.

(9)

putusan hakim bisa dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi atau Mahkamah Agung.

11

Dalam memutuskan suatu perkara, hakim mempertimbangkan berbagai aspek. Pertama, pertimbangan yuridis yang didasarkan pada landasan hukum yang digunakan, meliputi dakwaan jaksa, keterangan terdakwa, saksi, barang bukti, dan pasal-pasal. Kedua, pertimbangan non yuridis yang meliputi latar belakang perbuatan terdakwa, kondisi diri terdakwa, dan hal-hal yang memberatkan terdakwa. Ketiga, hakim juga mempertimbangkan kebenaran filosofis dan sosiologis dalam memutus perkara. Terakhir, hakim juga mempertimbangkan asas keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan dalam membuat putusan. Hakim juga dapat mempertimbangkan yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan dari hakim terdahulu untuk menghadapi perkara yang tidak diatur dalam UU. Yurisprudensi ini dijadikan sebagai pedoman bagi hakim-hakim lain untuk menyelesaikan perkara yang sama.12

2. Dispensasi Nikah

11 Siregar, Barry Franky. "Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap residivis pengedar narkotika di kota yogyakarta." Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta (2016), hlm. 3-4.

12 Brian Khukuh Wijaya, dkk., “Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Kasus Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum (Studi Kasus Putusan Nomor.14/Pid.Sus.Anak/2015/PN SMG)”, Diponerogo Law Journal, Vol. 5 Nomor 4, 2016, hlm. 8.

(10)

Dispensasi nikah terdiri dari dua kata yaitu dispensasi dan nikah.

Dispensasi dalam kamus besar bahasa indonesia adalah pengecualian dari aturan umum untuk suatu hal atau keadaan yang khusus, izin pembebasan dari suatu kewajiban atau larangan; suatu tindakan pemerintah yang menyatakan bahwa suatu peraturan perundang-undangan tidak berlaku untuk suatu hal yang khusus (di hukum administrasi negara).13 Singkatnya, dispensasi berarti memberikan pengecualian atau keringanan dari aturan umum, sehingga sesuatu yang biasanya tidak diizinkan, bisa dilakukan dalam keadaan tertentu.14 Sedangkan nikah (pernikahan/perkawinan) adalah membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami atau beristri. Jadi dispensasi nikah adalah izin khusus yang diberikan oleh pengadilan kepada calon pasangan yang ingin menikah namun belum mencapai usia minimal pernikahan yang ditetapkan undang- undang, yaitu 19 tahun.

Dasar hukum dispensasi nikah tertera dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 adalah UU tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Perubahan yang terjadi pada UU Nomor 1 Tahun 1974 akibat adanya UU Nomor 16 Tahun 2019 adalah batas minimal usia perkawinan yang berubah dari 16 tahun menjadi 19 tahun. Perubahan ini tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2019 yang berbunyi “perkawinan hanya

13 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta, 2008), hlm. 359.

14 Nabiela Naily, dkk., Hukum Perkawinan Islam Indonesia, (Sumatera: Prenada Group, 2019), hlm. 152.

(11)

diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun”.15

Pasal 15 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) membahas tentang kemaslahatan keluarga dan rumah tangga dalam konteks pernikahan. Pasal ini menyatakan bahwa untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No. l tahun 1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurang kurangnya berumur 16 tahun. Yang sekarang sudah berubah ketentuannya, jadi untuk pria dan wanita sudah berumur 19 tahun.16

Dulu, perempuan boleh menikah di usia 16 tahun, tapi sekarang aturannya berubah. Sekarang, baik laki-laki maupun perempuan harus berusia minimal 19 tahun untuk menikah. Meskipun begitu, kalau ada alasan khusus, seperti kehamilan di luar nikah atau kondisi mendesak lainnya, calon pasangan bisa mengajukan permohonan dispensasi nikah ke pengadilan. Pengadilan akan menilai apakah alasan permohonan itu kuat dan memutuskan apakah boleh menikah di bawah umur atau tidak.

15 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 006265).

16 Perpustakaan Nasional RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi Hukum Islam Serta Pengertian Dalam Pembahasannya, Mahkamah Agung RI, 2011, hlm. 67.

(12)

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Nikah memberikan panduan yang jelas kepada hakim dalam menangani kasus permohonan dispensasi nikah.

Sebelumnya, aturan tentang dispensasi nikah masih belum diatur secara jelas dalam undang-undang. PERMA ini menekankan pentingnya anak sebagai amanah dan karunia Tuhan yang memiliki nilai dan martabat sebagai manusia.

Anak juga memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.17

Peraturan ini juga mengacu pada Konvensi Hak Anak yang menyatakan bahwa semua tindakan yang berhubungan dengan anak harus didasarkan pada kepentingan terbaik bagi anak. PERMA Nomor 5 Tahun 2019 mencakup berbagai aspek dalam proses pemeriksaan permohonan dispensasi nikah, mulai dari persyaratan administrasi, proses pemeriksaan, pertimbangan hakim, hingga kriteria hakim yang dapat mengadili perkara dispensasi nikah.18

3. Maslahah

KBBI mendefinisikan "maslahah" sebagai sesuatu yang membawa kebaikan, manfaat, atau kegunaan. Dengan kata lain, "maslahah" adalah hal

17 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019), hlm. 6.

18 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin (Buku Saku 2 Tahun 2020), hlm. 48.

(13)

yang menguntungkan atau memberikan nilai positif. "Kemaslahatan" sendiri merupakan konsep yang lebih luas, mencakup semua aspek positif seperti kegunaan, kebaikan, manfaat, dan kepentingan. Istilah "maslahah" dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab "al-maslahah," yang berasal dari kata dasar "shalaha." Kata ini memiliki makna yang berlawanan dengan

"fasada" (kerusakan) dan merujuk pada hal-hal yang baik, sesuai, bermanfaat, dan membawa kemajuan. "Al-Maslahah" juga memiliki makna "kedamaian,"

seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 227. "Maslahah"

mengacu pada manfaat yang ingin diwujudkan untuk mencapai kebaikan atau kemajuan dalam kehidupan manusia. Setiap hal yang memiliki manfaat, baik dalam upaya meraihnya (jalbu al-mashalib) atau dalam menghindari hal-hal yang merugikan (dar’u al-mafasid), dianggap sebagai "maslahah”.19

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memiliki tujuan untuk menyajikan teori yang terkait dengan isu yang sedang diselidiki. Oleh karena itu, tinjauan pustaka ini akan menjadi landasan dalam merancang penelitian. Penulis akan merujuk pada beberapa penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan isu yang akan diteliti, sebagai sumber referensi untuk mendapatkan data yang akurat yang akan digunakan dalam penelitian ini.

19 M. Noor Harisudin, “Ilmu Ushul Fiqh”, (Setara Press, 2011), hlm. 253.

(14)

Skripsi oleh Fajar Muharom tahun 2016 (Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta). Dengan judul

“Pertimbangan Dan Diskresi Hukum Hakim Dalam Penyelesaian Dispensasi Perkawinan (Studi Perbandingan Penetapan Nomor 0093/Pdt.P/2015.PA.Btl Dengan Penetapan Nomor 0036/Pdt.P/2011.PA.Btl) Di Pengadilan Agama Bantul”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hakim Pengadilan Agama Bantul dalam menangani kasus permohonan dispensasi kawin memiliki pertimbangan yang berbeda-beda. Terdapat dua kasus yang dikaji dalam penelitian ini yang pertama, penetapan nomor 0093/Pdt.P/2015.PA.Btl hakim mengabulkan permohonan dispensasi perkawinan dengan alasan bahwa calon suami anak pemohon sudah berpenghasilan Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah).

Hakim berpendapat bahwa mengutamakan meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan. Dan hakim lebih mengedepankan kesiapaan ekonomi dan mengabaikan hak anak. Sedangkan yang kedua, penetapan nomor 0036/Pdt.P/2011.PA.Btl hakim menolak permohonan dispensasi perkawinan dengan alasan bahwa calon suami anak pemohon bekerja sebagai buruh dengan penghasilan yang tak menentu. Hakim lebih mengedepankan kemaslahatan jangka panjang dan konsekuensi-konsekuensinya bagi anak pemohon dan calon suaminya.

Dan hakim memperhatikan hak anak dan kesejahteraannya, baik yang bersifat lahiriyah maupun batiniyah, baik dari fisik dan psikis.20 Persamaan penelitian ini

20 Fajar Muharom, “Pertimbangan Dan Diskresi Hukum Hakim Dalam Penyelesaian Dispensasi Perkawinan (studi Perbandingan Penetapan Nomor 0093/Pdt.P/2015.PA.Btl Dengan Penetapan Nomor 0036/Pdt.P/2011.PA.Btl) Di Pengadilan Agama Bantul”, Skripsi, diterbitkan, Prodi

(15)

dengan penelitian penulis yaitu membahas pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah. Sedangkan perbedaannya terletak pada segi pembahasan, dimana penelitian tersebut membahas perbandingan putusan penetapan perkara dari Pengadilan Agama Bantul.

Skripsi oleh Akhsal Premadian Wibowo tahun 2022 (Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta). Dengan judul “Analisis Penetapan Hakim Dalam Mengabulkan Dan Menolak Permohonan Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Pangkajene Perspektif Maṣlaḥah (Studi Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0216/Pdt.P/2020/Pa.Pkj Dan Nomor 0228/Pdt.P/2020/Pa.Pkj)”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hakim Pengadilan Agama Pangkajene dalam menangani kasus permohonan dispensasi kawin memiliki pertimbangan yang berbeda-beda. Terdapat dua kasus yang dikaji dalam penelitian ini yang pertama, kasus 1 (dikabulkan) hakim mengabulkan permohonan karena khawatir anak pemohon dan calon suaminya terjerumus zina, meskipun anak tersebut belum berusia 19 tahun. Hakim berfokus pada menjaga agama (daruriyat). Sedangkan yang kedua, kasus 2 (ditolak) hakim menolak permohonan karena anak pemohon baru berusia 13 tahun dan beresiko mengalami kematian saat melahirkan. Hakim berfokus pada menjaga jiwa anak (hajiyat).21 Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu membahas

Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2016.

21 Akhsal Premadianti Wibowo, “Analisis Penetapan Hakim Dalam Mengabulkan Dan Menolak Permohonan Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Pangkajene Perspektif Maṣlaḥah (Studi Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0216/Pdt.P/2020/Pa.Pkj Dan Nomor 0228/Pdt.P/2020/Pa.Pkj)”, Skripsi, diterbitkan, Prodi Syariah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Surakarta, 2022.

(16)

pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah. Sedangkan perbedaannya terletak pada segi pembahasan, dimana penelitian tersebut membahas perbandingan 2 putusan penetapan perkara dari Pengadilan Agama Pangkajene.

Skripsi oleh Via Puspasari tahun 2021 (Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Prof. Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto). Dengan Judul “Pertimbangan Hakim Tunggal Dalam Perkara Dispensasi Kawin Menurut Perma No. 5 Tahun 2019 (Analisis Penetapan Pegadilan Agama Purwokerto Nomor 0420/Pdt.P/2020/Pa.Pwt)”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hakim tunggal di Pengadilan Agama Purwokerto dalam memutus perkara dispensasi kawin, mempertimbangkan beberapa faktor, terutama faktor yang sangat mendesak dan tidak ada pilihan lain selain melangsungkan perkawinan.

Yang pertama, Hakim tunggal mempertimbangkan fakta bahwa calon mempelai perempuan sedang hamil, serta bukti-bukti pendukung seperti surat keterangan usia mempelai dan surat keterangan dari tenaga kesehatan yang menyatakan perkawinan tersebut sangat mendesak. Yang kedua, Hakim juga mempertimbangkan faktor kuratif, yaitu usaha penyembuhan bagi orang tua yang tidak ada pilihan lain selain menikahkan anak untuk menutup aib dan menyelamatkan status anak, serta untuk menjaga dari fitrah akibat hubungan luar nikah.22 Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu membahas pertimbangan hakim dalam memutuskan

22 Via, Puspa Sari, “Pertimbangan Hakim Tunggal dalam Memutus Perkara Dispensasi Kawin Menurut Perma No: 5 Tahun 2019 (Analisis Penetapan Pegadilan Agama Purwokerto Nomor 0420/Pdt.

P/2020/PA. Pwt)”, Diss. IAIN Purwokerto, 2021.

(17)

permohonan dispensasi nikah. Sedangkan perbedaannya terletak pada segi pembahasan, dimana penelitian tersebut membahas pertimbangan hakim tunggal.

Skripsi oleh Muhamad Rizki Akbar tahun 2023 (Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Dengan judul

“Perbandingan Landasan Hukum Pada Penetapan Dispensasi Kawin”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hakim Pengadilan Agama dalam menangani kasus permohonan dispensasi kawin, memiliki pertimbangan yang berbeda-beda. Adapun pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan:

hakim cenderung mengabulkan permohonan jika ada alasan mendesak, terutama jika calon mempelai perempuan sudah hamil. Hakim mempertimbangkan kesiapan ekonomi calon suami, melihat penghasilan dan pekerjaan. Hakim menilai kesanggupan orang tua kedua calon mempelai untuk mendukung pernikahan, termasuk dalam hal ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan. Dan hakim menggunakan kaidah fiqh "Menolak mafsadat (kerusakan) lebih diutamakan daripada meraih maslahat (kebaikan)" untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, seperti zina atau penelantaran anak. Lalu pertimbangan hakim dalam menolak permohonan: hakim cenderung menolak permohonan jika calon mempelai masih di bawah umur 19 tahun, berpedoman pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Hakim menolak permohonan jika tidak ada alasan mendesak yang dirasa cukup kuat untuk menyimpangi ketentuan usia minimal perkawinan. Hakim mempertimbangkan risiko kesehatan bagi calon mempelai perempuan, terutama jika masih muda dan belum siap secara fisik dan

(18)

mental untuk melahirkan. Dan hakim mempertimbangkan dampak sosial dari perkawinan anak, seperti stigma dan penelantaran.23 Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu membahas pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah. Sedangkan perbedaannya terletak pada segi pembahasan, skripsi diatas memberikan analisis komparatif tentang landasan hukum, sementara penelitian ini memberikan analisis lebih mendalam tentang pertimbangan hakim di satu Pengadilan Agama.

Skripsi oleh Nanda Syah Putri tahun 2022 (Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh). Dengan judul “Analisis Perbandingan Pertimbangan Hakim Dalam Menetapkan Dispensasi Kawin (Studi Putusan Nomor: 524/Pdt.P/2020/Pa.Sor Dan Putusan Nomor:

352/Pdt.P/2021/Ms.Sgi)”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya disparitas (ketidakadilan) putusan hakim. Dua kasus dengan dasar hukum dan permasalahan serupa menghasilkan putusan berbeda. Putusan nomor 524/Pdt.P/2020/PA.Sor ditolak karena kurangnya bukti persetujuan calon mempelai perempuan, sedangkan putusan nomor 352/Pdt.P/2021/MS.Sgi dikabulkan karena alasan mendesak dan persetujuan kedua calon mempelai.24 Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu membahas pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah. Sedangkan perbedaannya

23 Akbar, Muhamad Rizki. Perbandingan Landasan Hukum Pada Penetapan Dispensasi Kawin.

BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.

24 Putri, Nanda Syah. Analisis Perbandingan Pertimbangan Hakim Dalam Menetapkan Dispensasi Kawin (Studi Putusan Nomor: 524/Pdt. P/2020/PA. Sor dan Putusan Nomor: 352/Pdt.

P/2021/MS. Sgi). Diss. UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2023.

(19)

terletak pada segi pembahasan, skripsi diatas memberikan analisis dua putusan hakim yang berbeda, sedangkan penelitian ini fokus pada Pengadilan Agama Temanggung. Skripsi diatas menyimpulkan perbedaan putusan disebabkan oleh penafsiran hukum, fakta persidangan, dan pertimbangan hakim.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yaitu merupakan suatu penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.

Berdasarkan masalah yang ada di lapangan, penulis mengambil jenis penelitian kualitatif yang bersifat lapangan. Maka dari itu, penulis akan melakukan wawancara terhadap hakim yang bertanggung jawab terhadap perkara tersebut.

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Data yang diperoleh langsung berupa teks hasil wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitian. Sumber data primer yang digunakan penulis yaitu wawancara dengan hakim yang menangani perkara dispensasi nikah di Pengadilan Agama Temanggung

(20)

yaitu Bapak Tony Abdul Syukur, S.H.I., M.H.I. dan Ibu Ertika Urie, S.H.I., M.H.I.

b. Sumber data sekunder

Berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat, dan mendengarkan. Sumber data sekunder yang digunakan penulis yaitu dokumen putusan mengenai dispensasi nikah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Pengadilan Agama Temanggung Kelas 1B, Jl. Pahlawan No. 3, Sayangan, Butuh, Kec. Temanggung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tahun 2024.

4. Teknik pengumpulan data a. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan

(21)

narasumber. Jenis wawancara yang akan digunakan oleh peneliti adalah wawancara secara terstruktur (structured interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan wawancara yang dilakukan dalam bentuk questioner (pertanyaan).25

Metode ini dilakukan untuk menggali sebuah data, alasan, opini, dan sebuah peristiwa. Di dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan cara tanya jawab langsung dengan hakim Pengadilan Agama Temanggung yang menangani perkara dispensasi nikah.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang diperoleh dalam suatu penelitian melalui dokumen-dokumen. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dari dokumen-dokumen yaitu berupa Putusan Pengadilan Agama Temanggung.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Secara sistematis dilakukan dengan cara mengubah data wawancara yang berupa rekaman suara menjadi teks tulisan, melakukan pengkodean untuk mengidentifikasi tema atau kategori yang muncul dari data hasil wawancara,

25 Sofyan A.P. Kau, Metode Penelitian Hukum Islam Penuntun Praktis Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis, ed. H. Zulkarnain Suleman, cet. 2 (Yogya: Mitra Pustaka, 2023), hlm. 167.

(22)

mengelompokkan kode-kode yang serupa menjadi kategori-kategori yang lebih luas, mencari kesamaan atau perbedaan dalam pendapat responden, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. Teknik analisis data yang dilakukan penulis adalah teknik analisis data kualitatif menggunakan model Milles dan Huberman dengan tahapan, ruduksi data (data reduction), paparan data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drowing/verifying).26

H. Sistematika Penulisan

Guna mengetahui mengenai gambaran sekilas perihal penelitian ini, maka sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi menjadi 5 bab yaitu sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang berkaitan dengan tinjauan umum dalam pembahasan aspek dispensasi nikah, yakni: 1) Pertimbangan Hakim, 2) Dispensasi Nikah, 3) Maslahah.

Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, bab ini menjelaskan bagaimana keadaan lokasi penelitian yaitu Pengadilan Agama Temanggung.

26 Lila Pangestu Hadiningrum, Metode Penelitian Sebuah Pengantar Disiplin Keilmuan, ed.

Yayuk Umaya, cet. 1 (Malang: Ahlimedia Press, 2021), hlm. 81.

(23)

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, pada bab ini berisi analisis tentang apa saja yang menjadi perbedaan pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Temanggung. Selain itu, bab ini juga akan menganalisis pertimbangan hakim berdasarkan teori maslahah.

Bab V Penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saran.

DAFTAR PUSTAKA

Adonara, F. F. (Vol. 12 Nomor 2, 2015). Prinsip Kebebasan Hakim Dalam Memutus Perkara Sebagai Amanat Konstitusi. Jurnal Konstitusi, 224.

Brian Khukuh Wijaya, d. (Vol. 5 Nomor 4, 2016). Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Kasus Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum (Studi Kasus Putusan Nomor.14/Pid.Sus.Anak/2015/PN SMG). Diponerogo Law Journal, 8.

Harisudin, M. N. (2011). Ilmu Ushul Fiqh. Setara Press.

Kamus Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Lila Pangestu Hadiningrum, e. Y. (cet.1, 2021). Metode Penelitian Sebuah Pengantar Disiplin Keilmuan. Malang: Ahlimedia Press.

Muharom, F. (2016). Pertimbangan Dan Diskresi Hukum Hakim Dalam Penyelesaian Dispensasi Perkawinan (studi Perbandingan Penetapan Nomor 0093/Pdt.P/2015.PA.Btl Dengan Penetapan Nomor 0036/Pdt.P/2011.PA.Btl) Di Pengadilan Agama Bantul. Skripsi, diterbitkan, Prodi Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,.

Nabiela Naily, d. (2019). Hukum Perkawinan Islam Indonesia. Sumatera: Prenada Group.

(24)

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin. (2019). Lembaran Negara Republik Indonesia, 6.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin. (2019). Lembaran Negara Republik Indonesia , 6.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin. (2020). Buku Saku 2.

Perpustakaan Nasional RI, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Kompilasi Hukum Islam Serta Pengertian Dalam Pembahasannya, Mahkamah Agung RI . (2011). 67.

Prastika, N. (2019). Merawat Pernikahan. Jakarta: Brilian Angkasa Jaya.

Rizki, A. M. (2023). Perbandingan Landasan Hukum Pada Penetapan Dispensasi Kawin. BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

S, S. (2009). Maslahah Dalam Perspektif Hukiim Islam. Jurnal Ilmiah AL-Syir'ah, Vol.

10 Nomor 2.

Sari, V. P. (2021). Pertimbangan Hakim Tunggal dalam Memutus Perkara Dispensasi Kawin Menurut Perma No: 5 Tahun 2019 (Analisis Penetapan Pegadilan Agama Purwokerto Nomor 0420/Pdt. P/2020/PA. Pwt). Diss. IAIN Purwokerto .

Siregar, B. F. (2016). Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap residivis pengedar narkotika di kota yogyakarta. Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 3-4.

Sofyan A.P. Kau, e. H. (2023). Metode Penelitian Hukum Islam Penuntun Praktis Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Yogya: Mitra Pustaka.

Statistik, B. P. (2024, Agustus 14). Banyaknya Kasus Dispensasi Kawin Menurut Kecamatan Di Kabupaten Temanggung 2021-2023. Retrieved from https://temanggungkab.bps.go.id/id/statistics-table/2/MjExIzI=/banyaknya- dispensasi-kawin-menurut-kecamatan-di-kabupaten-temanggung.h

Syah, P. N. (2023). Analisis Perbandingan Pertimbangan Hakim Dalam Menetapkan Dispensasi Kawin (Studi Putusan Nomor: 524/Pdt. P/2020/PA. Sor dan Putusan Nomor: 352/Pdt. P/2021/MS. Sgi). Diss. UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Taweh, P. M. (2022, Maret 30). Signifikannya Perkara Dispensasi Kawin terus meningkat di Masa Pandemi Covid-19. Retrieved from

(25)

https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-peradilan-agama/berita-daerah/

signifikannya-perkara-dispensasi-kawin-terus-meningkat-di-masa-pandemi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak . (n.d.). Lembaran

Negara Republik Indonesia, 182.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1978 Tentang Perkawinan . (1974). Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974, 134.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. (2019). Lembaran Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman . (2009 Nomor 2). Lembaran Negara Republik Indonesia.

Wibowo, A. P. (2022). Analisis Penetapan Hakim Dalam Mengabulkan Dan Menolak Permohonan Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Pangkajene Perspektif Maṣlaḥah (Studi Penetapan Pengadilan Agama Nomor 0216/Pdt.P/2020/Pa.Pkj Dan Nomor 0228/Pdt.P/2020/Pa.Pkj). Skripsi, diterbitkan, Prodi Syariah Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin perkawinan di bawah umur dengan alasan anak tersebut sudah hamil terlebih

Untuk itu dalam dispensasi perkawinan anak di bawah umur, dasar pertimbangan hakim yang digunakan untuk mengabulkan dispensasi perkawinan yaitu Pasal 7 ayat (2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum doctrinal, dengan data primer berasal dari salinan penetapan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan

Faktor- faktor yang menjadi alasan pemohon mengajukan permohonan dispensasi nikah ke Pengadilan Agama Tigaraksa adalah menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan

“iya mbak, saya mengajukan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Semarang pada tahun 2013, saya mengajukan dispensasi nikah itu untuk anak saya Vita

Skripsi ini berjudul “ PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN DISPENSASI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (STUDI KASUS

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin perkawinan di bawah umur dengan alasan anak tersebut sudah hamil terlebih

Judul Skripsi : Dispensasi Nikah Bagi Anak di Bawah Umur di Pengadilan Agama di Salatiga dalam Perspektif Keadilan Bermartabat.. Menyatakan dengan sebenarnya