PENDAHULUAN A. Identitas Jurnal
Judul Artikel : The Implementation of 2013 Curriculum in Mathematics Learning at SMA Muhammadiyah 3 Tangerang
Penulis : Nisvu Nanda Saputra dan Rika Sukmawati
Nama Jurnal : International Journal of Trends in Mathematics Education Research
Tahun, Vol, No : 2019, Vol. 2, No. 1
Doi : 10.33122/ijtmer.v2i1.123
e-ISSN : 2621-8488
B. Latar Belakang
Matematika adalah pengetahuan yang diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-sehari (Kuswanti, dkk 2014). Semakin baik pemahaman pelajar Indonesia terhadap konsep matematika, maka mutu pendidikan di Indonesia pada mata pelajaran matematika akan semakin baik (Prastyo, H, 2020). Untuk mengetahui mutu pendidikan pelajaran matematika, maka perlu dilakukan evaluasi.
Salah satu caranya yaitu mengikuti beberapa evaluasi berskala internasional, salah satunya adalah TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (the programme for international student assessment). Hasil dari PISA sangat berdampak terhadap penilaian tentang mutu pendidikan di sebuah negara. Apabila hasilnya baik atau menempati peringkat atas, maka pendidikan di negara tersebut dinilai memiliki standar pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar internasional.
Begitu pun sebaliknya (Hewi, L. & Shaleh, M., 2020).
Asumsi tersebut menempatkan PISA sebagai salah satu alasan yang kuat untuk pendidikan suatu negara berubah atau melakukan rekontruksi terhadap sistem dan program serta segala hal yang yang ada dalam pendidikan. Efek program PISA terhadap kurikulum di Indonesia yaitu perubahan kurikulum yang ada di Indonesia merupakan dampak dari program PISA (Pratiwi, 2019, p. 51). Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim bahwa hasil penilaian PISA untuk perbaikan kedepan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang unggul (Hafizhah, 2019, p. 1).
BAB II
INTISARI ARTIKEL
Perkembangan zaman yang cepat mengharuskan adanya pengembangan kurikulum yang sesuai. Hal ini bertujuan agar pendidikan yang dilaksanakan oleh suatu negara dapat mengakomodir kebutuhan masa depan. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan harus mampu menyediakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Dalam mengembangkan kurikulum 2013 ada beberapa alasan yang menjadi dasar pembangunan oleh pemerintah yaitu tantangan masa depan, kompetensi masa depan, persepsi masyarakat, pengembangan pengetahuan dan pedagogi, fenomena negatif yang muncul.
Berdasarkan data dari TIMSS dan PISA, Indonesia selalu berada pada peringkat akhir. Peringkat Indonesia dalam TIMSS 2015 untuk sains Indonesia berada di peringkat 45 dari 48 negara dengan skor 397. Kemudian di bidang matematika, Indonesia berada di peringkat 45 dari 50 negara dengan skor 397. Sedangkan di PISA, Indonesia peringkat 64 dari 72 negara. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum 2013 dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang mampu berpikir kreatif, kritis, produktif, meningkatkan karakter bangsa, mengembangkan sikap keingintahuan melalui pembelajaran saintifik dan juga ingin meningkatkan peringkat.
Implementasi kurikulum 2013 tidak komprehensif. Hal ini juga terjadi di Kota Tangerang, dimana tidak semua sekolah menerapkan kurikulum 2013. Khusus di SMA Muhammadiyah 3 Tangerang, sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 adalah kelas X dan kelas XI, sedangkan kelas XII masih menerapkan kurikulum KTSP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru matematika kelas X dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 masih kurang. Hal ini terlihat dari guru yang belum menyusun RPP berdasarkan kurikulum 2013. Akibatnya, proses pembelajaran tidak sesuai dengan tuntutan sesuai acuan kurikulum 2013. Saran yang dapat peneliti berikan adalah untuk implementasi kurikulum 2013 yang lebih baik, sekolah selalu memberikan dukungan yang lebih maksimal, seperti mengirimkan lebih banyak guru untuk menghadiri seminar atau lokakarya terkait implementasi kurikulum 2013.
BAB III PEMBAHASAN
Matematika adalah ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga dasar perkembangan teknologi modern melalui proses yang aktif, dinamis, dan generatif, serta sebagai pengetahuan yang terstruktur, mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka. Dengan demikian diperlukan penguasaan matematika yang kuat, hal ini untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2016). Dari hasil penelitian jurnal yang berjudul “The Implementation of 2013 Curriculum in Mathematics Learning at SMA Muhammadiyah 3 Tangerang” mengatakan bahwa salah satu tujuan pengembangan kurikulum 2013 adalah untuk meningkatkan peringkat Indonesia dalam TIMSS dan PISA. Tetapi, menurut Hadi, S. & Novaliyosi (2019).
TIMSS bukan menjadi acuan satu-satunya, karena masih banyak prestasi siswa Indonesia yang bersaing di dunia internasional.
Keberhasilan sekolah dan guru dalam merancang kurikulum juga menjadi salah satu aspek penting untuk meningkatkan prestasi siswa. Dalam kurikulum ,keterkaitan antara SKL, KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran sangatlah penting agar RPP yang dibuat bisa memfasilitasi guru dalam pembelajaran (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2016). Khusunya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika diharapkan menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang memicu peserta didik agar aktif berperan dalam proses pembelajaran dan membimbing peserta didik dalam proses pengajuan masalah (problem posing) dan pemecahan masalah (problem solving).
Di beberapa negara, pemecahan masalah menjadi fokus dalam pembelajaran matematika. NTCM menjelaskan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah adalah salah satu hal yang penting dalam menjadikan siswa menjadi literat dalam matematika. Pemerintah Indonesia juga memiliki pandangan yang sama, bahwa pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah aspek yang sangat penting, seperti yang tercantum dalam Kurikulum 2013 (Sugiman, 2015). Hampir semua KD dalam materi matematika tingkat SMA adalah memecahkan atau menyelesaikan
masalah. Beberapa contohnya yaitu: 1) KD 3.3 “Memahami dan menganalisis konsep nilai mutlak dalam persamaan dan pertidaksamaan serta menerapkannya dalam pemecahan masalah nyata”. 2) KD 3.5 “Memahami operasi sederhana matriks serta menerapkannya dalam pemecahan masalah”. 3) KD 4.3 “Menerapkan konsep nilai mutlak dalam persamaan dan pertidaksamaan linier dalam memecahkan masalah nyata” (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Mutu pendidikan mata pelajaran matematika tidak hanya dinilai berdasarkan hasil asesmen TIMSS dan PISA, melainkan dari rancangan kurikulum yang dibuat oleh guru dan sekolah. Dalam rancangan kurikulum 2013, guru harus membuat strategi pembelajaran yang memicu peserta didik agar berperan aktif dalam proses pengajuan masalah (problem posing) dan pemecahan masalah (problem solving). Selain itu, pemahaman siswa juga merupakan salah satu aspek keberhasilan. Semakin baik pemahaman pelajar Indonesia terhadap konsep matematika, maka mutu pendidikan di Indonesia pada mata pelajaran matematika akan semakin baik.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai jurnal di atas, maka para penyelenggara pendidikan dan pengembang kurikulum dimulai dari pemerintah, sekolah, sampai guru, jangan hanya fokus terhadap peringkat Indonesia dalam TIMSS dan PISA, tetapi fokus terhadap pengembangan kurikulum pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam matematika. Guru juga perlu memilih strategi pembelajaran dan media belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. (2016). Modul Matematika Sma, Kelompok Kompetensi H, Pedagogik, Pengembangan Kurikulum Matematika 2.
Hadi, S. & Novaliyosi. (2019). Timss Indonesia (Trends In International Mathematics And Science Study). Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers.
Hewi, L. & Shaleh, M. (2020). Refleksi Hasil PISA (The Programme For International Student Assessment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada Pendidikan Anak Usia Dini). Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi, 4(1), 30-41. doi : http://e- journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/jga/article/view/2018.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA).
Kuswanti, Y., dkk. (2014). Analisis Soal Dalam Buku Siswa Matematika Kurikulum 2013 Untuk Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Berdasarkan Dimensi Kognitif Trends International Mathematics And Science Study ( TIMSS ) ( Analysis Of Test Items In Student Mathematics Textbook 2013 Curr. Artikel Ilmiah, 3, 1–5.
Prastyo, H. (2020). Kemampuan Matematika Siswa Indonesia Berdasarkan TIMSS.
Jurnal Pedagogik, 3(2), 111-117. doi : https://doi.org/10.35974/jpd.v3i2.2367.
Saputra, N. & Sukmawati, R. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Matematika di SMA Muhammadiyah 3 Tangerang. Jurnal Tren Internasional dalam Penelitian Pendidikan Matematika Jil, 2(1), 43-46. doi:
10.33122/ijtmer.v2i1.123.
Sugiman. (2015). Peran Guru Matematika dalam Mewujudkan Siswa yang Konstruktif melalui Pemecahan Masalah. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY 201.