GAMBARAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) PADA MAHASISWA SELAMA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
JARAK JAUH (PJJ) DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2022
Disusun Oleh : Arif Saiful Pramudita NIM : 11171010000096
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M / 1444 H
JARAK JAUH (PJJ) DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2022
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Disusun Oleh : Arif Saiful Pramudita NIM : 11171010000096
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022 M / 1444 H
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Agustus 2022
Arif Saiful Pramudita, NIM : 11171010000096
Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Mahasiswa Selama Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022
(xvii + 137 halaman, 19 tabel, 2 bagan, 1 grafik, 3 gambar, 3 lampiran) ABSTRAK
Ketika COVID-19 muncul sebagai pandemi, pemerintah memberlakukan peraturan untuk segala aktivitas dari jarak jauh. Perubahan ini mendorong semua institusi pendidikan menjalankan pembelajaran jarak jauh. Dengan diterapkannya pembelajaran jarak jauh (PJJ), aktivitas siswa berubah sehingga menimbulkan masalah pada kesehatan fisik mahasiswa. Postur tubuh yang buruk dan beban kerja yang relatif lama dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan teknik simple random sampling dimana jumlah responden sebanyak 115 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Analisis data menggunakan univariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82.6% mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengalami keluhan muskuloskeletal. Sebanyak 75 orang (65.2%) diantaranya mengalami keluhan pada bagian leher atas dan pinggang.
Keluhan terbanyak dialami oleh mahasiswa FITK (19 orang, 82.6%) dan mahasiswa FAH (12 orang, 100%). Keluhan muskuloskeletal ini banyak dialami pada mahasiswa yang resiko ergonomi tinggi (73.1%), berjenis kelamin perempuan (86.7%), indeks massa tubuh kurus (80.4%), memiliki kebiasaan olahraga kurang (82.4%), dan memiliki kebiasaan tidak merokok (84.5%). Masukan untuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu memberikan sosialisasi dampak keluhan muskuloskeletal, faktor resiko, dan cara pencegahannya. Masukan untuk mahasiswa agar dapat rutin berolahraga, memperbaiki pola makan, dan memperbaiki posisi duduk yang baik dan benar.
Kata Kunci : Keluhan Muskuloskeletal, Mahasiswa, Pembelajaran Jarak Jauh Daftat Bacaan : 61 (1998 – 2022)
FACULTY OF HEALTH
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Thesis, August 2022
Arif Saiful Pramudita, NIM : 11171010000096
Overview of Complaints Musculoskeletal Disorders (MSDs) in Students During the Implementation of Distance Learning (PJJ) at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2022
(xvii + 137 pages, 19 tables, 2 charts, 1 graphic, 3 pictures, 3 attachments) ABSTRACT
When COVID-19 emerged as a pandemic, the government imposed regulations for all activities remotely. This change encourages all educational institutions to implement distance learning. With the implementation of distance learning (PJJ), student activities change, causing problems for students' physical health. Poor posture and relatively long workload can cause musculoskeletal complaints during distance learning (PJJ). This research uses a cross sectional with simple random sampling technique where the number of respondents is 115 students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data analysis using univariate.
The results showed that 82.6% of students at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta experienced musculoskeletal complaints. A total of 75 people (65.2%) of them experienced complaints in the upper neck and waist. The most complaints were experienced by FITK students (19 people, 82.6%) and FAH students (12 people, 100%). This musculoskeletal complaint is mostly experienced by students who are at high ergonomic risk (73.1%), female (86.7%), lean body mass index (80.4%), have less exercise habits (82.4%), and have a habit of not smoking (84.5%
). The input for UIN Syarif Hidayatullah Jakarta is to provide socialization of the impact of musculoskeletal complaints, risk factors, and ways to prevent them. Input for students so that they can exercise regularly, improve their diet, and improve their sitting position properly and correctly.
Keywords : Musculoskeletal Disorders, Students, Distance Learning Reading List : 61 (1998 – 2022)
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai Civitas Akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Arif Saiful Pramudita
NIM 11171010000096
Program Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas : Fakultas Ilmu Kesehatan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hak untuk menyimpan, mengalih–media/format-kan, mengelola, mendistribusikan, dan mempublikasikan melalui internet atau media lain bagi kepentingan akademis skripsi saya yang berjudul:
“Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Mahasiswa Selama Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022”
selama tetap mencantumkan nama saya.
Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Jakarta, Agustus 2022
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Arif Saiful Pramudita
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 06 Agustus 1999
Alamat : Jl. Rajawali KM.4, Kel. Bukit Tunggal, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya
E-mail : [email protected]
No. Telepon 089678863291
PENDIDIKAN FORMAL
2005 – 2011 : SDN 6 Palangka Raya
2011 – 2014 : MTsN 1 Model Palangka Raya 2014 – 2017 : MAN Model Palangka Raya 2017 – Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PENGALAMAN ORGANISASI
2017 – 2018 : Anggota Departemen Seni dan Olahraga HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 – 2019 : Anggota Departemen Kewirausahaan HMPS Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2019 – 2020 : Anggota Bidang Advokasi dan Keilmuan ISMKMI Jakarta Raya
2019 – 2020 : Anggota Departemen Human Resource Development FSK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2020 – 2021 : General Manager FSK3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
2021 : Student Internship HSE Officer PT. Dharma Pratama Sejati
2021 : Internship COVID-19 Swabbing Tester Shinta’s Clinic
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh Bismillahirrahmaniirahim, Segala puji bagi Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, atas segala karunia dan rahmat-Nya proses pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik yang berjudul “GAMBARAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) PADA MAHASISWA SELAMA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2022”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Dirasa jauh dari kata sempurna pada penyusunan skripsi ini, bila tidak ada masukan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat, berupa sehat jasmani dan rohani serta ilmunya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Nabi Muhammad SAW dimana melalui dakwah beliau sebagai Rahmatan Lil Alamin sehingga dapat menikmati indahnya ajaran dan tuntunan beliau kepada umatnya sehingga banyak keberkahan ilmu-ilmu di dalamnya sehingga dapat dengan baik melalui contoh yang beliau lakukan dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Orang tua saya tercinta Bapak Irfan dan Ibu Ida, serta seluruh keluarga besar yang turut serta mendukunng, mendoakan, dan mendampingi saya demi lancarnya skripsi ini.
4. Ibu Meliana Sari, M.K.M., selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar mengarahkan dan mengajar dengan memberikan masukan kepada saya agar skripsi ini dapat selesai dengan baik dan benar.
5. Ibu Catur Rosidati, M.K.M., dan Ibu Dr. Iting Shofwati, M.K.K.K., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat.
6. Ibu Rahmah Hidayatullah Lubis, S.K.M., M.K.K.K., dan Ibu Fajar Ariyanti, S.K.M., M.Kes., Ph.D., serta Ibu Yustiyani, S.Gz., M.Si.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dengan baik dan luar biasa agar skripsi ini tersusun dengan sebaik mungkin.
7. Segenap responden mahasiswa semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bersedia menjadi responden penelitian ini, karena tanpa mereka skripsi ini tidak akan terselesaikan.
8. Sahabat dan teman semua yang tidak dapat dituliskan satu-satu namun sudah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan menjadi pendengar segala keluhan saya selama proses penyusunan skripsi ini.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk para pembaca.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Palangka Raya, September 2022
Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... i
DAFTAR BAGAN ... i
DAFTAR GAMBAR ... i
DAFTAR LAMPIRAN ... i
1 BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan ... 6
1.3.1 Tujuan Umum ... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ... 6
1.4 Manfaat ... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6
1.4.2 Manfaat Praktis... 7
1.5 Ruang Lingkup ... 9
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1 Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 10
2.1.1 Pengertian... 10
2.1.2 Jenis-Jenis Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 11
2.1.3 Faktor-Faktor Resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 11
2.1.4 Pencegahan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 30
2.2 Pembelajaran Jarak Jauh ... 32
2.3 Kerangka Teori... 33
3 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .... 35
3.1 Kerangka Konsep ... 35
3.2 Definisi Operasional ... 36
4 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 39
4.1 Desain Penelitian ... 39
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
4.3.1 Populasi ... 40
4.3.2 Sampel ... 40
4.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 42
4.5 Pengumpulan Data ... 44
4.6 Instrumen Penelitian ... 44
4.7 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 45
4.8 Pengolahan Data ... 50
4.9 Analisis Data ... 54
4.9.1 Analisis Univariat ... 54
4.10 Etika Penelitian ... 54
5 BAB V Hasil ... 56
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 56
5.2 Hasil Analisis Univariat ... 60
5.2.1 Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 60
5.2.2 Distribusi Resiko Ergonomi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 63
5.2.3 Distribusi Jenis Kelamin pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 64
5.2.4 Distribusi Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 65
5.2.5 Distribusi Kebiasaan Olahraga pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 66
5.2.6 Distribusi Kebiasaan Merokok pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 66
5.2.1 Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders berdasarkan Resiko Ergonomi pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 67
5.2.2 Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders berdasarkan Faktor Individu pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 68
6 BAB VI PEMBAHASAN ... 71
6.1 Keterbatasan Penelitian ... 71
6.2 Analisa Univariat ... 72
6.2.1 Keluhan Musculoskeletal Disorders ... 72
6.2.2 Resiko Ergonomi ... 74
6.2.3 Jenis Kelamin ... 75
6.2.6 Kebiasaan Merokok ... 79
6.3 Kajian Keislaman ... 80
7 BAB VII SIMPULAN & SARAN ... 83
7.1 Kesimpulan ... 83
7.2 Saran ... 85
7.2.1 Bagi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 85
7.2.2 Bagi Institusi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 86
7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
LAMPIRAN ... 94
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skoring Tingkat Resiko Ergonomi RULA ... 19
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 37
Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Fakultas ... 40
Tabel 4.2 Nilai Proporsi Penelitian Sebelumnya ... 41
Tabel 4.3 Jumlah Sampel Pada Setiap Fakultas ... 43
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Keluhan Muskuloskeletal ... 47
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Resiko Ergonomi ... 48
Tabel 4.6 ... 49
Tabel 4.7 Tabel Hasil Uji Reliabilitas ... 49
Tabel 4.8 Kode Kuesioner ... 50
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Muskuloskeletal pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 60
Tabel 5.2 Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Fakultas di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 62
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Resiko Ergonomi Saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 64
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 64
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 65
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Olahraga pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 66
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 67
Tabel 5.8 Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Resiko Ergonomi Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 68
Tabel 5.9 Gambaran Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan Faktor Individu Pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 69
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 34 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 35
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bagian Tubuh yang Merasakan Keluhan Muskuloskeletal pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022 ... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lembar Analisis RULA ... 18 Gambar 2.2 Lembar Analisis REBA ... 21 Gambar 2.3 Nordic Body Map ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ... 94 Lampiran 2: Kajian Etik ... 106 Lampiran 3 : Hasil Analisis Univariat ... 107
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak kasus pertama COVID-19 diumumkan pada Desember 2019, dengan peningkatan kasus yang pesat hingga saat ini, telah mempengaruhi banyak sektor, termasuk pendidikan. Hampir 300 juta jiwa yang terganggu dalam kegiatan belajar mengajarnya dan dapat mengancam masa depan mereka nantinya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 yang menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dari jarak jauh atau daring untuk mencegah penyebaran COVID-19 (Wajdi dkk., 2020). Pengenalan pembelajaran jarak jauh (PJJ) mengubah aktivitas pelajar/mahasiswa. Artinya semakin banyak aktivitas digital yang menuntut mereka untuk duduk di depan layar komputer/laptop atau smartphone selama proses pembelajaran berlangsung. (Devia,2021)
Salah satu dampak dari perubahan aktivitas yang mendadak ini adalah kesehatan fisik pelajar/mahasiswa. Masalah fisik yang umum selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah banyak yang menderita kesemutan di leher bagian bawah, punggung atas dan pinggul, bahu, tangan dan jari karena penggunaan komputer/laptop dan smartphone yang meningkat selama berlangsungnya pembelajaran jarak jauh dimasa pandemi Covid-19 ini (Wahyuningtyas, Isro’in dan Maghfirah, 2019). Sejalan dengan penelitian oleh Wajdi dkk. (2020), dimana proses belajar jarak jauh yang akan dilakukan mahasiswa selama 1 hingga 3 jam serta padat dan berulang dapat mengalami
1
banyak kelelahan, antara lain tekanan kerja, rasa tidak nyaman di bagian tubuh tertentu, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Selain itu, sarana dan prasarana juga menjadi pendukung terhadap hal tersebut.
Menurut Tarwaka dan Bakri (2016), Keluhan muskuloskeletal mengacu pada keluhan otot rangka yang dirasakan seseorang, mulai dari ketidaknyamanan yang sangat ringan hingga ketidaknyamanan yang sangat menyakitkan. Jika otot berulang kali mengalami beban statis dalam waktu lama, maka akan menimbulkan rasa tidak nyaman berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan kerusakan ini biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.
MSDs dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya faktor pekerjaan seperti peregangan otot yang berlebihan, aktivitas yang berulang, sikap kerja tidak alamiah, tekanan, getaran dan mikroklimat. Di samping itu adapun faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik, dan ukuran tubuh. Menurut Cohen dkk. dalam (Prawira dkk., 2017) MSDs terjadi sebagai akibat dari faktor-faktor pekerjaan, pekerja, psikososial, dan lingkungan.
Baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh Karingada dan Sony (2022) pada mahasiswa di Universitas India Barat sebanyak lebih dari 40%
mahasiswa mengalami gejala MSDs sejak dimulainya pembelajaran online, serta sebesar 23-30% mahasiswa mengalami gejala MSDs selama lebih dari 3 bulan. Berdasarkan penelitian di India pada pengajar dan murid di Universitas dan Sekolah selama pembelajaran online terdapat prevalensi yang mengalami nyeri muskuloskeletal sebanyak 60,8% dan bagian tubuh yang banyak
dirasakan nyeri adalah bagian leher sebesar 51,3% (Pawalia dkk., 2021). Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa memiliki resiko untuk mengalami keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). Pada tahap perkembangan selanjutnya, musculoskeletal disorders (MSDs) ini sendiri dapat menyebabkan kerusakan pada sendi, otot maupun tendon yang akan terus memperberat dan memperburuk kondisi fisik sehingga dapat berpengaruh terhadap menurunnya produktivitas belajar mahasiswa.
Fenomena yang terjadi di beberapa perguruan tinggi dan universitas yang menerapkan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid – 19 dinilai dapat memicu terjadinya keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs).
Studi yang dilakukan oleh Devia (2021), pada mahasiswa STIKes Medistra Indonesia didapatkan bahwa sebesar 92,31% mahasiswa mengalami keluhan muskuloskeletal selama perkuliahan dengan pembelajaran jarak jauh/online.
Kemudian berdasarkan studi yang dilakukan Sobirin (2020) pada 30 mahasiswa di Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Pekalongan, diketahui persentase postur tubuh mahasiswa pada saat perkuliahan daring adalah 73,1% dengan duduk lesehan menggunakan meja tanpa kursi dan 50%
dengan tidur berbaring. Kemudian persentase perangkat kerja mahasiswa saat kuliah daring adalah 92% menggunakan smartphone dan 76% menggunakan laptop. Diketahui bahwa titik tubuh yang paling banyak merasa sakit selama pelaksanaan perkuliahan daring terletak pada area tangan seperti bahu, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan. Sedangkan untuk area batang tubuh seperti leher, punggung, panggul, pinggang, dan pantat. Dalam hal tersebut bahwa penggunaan perangkat maupun sarana prasarana selama pembelajaran
daring perlu disesuaikan dengan kebutuhan agar terhindar dari risiko keluhan MSDs.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku institusi pendidikan mengeluarkan surat edaran Nomor 09 Tahun 2022 tentang Kegiatan Akademik dan Non Akademik Semester Genap Tahun Akademik 2021/2022 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang pelaksanaan pembelajaran secara daring pada semester VI (Rektor UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, 2022). Dengan adanya peraturan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat mengalami keluhan muskuloskeletal, mengingat pembelajaran yang dilakukan selama masa pandemi Covid-19 dengan durasi pembelajaran yang cukup lama mengharuskan mahasiswa untuk di depan layar komputer/laptop atau smartphone serta melakukan tugas kuliah selama perkuliahan berlangsung.
Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu diketahui tentang adanya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat melakukan pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid – 19 agar dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan tersebut lebih awal. Hal ini disebabkan pembelajaran jarak jauh merupakan sistem baru pendidikan dalam belajar mengajar yang mengharuskan mahasiswa aktif di depan layar selama jalannya perkuliahan dengan posisi dan durasi yang lama, sehingga dapat memperburuk kondisi fisik mahasiswa. salah satunya adalah musculoskeletal disorders (MSDs), jika tidak segera diatasi akan mempengaruhi produktivitas mahasiswa. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan peneliti ingin melakukan penelitian mengenai gambaran keluhan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2022.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dirasakan mahasiswa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ)?
2. Bagaimana gambaran resiko ergonomi mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
3. Bagaimana gambaran jenis kelamin mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
4. Bagaimana gambaran indeks massa tubuh mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
5. Bagaimana gambaran kebiasaan olahraga mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
6. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran keluhan muskuloskeletal pada mahasiswa selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran resiko ergonomi mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Diketahuinya gambaran jenis kelamin mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Diketahuinya gambaran indeks massa tubuh mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Diketahuinya gambaran kebiasaan olahraga mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Diketahuinya gambaran kebiasaan merokok mahasiswa terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan mengenai
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs), dapat melakukan penilaian risiko MSDs dan permasalahannya, dan menambah pengalaman peneliti melalui proses penelitian yang berlangsung.
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi mengenai gambaran risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam bidang keilmuan K3 dan mahasiswa peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
1.4.2.3 Bagi Tempat Penelitian
Dapat berkontribusi memberikan pertimbangan dalam upaya pengendalian resiko keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
1.4.2.4 Bagi Masyarakat Umum
Menjadi bahan masukan dan informasi kepada mahasiswa, Civitas Akademika, serta masyarakat terkait gambaran kejadian keluhan pada Musculoskeletal.Disorders (MSDs).
1.4.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menganalisis lebih lanjut terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh peneliti selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini berjudul “Gambaran Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Mahasiswa selama Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli tahun 2022”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran terhadap kejadian Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa dengan adanya pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi yang diteliti adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester VI pada tahun 2022. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara probability sampling dengan teknik simple random sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Musculoskeletal Disorders (MSDs) 2.1.1 Pengertian
Musculoskeletal Disorders secara umum untuk beberapa jenis penyakit yang mempengaruhi leher, punggung, tungkai atas atau bawah.
Jaringan yang terkena termasuk tendon, otot, ligamen, saraf, dan jaringan lain di dekat sendi (Stock dkk., 2005). Gangguan muskuloskeletal yang mempengaruhi pergerakan mencakup lebih dari 150 jenis sistem diagnostik, seperti yang tercantum dalam “International Classification of Disease” yakni otot, tulang, sendi, dan jaringan terkait, seperti tendon dan ligamen. Dimulai dengan muncul rasa sakit terus-menerus dan cacat (misalnya patah tulang, keseleo dan strain) (WHO, 2019).
Keluhan Muskuloskeletal yakni keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan mulai dari keluhan yang ringan hingga sangat sakit. Jika otot menerima beban yang statis secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan keluhan karena berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan ini yang dinamakan musculoskeletal disorder. Keluhan otot dikelompokkan menjadi 2, yaitu (Tarwaka dan Bakri, 2016):
1. Keluhan sementara (reversible), keluhan otot di mana saat menerima beban statis, namun akan segera hilang apabila aktivitas berhenti dilakukan.
10
2. Keluhan menetap (persistensi), keluhan otot yang sifatnya menetap, apabila aktivitas berhenti akan tetap merasakan sakit pada otot secara terus-menerus.
2.1.2 Jenis-Jenis Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) a. Sakit Leher
Terjadinya peningkatan tegangan otot, miring atau kaku di bagian leher.
b. Nyeri Punggung
Gejala pada nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, artritis, maupun spasme otot.
c. Low Back Pain
Kejadian yang terjadi akibat ada penekanan di daerah lumbal.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan, maka akan ada penekanan diskus.
d. Tennis Elbow
Keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah ke pergelangan tangan.
e. Carpal Tunnel Syndrome
Gejala yang mengenai tangan maupun pergelangan tangan diakibatkan oleh iritasi dan nervus medianus.
2.1.3 Faktor-Faktor Resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs), di antaranya yaitu (Peter Vi H.
dikutip dalam Tarwaka dan Bakri, 2016):
2.1.3.1 Faktor Pekerjaan 1. Postur Tubuh
Postur merupakan orientasi dari bagian tubuh dalam ruang, dalam keadaan melakukan pekerjaan postur ditentukan oleh dimensi tubuh dan dimensi desain kerja. Jika tidak adanya kesamaan dalam kedua dimensi tersebut maka dapat menimbulkan dampak baik jangka panjang maupun jangka pendek terhadap tubuh. Berdasarkan posisi tubuh, postur tubuh dalam ergonomi terdiri dari posisi netral dan posisi janggal, di mana posisi netral itu ialah postur setiap anggota tubuh posisinya sesuai dengan anatomi tubuh sehingga tidak terjadi kontraksi otot yang berlebih serta pergeseran atau penekanan pada bagian tubuh. Selain berdasarkan posisi tubuh ada juga berdasarkan pergerakan, yang terdiri dari postur statis dan postur dinamis. (Mayasari dkk.., 2005)
2. Frekuensi
Frekuensi diartikan banyaknya gerakan yang dilakukan dalam suatu periode waktu. Aktivitas pekerjaan yang dilakukan berulang disebut gerakan repetitif, gerakan ini dalam pekerjaan dapat dikategorikan dengan kecepatan pergerakan tubuh, atau secara luas sebagai gerakan yang diulang tanpa adanya variasi gerakan. Postur yang salah dalam frekuensi yang sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan
terutama risiko penyakit muskuloskeletal. (Tarwaka dan Bakri, 2016)
3. Durasi Penggunaan Laptop dan Smartphone
Durasi adalah lamanya sesuatu berlangsung atau rentang waktu (Setiawan, 2012). Maksud dalam pengertian tersebut adalah lamanya mahasiswa dalam menggunakan laptop dan smartphone. Seseorang melakukan kegiatan selama lebih dari 8 jam setiap hari terutama saat menggunakan elektronik seperti laptop dan handphone. Memperpanjang waktu kegiatan melebihi dari kemampuan biasanya tidak efektif, efisien, dan produktif serta dapat terlihat penurunan kualitas hasil yang akan berisiko terhadap kelelahan, gangguan kesehatan, serta dapat menyebabkan kecelakaan kerja (Sadu dan Kusumawati, 2021).
4. Beban/Gaya
Menurut Nursatya dalam Handayani (2011), beban tidak sama dengan berat namun menunjuk pada tenaga.
Berdasarkan penilaian resiko, berat ialah salah satu aspek dari beban terhadap tubuh. Beban yang diperbolehkan untuk diangkat oleh seseorang yaitu maksimal 23-25 Kg, yang mana bentuk dan ukuran objek akan berpengaruh karena semakin kecil objek maka semakin baik untuk diangkat oleh tubuh. Menurut Kumar dalam Zar (2013), Semakin berat objek yang diangkat, maka tenaga yang dibutuhkan semakin
besar sehingga semakin tinggi juga resiko gangguan pada otot rangka ditambah dalam posisi postur yang salah dan berat melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
2.1.3.2 Metode Penilaian Tingkat Resiko Ergonomi 1. Quick Exposure Checklist
Menurut Li dan Buckle dalam Stanton dkk. (2004), Quick Exposure Checklist (QEC) bisa dengan cepat menilai paparan gangguan pada muskuloskeletal akibat pekerjaan. QEC memiliki sensitivitas dan kegunaan yang tinggi serta dapat diterima, dan QEC ini dapat digunakan untuk berbagai pekerjaan.
Dengan QEC evaluasi dapat dilakukan pada tempat kerja dan desain kerja, serta dapat membantu mencegah gangguan muskuloskeletal akibat berbagai jenis pekerjaan. Adapun dibawah ini kelebihan dan kekurangan menggunakan QEC:
Kelebihan :
1. Mencakup beberapa faktor resiko fisik utama gangguan muskuloskeletal akibat kerja
2. Mempetimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat digunakan oleh pengguna uang tidak berpengalaman
3. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai faktor resiko di tempat kerja
4. Memberikan tingkat sensitivitas yang baik
5. Mudah dipelajari dan cepat digunakan Kekurangan :
1. Berfokus pada faktor fisik tempat kerja
2. Pelatihan dan praktik tambahan mungkin diperlukan pengguna pemula untuk meningkatkan penilaian.
Berikut ini tata cara penggunaan QEC, Step 1 : Pelatihan Mandiri
Pengguna QEC yang baru harus membaca Panduan Penggunaan QEC untuk memahami terminology dan kategori penilaian yang digunakan, bagi yang berpengalaman dapat melewati step 1.
Step 2 : Pengukuran oleh Peneliti
Peneliti mengisi form penilaian pengamat ketika melakukan pengamatan kerja di lapangan, sebagai alat bantu dapat memakai stopwatch untuk menghitung.
Step 3 : Pengukuran oleh Pekerja
Pekerja juga mengisi form penilaian pekerja yang berisi pertanyaan seputar pekerjaan yang dilakukan.
Step 4 : Menghitung Skor Paparan
Proses penghitungan dapat dilakukan 2 cara, manual dengan menjumlahkan skor pada lembar isian atau dengan program komputer.
Step 5 : Consideration of Action
QEC dapat dengan cepat melakukan identifikasi tingkat paparan dari punggung, bahu/lengan tangan, pergelangan tangan dan leher.
Hasil tersebut dapat memberikan rekomendasi pada ergonomi untuk mengurangi paparan. (Stanton dkk., 2004)
2. Rapid Upper Limb Assessment
Menurut Mc Atamney dan Corlett dalam Stanton dkk. (2004), Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dapat menghasilkan penilaian beban muskuloskeletal yang mudah dihitung dimana orang memiliki resiko beban leher dan ekstremitas atas. Alat ini memberikan skor tunggal sebagai
“snapshot” tugas, yang merupakan tingkat postur, kekuatan, dan gerakan. Resiko tersebut dihitung mulai dari yang terendah skor 1 sampai dengan tinggi skor 7, skor ini dikelompokkan ke dalam empat tingkatan. Rula biasa digunakan pekerjaan pada komputer, manufaktur, atau retail dimana pekerja duduk atau berdiri tanpa ada pergerakan.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis postur kerja menggunakan metode Rapid upper limb assessment (RULA) adalah sebagai berikut :
a. Membagi pengamatan postur tubuh menjadi dua grup, grup A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan grup B terdiri dari Leher, punggung dan kaki.
Selain itu juga ada pengukuran beban dan skor aktivitas.
b. Menilai setiap postur kerja operstor menggunakan form RULA ke dalam skor A dan B.
c. Menentukan skor akhir RULA dari hasil kombinasi perhitungan skor A dan skor B.
d. Menentukan action level dari postur kerja operator.
Gambar 2.1 Lembar Analisis RULA
Berikut ini kategori tingkat resiko berdasarkan skoring hasil akhir yang didapat.
Tabel 2.1 Skoring Tingkat Resiko Ergonomi RULA Kategori Tingkat
Resiko Ergonomi Indikasi
Skor Akhir Perhitungan
RULA
Level 1 Dapat Diterima 1-2
Level 2
Perlu penyelidikan lebih lanjut
3-4
Level 3
Perlu penyelidikan lebih lanjut dan perubahan perlu
dilakukan
5-6
Level 4
Perlu penyelidikan lebih lanjut dan perubahan segera
dilakukan
7
3. Rapid Entire Body Assessment
Menurut Hignett dan MC Atamney dalam Stanton dkk. (2004), Rapid Entire Body Assessment (REBA) dikembangkan dengan tujuan menilai jenis postur kerja yang tidak dapat diprediksi yang ditemukan dalam lingkungan kerja.
Data yang akan dikumpulkan terkait dengan postur tubuh, kekuatan, jenis gerakan, pengulangan, dan kopling. Skor akhir pada REBA digunakan untuk memberikan indikasi tingkat resiko dan tindakan yang harus dilakukan. REBA dirancang untuk
digunakan sebagai alat yang digerakkan oleh peristiwa karena kompleksitas pengumpulan data.
Berikut tahapan menggunakan metode REBA yaitu:
1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto
2. Membagi segmen tubuh ke dalam 2 grup (group A&B). Grup A terdiri dari punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Grup B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan 3. Dari data sudut segmen tubuh pada masing –
masing grup dapat diketahui skornya. Pada grup A skor ditambah dengan skor beban atau load. Dan grup B skor ditambah dengan skor coupling.
4. Dari Skor A dan skor B ditransfer ke dalam table C yang kemudian akan memberikan skor baru yang selanjutnya disebut skor C.
5. Memodifikasi Skor C tergantung pada jenis aktivitas otot yang dikerahkan untuk mendapatkan skor akhir pada metode REBA.
6. Periksa action level, risiko dan urgensi tindakan perbaikan yang harus dilakukan berdasarkan nilai akhir perhitungan.
Gambar 2.2 Lembar Analisis REBA 4. The Strain Index
Menurut Moore dan Garg dalam Stanton dkk. (2004), Strain Index (SI) merupakan sebuah metode dalam mengevaluasi pekerjaan untuk menentukan apakah pekerjaan itu berdampak pada pekerja dengan meningkatkan resiko gangguan muskuloskeletal pada distal upper extremity (DUE). DUE ini didefinisikan sebagai siku, lengan bawah, pergelangan tangan,
dan tangan. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa besarnya durasi dan frekuensi berhubungan dengan morbiditas DUE.
Adapun langkah dalam menggunakan SI sebagai berikut, 1. Mengumpulkan data
2. Menetapkan peringkat menggunakan tabel peringkat 3. Menentukan nilai pengali menggunakan tabel pengali 4. Menghitung Skor
5. Menafsirkan hasilnya
2.1.3.3 Faktor Individu 1. Usia
Menurut Nuswantari (1998), usia didefinisikan sebagai lamanya keberadaan seseorang yang diukur dalam satuan waktu yang ditinjau dari kronologis, derajat perkembangan anatomis dan fisiologisnya sama. Seseorang umumnya akan mengalami keluhan otot skeletal pada usia kerja, dan keluhan pertamanya dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan akan meningkat sejalan dengan bertambah usia. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadi keluhan otot skeletal akan meningkat.(Tarwaka dan Bakri, 2016)
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan konsep yang mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki sebagai karunia Tuhan sehingga berlaku sama di semua tempat dan waktu (Sunarto, 2004). Menurut Tarwaka dan Bakri (2016), menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Dari penelitian yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa secara signifikan menunjukkan jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap risiko keluhan otot.
Hal in karena secara fisiologi, kemampuan otot wanita rendah dibandingkan pria.
3. Indeks Massa Tubuh
Menurut P2PTM Kemenkes RI (2018), indeks massa tubuh merupakan salah satu cara yang digunakan mengetahui indeks sederhana berupa status gizi dengan membandingkan berat badan dan tinggi badan seseorang. Meskipun mempunyai pengaruh yang relatif kecil namun berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat dibanding wanita kurus diperkuat oleh Werner dkk..
dalam (Tarwaka dan Bakri, 2016), bahwa pasien yang obesitas dengan masa tubuh >29 mempunyai risiko 2,5 kali lebih tinggi
dibanding dengan pasien kurus dengan massa tubuh <20 khususnya pada otot kaki. Selain itu bahwa tubuh tinggi umumnya sering menderita sakit punggung, tetapi tidak punya pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan.
Menurut penelitian (Icsal dkk., 2016), ada hubungan antara IMT dengan keluhan Muskuloskeletal dengan hasil p=0,012 di mana hal ini dapat dipengaruhi oleh beratnya beban yang ditopang tubuh secara terus menerus yang mengakibatkan ketidaksanggupan tubuh untuk menopang beban sehingga membuat tubuh merasakan nyeri.
Menurut Direktorat P2PTM Kemenkes (2019), kategori ambang batas IMT untuk Indonesia yakni:
a. Kurus, dengan IMT < 18,5
b. Normal, dengan IMT ≥ 18,5 – 25,0 c. Gemuk, dengan IMT > 25,0
4. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merupakan pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari seseorang individu dan uang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama (Setiawan, 2012). Sedangkan Merokok yakni serangkai aktivitas atau kegiatan membungkus/menggulung tembakau dengan kertas yang dibakar kemudian dihisap (Gagan, 2017). Jadi pengertian kebiasaan merokok yakni,
serangkaian kegiatan yang membungkus tembakau yang dibakar dan dihisap serta dilakukan secara berulang oleh seorang individu.
Menurut Boshuizen dkk.. dalam Tarwaka dan Bakri (2016), ditemukan hubungan kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya saat melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini berkaitan dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang, di mana orang yang terbiasa merokok dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan mengkonsumsi oksigen turun dan berakibat terhadap tingkat kesegaran tubuh yang menurun juga. Dan apabila perlu melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, dan terjadi tumpukan asam laktat dan akan timbul rasa nyeri otot.
5. Kebiasaan Olahraga
Menurut Husdarta dalam M. Or (2017) olahraga adalah aktivitas otot yang energik dan pada aktivitas tersebut seseorang memperagakan kemampuan geraknya semaksimal mungkin. Sedangkan kebiasaan menurut adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari seseorang individu dan uang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama (Setiawan, 2012), jadi istilah kebiasaan
olahraga diartikan sebagai kegiatan berulang yang biasa dilakukan dengan mengandalkan gerakan otot yang semaksimal mungkin.
Keluhan otot jarang ditemukan pada seseorang yang aktivitas kesehariannya memiliki waktu istirahat yang cukup.
Tingkat keluhan otot dipengaruhi juga oleh tingkat kesegaran tubuh, menurut hasil penelitian Cady dkk. dalam (Tarwaka dan Bakri, 2016), bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah memiliki risiko terjadi keluhan sebesar 7,1%. Jadi tingkat kesegaran tubuh yang rendah menyebabkan risiko terjadinya keluhan otot semakin tinggi, dan keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik.
Salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular yang berhubungan dengan otot dan tulah adalah kebiasaan olahraga. Hal ini karena dengan sering berolahraga akan memperkuat otot-otot, tulang, dan jaringan ligamen serta dapat meningkatkan sirkulasi darah dan nutrisi pada semua jaringan tubuh. (Bustan, 2007)
2.1.3.4 Faktor Lingkungan 1. Pencahayaan
Menurut Susanti, Zadry dan Yuliandra, (2015), Pencahayaan berpengaruh terhadap kemampuan manusia melihat objek secara jelas, cepat, dan tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang menimbulkan mata
menjadi cepat lelah karena mata akan membuka dengan lebar, lelahnya mata akan berdampak pada kelelahan dan rusaknya mata.
2. Getaran
Menurut Suma’mur dalam Tarwaka dan Bakri (2016), Getaran yang memiliki frekuensi tinggi berdampak terhadap terjadinya kontraksi pada otot. Kontraksi statis ini akan menyebabkan peredaran darah tersumbat, asam laktat yang menumpuk akhirnya mengakibatkan rasa nyeri pada otot atau keluhan pada muskuloskeletal. Pekerjaan pada peralatan yang menimbulkan getaran akan menyebabkan mati rasa pada jari, kehilangan sentuhan dan kemampuan dalam memegang hal tersebut terjadi karena adanya kerusakan pada saraf tepi.(Oborne, 1995;Munir, 2008, dikutip dalam Zar, 2013) 3. Suhu
Menurut Suma’mur, 1982;Grandjean, 1993 dalam Tarwaka dan Bakri (2016), Terjadinya perbedaan suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang besar akan menyebabkan energi yang terdapat dalam tubuh akan beradaptasi. Ketika hal tersebut tidak diimbangi oleh pasokan energi yang cukup terjadilah kekurangan suplai energi ke otot, berakibat kurang lancar peredaran darah, suplai oksigen ke otot menurun, terhambatnya metabolisme karbohidrat dan asam laktat yang menumpuk menyebabkan rasa nyeri pada otot. Menurut
Tarwaka dan Sudiadjeng dalam Zar (2013), Saat suhu ekstrim terjadi maka akan menyebabkan efek fisiologis heat stress dan cold stress. Yang mana berdampak terhadap aliran darah ke tubuh akan berkurang saat suhu dingin, maka tubuh nantinya akan mengalami kehilangan nutrisi dan oksigen. Stres fisik terjadi saat jaringan pada tubuh inadekuat terhadap suplai darah yang memiliki kandungan oksigen serta nutrisi akan berdampak terhadap kejadian muskuloskeletal, akan lebih berbahaya apabila suhu udara dingin disertai dengan mengenakan alat yang menyebabkan getaran.
4. Tekanan
Tekanan langsung yang akan terjadi ketika saat memegang benda yang memiliki beban yang terus-menerus menyebabkan jaringan otot merasakan nyeri atau menimbulkan keluhan pada muskuloskeletal (Tarwaka dan Bakri, 2016).
2.1.3.5 Nordic Body Map
Nordic Body Map yakni metode pengukuran subjektif untuk mengukur nyeri otot pada pekerja. Untuk mengetahui letak nyeri atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan gambar tubuh manusia. Dalam penerapannya metode Nordic Body Map menggunakan lembar kerja berupa body map yang merupakan metode yang sederhana dan mudah dipahami, murah, dan perlu waktu yang singkat. Pengamat dapat mewawancarai
atau menanyakan langsung kepada responden, pada sistem muskuloskeletal mana yang mengalami nyeri, atau dapat secara langsung menunjukkan langsung pada setiap sistem muskuloskeletal yang terdapat pada kuesioner Nordic Body Map.
(Tarwaka dan Bakri, 2016)
Melalui NBM yang ditunjukkan pada Gambar 2.3, dapat dilihat bagian otot yang mengalami ketidaknyamanan, mulai dari yang ringan hingga sangat nyeri. Keluhan pada sistem muskuloskeletal biasanya bersifat kronis, artinya penyakit tersebut dirasakan lama setelah beraktivitas, dan beberapa residu dirasakan pada keesokan harinya. (Corlett dikutip dalam Tarwaka dan Bakri, 2016).
Gambar 2.3 Nordic Body Map
2.1.4 Pencegahan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)
Ada beberapa langkah preventif dalam rangka melaksanakan pencegahan dari adanya sikap kerja tidak alamiah yang berdampak pada keluhan Musculoskeletal disorder (MSDs), di antaranya yaitu (Peter Vi H. dikutip dalam Tarwaka dan Bakri, 2016):
2.1.4.1 Rekayasa Teknik
1. Eliminasi, yakni menghilangkan sumber bahaya yang ada.
Biasanya ini jarang dilakukan mengingat kondisi dan
tuntutan pekerjaan yang mengharuskan menggunakan peralatan yang ada.
2. Substitusi, yakni mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan penggunaan peralatan.
3. Partisi, yakni memisahkan antara sumber bahaya dengan seseorang atau pengguna objek.
4. Ventilasi, yakni menambah ventilasi dalam mengurangi risiko sakit.
2.1.4.2 Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan sebagai berikut:
1. Pendidikan dan Pelatihan, melalui hal tersebut diharapkan kita menjadi lebih memahami lingkungan dan sarana prasarana sehingga dapat melakukan penyesuaian serta inovatif dalam mencegah risiko bahaya.
2. Pengaturan waktu dan istirahat yang seimbang, dalam hal ini kita menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan karakteristik pekerjaan sehingga dapat mencegah paparan berlebih terhadap sumber bahaya
3. Pengawasan yang Intensif, hal tersebut dapat dilakukan secara dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko bahaya.
2.2 Pembelajaran Jarak Jauh
Pendidikan / Pembelajaran Jarak Jauh adalah suatu proses pendidikan yang terorganisir yang menjembatani pemisahan antara peserta didik dan pendidik, serta melalui penggunaan teknologi dan minimal pertemuan tatap muka untuk menyesuaikan diri. Ruang lingkup penyelenggaraan PJJ terbagi menjadi dua, yaitu program pembelajaran bersertifikasi A dapat menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh di Indonesia dan internasional, dan program pembelajaran bersertifikasi B dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh hingga 3 provinsi di Indonesia. (Kemenristekdikti, 2016)
Sejak muncul pandemik Covid-19, banyak sekolah dan perguruan tinggi ditutup. Kebijakan ini dibuat dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19, di mana hal ini sejalan dengan himbauan dari WHO bahwa semua masyarakat perlu ikut partisipasi dalam mencegah dan meminimalkan dampak penyakit tersebut. Hal ini tidak mematahkan semangat institusi pendidikan dalam mengadakan pembelajaran, di mana pembelajaran dilakukan secara jarak jauh.(Kristanto, 2020)
Berdasarkan surat edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh memiliki poin penting, di antaranya memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan dalam menuntaskan capaian kurikulum, fokus pada pendidikan kecakapan hidup terutama mengenai pandemi Covid-19, dapat memberikan variasi aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah antar siswa, dan memberikan feedback bukti aktivitas belajar dari rumah yang bersifat kualitatif. (Kemendikbud, 2020)
Selama pelaksanaan PJJ, gangguan kesehatan dapat terjadi akibat postur tubuh yang tidak ergonomis dan lama duduk. Selama beraktivitas dengan laptop, komputer dan gadget, terdapat beberapa potensi masalah kesehatan, seperti ketidaknyamanan bahu, ketidaknyamanan mata, ketidaknyamanan leher, nyeri punggung bawah, dan banyak masalah ergonomi dan kesehatan mental (Perhimpunan Ergonomi Indonesia, 2020). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa 30 mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Kota Karongan Utara menunjukkan bahwa selama pelaksanaan PJJ, beberapa keluhan penyakit muskuloskeletal disebabkan oleh postur tubuh yang tidak ergonomis (Sobirin, 2020).
2.3 Kerangka Teori
Mengacu pada tinjauan pustaka di atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini mengacu pada Tarwaka (2015) yang dimodifikasi oleh Handayani (2011); Zar (2013) menyebutkan bahwa keluhan musculoskeletal disorders dipengaruhi 3 faktor yakni faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan.
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Tarwaka (2015); modifikasi Handayani (2011); Zar (2013)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori yang telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs). Kerangka konsep ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel independen terdiri dari resiko ergonomi, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga. Sedangkan variabel dependen nya keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs). Pada penelitian yang dilakukan ini peran faktor lain seperti faktor lingkungan yang dapat meningkatkan resiko keluhan muskuloskeletal tidak diteliti karena tidak memungkinkan pengukuran secara langsung. Berikut hubungan antara variabel dependen dan independen digambarkan pada bagan di bawah ini:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
35
36
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Keluhan Musculoskel etal
Disorder (MSDs)
Keluhan, rasa nyeri, dan tidak nyaman secara subjektif yang dirasakan oleh individu selama pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh.
Mendistrib usikan dan mengisi kuesioner secara online (g- form)
Kuesioner Nordic Body Map
1. Tidak Ada 2. Ada
(Corlett dikutip dalam Tarwaka dan Bakri, 2016)
Ordinal
2. Resiko Ergonomi
Besar terjadinya keluhan muskuloskeletal akibat dilakukannya
pelaksanaan
pembelajaran jarak jauh berkaitan dengan masalah ergonomi dihitung berdasar faktor pekerjaan (postur,
durasi, beban,
frekuensi).
Mendistrib usikan dan mengisi kuesioner secara online (g- form)
Kuesioner dan Lembar Kerja RULA
1. Rendah (Skor 1-2) 2. Sedang (Skor 3-4) 3. Tinggi (Skor 5-6) 4. Sangat Tinggi (Skor 7)
(McAtamney dan Corlett dalam Stanton dkk., 2004)
Ordinal
3. Jenis Kelamin
Karakteristik khusus untuk membedakan individu laki-laki dan perempuan.
Mendistrib usikan dan mengisi kuesioner secara
Kuesioner 1. Laki-laki 2. Perempuan (Prawira dkk., 2017)
Nominal
37
38
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
online (g- form) 4. Indeks
Massa Tubuh
Kondisi status gizi saat melakukan penelitian yang dihitung dengan
2
rumus 𝐵𝐵
𝑇𝐵
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛2/ Tinggi badan).
Mendistrib usikan dan mengisi kuesioner secara online (g- form)
Kuesioner 1. Normal : Jika IMT ≥ 18,5 – 25,0 2. Gemuk : Jika IMT > 25,0
3. Kurus : Jika IMT < 18,5
(Direktorat P2PTM Kemenkes, 2019)
Ordinal
5. Kebiasaan Olahraga
Kegiatan melakukan
olahraga dalam
seminggu.
Mendistrib usikan dan mengisi kuesioner secara online (g- form)
Kuesioner 1. Cukup (jika melakukan olahraga ≥ 5x per minggu
2. Kurang (jika melakukan olahraga
< 5x per minggu
(Wicaksono, Suroto dan Baju Widjasena, 2016)
Ordinal
6. Kebiasaan Merokok
Jumlah rata – rata rokok yang dikonsumsi setiap hari.
Mendistrib usikan dan mengisi kuesioner secara online (g- form)
Kuesioner 1. Tidak Perokok
2. Perokok Ringan (1 – 4 batang/hari) 3. Perokok Sedang (5 – 14 batang/hari)
4. Perokok Berat (> 15 batang/hari) (Smet dikutip dalam Palupi, 2019)
Ordinal
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan pendekatan deskriptif terkait gambaran terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada mahasiswa selama pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan studi cross sectional yakni penelitian yang dilakukan dalam satu waktu.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada mahasiswa aktif semester 6 yang berada di 12 fakultas, di antaranya yaitu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH), Fakultas Ushuluddin (FU), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH), Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK), Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI), Fakultas Psikologi (FPsi), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Fakultas Kedokteran (FK) yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juli 2022.
39
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini yakni seluruh mahasiswa semester 6 yang menempuh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan data jumlah populasi mahasiswa tersebut adalah 6.129 jiwa (Pustipanda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2022).
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa/i aktif semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan rumus estimasi proporsi dengan ketentuan populasi yang sudah diketahui (Masturoh dan T., 2018). Berikut ini tabel persebaran jumlah mahasiswa semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2022
Tabel 4.1 Jumlah Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Fakultas
Fakultas Jumlah Mahasiswa
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 1199
Fakultas Adab dan Humaniora 651
Fakultas Ushuluddin 410
Fakultas Syariah dan Hukum 594
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 896
Fakultas Dirasat Islamiyah 173
Fakultas Psikologi 183
Fakultas Ekonomi dan Bisnis 620
Fakultas Sains dan Teknologi 671
Fakultas Ilmu Kesehatan 271
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik 285
Fakultas Kedokteran 176
Berikut ini rumus estimasi proporsi : 𝑛 = 𝑍2𝑝(1 − 𝑝)𝑁
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍2𝑝(1 − 𝑝) Keterangan :
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
Z = Derajat Kepercayaan (biasanya pada tingkat 95% = 1,96) p = Proporsi suatu kasus
d = Derajat penyimpangan populasi yang diinginkan: 10% (0,1), 5% (0,05)
Adapun nilai proporsi (p) didapat dari penelitian sebelumnya berkaitan dengan kejadian keluhan pada Muskuloskeletal yang ingin diteliti pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Nilai Proporsi Penelitian Sebelumnya
No. Variabel p (%) Sumber
1. Keluhan
Muskuloskeletal 92,2% (Devia, 2021)
Maka perhitungan berikut ini perhitungan ukuran sampel penelitian :
𝑛 = 𝑍2𝑝(1 − 𝑝)𝑁 𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍2𝑝(1 − 𝑝)
𝑛 = 1,962 × 0,922 × (1 − 0,922) × 6129 0,052(6129 − 1) + 1,962 × 0,922 × (1 − 0.922) 𝑛 = 108,56 atau 109 orang
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai n sebesar 109 sampel. Mengantisipasi adanya drop-out responden, maka peneliti
menambah besar sampel sebesar 5% sehingga jumlah sampel minimal yang dibutuhkan ialah 115 responden.
4.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah simple random sampling. Menurut Siyoto dan Sodik (2015), simple random sampling adalah teknik dalam menarik sampel yang sederhana pada populasi secara acak tanpa memperhatikan strata, serta teknik ini dapat dilakukan jika populasinya yang homogen. Setelah jumlah sampel didapatkan maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel dari masing-masing fakultas, berikut tabel penentuan jumlah sampel masing-masing fakultas secara proporsional dengan menggunakan rumus alokasi proporsional:
Keterangan:
𝑛𝑖 = 𝑁𝑖 𝑁 × 𝑛
𝑛𝑖 : Jumlah Anggota Sampel Menurut stratum Ni : Jumlah Anggota Populasi Menurut stratum N : Jumlah Anggota Populasi Seluruhnya 𝑛 : Jumlah anggota sampel seluruhnya
Tabel 4.3 Jumlah Sampel Pada Setiap Fakultas
Fakultas Jumlah Sampel
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 23
Fakultas Adab dan Humaniora 12
Fakultas Ushuluddin 8
Fakultas Syariah dan Hukum 11
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi 17
Fakultas Dirasat Islamiyah 3
Fakultas Psikologi 3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis 12
Fakultas Sains dan Teknologi 13
Fakultas Ilmu Kesehatan 5
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik 5
Fakultas Kedokteran 3
Selanjutnya penentuan kriteria sampel, berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti maka penelitian menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa aktif yang sedang menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mahasiswa Semester 6 yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki trauma penyakit muskuloskeletal seperti patah tulang, infeksi tulang, dan riwayat operasi patah tulang.
4.5 Pengumpulan Data
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer. Adapun data yang tersebut berupa keluhan MSDs, resiko ergonomi, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok. Semua data tersebut diperoleh melalui pengisian kuesioner. Kuesioner tersebut akan diberikan melalui kuesioner online (g-form) dalam kurun waktu April hingga Mei 2022 yang disebarkan peneliti kepada mahasiswa/i semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjadi responden, adapun kuesioner tersebut akan disebarkan melalui berbagai platform online.
4.6 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner terbuka dan tertutup.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa panduan kuesioner. Instrumen penelitian kuesioner terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang variabel dependen yang digunakan adalah Nordic Body Map (Corlett dalam Tarwaka dan Bakri, 2016). Sedangkan instrumen penelitian yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang variabel independen berupa lembar kuesioner dan lembar RULA terkait resiko ergonomi serta karakteristik responden berupa jenis kelamin, indeks masa tubuh, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok, (McAtamney dan Corlett dikutip dalam Stanton dkk., 2004) (Prawira dkk., 2017), (Direktorat P2PTM Kemenkes, 2019), (Wicaksono, Suroto dan Baju Widjasena, 2016), dan (Smet dikutip dalam Palupi, 2019).
4.7 Uji Validitas Instrumen Penelitian
Pada pengumpulan data dilakukan uji validitas instrumen penelitian terlebih dahulu. Instrumen yang digunakan merupakan hasil modifikasi (Corlett dikutip dalam Tarwaka dan Bakri, 2016), (Prawira dkk., 2017), (Direktorat P2PTM Kemenkes, 2019), (Smet dikutip dalam Palupi, 2019), (McAtamney dan Corlett dikutip dalam Stanton dkk., 2004), dan (Wicaksono, Suroto dan Baju Widjasena, 2016). Kuesioner ini dinilai valid jika alat ukur yang ditentukan tepat mengukur objek yang dapat diukur. Sedangkan kuesioner dinilai reliabel jika alat ukur yang menghasilkan hasil ukur yang konsisten jika dilakukan pengukuran berkali-kali. Langkah-langkah dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas, yaitu:
1. Validitas Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid jika r hitung > r tabel.
2. Reliabilitias Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel jika r Alpha Cronbach > r tabel.
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini telah diuji coba pada 30 responden mahasiswa. Pada penelitian ini r tabel didapatkan melalui perhitungan df = n – 2 (30 – 2 = 28) dengan menggunakan derajat kepercayaan sebesar 5% sehingga didapatkan angka r tabel sebesar 0.3610.
a) Uji Validitas
Adapun hasil uji validitas dari 6 variabel yang dilakukan, terdapat beberapa variabel yang tidak bisa dilakukan uji
valid. Seperti pada variabel jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebugaran jasmani, dan kebiasaan merokok. Variabel tersebut tidak dapat dilakukan uji valid karena terdapat pertanyaan terbuka dan minimal pertanyaan pada masing-masing variabel tidak terpenuhi. Untuk variabel keluhan muskuloskeletal dan resiko ergonomi tetap dilakukan uji validitas. Berikut ini terlampir nilai r hitung masing-masing variabel :
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Keluhan Muskuloskeletal
No Butir Soal rhitung rtabel 5% (30) Kriteria
B1 0,000 0,361 Tidak Valid
B2 -0,591 0,361 Tidak Valid
B0a 0,615 0,361 Valid
B1a 0,362 0,361 Valid
B2a 0,584 0,361 Valid
B3a 0,571 0,361 Valid
B4a 0,604 0,361 Valid
B5a 0,610 0,361 Valid
B6a 0,701 0,361 Valid
B7a 0,621 0,361 Valid
B8a 0,707 0,361 Valid
B9a 0,551 0,361 Valid
B10a 0,435 0,361 Valid
B11a 0,423 0,361 Valid
B12a 0,596 0,361 Valid
B13a 0,625 0,361 Valid
B14a 0,539 0,361 Valid
B15a 0,518 0,361 Valid
B16a 0,691 0,361 Valid
B17a 0,544 0,361 Valid
B18a 0,470 0,361 Valid
B19a 0,629 0,361 Valid
B20a 0,347 0,361 Tidak Valid
B21a 0,551 0,361 Valid
B22a 0,382 0,361 Valid
B23a 0,635 0,361 Valid
B24a 0,531 0,361 Valid
B25a 0,659 0,361 Valid
B26a 0,516 0,361 Valid
B27a 0,597 0,361 Valid