• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

N/A
N/A
yulita nurlisae

Academic year: 2024

Membagikan "Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

Modul Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus

Esty Aryani Safithry

Karyanti

(3)

3 KATA PENGANTAR

Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memungkinkan guru mendeteksi apa saja praktik penilaian anak berkebutuhan khusus yang dapat dilaksanakan oleh guru dan pemangku kepentingan di lingkungan sekolah sebagai panduan yang diberikan untuk merancang strategi bantuan pembelajaran yang memadai, untuk mengetahui apa saja permasalahan dalam menilai siswa ABK tersebut dan untuk menyajikan beberapa praktik terbaik melakukan asesmen terhadap siswa ABK.

Guru menilai pengetahuan siswa secara teratur sepanjang tahun ajaran dan memberikan informasi dan umpan balik kepada siswa (secara lisan) mengenai pencapaian tujuan kurikuler. Namun, tujuan utama asesmen guru bukanlah evaluasi pengetahuan tetapi untuk mendorong siswa ABK dalam pembelajaran dan untuk meningkatkan keterampilan interpersonal siswa ABK dan meningkatkan manajemen proses pendidikan secara keseluruhan.

Penulis

Esty Aryani Safithry Karyanti

(4)

4 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 3

DAFTAR ISI ... 4

BAB I PENDAHULUAN ... 6

A. Rasional ... 6

B. Tujuan Modul ... 7

C. Materi ... 7

D. Sasaran Pengguna ... 7

BAB II IDENTITAS UMUM ... 8

A. Identitas Mata Ajar ... 8

B. Kriteria Penilaian... 8

Pertemuan I: Hakikat Asesmen ABK ... 9

Uraian Materi ... 10

Pengertian Asesmen ABK ... 10

Tujuan Asesmen ABK ... 11

Prinsif Asesmen ABK ... 11

Manfaat Asesmen ABK ... 12

Pertemuan II & III Asesmen Perkembangan ... 15

Uraian Materi ... 16

Apa itu tumbuh kembang anak? ... 16

Perkembangan Anak Normal ... 16

Asesmen Perkembangan Anak ... 17

Asesmen Perkembangan Anak ... 18

Kondisi Perkembangan ABK ... 19

Pertemuan IV & V Asesmen Perkembangan Kognitif ... 29

Uraian Materi ... 30

Keterlambatan Perkembangan Kognitif ... 30

Tujuan Asesmen Kognitif... 31

Proses Asesmen... 32

Alat Asesmen ... 33

Asesmen Perkembangan Kognitif Piaget ... 33

Pertemuan VI & VII Asesmen Perkembangan Persepsi ... 38

Uraian Materi ... 39

Perkembangan Persepsi Anak ... 39

(5)

5

Tujuan Asesmen Perkembangan Persepsi ... 40

Kompenen Perkembangan Persepsi ... 40

Asesmen Perkembangan Persepsi ... 44

Pertemuan VIII Ujian Tengah Semester ... 47

Soal UTS ... 47

Pertemuan IX & X Asesmen Perkembangan Emosi ... 48

Uraian Materi ... 49

Kompetensi Emosional ... 49

Konsep Perkembangan Emosional ... 49

Asesmen Perkembangan Emosional ... 50

Pertemuan XI & XII Asesmen Perkembangan Bahasa dan Bicara 53 Uraian Materi ... 54

Perkembangan Bahasa dan Bicara ... 54

Hakikat Bahasa dan Bicara ... 55

Keterampilan Bahasa dan Bicara ... 56

Asesmen Perkembangan Bahasa dan Bicara ... 57

Pertemuan XIII, XIV, & XV Asesmen Perkembangan Perilaku ... 59

Uraian Materi ... 60

Hakikat Perilaku ... 60

Perkembangan Perilaku ... 60

Gejala Perilaku ... 62

Asesmen Perkemabangan Perilaku ... 63

Pertemuan XVI Ujian Akhir Semester ... 65

Tugas UAS ... 65

Profil Penulis ... 66

(6)

6 BAB I PENDAHULUAN

A. Rasional

Penilaian terhadap anak berkebutuhan khusus sudah dan masih menjadi dilema dalam kehidupan sehari-hari di sekolah sudut pandang guru terhadap sudut pandang siswa dan juga orang tua mereka. Meningkatnya prioritas nasional pada identifikasi dini, skrining, diagnosis, dan pengobatan telah menekankan perlunya prosedur diagnostik atau penilaian yang lebih intensif dan spesifik, pada usia dini.

Anak-anak berkebutuhan khusus selalu merasa gagal, terutama jika kekurangan yang ada pada diri mereka tersebut tidak terdeteksi sejak dini. Murid ABK harus dibantu tetapi juga diajari bagaimana membantu diri mereka sendiri. Asesmen untuk Murid ABK sebagai asesmen untuk melihat kebutuhan dan kemungkinan untuk menyesuaikan proses pembelajaran dalam organisasi, penilaian, evaluasi, dll.

Asesmen perkembangan ABK merupakan tantangan besar bagi para guru dan guru seringkali menyatakan perlunya panduan yang akurat dan tepat dalam menerapkan praktik asesmen di kelas inklusif. Rencana pendidikan individual untuk setiap siswa ABK harus dipraktikkan dan mencakup modifikasi yang diperlukan sehubungan dengan penilaian pengetahuan serta tujuan khusus yang harus dicapai untuk setiap siswa secara individu.

Asesmen merupakan alat yang digunakan untuk menilai kondisi murud ABK dengan mempertimbangkan potensi, kemampuan, dan karakteristiknya dalam konteks program pendidikan dan intervensi. Sebagai catatan terkait, asesmen dapat membuahkan hasil yang optimal dan berkomitmen penuh terhadapnya. Hal ini juga dapat memperkecil kapasitas belajar awal murid ABK sebelum mereka dihadapkan pada layanan pendidikan.

(7)

7 Asesmen akademik dilakukan oleh guru sebagai sarana untuk mengetahui kemampuan dan keterbatasan murid ABK. Asesmen nonakademik diselesaikan oleh murid sesuai dengan kebutuhan mengenai informasi yang diperlukan oleh guru. asesmen digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan dan revisi kurikulum, pengajaran, penyediaan informasi tentang makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi murid ABK, sumber daya manusia, dan reformasi program sekolah inklusi.

B. Tujuan Modul

Modul Asesmen ABK bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa/ guru menguasai proses dan keterampilan yang diperlukan dalam teori dan praktik asesmen ABK.

C. Materi

1. Hakikat Asesesmen ABK 2. Asesmen Perkembangan

3. Asesmen Perkembangan Kognitif 4. Asesmen Perkembangan Persepsi 5. Asesmen Perkembangan Emosi 6. Asesmen Perkembangan Bahasa 7. Asesmen Perkembangan Perilaku

D. Sasaran Pengguna

Pengguna modul Asesmen ABK ini adalah mahasiswa, guru dan praktisi pendidikan pada umumnya

(8)

8 BAB II IDENTITAS UMUM

A. Identitas Mata Ajar

Mata Ajar : Asesmen ABK Kode Mata Ajar :

Bobot Mata Ajar : 3 SKS

Dosen Pengampu : Karyanti, M.Pd

B. Kriteria Penilaian

Nilai akhir mata ajar diproleh dari beberapa komponen penilaian seperti quis, tugas terstruktur, nilai proses (keaktifan dan respon selama mengikuti proses pembelajaran)., peper, UTS dan UAS.

Penilaian dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Hard Skill (nilai produk) : 40 % ( UTS, UAS, resume dan Quis).

b. Soft skill (nilai proses) : 40 % (presentasi, keaktifan dan respon mahasiswa selama kuliah, kehadiran).

c. Tugas (nilai produk) : 20 % Total nilai : 100 %.

Kreterian Dan Standar Penilaian Untuk Setiap Mata Ajar

Nilai Akhir (NA) Konversi

Keterangan Skala Huruf Mutu

(HM)

Angka Mutu (AM)

90 – 100 A 4,00 Lulus

80 – 89 A- 3,75 Lulus

75 – 79 B+ 3,50 Lulus

70 – 74 B 3,00 Lulus

65 – 69 B - 2,75 Lulus

60 – 64 C+ 2,50 Lulus

55 – 59 C 2,00 Lulus

50 – 54 D 1,00 Lulus

0 – 49 E 0,00 Tidak Lulus

(9)

9 Pertemuan I

Hakikat Asesmen ABK

A. Standar Kompetensi

Setelah membaca materi ini mahasiswa/peserta dapat memahami dan mengevaluasi hakikat asesmen ABK.

B. Kompetensi Dasar

 Pengertian Asesmen ABK

 Tujuan Asesmen ABK

 Prinsif Asesmen ABK

 Manfaat Asesmen ABK

C. Alokasi Waktu

 1 x 3 x 50

D. Alat

 Laptop

 TV

E. Media Pembelajaran

 Edlink

 Class point

F. Model Pembelajaran

 Cooperative (CoL)

 Collaborative Learning (CbL)

G. Kegiatan Pembelajaran

 Tugas makalah

 Merangkum dalam bentuk peta kognitif

 Presentasi

 Diskusi

 Quiz

(10)

10 H. Uraian Materi

Anak berkebutuhan khusus mempunyai kebutuhan dan kekurangan yang khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang menunjukkan salah satu dari beberapa kondisi yang mengakibatkan perlunya pendidikan khusus dan berkaitan dengan fasilitasi perkembangan akademik, sosial dan emosional (Tanyi, 1997).

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai keterbatasan atau kombinasi dari keterbatasan yang menyulitkan pembelajaran atau kegiatan lainnya. Anak berkebutuhan khusus dapat digolongkan menjadi 1) Keterbelakangan mental, yang menyebabkan anak berkembang lebih lambat dibandingkan anak lainnya, 2) Gangguan bicara dan bahasa, seperti kesulitan dalam mengekspresikan diri atau memahami orang lain, 3) Keterbatasan fisik, seperti gangguan penglihatan, Cerebral palsy, atau gangguan kondisi fisik lainnya, 4) ketidakmampuan belajar, distorsi pesan yang ditangkap, dan 5) ketidakmampuan emosional, seperti antisosial atau lainnya, masalah perilaku (Golding & Tennant, 2013).

Pengertian Asesmen ABK

Asesmen adalah cara untuk memperoleh pemahaman tentang seorang anak untuk membuat keputusan yang tepat (Sattler, 2001) Asesmen pendidikan adalah upaya formal untuk menentukan status siswa sehubungan dengan variabel pendidikan yang diminati (Popham, 1995). Asesmen merupakan metode sistematis dan komprehensif untuk memahami kebutuhan, tantangan, dan minat setiap orang. Hasil penilaian menentukan jenis dan gaya pendidikan yang dibutuhkan (Kemendigbud, 2022).

Asesmen adalah istilah global untuk mengamati, mengumpulkan, mencatat dan menafsirkan informasi untuk menjawab pertanyaan dan membuat keputusan hukum dan instruksional tentang siswa (Cohen & Spenciner, 2003). Asesmen merupakan alat yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi siswa dengan mempertimbangkan potensi, kemampuan, dan

(11)

11 karakteristiknya dalam konteks program studi dan intervensi yang dirancang untuk memaksimalkan potensi setiap siswa serta memahami keterbatasan dan kesulitan belajar siswa (Kemendikbud, 2011).

Tujuan Asesmen ABK

Asesmen adalah proses yang fleksibel, tidak terstandarisasi, yang bertujuan untuk mencapai tekad yang dapat dipertahankan mengenai satu atau lebih isu atau pertanyaan, melalu pengumpulan, evaluasi, dan analisis data yang sesuai dengan tujuan yang ada (Urbina, 2011). Asesmen merupakan prosedur yang digunakan untuk menentukan sejauh mana seorang anak memiliki suatu atribut tertentu

Berdasarkan Permendikbud nomor 157 tahun 2014 pasal 12 ayat (1),

pembelajaran peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus dikembangkan berdasarkan hasil asesmen peserta didik.

Asesmen bertujuan untuk menggambarkan permasalahan siswa ABK (Smith, & Handler, 2014). Asesmen juga bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang ABK di sekolah. Melalui asesmen dapat mendeteksi kekhususan masalah anak dan menemukan kelebihan yang dapat dikembangkan dari diri anak. Anak yang mempunyai kekhususan ini kemudian disebut sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (Barida & Muarifah, 2019).

Asesmen dilakukan untuk mendeteksi anak yang menunjukkan karakteristik kebutuhan khusus. Penilaian khususnya penting untuk memenuhi kebutuhan ABK secara tepat dalam proses pembelajaran di kelas (Akalin et al., 2014). Asesmen adalah proses pengumpulan informasi untuk tujuan pengambilan keputusan (Kritikos et al., 2017).

Prinsif Asesmen ABK

Kemendikbud (2011) menjelaskan bahwa terdapat prinsif

dalam penyelenggaraan asesmen, sebagai berikut:

(12)

12

1. Asesmen akademik dilakukan oleh instruktur/guru untuk mengetahui kemampuan dan keterbatasan peserta didik pada program awal. Guru mempunyai kemampuan untuk menggunakan perangkat atau medianya sendiri.

2. Asesmen nonakademik diselesaikan oleh siswa sesuai dengan kebutuhan pada kesempatan tertentu ketika guru membutuhkan informasi. (mis. Gangguan gerak dilakukan sebagai fisioterapi atau rehab medik).

3. Hasil asesmen hendaknya dijadikan pedoman dalam pengembangan dan revisi kurikulum, pengajaran, penyediaan makanan dan minuman, sumber daya manusia, dan reformasi sekolah.

Asesmen dilaksanakan meliputi fungsi belajar, socio- emotional, komunikasi, dan neuromotor. Asesmen ABK dilakukan secara formal oleh para ahli, dan informal dilakukan oleh guru kelas atau guru mata, konselor, dan pembimbing khusus

(Kemendigbud, 2022).

Manfaat Asesmen ABK

Hasil penyelenggaraan asesmen digunakan sebagai dasar dalam menyusun program intervensi atau program pembelajaran oleh guru. Adaptasi kurikulum mengacu pada keterampilan, pengetahuan, atau kemampuan yang dipelajari siswa dari instruktur mereka. Guru dapat memodifikasi perilaku untuk mencocokkan atau melampaui kompetensi yang diharapkan dengan kompetensi tertentu. Proses ini tergantung pada kapasitas awal, keadaan, dan metode pengajaran berdasarkan hasil penilaian (Kemendigbud, 2022).

Kemendikbud (2011) menjelaskan bahwa manfaat

asesmen ABK sebagai berikut:

(13)

13 1. Data asesmen adalah perencanaan pembelajaran individual yang mengambarkan potensi, karakteristik, keunggulan dan kelemahan peserta didik, yang dipergunakan sebagai pertimbangan utama dalam penentuan program pembelajaran secara individual bagi peserta didik. Dalam konteks yang lebih luas, penentuan kurikulum bagi peserta didik berkebutuhan khusus selalu didasarkan.

2. Standar evaluasi dan pemantauan siswa didasarkan pada hasil asesmen, dengan hasil belajar yang lebih rinci ditentukan oleh peningkatan kinerja atau perubahan pada fase baseline.

3. Konsep pengembangan profesional sangat penting dalam pendidikan, karena membantu siswa mengembangkan keterampilan dan kompetensi mereka, serta mempersiapkan mereka untuk dunia profesional, karena karakteristik unik mereka mempengaruhi pengembangan profesional mereka.

I. Latihan

1. Mengapa asesmen untuk Anak Berkebutuhan Khusus dilaksanakan sejak dini?

2. Bagi orang tua siswa ABK, manfaat yang bisa dirasakan jika sekolah atau guru menyelenggarakan asesmen untuk siswa?

3. Mengapa hasil penyelenggaraan asesmen digunakan sebagai dasar dalam menyusun program intervensi atau program pembelajaran oleh guru?

J. Referensi

Akalin, S., Demir, S., Sucuoglu, B., Bakkaloglu., and Iscen, F. (2014).

The Needs of Inclusive Preschool Teachers about Inclusive Practices. Eurasian J. Educ. Res., vol. 54, pp. 39–60.

Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia. (2022). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif.

Barida, M., & Muarifah, A. (2019, December). Assessment Implementation to Detect Children with Special Needs in

(14)

14 Inclusive School. Atlantis Press. In 3rd International Conference on Education Innovation (ICEI 2019) (pp. 248- 252).

Cohen, Libby G., & Spenciner, Loraine J. (2003). Assessment of children and youth with special needs (2nd edition). Boston, MA: Allyn and Bacon.

Direktorat PPK-LK Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. (2011). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (Sesuai Permendiknas No 70 Tahun 2009).

Golding, P & Tennant, V. (2013) Servicing the learning needs of the deaf community: an action design research approach,” in Proceedings of the AIS SIG-ED IAIM 2013 Conference.

Kritikos, E. P., McLoughlin, J. A., & Lewis, R. B. (2017). Assessing students with special needs. Pearson Education.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.

(2014). Kurikulum Pendidikan Khusus Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Popham, W. J. (1995). New assessment methods for school counselors.

ERIC Clearinghouse on Counseling and Student Services.

Smith, S. R., & Handler, L. (2014). The clinical assessment of children and adolescents: A practitioner's handbook.

Routledge.

Sattler, J. M. (2001). Assessment of children: Cognitive applications.

Jerome M Sattler Publisher.

Tanyi. M. E. (2016). Psychological Evaluation of Attitudes of Both Primary Teachers and Special Needs Children towards Each Other in a Regular School in Yaoundé-Cameroon.,” J. Educ.

Pract., vol. 7, no. 6, pp. 63– 73.

Urbina, S. (2014). Essentials of psychological testing. John Wiley &

Sons.

(15)

15 Pertemuan II & III

Asesmen Perkembangan

A. Standar Kompetensi

Setelah membaca materi ini mahasiswa/peserta dapat mengidentifikasi dan mengimplementasikan asesmen perkembangan ABK.

B. Kompetensi Dasar

 Apa itu tumbuh kembang anak?

 Perkembangan Anak Normal

 Asesmen Perkembangan Anak

 Kondisi Perkembangan ABK

C. Alokasi Waktu

 1 x 3 x 50

D. Alat

 Laptop

 TV

E. Media Pembelajaran

 Edlink

 Class point

F. Model Pembelajaran

 Cooperative (CoL)

 Collaborative Learning (CbL)

G. Kegiatan Pembelajaran

 Tugas makalah

 Merangkum dalam bentuk peta kognitif

 Presentasi

 Diskusi

 Quiz

(16)

16 H. Uraian Materi

Asesmen perkembangan merupakan proses pemetaan diri anak kinerja dibandingkan dengan anak-anak pada usia yang sama.

Setiap anak itu unik. Anak-anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Perkembangannya berlangsung menurut urutan tertentu, namun kecepatannya mungkin berbeda- beda. Wajar jika ada anak yang unggul dalam bidang tertentu namun memiliki kekurangan dalam bidang lain.

Apa itu tumbuh kembang anak?

Bellman et al., (2013) menyatakan perkembangan adalah proses dimana setiap anak berevolusi masa bayi yang tida berdaya hingga dewasa yang mandiri. Pertumbuhan dan perkembangan otak dan sistem saraf pusat sering disebut perkembangan psikomotorik dan biasanya dibagi menjadi empat domain utama:

1. Keterampilan motorik kasar dan halus 2. Berbicara dan bahasa

3. Sosial dan pribadi serta aktivitas kehidupan sehari-hari 4. Kinerja dan kognisi

Perkembangan otak janin dimulai pada minggu keempat kehamilan dan berkembang pesat sepanjang kehidupan intrauterin dan awal masa kecil. Perkembangan otak—target perkembangan pengawasan dan skrining—mencerminkan pematangan neurologis.

Ini terdiri dari proses kompleks pertumbuhan sel, migrasi, koneksi, pemangkasan, dan mielinisasi, dan itu terus berlanjut setidaknya dekade kedua. Fenomena mendasar ini, yang menentukan perkembangan otak, adalah sesuatu yang terprogram proses yang terjadi pada semua anak (Bellman et al, 2013).

Perkembangan Anak Normal

Pola perkembangannya konsisten, namun tingkat pencapaian tujuan bervariasi dari satu anak ke anak lainnya. Keterampilan

(17)

17 diperoleh secara berurutan, dengan tujuan selanjutnya sering kali memerlukan tujuan sebelumnya dalam bidang yang sama.

Perkembangan normal mengacu pada kinerja rata-rata anak, dengan pencapaian sebagai keterampilan kinerja utama. Usia median adalah usia di mana separuh penduduk memperoleh suatu keterampilan, sedangkan usia batas adalah usia di mana suatu keterampilan seharusnya sudah dicapai. Penting untuk mengetahui tahapan mana yang paling konsisten, karena beberapa anak dengan perkembangan normal mungkin tidak pernah belajar merangkak (Bellman et al, 2013).

Asesmen Perkembangan Anak

Namun, jika anak-anak menunjukkan masalah atau kesulitan yang nyata dalam satu (atau lebih) bidang perkembangan, dan kinerja mereka menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama, disarankan untuk merujuk anak-anak tersebut untuk menjalani penilaian profesional (Education Bureau, 2010).

Gambar 2.1. Perkemabangan Anak (Education Bureau, 2010)

Anak-anak mengalami kemajuan pesat di tahun-tahun awal mereka dan banyak perubahan diharapkan terjadi dalam waktu satu tahun atau bahkan satu bulan. Oleh karena itu, para ahli pun mungkin akan kesulitan membuat diagnosis pasti berdasarkan kondisi anak kecil. Di sisi lain, justru plastisitas perkembangan anak yang membuat identifikasi dan intervensi dini menjadi penting.

Dengan identifikasi dini masalah perkembangan dan pembelajaran anak serta rujukan yang cepat untuk asesmen, hal ini membantu kita

(18)

18 memahami dan mendukung kondisi dan kebutuhan anak dalam perkembangan dan pembelajaran.

Berkaitan dengan itu, hubungan belajar akademik dan perkembangan dijabarkan oleh Rochyadi (Imam, 2019) pada gambar berukut ini:

Gambar 2.2 Hubungan Belajar Akademik dan Perkembangan

Berdasarkan gambar hubungan akademik dan perkembangan bertujuan memahami kondisi anak adalah untuk membantu individu yang mengalami kesulitan perkembangan atau belajar mengidentifikasi dan mengatasi kebutuhannya. Hal ini melibatkan penggunaan dan penanganan lebih banyak tantangan, sehingga faktor-faktor yang mendasarinya dapat diidentifikasi untuk intervensi yang lebih baik atau meminimalkan masalah. Prosesnya komprehensif baik dalam aspek perkembangan maupun akademik, dengan fokus pada pengembangan aspek kognitif, persepsi, emosional, bahasa, dan perilaku anak.

Asesmen Perkembangan Anak

Guru dan orang tua jika memiliki kekhawatiran mengenai perkembangan anak, bisa melakukan observasi apakah anak-anak menunjukkan peningkatan setelah masa adaptasi dengan kehidupan sekolah. Jika kekhawatiran hanya bersifat sementara, atau jika

(19)

19 kinerja anak-anak sedikit lebih lemah hanya dalam satu atau dua domain perkembangan (misalnya bahasa, kemampuan kognitif, kemampuan motorik kasar dan halus, dll.), tidak ada alasan untuk khawatir secara berlebihan. Namun jika ada yang terlihat dan persisten kesenjangan dalam perkembangan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, guru dan orang tua harus waspada dan mendiskusikan apakah tindakan tindak lanjut perlu diambil (Education Bureau, 2010). Diagram alur di berikut ini membantu kita mempertimbangkan apakah seorang anak mengalami hambatan perkembangan dan memerlukan rujukan:

Gambar 2.3. Diagram alur Identifikasi Hambatan Perkembangan Anak

Kondisi Perkembangan ABK 1. Pembelajaran dan Kognisi

(20)

20 a. Kemampuan Belajar Global

Anak-anak ini mungkin:

Anak-anak dengan kemampuan belajar global yang relatif lemah memiliki kinerja yang jauh lebih lemah dalam segala aspek dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama. Mereka biasanya lebih lambat dalam memperoleh keterampilan dan pengetahuan baru, lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan dan hal baru, lebih enggan menerima tantangan dan juga cenderung lebih bergantung.

 Mengalami kesulitan memahami dan menangkap isi mata pelajaran (misalnya bahasa, pelajaran umum dan aritmatika);

atau gagal menggeneralisasi pengetahuan yang mereka peroleh untuk diterapkan pada situasi lain meskipun telah diberikan instruksi berulang kali.

 Luangkan waktu lebih lama untuk mempelajari dan mempraktikkan keterampilan baru, misalnya. dalam seni dan kerajinan serta dalam bermain game. Selalu membutuhkan bimbingan individu dari guru selama kelas atau dalam menyelesaikan tugas kelas.

b. Pembelajaran Kata

Beberapa anak mungkin mempunyai masalah pada mata pelajaran tertentu saja. Masalah umum adalah dalam pembelajaran kata.

Anak-anak ini mungkin:

 Mudah lupa cara membaca atau menulis kata meski praktik diulang-ulang.

 Sering mencampuradukkan kata-kata yang bunyi, makna, atau bentuk tulisannya serupa, misalnya. menulis “kambing” sebagai

“perahu” dan membaca “telinga” sebagai “mata”.

 Lambat dalam membaca dan terkadang melewatkan kata atau baris.

(21)

21

 Salin kata-kata dengan susah payah. Mereka lambat, dan sering melakukan kesalahan dalam penyalinan.

 Sering terjadi kesalahan dalam penulisan huruf

 Memiliki tulisan terbalik dalam huruf (misalnya "b" menjadi "d" dan

"p" menjadi "q"), dan kesulitan dalam mengeja kata-kata sederhana.

 Kesulitan dalam melafalkan huruf atau angka dalam urutan yang benar.

Kesulitan-kesulitan di atas umum terjadi pada anak-anak dengan masalah belajar kata, guru harus memperhatikan tidak hanya pada satu tanda kesulitan tetapi juga pada kinerja anak secara keseluruhan. Tingkat keparahan dan frekuensi masalah juga harus dipertimbangkan. Beberapa anak akan meningkat ketika mereka memasuki sekolah dasar.

2. Kemampuan Bahasa

Perkembangan bahasa melibatkan pemahaman, ekspresi dan artikulasi. Secara umum, pemahaman verbal berkembang sebelum ekspresi verbal. Selain atribut anak itu sendiri, lingkungan bahasa, kesempatan berbicara dengan orang dewasa atau teman sebaya serta sikap orang dewasa semuanya secara langsung mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

Anak-anak dengan kemampuan bahasa yang lemah mungkin mempunyai masalah dalam pemahaman, ekspresi dan/atau artikulasi, sehingga mempengaruhi pembelajaran mereka serta kehidupan sehari-hari. Karena kemampuan bahasa mereka yang lemah, anak-anak ini mungkin menghindari komunikasi dengan orang lain dan dengan demikian fungsi sosialnya mungkin terpengaruh.

Kemungkinan permasalahan kinerja anak-anak ini dalam:

a. Pemahaman Verbal

 Mengalami kesulitan pemahaman yang panjang dan kalimat rumit atau instruksi lisan.

(22)

22

 Salah memahami arti pertanyaan dan memberikan jawaban yang tidak relevan, misalnya. ketika menjawab pertanyaan guru

“Apa yang dilakukan petugas pemadam kebakaran?”, anak mungkin menjawab, “Mesin pemadam kebakaran”.

 Tidak dapat memahami cerita atau video b. Ekspresi Verbal

 Kurang dalam kosakata dan biasanya memberikan tanggapan singkat dan sederhana.

 Berbicara dengan struktur kalimat atau tata bahasa yang salah, mis. “Kenapa aku tidak bisa bermain?”

 Mengalami kesulitan mengekspresikan diri dengan benar dan tidak terorganisir dalam respons verbal.

 Sulit mengingat peristiwa sederhana atau menyampaikan pesan sederhana.

c. Masalah Artikulasi / Gagap

 Salah mengucapkan kata, mis. mengatakan "pasir" sebagai

"passs"

 Mengalami kegagapan, mis. “Bolehkah… Bolehkah…

Bolehkah… aku ke toilet?” atau “Aku ingin ha... ha... makan...

biskuit.

3. Keterampilan Motorik Kasar dan Halus

Perkembangan motorik kasar dan halus meliputi gerak otot, koordinasi anggota badan, koordinasi mata tangan dan gerak tubuh dalam ruang. Anak-anak dengan keterampilan motorik kasar dan halus yang lemah tampak canggung dan canggung, sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka termasuk perawatan diri dan bahkan pembelajaran.

Kemungkinan hambatan kinerja anak-anak ini dalam:

a. Keterampilan Motorik Kasar

 Memiliki tonus otot yang relatif lemah.

(23)

23

 Lebih lambat dalam perkembangan motorik kasar, misalnya.

mampu berlari, melompat atau memanjat pada usia yang lebih tua dibandingkan anak-anak lainnya.

 Memiliki keseimbangan yang buruk dan mudah terjatuh saat berjalan atau berlari.

 Memiliki koordinasi gerakan yang buruk, canggung saat melakukan aktivitas motorik kasar.

 Mengalami kesulitan memperkirakan jarak, sering bergesekan atau berbenturan dengan orang atau benda.

 Sulit mempelajari aktivitas fisik atau permainan bola.

b. Keterampilan Motorik Halus

 Menulis dengan lambat dan sering kali tidak dapat menjaga tulisannya tetap pada garisnya.

 Bersikap kasar dan berantakan dalam seni dan kerajinan, misalnya. tidak dapat memotong lingkaran dengan rapi atau mewarnai garis-garisnya.

 Kikuk dalam menggunakan sendok dan garpu serta menumpahkan air saat menuang.

 Memerlukan bantuan dalam mengancingkan pakaian atau mengikat tali sepatu.

4. Perhatian

Perhatian mengacu pada kemampuan anak untuk berkonsentrasi pada objek atau aktivitas tertentu, seperti di kelas, membaca, berbicara dengan orang lain, dan bermain game. Secara umum, pengendalian perhatian anak meningkat seiring bertambahnya usia:

 Di bawah 3 tahun – tidak dapat mengontrol perhatiannya dengan baik

 Usia 3 hingga 4 tahun – dapat berkonsentrasi dengan petunjuk dari luar atau bimbingan orang dewasa

(24)

24

 Usia 5 hingga 6 tahun – mulai dapat mengontrol perhatiannya dan mampu berkonsentrasi

Rata-rata anak berusia 2 hingga 5 tahun dapat mempertahankan perhatiannya pada hal yang sama selama sekitar 2 hingga 5 menit, sedangkan anak berusia 6 hingga 10 tahun dapat mempertahankan perhatiannya selama sekitar 8 hingga 10 menit.

Anak dengan rentang perhatian yang pendek mengalami kesulitan berkonsentrasi terutama pada aktivitas yang memerlukan konsentrasi berkelanjutan.

Anak-anak ini mungkin mengami hambatan:

Sulit berkonsentrasi saat mengikuti pelajaran dan mudah teralihkan perhatiannya, seperti sering melihat ke luar jendela atau terganggu oleh suara-suara di luar.

 Sulit berkonsentrasi pada tugas kelas dan melakukan kesalahan yang ceroboh seperti ada barang yang hilang saat mengerjakan LKS.

 Tidak berkonsentrasi saat berbicara dengan orang lain;

seringkali tidak dapat mengikuti instruksi karena tidak memperhatikan apa yang dikatakan orang lain.

 Tampak pelupa atau ceroboh dan sering kehilangan barang miliknya.

5. Perkembangan Perilaku a. Tingkat aktifitas

Anak-anak berbeda dalam tingkat aktivitasnya. Beberapa lebih aktif dibandingkan yang lain. Namun, anak-anak tertentu jelas jauh lebih aktif dibandingkan anak-anak lain pada usia yang sama. Hal ini tidak hanya berdampak pada pembelajaran anak tetapi juga mengganggu teman sekelas lainnya atau rutinitas kelas.

Anak-anak ini mungkin mengalami hambatan:

 Sering meninggalkan tempat duduknya, naik turun, atau berpindah-pindah di dalam kelas.

(25)

25

 Gelisah saat duduk, misalnya gelisah dengan kaki, meregangkan tubuh, atau sering menjatuhkan barang ke lantai.

 Terlalu banyak bicara dan tidak bisa bekerja atau bermain dengan tenang.

 Tidak sabar, tidak suka bergiliran, dan tidak bisa menunggu dengan tenang dalam antrian.

 Memiliki pengendalian diri yang relatif lemah, cenderung impulsif; sering menyela pembicaraan atau menjawab pertanyaan di kelas tanpa mengangkat tangan.

b. Gangguan Perilaku

Ini adalah hal yang normal jika anak-anak terkadang tidak mengikuti instruksi orang dewasa. Namun, beberapa anak seringkali tidak kooperatif dan memberontak. Mereka mungkin mudah marah dan sering berdebat atau bertengkar dengan orang lain. Perhatian khusus dan rujukan segera diperlukan jika anak ditemukan mengalami masalah tersebut.

Anak-anak ini mungkin mengalami hambatan:

 Mudah marah atau mudah tersinggung meskipun hanya karena hal sepele.

 Menolak untuk mengikuti instruksi atau berkompromi dan sering berdebat dengan orang lain.

 Jarang mengakui kesalahan sendiri dan sering menyalahkan orang lain.

 Membuat orang kesal dengan sengaja, terkadang dengan melakukan hal-hal seperti melemparkan alat tulis teman sekelas secara sengaja.

6. Gangguan Emosion a. Membuat ulah/ Tantrums

Anak kecil mempunyai pengendalian diri yang belum matang yang dapat menyebabkan mereka sering mengamuk. Jika intensitas

(26)

26 dan frekuensi tantrum tidak tinggi, strategi manajemen positif dapat digunakan untuk mengelola perilaku tersebut. Namun, bagi anak- anak yang sering kehilangan kesabaran dan menunjukkan perilaku destruktif dan agresif termasuk menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain, atau merusak barang selama tantrumnya, rujukan mungkin diperlukan.

b. Kecemasan

Beberapa anak mudah merasa cemas. Kecemasan mereka lebih dari sekadar rasa malu. Saat mereka berhadapan dengan orang asing, di lingkungan asing, atau menjadi pusat perhatian di tengah keramaian, mereka akan terlihat gelisah dan gelisah.

Anak-anak ini mungkin mengalami hambatan:

 Takut untuk bersekolah atau gagal beradaptasi dengan kehidupan sekolah bahkan setelah mulai bersekolah untuk jangka waktu tertentu.

 Tampak gugup saat berbicara dan berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang asing.

 Gelisah dan bingung ketika diminta berdiri dan menjawab pertanyaan atau tampil di depan teman sekelasnya.

 Berbicara dengan suara lembut dan menghindari kontak mata.

 Hanya berbicara dengan anggota keluarga atau guru yang mereka percayai sambil tetap diam saat menghadapi orang lain.

c. Depresi/Suasana hati yang tertekan

Anak-anak akan mengalami saat-saat sedih atau merasa terpuruk. Perubahan suasana hati yang bersifat sementara dianggap normal. Namun, jika anak-anak terus murung dalam jangka waktu lama dan hal ini mulai memengaruhi pembelajaran atau kehidupan sehari-hari mereka, maka perlu ada perhatian lebih terhadap masalah tersebut.

(27)

27 Anak-anak ini mungkin mengalami hambatan:

 Tampak sedih atau cemberut terus-menerus, atau mudah tersinggung atau jengkel.

 Tunjukkan berkurangnya minat terhadap banyak hal, bersikap pasif dalam kegiatan kelas atau permainan.

 Mudah menangis dan jarang berbicara dengan orang lain.

 Tidak memiliki nafsu makan yang baik, atau tidak makan sebanyak biasanya.

7. Keterampilan Sosial

Setiap anak dilahirkan dengan temperamen yang berbeda- beda. Beberapa lebih ramah, aktif, dan mudah bergaul; sementara yang lain lebih pasif, membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan pemanasan dan menyesuaikan diri saat bergaul dengan orang lain. Namun, beberapa anak menghadapi masalah sosial yang bukan hanya soal temperamen pasif, namun kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, serta menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial.

Anak-anak ini mungkin mengalami hambatan:

 Jarang berteman dan lebih suka bermain sendiri.

 Kurangnya keterampilan komunikasi sosial, sering menunjukkan perilaku atau ucapan yang tidak pantas.

 Jarang berbagi makanan, mainan atau kepentingannya dengan orang lain.

 Cenderung egois dan tidak peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain.

 Hanya berbicara tentang topik yang mereka sukai dalam percakapan dan mengabaikan tanggapan orang lain, sehingga menghasilkan komunikasi satu arah.

 Kurangnya kontak mata, berbicara dengan nada yang agak canggung dan datar serta jarang menggunakan ekspresi wajah, gerak tubuh atau bahasa tubuh dalam berkomunikasi dengan orang lain.

(28)

28 Tabel 1. Tahapan perkembangan yang normal

I. Latihan

1. Bagaimana karakteristik anak yang mengalami hambatan perkembangan?

2. Jelaskan kondisi perkembangan anak yang mengalami hambatan.

3. Permasalahan apa saja yang dialami anak yang mengalami hambatan, emosiaonal, perhatian, dan perilaku?

J. Referensi

Bellman, M., Byrne, O., & Sege, R. (2013). Developmental assessment of children. Bmj, 346.

Education Bereau. (2010). How to Identify Children with Special Needs. Chapter 3. https://www.edb.gov.hk/attachment/en/edu- system/preprimary-kindergarten/comprehensive-child-

development-service/4_Chapter%20III%2020200821.pdf Imam, Y. (2019). Instrumen Asesmen Perkembangan Anak

Berkebutuhan Khusus. Program Studi Pendidikan Luar Biasa FKIP Universitas Lambung Mangkurat

.

(29)

29 Pertemuan IV & V

Asesmen Perkembangan Kognitif

A. Standar Kompetensi

Setelah membaca materi ini mahasiswa/peserta dapat mengidentifikasi dan mengimplementasikan asesmen perkembangan Kognitif ABK.

B. Kompetensi Dasar

 Keterlambatan Perkembangan Kognitif

 Tujuan Asesmen Kognitif

 Proses Asesmen

 Proses Asesmen

 Teknik Asesmen

C. Alokasi Waktu

 1 x 3 x 50 D. Alat

 Laptop

 TV

E. Media Pembelajaran

 Edlink

 Class point

F. Model Pembelajaran

 Cooperative (CoL)

 Collaborative Learning (CbL)

G. Kegiatan Pembelajaran

 Tugas makalah

 Merangkum dalam bentuk peta kognitif

 Presentasi

 Diskusi

 Quiz

(30)

30 H. Uraian Materi

Kognisi mengacu pada proses berpikir dan memori, dan perkembangan kognitif mengacu pada perubahan jangka panjang dalam proses ini. Salah satu perspektif yang paling banyak dikenal tentang perkembangan kognitif adalah teori tahapan kognitif dari seorang psikolog Swiss bernama Jean Piaget. Piaget menciptakan dan mempelajari penjelasan tentang bagaimana anak-anak dan remaja secara bertahap mampu berpikir logis dan ilmiah (Lefa, 2014).

Kendra Cherry (2014) Teori perkembangan kognitif menjelaskan perubahan tingkat penalaran seorang anak dalam memperoleh cara-cara baru dalam memahami dunianya. Teori implikasi Piaget mengasumsikan bahwa semua anak melalui urutan perkembangan yang sama, namun mereka melakukannya dengan kecepatan yang berbeda. Guru harus melakukan upaya khusus untuk menyediakan kegiatan kelas untuk individu dan kelompok kecil, bukan untuk seluruh kelompok kelas. Penilaian harus didasarkan pada kemajuan individu, bukan pada standar normal teman-teman seusianya (Lefa, 2014)..

Asesmen kognitif atau tes kecerdasan (tes IQ) digunakan untuk mengetahui kemampuan belajar anak dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kognitifnya. Jika diinterpretasikan bersama dengan informasi latar belakang yang komprehensif dan wawancara orang tua dan guru, hasil tes kognitif dapat membantu pengembangan intervensi individual dan rencana pembelajaran untuk anak-anak.

Keterlambatan Perkembangan Kognitif

Proses dimana seseorang membentuk dan menilai ide-ide disebut sebagai perkembangan kognitif. Sementara Messen= et al., (1974) mendefinisikan perkembangan kognitif sebagai lima proses berbeda, (1) persepsi, (2) memori, (3) pemunculan ide-ide, (4) evaluasi, (5) penalaran. Suppes menjelaskannya sebagai bidang luas yang melibatkan semua keterampilan akademik yang berkaitan dengan persepsi.

(31)

31 Keterlambatan perkembangan kognitif mengacu pada kondisi anak-anak yang fungsi intelektual dan perilaku adaptifnya jauh di bawah rata-rata yang diharapkan untuk usia mereka. Nama lain dari keterlambatan perkembangan kognitif antara lain disabilitas intelektual, gangguan kognitif, atau gangguan kognitif/intelektual.

Tanda-tanda keterlambatan perkembangan kognitif dapat dikenali sejak usia 24 bulan. Anda harus menghubungi dokter jika Anda memperhatikan hal berikut:

 Duduk, merangkak, atau berjalan lebih lambat dibandingkan anak-anak lain

 Kesulitan berbicara

 Rentang perhatian yang pendek; ketidakmampuan untuk mengingat sesuatu

 Kurangnya rasa ingin tahu

 Kesulitan memahami aturan sosial atau konsekuensi perilaku

 Kesulitan berpikir logis

 Perilaku kekanak-kanakan yang berlanjut hingga masa prasekolah dan sekolah

 Kurangnya keterampilan adaptif/menolong diri yang sesuai dengan usia

Tujuan Asesmen Kognitif

a. Keberbakatan intelektual: Penilaian kognitif akan membantu menentukan apakah seorang anak dapat mengakses program berbakat atau kelas khusus, termasuk masuk ke sekolah selektif, kelas akselerasi atau peluang, dan GERRIC (UNSW).

Hal ini juga dapat memandu guru dalam penyediaan kegiatan penyuluhan di ruang kelas.

b. Kesulitan atau ketidakmampuan belajar: Penilaian kognitif yang digabungkan dengan penilaian pendidikan dapat membantu mengidentifikasi adanya kesulitan atau gangguan belajar dan membantu guru membuat akomodasi yang tepat bagi siswa di kelas. Informasi ini dapat digunakan untuk mengelola dan meminimalkan pengalaman negatif di sekolah seperti hasil

(32)

32 akademik yang buruk, penghindaran dari sekolah, dan rendahnya harga diri.

c. Kesulitan atau kecacatan intelektual: Penilaian akan membantu dalam mengidentifikasi anak-anak dengan kecacatan intelektual, yang ditandai dengan skor tes IQ minimal 2 standar deviasi di bawah rata-rata (sering kali setara dengan skor IQ 70).

Setelah melakukan penilaian, anak-anak dan orang tua akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana disabilitas intelektual berdampak pada kemampuan anak untuk belajar.

Hal ini juga akan memberikan informasi untuk mengembangkan rencana atau akomodasi yang efektif di kelas yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik anak. Hasil juga dapat membantu dalam pembuatan permohonan untuk mengakses dana pemerintah atau dana disabilitas sekolah, guru berkebutuhan khusus, atau ketentuan khusus (misalnya menulis) dalam ujian sekolah formal.

Proses Asesmen

Asesmen kognitif untuk anak memerlukan penggunaan alat psikometri terstandar oleh psikolog berpengalaman dan terakreditasi. Alat-alat ini dapat menilai berbagai bidang kapasitas kognitif, termasuk:

a. Pemahaman Verbal: kemampuan menggunakan berbagai kosa kata untuk memahami dan mengekspresikan pengetahuan umum dan menjelaskan konsep

b. Visual Spasial: kemampuan mengevaluasi detail visual dan memahami hubungan spasial visual

c. Penalaran: kemampuan untuk menggunakan informasi konseptual dari detail visual dan menerapkan pengetahuan itu d. Memori Kerja: kemampuan untuk mempelajari, memanipulasi,

dan menyimpan informasi untuk menyelesaikan tugas baru

(33)

33 e. Kecepatan dan Ketelitian: kemampuan memproses dan

membuat penilaian dengan cepat tentang informasi visual.

Alat Asesmen

Ada berbagai alat penilaian kognitif yang digunakan untuk berbagai tujuan dan kelompok umur. Kami biasanya menggunakan alat penilaian kognitif berikut:

 Skala Kecerdasan Wechsler untuk Anak - Edisi Kelima (WISC-V, Standar Australia) untuk anak usia 6 hingga 16 tahun

 Stanford-Binet - Edisi Kelima (SB5 Awal) untuk anak usia 2 hingga 7 tahun

 Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence -Edisi Keempat (WPPSI-IV, Australian Standard) untuk anak usia 2 tahun 6 bulan sampai 7 tahun 7 bulan.

Asesmen Perkembangan Kognitif Piaget

Asesmen Piaget, di sisi lain, dikembangkan menurut pandangan bahwa pengetahuan adalah hubungan yang berkembang antara yang mengetahui dan objek yang diketahui.

Perkembangan intelektual adalah proses membangun skema dan operasi (koordinasi tindakan) yang memberi makna. Motivasi proses perkembangan ini adalah motivasi pengaturan diri biologis yang terdapat pada setiap anak.

Piaget percaya bahwa pembelajaran berlangsung melalui interaksi asimilasi (menyesuaikan pengalaman baru agar sesuai dengan konsep sebelumnya) dan akomodasi (menyesuaikan konsep agar sesuai dengan pengalaman baru). Kedua proses ini tidak hanya membawa pembelajaran jangka pendek, namun juga perubahan perkembangan jangka panjang. Perkembangan jangka panjang merupakan fokus utama teori kognitif Piaget. Setelah mengamati anak-anak dengan cermat (Byrnes, 2008).

(34)

34 Tahapan Piaget melibatkan serangkaian upaya berulang untuk membangun sistem keseluruhan untuk memahami dunia, yang mengarah pada pencapaian empat sistem skala besar di titik tengah dari setiap tahapan tradisional Piaget. Tahapan tersebut mencakup 'pengambilan kesadaran', memperluas dan menerapkan sistem secara luas, menghadapi keterbatasannya, dan mencapai titik di mana sistem baru diterima sebagai alternatif yang dapat diterima.

Setiap tahap melibatkan perubahan kematangan di otak dan sistem saraf pusat, mempersiapkan kemajuan kualitatif dalam pemikiran (Feldman, 2004).

Psikolog Rusia Lev Vygotsky berteori bahwa interaksi dengan orang lain memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kognitif (Hockenbury et al., 2011). Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak memiliki kapasitas untuk mencapai peningkatan kognitif dalam jumlah yang lebih besar melalui interaksi sosial,

Teori perkembangan kognitif Piaget menekankan bahwa kemajuan anak-anak melalui pola yang dapat diprediksi dari empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif (yaitu, Sensorimotor, Pra-Operasional, Operasional Konkret, dan Operasional Formal) yang mencerminkan proses kognitif yang semakin canggih dan terarah selama masa bayi hingga dewasa.

Perubahan dalam proses kognitif terjadi dalam rangkaian keterampilan yang ditunjukkan dan tercermin dalam proses penalaran yang berbeda (Garro,2016).

1. Pada fase sensorimotor-inteligensi gerak, perkembangan gerak dan perkembangan kogitif saling berhubungan, dimana gerak seringkali terjalin dengan proses berpikir dan belajar, seperti interaksi fisik dengan individu atau objek.

2. Terdapat fase pra-operasional yang ditandai dengan adanya

“ucapan egosentris” dalam pola tutur. Bentuk lainnya meliputi:

simbol untuk mewakili lingkungan secara kognitif berfungsi sebagai ilustrasi singkat perubahan konseptual.

(35)

35 3. Selama fase operasional kontrak anak, mereka mulai mengembangkan kemampuan untuk menerapkan logika pada domain masalah tertentu. Pada titik ini, seorang anak dapat mengembangkan operasi mental yang berkaitan dengan pengetahuan yang ada. Mereka mampu menekuk, memutar, dan menekuk.

4. Pada tahap operasi formal ini, perkembangan kognitif anak telah mencapai tingkat yang sangat tinggi, dan pada tahap ini anak mulai menunjukkan kemampuan berkomunikasi. Teori organik Piaget berpendapat bahwa pembelajaran aktif anak dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman biologis. Hubungan antara pengetahuan biologis anak dan lingkungannya sangat penting untuk pemahaman mereka. Pengetahuan adalah aspek penting kehidupan yang membantu organisme beradaptasi dengan lingkungannya, dan aktivitas intelektual bertujuan untuk mencapai keseimbangan.

 Isi intelegensi. Konsep pemahaman Piaget adalah apa yang dipikirkan seorang anak, ditentukan oleh struktur atau konsep yang diwakilinya. Namun, pemahaman tidak serta merta menghalangi seorang anak untuk percaya pada dirinya sendiri atau menyadari pentingnya keyakinannya sendiri.

 Struktur kognitiflskema. Merupakan sebuah pola berfikir atau tindakan yang terorganisasi digunakan individu untuk menafsirkan beberapa aspek dari pengalarnannya.

 Fungsi intelektual. Individu mewariskan dua fungsi intelektual yang sangat penting, yaitu yang disebutnya sebagai organisasi dan adaptasi. Organisasi adalah suatu kecendrungan pada diri anak untuk mengatur skema yang ditemukan menjadi suatu system yang masuk akal atau berbentuk ilmu pengetahuan.

(36)

36 Piaget (Imam, 2019) siswa dikatakan siap untuk belajar akademik apabila menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau seriasi, korespondensi, dan konservasi. Selanjutnya menguasai keterampilan kognitif lanjut yang meliputi: analisis, sintesis, dan evaluasi. Berikut kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan kognitif murid yang dikembangkan menggunakan tero kontruk Piaget.

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Kognitif

Keterampilan Seb Keterampilan

Indikator Deskriptor

Keterampilan Dasar

Klasifikasi, Mengelompokan Siswa dapat mengelompokan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran.

Ordering/seriasi Mengurutkan Siswa dapat mengurutkan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran.

Korespondensi Memasangkan/

menjodohkan

Siswa dapat memasangkan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran.

Konservasi Memahami kekekalan jumlah

Siswa menjodohkan kelompok obyek dengan bahan yang sama tetapi memiliki karakteristik berbeda

Keterampilan kognitif lanjut

Analisis Menentukan pokok permasalahan

Siswa dapat memecahkan atau menguraikan suatu informasi sehingga lebih mudah dimengerti dan mudah dijelaskan

Sintesis Menemukan

hal yang baru

Siswa mampu memadukan bagian- bagian atau unsur-unsur secara logis menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru

Evaluasi Menilai diri sendiri dan Orang lain

Siswa menetukan nilai untuk diri sendiri dan orang lain berdasarkan acuanacuan tertentu.

I. Latihan

Buatlah sebuah instrumen berdasarkan kisi-kisi perkembangan kognitif yang telah dipaparkan di pembahasan sebelumnya.

(37)

37 J. Referensi

Byrnes, J. P. (2008). Piaget’s cognitive-developmental theory. Encyclopedia of infant and early childhood development, 87, 543-552.

Feldman, D. H. (2004). Piaget's stages: the unfinished symphony of cognitive development. New Ideas in Psychology, 22(3), 175- 231.

Garro, A. (Ed.). (2016). Early childhood assessment in school and clinical child psychology. Springer New York.

Hockenbury, D. H., & Hockenbury, S. E. (2011). Discovering Psychology. New York: Worth Publishers.

Imam, Y. (2019). Instrumen Asesmen Perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus. Program Studi Pendidikan Luar Biasa FKIP Universitas Lambung Mangkurat

.

Lefa, B. (2014). The Piaget theory of cognitive development: an educational implications. Educational psychology, 1(1), 1-8.

Cherry, K. (2014). Piaget’s stages of cognitive development. Retrieved on May, 23, 2021.

The Warren Center. What Is The Method Of Diagnosis For Cognitive Developmental Delays?. https://thewarrencenter.org/help- information/cognitive/what-are-cognitive-developmental- delays/

Sevinç, G. (2019). A review on the neo-Piagetian theory of cognitive development. Ankara University Journal of Faculty of Educational Sciences (JFES), 52(2), 611-631.

(38)

38 Pertemuan VI & VII

Asesmen Perkembangan Persepsi

A. Standar Kompetensi

Setelah membaca materi ini mahasiswa/peserta dapat mengidentifikasi dan mengimolementasikan asesmen perkembangan persepsi ABK.

B. Kompetensi Dasar

 Perkembangan Persepsi Anak

 Tujuan Asesmen ABK

 Prinsif Asesmen ABK

 Manfaat Asesmen ABK

C. Alokasi Waktu

 1 x 3 x 50 D. Alat

 Laptop

 TV

E. Media Pembelajaran

 Edlink

 Class point

F. Model Pembelajaran

 Cooperative (CoL)

 Collaborative Learning (CbL)

G. Kegiatan Pembelajaran

 Tugas makalah

 Merangkum dalam bentuk peta kognitif

 Presentasi

 Diskusi

 Quiz

(39)

39 H. Uraian Materi

Pengalaman indrawi awal dan koneksi dengan dunia berkontribusi pada penciptaan “makna” dunia adalah sebuah proses panjang yang tertanam dalam dalam sejarah persepsi dan tindakan anak. Salah satu asumsi proses belajar adalah bahwa bayi dan individu, secara umum, memahami lingkungan sekitar mereka karena pengalaman dan perjumpaan mereka dengan dunia dapat menjadi berharga atau memiliki arti khusus bagi pengamat dan aktor (Barto & Mahadevan, 2003).

Persepsi adalah suatu proses psikis dimana kita menjadi sadar akan objek-objek yang ada dengan totalitas karakteristik dan ciri- cirinya berdasarkan aktivitasnya pada indra kita, setelah itu keseluruhannya gambar objek dibuat (Chichevska & Dimitrova, 2007). Periode perkembangan perseptif visual maksimal terjadi pada usia tiga sampai tujuh atau tujuh setengah tahun. Piaget (Chichevska

& Dimitrova, 2007) menjelaskan bahwa beberapa peneliti dan teori perkembangan, terutama yang menggambarkan perkembangan kognitif normal atau yang mengacu pada masalah persepsi visual anak berkebutuhan khusus atau masalah belajar, maka persepsi visual berada di antara indra dan kognisi.

Perkembangan Persepsi Anak

Persepsi adalah proses kognitif yang mengidentifikasi, mengatur, dan menerjemahkan data sensorik menjadi informasi yang bermakna. Proses persepsi meliputi diskriminasi, koordinasi dan pengurutan (Rourke 2005). Ada anak-anak yang mungkin mengalami kesulitan dalam salah satu bidang pemrosesan persepsi ini. Gangguan persepsi meliputi gangguan persepsi visual, pendengaran, sentuhan atau kinestetik. Siswa dengan masalah persepsi visual/auditori akan merasa sangat sulit menyalin huruf dengan benar atau memahami perbedaan bunyi bel pintu depan dan dering telepon pertama. Anak-anak ini tidak dapat menafsirkan sensasi dengan cara yang normal (Nakra 1997).

(40)

40 Pemahaman anak-anak tentang perbedaan antara makhluk hidup dan benda mati, mungkin merupakan salah satu pertanyaan yang paling bertahan lama dalam psikologi perkembangan (Rakison,

& Poulin-Dubois, 2001). Memang benar, kemampuan untuk mengenali objek sebagai benda hidup atau benda mati dianggap sebagai proses kognitif mendasar karena memberikan landasan bagi anak-anak untuk mengkategorikan objek di dunia (Alfonso &

Jennifer, 1998). Pemahaman primitif anak-anak tentang perbedaan A-I dimulai pada masa bayi, berkembang pesat pada masa kanak- kanak, dan matang pada masa remaja (Opfer, & Gelman, 2011).

Seorang anak kecil membedakan antara benda hidup dan benda mati berdasarkan persepsi anak terhadap sifat kognitif (pikiran), psikologis (perasaan atau emosi), dan perilaku (tindakan atau ucapan) benda tersebut (Melson et al, 2009). Tentu saja, jika suatu objek menampilkan semua atau tidak satupun dari sifat-sifat ini, anak-anak akan merasa lebih mudah untuk mengkategorikan objek tersebut sebagai benda hidup atau benda mati. Namun, objek yang hanya menampilkan sebagian propertinya lebih cenderung menimbulkan pertanyaan batasan bagi anak-anak. Dengan kata lain, jika perbedaan dianggap sebagai sebuah kontinum, beberapa objek mungkin lebih jelas dianggap berada di kedua ujung kontinum, sementara beberapa objek dianggap berada di antara keduanya (Xu

& Warschauer, 2020).

Tujuan Asesmen Perkembangan Persepsi

Tujuan asesmen perkembangan persepsi adalah untuk menghimpun informasi tentang tahap perkembangan persepsi anak yang dapat membantu guru dalam memahami kemampuan persepsi anak yang meliputi persepsi visual, persepsi auditif, persepsi kinestetik dan persepsi taktil.

Kompenen Perkembangan Persepsi Persepsi Visual

(41)

41 Persepsi visual adalah suatu proses yang membentuk respons terhadap rangsangan visual, sehingga individu dapat memahami apa yang terjadi di dunia luar dan hubungan antara rangsangan tersebut dengan tubuhnya sendiri. Persepsi visual merupakan proses yang dinamis dan mengintegrasikan seluruh indera lainnya. Pentingnya persepsi visual dalam pemahaman anak terhadap lingkungan dapat dipahami dengan baik bila dianggap bahwa 70% persen dari seluruh reseptor sensorik terdapat di mata. Ada beberapa asumsi mengenai kerangka acuan yang digunakan dalam persepsi visual, yang utama adalah bahwa ia mengalami proses perkembangan pada anak usia dini. Proses ini meliputi belajar dengan merasakan rangsangan dari lingkungan, misalnya belajar dengan observasi. Kebanyakan peneliti juga berasumsi bahwa terdapat hubungan antara pengembangan keterampilan persepsi dengan tugas-tugas seperti membaca dan menulis (Kramer & Hinojosa, 2010).

Subtes yang sesuai dengan kategori konsep persepsi visual:

Huruf (pengetahuan tentang huruf kapital dan kecil), warna (pengetahuan tentang warna utama), angka/berhitung (kemampuan mengenali dan bilangan dan berhitung), ukuran (pengetahuan tentang unidimensi, bidimensi, dan tridimensi), perbandingan (kemampuan menemukan perbedaan dan persamaan), bentuk (pengetahuan tentang lingkaran, persegi, segitiga, persegi panjang, kubus), arah/posisi /kesadaran sosial (posisi suatu objek terhadap objek lain; kesadaran sosial tentang usia, jenis kelamin, atau kesesuaian sosial), waktu/urutan (kemampuan memahami konsep waktu), tekstur/material (pengetahuan tentang objek seperti apakah benda itu tajam, panas, berat, atau terbuat dari apa) dan kuantitas (pengetahuan tentang kuantitas benda) (Ayhan et al., 2015).

Persepsi Auditori

Individu ini menemukan informasi melalui mendengarkan dan menafsirkan informasi melalui nada, penekanan, dan kecepatan.

(42)

42 Individu ini memperoleh pengetahuan dari membaca dengan suara keras di kelas dan mungkin tidak memiliki pemahaman penuh atas informasi yang tertulis. Meskipun kemampuan pendengaran sudah terbentuk dengan baik pada tahun-tahun awal kehidupan, perubahan dan pengalaman anatomi akan memandu perkembangan keterampilan pendengaran sepanjang masa kanak-kanak (Turgeon, 2011).

Yuwono (Imam, 2019), persepsi ini mencakup kemampuan:

a. Kesadaran fonologis adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf) b. Diskriminasi Auditoris adalah kemampuan mengingat perbedaan

antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda

c. Ingatan Auditoris adalah kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar

d. Urutan Auditoris adalah kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan

e. Perpaduan Auditoris adalah kemampuan memadukan elemen- elemen fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

Persepsi Kinestetik

Kinestetik adalah kemampuan menggunakan seluruh atau sebagian tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan atau menggunakan tangan untuk menghasilkan dan mengubah sesuatu (Suryono, 2016). Edward (Syahputri & Sukoco, 2020). Keterampilan kecerdasan kinestetik ini meliputi keterampilan fisik khusus seperti koordinasi, keseimbangan, kelincahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Anak dengan kecerdasan kinestetik dapat merespon dengan baik melalui rangsangan sensorik yang kemudian menyampaikan sesuatu dengan bagian tubuhnya terutama tangan.

Kecerdasan kinestetik ini erat kaitannya dengan motorik dan

(43)

43 perkembangan anak. Keterampilan motorik mengalami kesulitan mempelajari keterampilan lebih lanjut yang mempengaruhi aktivitas fisik (Đorđić et al., 2016).

Motorik merupakan perkembangan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan mobilitas seseorang. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi kompleks berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikendalikan oleh otak.

Keterampilan motorik merupakan terminologi yang digunakan dalam berbagai keterampilan yang mengarah pada penguasaan keterampilan gerak dasar aktivitas kebugaran jasmani (Van der Fels et al., 2015). Keterampilan motorik terdiri dari keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus.

Persepsi Tactile (Sentuhan)

Saat kita menggunakan sentuhan untuk menyandikan dan mengenali objek, ini biasanya merupakan proses “haptic” yang aktif.

Tidak sekadar merasakan sifat-sifat ini seperti yang ditunjukkan pada kulit menggunakan informasi proprioseptif dari tangan kita untuk menyimpulkan bentuk objek (Lederman & Klatzky, 2009). Dengan cara ini, persepsi haptik memungkinkan individu memperoleh informasi tentang objek dan permukaan; informasi mengenai substansinya (kekerasan, berat, suhu, tekstur, dll.) dan sifat struktural (ukuran, bentuk, dan volume; (Kahrimanovic et al., 2010).

Tactile perception (sensasi sentuhan) meresap dalam menentukan pengalaman dan perilaku kita dalam kehidupan sehari- hari. Mungkin hal pertama yang terlintas dalam pikiran ketika memikirkan tentang sentuhan adalah bagaimana kita secara aktif mendekatkan kulit kita ke objek (biasanya dengan tangan atau anggota tubuh lainnya) untuk menyandikan dan mengenali objek dan ciri-cirinya. Ini umumnya dikenal sebagai sentuhan haptik atau haptik. Reseptor taktil juga dapat secara pasif mentransduksi informasi yang disampaikan langsung ke kulit. Fungsi ini terutama relevan dalam konteks penyampaian aspek sentuhan

(44)

44 sosial/interpersonal yang pada gilirannya menghasilkan respons afektif/emosional yang kuat, tentu saja, hal ini dianggap sangat penting pada awal kehidupan (Field, 2001). Persepsi taktil adalah bagian dari sistem sensorik manusia yang kompleks yang terdiri dari:

(1) proprioception (kesadaran tubuh); (2) mekanoresepsi (sentuhan);

(3) termoresepsi (suhu); dan (4) nosisepsi (nyeri).

Asesmen Perkembangan Persepsi

Instrumen asesmen perkembangan persepsi akan dikembangkan berdasarkan aspek persepsi visual, persepsi auditori, persepsi kinestetik dan persepsi taktil. Berikut kisi-kisi instrumen perkembangan persepsi.

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi

Keterampilan Indikator Deskriptor

Persepsi visual

Hurup Pengetahuan tentang huruf kapital dan kecil Warna Pengetahuan tentang warna utama

Angka/berhitung Kemampuan mengenali bilangan dan berhitung Ukuran Pengetahuan tentang unidimensi, bidimensi, dan

tridimensi

Perbandingan Kemampuan menemukan perbedaan dan persamaan Bentuk Pengetahuan tentang lingkaran, persegi, segitiga,

persegi panjang, kubus Arah/posisi

/kesadaran sosial

Posisi suatu objek terhadap objek lain; kesadaran sosial tentang usia, jenis kelamin, atau kesesuaian sosial

Waktu/urutan Kemampuan memahami konsep waktu

Tekstur/material Pengetahuan tentang objek seperti apakah benda itu tajam, panas, berat, atau terbuat dari apa

Kuantitas Pengetahuan tentang kuantitas benda Persepsi

auditori

Kesadaran fonologis

Kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf)

Diskriminasi Auditoris

Kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi- bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda

Ingatan Auditoris

Kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar

Urutan Auditoris Kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan

Perpaduan Auditoris

Kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

Persepsi kinestetik

Koordinasi Gerakan tubuh siswa saling berkoordinasi Keseimbangan, Siswa memiliki kesembangan tubuh yang baik

(45)

45

Kelincahan, Siswa lincah dalam melakukan suatu gerakan Kekuatan, Siswa dapat melakukan gerakan sesuai dengan

perkembanganya

Kelenturan dan Siswa dapat melenturkan tubuh sesuai dengan gerakan yang diinginkan

Kecepatan Memiliki kecepatan dalam bergerak untuk melakukan suatu gerakan dan tindakan

Persepsi taktil Proprioception (kesadaran tubuh);

Kemampuan tubuh untuk mengirim rasa posisi, menganalisis informasi dan bereaksi (sadar atau tidak sadar) terhadap stimulasi dengan gerakan yang tepat.

Mekanoresepsi (sentuhan)

Memiliki kepekaan terhadap sentuhan dan tekanan Termoresepsi

(suhu);

Proses mengenali suhu tinggi dan rendah serta perubahan suhu lingkungan

Nosisepsi (nyeri).

Mengenali rangsangan tertentu yang membahayakan atau berpotensi berbahaya

I. Latihan

Buatlah sebuah instrumen berdasarkan kisi-kisi perkembangan persepsi yang telah dipaparkan di pembahasan sebelumnya.

J. Referensi

Alfonso Caramazza and Jennifer R Shelton. (1998). Domain-specific knowledge systems in the brain: The animate-inanimate distinction. Journal of cognitive neuroscience 10, 1 (1998), 1–

34.

Ayhan, A. B., Mutlu, B., Aki, E., & Aral, N. (2015). A study of conceptual development and visual perception in six-year-old children. Perceptual and motor skills, 121(3), 832-839.

Barto, A. G., & Mahadevan, S. (2003). Recent advances in hierarchical reinforcement learning. Discrete event dynamic systems, 13(1-2), 41-77.

Chichevska Jovanova, N., & Dimitrova Radojichikj, D. (2007).

Assessment of visual perception in students with special educational needs. Journal of Special Education and Rehabilitation.

Đorđić, V., Tubić, T., & Jakšić, D. (2016). The relationship between physical, motor, and intellectual development of preschool children. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 233, 3-7.

Gambar

Gambar 2.2 Hubungan Belajar Akademik dan Perkembangan
Gambar 2.3. Diagram alur Identifikasi Hambatan Perkembangan  Anak
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Kognitif
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk kesiapan guru kelas dalam menangani anak berkebutuhan khusus di SD N Pojok meliputi : (1) Menguasai kemampuan dasar dalam menangani anak berkebutuhan

Bertujuan untuk memberi pengetahuan pada mahasiswa mengenai konsep dasar psikologi bagi anak berkebutuhan khusus dan dasar biologis pada dinamika psikologis anak

Dengan demikian Kerjasama antara orangtua dan sekolah sangat memiliki peranan yang signifikan dalam mendidik anak berkebutuhan khusus yang memungkinkan anak belajar untuk

Hidayat, Taufik “Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Menangani Masalah Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu dan Tunawicara di SMKN 4 Kota Jambi” Jurnal

dengan anak berkebutuhan khusus telah menemukan bahwa tingkat kebugaran anak berkebutuhan khusus g g pada umumnya di bawah rekan mereka tanpa cacat. Hal ini menunjukkan bahwa

Laporan ini menyajikan hasil identifikasi dan asesmen seorang anak berkebutuhan khusus tunarungu yang mengalami gangguan

Petunjuk konsep pendidikan bagi anak berkebutuhan

Jurnal pembelajaran tentang pengantar pendidikan anak berkebutuhan