• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pendampingan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus

N/A
N/A
yulita nurlisae

Academic year: 2024

Membagikan "Modul Pendampingan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

I

(2)

II

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan modul pendampingan belajar anak berkebutuhan khusus ini. Modul ini kami susun dengan harapan dapat menjadi panduan praktis bagi Bapak/Ibu guru pendamping dalam melaksanakan pendampingan kepada peserta didik ABK untuk mencapai prestasi akademik, sosial dan kemandirian yang optimal.

Modul ini berisi uraian lengkap mengenai berbagai aspek pendampingan ABK, mulai dari karakteristik, kebutuhan khusus, hingga strategi dan metode pendampingan spesifik untuk beragam jenis hambatan yang disandang para peserta didik ABK kita.

Dengan memahami isi modul ini diharapkan para guru pendamping memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam melakukan tugas pendampingannya.

Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, saran dan masukan dari Bapak/Ibu guru sangat kami harapkan untuk penyempurnaan modul ini kedepannya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai upaya mulia kita bersama dalam mendidik putra-putri bangsa ini, khususnya anak-anak istimewa kita dari kalangan ABK.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan selamat belajar. Semoga modul ini bermanfaat bagi kita semua. Tuhan Memberkati.

Hormat Kami Tim Penyusun

(3)

III

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL ... I KATA PENGANTAR ... II DAFTAR ISI ... III RINGKASAN EKSEKUTIF ... IV

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 MEMAHAMI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ... 3

BAB 3 PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ... 6

BAB 4 TEKNIK PENDAMPINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ... 8

BAB 5 EVALUASI PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ... 10

(4)

IV

RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang pentingnya pendampingan belajar bagi anak berkebutuhan khusus, tujuan modul ini disusun, ruang lingkup pembahasan, deskripsi ringkas tiap bab, hingga manfaat yang diharapkan dari modul ini bagi para pembaca khususnya pendamping dan orangtua siswa berkebutuhan khusus.

BAB 2 MEMAHAMI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bab ini membahas pengertian anak berkebutuhan khusus, jenis-jenis anak berkebutuhan khusus beserta karakteristik masing-masing jenis berkebutuhan khusus yang diderita siswa. Mulai dari tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, hambatan penglihatan dan pendengaran, autis, ADHD, sampai genius dan bakat istimewa.

Pemaparan mendalam mengenai anak berkebutuhan khusus ini penting sebagai langkah awal memahami keunikan mereka.

BAB 3 PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bab ini menguraikan konsep pendampingan belajar bagi ABK, peran dan tanggung jawab pendamping, kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendamping dalam melaksanakan tugas pendampingan terhadap anak didik berkebutuhan khusus, menjelaskan setting dan proses pelaksanaan pendampingan akademik maupun non-akademik ABK, hingga strategi yang dapat diterapkan pendamping dalam membimbing ABK mengatasi hambatan belajarnya.

BAB 4 TEKNIK PENDAMPINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Bab ini secara komprehensif membahas berbagai teknik konkret yang dapat diterapkan Pendamping Khusus saat mendampingi proses pembelajaran ABK baik di dalam maupun di luar kelas, seperti modifikasi kurikulum, pengajaran, tes dan penilaian, pemanfaatan teknologi asistif, strategi scaffolding, pemodelan, prompting, chaining dll sesuai dengan hambatan dan kebutuhan unik setiap jenis kondisi anak berkebutuhan khusus.

BAB 5 EVALUASI PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Bab terakhir ini membahas tentang konsep evaluasi dalam pendampingan belajar ABK, tujuan dan manfaat, prinsip, sasaran, teknik, instrumen evaluasi hingga langkah pemanfaatan hasil evaluasi pendampingan untuk perbaikan kualitas pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus itu sendiri.

(5)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan inklusif saat ini mulai banyak diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia. Siswa berkebutuhan khusus belajar bersama dengan siswa reguler dalam satu kelas yang sama. Namun, guru seringkali belum memiliki kesiapan maksimal baik kompetensi maupun waktu untuk memberikan perhatian khusus kepada siswa berkebutuhan khusus dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, keberadaan pendamping khusus sangat diperlukan.

Tugas utama pendamping khusus adalah memberikan dukungan personal bagi anak berkebutuhan khusus selama mengikuti proses pembelajaran akademik maupun non-akademik, baik di dalam maupun di luar kelas sekolah inklusif. Pendamping bertanggungjawab untuk memastikan aksesibilitas materi akademik, memfasilitasi sosialisasi, dan mengoptimalkan perkembangan potensi anak secara holistik. Dengan peran krusial ini, pendamping belajar dituntut memiliki pemahaman mendalam dan keterampilan khusus dalam mendampingi beragam jenis hambatan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, modul ini secara khusus disusun untuk meningkatkan kompetensi para pendamping khusus dalam melaksanakan tugas pendampingan terhadap anak berkebutuhan khusus. Diharapkan materi dalam modul ini dapat menjadi pegangan bagi para pendamping untuk lebih efektif memenuhi kebutuhan personal setiap anak berkebutuhan khusus yang didampinginya. Orangtua siswa ABK juga dapat memanfaatkan isi modul ini untuk bekerja sama dan memahami kebutuhan putra-putri mereka dengan lebih baik.

Modul pendampingan ini akan membahas mulai dari pemahaman dasar ABK, teknik pendampingan dalam proses pembelajaran akademik dan pengembangan diri, hingga evaluasi efektivitas program pendampingan ABK.

Manfaat yang Diharapkan Setelah mempelajari modul ini, pembaca diharapkan mampu:

(6)

2

1. Memahami karakteristik dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus 2. Menyusun program pendampingan personal bagi ABK

3. Menerapkan teknik pendampingan yang efektif bagi ABK 4. Melakukan monitoring dan evaluasi pendampingan ABK

5. Bekerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk kepentingan terbaik bagi ABK.

(7)

3

BAB 2 MEMAHAMI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pengertian ABK Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik dan kebutuhan khusus yang berbeda dari anak-anak pada umumnya tanpa selalu menunjuk pada keterbatasan mental, fisik ataupun emosi. Mereka membutuhkan pendampingan dan layanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau penyimpangan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional dibanding anak pada umumnya. Mereka membutuhkan pelayanan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensinya.

Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus antara lain:

1. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Mereka dikategorikan menjadi tunagrahita ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Ciri-cirinya antara lain perkembangan motorik dan bicara yang terlambat, daya ingat lemah, sulit berkonsentrasi, dan keterbatasan kemampuan akademik.

2. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu dengan gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuskuler dan struktur tulang yang menetap. Bentuk gangguan motoriknya bisa berupa kelumpuhan, kekakuan otot, hingga tidak adanya anggota tubuh. Akibatnya, kemampuan mereka dalam aktivitas sehari-hari dan mobilitas menjadi terbatas.

3. Tunalaras

Tunalaras adalah gangguan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kondisi yang dihadapi. Perilaku mereka cenderung menyimpang dan

(8)

4

melanggar norma sosial seperti agresif, hiperaktif, suka melawan, dll.

Penyebabnya beragam, dari faktor keluarga, lingkungan, trauma, hingga organik.

4. Hambatan Penglihatan

Siswa dengan hambatan penglihatan mengalami gangguan indera penglihatan sehingga mengalami kesulitan dalam belajar melalui indera penglihatan.

Tingkat gangguan penglihatan terbagi menjadi low vision dan blind. Keduanya membutuhkan media dan metode pembelajaran khusus agar materi belajar dapat diakses dengan baik.

5. Hambatan Pendengaran

Siswa dengan hambatan pendengaran memiliki kerusakan atau ketidakberfungsian pada indera pendengarannya. Tingkat hambatan pendengarannya dibagi menjadi tuli dan kurang dengar. Mereka mengalami hambatan dalam berkomunikasi sehingga seringkali menarik diri. Metode pembelajaran bagi mereka harus memanfaatkan indera penerima informasi lain, seperti visual.

6. Autis

Autis adalah gangguan perkembangan saraf yang kompleks. Ciri khasnya adalah keterbatasan dalam berinteraksi dan berkomunikasi serta perilaku yang terbatas, berulang dan stereotip. Mereka cenderung kesulitan memahami perasaan orang lain dan bersosialisasi. Pembelajaran bagi mereka perlu struktur yang jelas dan rutin.

7. ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)

ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) ditandai dengan gejala impulsif, hiperaktif dan kurang mampu memusatkan perhatian. Akibatnya, mereka mudah teralihkan perhatiannya, sulit menyelesaikan tugas, dan terlihat seperti

(9)

5

“tidak bisa diam”. Metode pembelajaran yang efektif bagi ADHD di antaranya demonstrasi langsung, optimalisasi lingkungan kelas dan penguatan positif.

8. Genius

Genius merupakan individu dengan kecerdasan, bakat dan prestasi luar biasa dalam satu bidang. Misalnya matematika, bahasa, seni, atau olahraga. Mereka memiliki IQ, kreativitas dan motivasi di atas rata-rata sebayanya. Pembelajaran untuk genius perlu disesuaikan agar dapat mengoptimalkan bakat dan talenta unggul mereka.

9. Bakat Istimewa

Bakat Istimewa merujuk pada kemampuan unggul dalam bidang seni dan olahraga. Contohnya meliputi bidang musik, lukis, sastra, catur, bulutangkis, sepak bola dan lain sebagainya. Mereka perlu program pengembangan bakat yang memadai dan memungkinkan mereka tampil optimal di bidang keistimewaannya.

Itulah uraian mengenai jenis-jenis anak berkebutuhan khusus beserta karakteristik dan kebutuhan masing-masing. Secara umum, mereka membutuhkan layanan dan perlakuan khusus agar dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki. Pemahaman mendalam tentang kondisi dan keunikan ABK ini penting dilakukan agar kita dapat memberikan dukungan yang tepat bagi mereka.

(10)

6

BAB 3 PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pendampingan belajar merupakan upaya untuk membantu proses belajar anak berkebutuhan khusus agar dapat mengikuti pendidikan secara optimal. Pendamping bertugas untuk memfasilitasi kebutuhan khusus siswa dalam mengakses kurikulum dan lingkungan belajar. Tugas utama pendamping antara lain membantu dalam komunikasi dan interaksi sosial, memotivasi dan membimbing dalam mengerjakan tugas, menjembatani pemahaman antara guru dan siswa, serta mengawasi perilaku dan emosi siswa. Pendamping bertanggungjawab langsung kepada orang tua siswa.

Syarat utama menjadi pendamping ABK adalah memiliki kepedulian, kesabaran dan keahlian khusus. Pendamping harus memahami jenis kebutuhan khusus yang diderita murid beserta karakteristiknya. Pelatihan khusus bidang ABK sangat dianjurkan. Beberapa prinsip dasar dalam pendampingan ABK yaitu menghargai keunikan individu, bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, dan memastikan partisipasi aktif dari siswa. Selain itu, kebutuhan siswa menjadi prioritas utama.

Metode pendampingan ABK harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing siswa. Misalnya, pendamping tunagrahita perlu lebih banyak contoh konkret dan pembiasaan ketrampilan. Sementara autis membutuhkan struktur, rutinitas dan bantuan dalam interaksi sosial. Kompetensi yang harus dimiliki pendamping meliputi, pertama, kompetensi pedagogik seperti memahami psikologi perkembangan ABK, mampu menyusun program pembelajaran individual (PPI), dan terampil dalam teknik modifikasi perilaku.

Kedua, kompetensi kepribadian seperti sabar, telaten, penuh kasih sayang, tegas dan konsisten. Ini diperlukan untuk membangun relasi dan mengelola perilaku siswa. Ketiga kompetensi sosial, seperti interpersonal skill yang baik, kepekaan sosial dan kemampuan bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk keluarga siswa.

Beberapa teknik pendampingan yang dapat dilakukan antara lain prompting (pemberian petunjuk), shaping (pembentukan perilaku), chaining (rangkaian perilaku),

(11)

7

modeling (contoh perilaku), reinforcemen positif (penguatan), scaffolding (pemberian bantuan sedikit demi sedikit) dan lain-lain. Teknik mana yang dipakai disesuaikan kebutuhan masing-masing.

Media pendampingan yang umum digunakan di antaranya media visual seperti gambar, foto dan video untuk memudahkan pemahaman; media audio seperti rekaman suara dan musik; media konkret berupa benda dan alat peraga nyata; serta media interaktif dan game edukatif untuk meningkatkan ketertarikan belajar.

Pendampingan terhadap ABK bisa dilakukan dalam setting individual di rumah maupun kelompok di sekolah reguler yang menerapkan kelas inklusi. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing. Evaluasi kemajuan hasil pendampingan perlu dilakukan secara berkala, misalnya 3 atau 6 bulan sekali. Instrumen evaluasi berupa tes performa tugas, pengamatan perilaku dan wawancara dengan berbagai pihak. Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki kualitas pendampingan selanjutnya. Kerja sama yang baik antara pendamping, guru kelas, konselor, terapis, orang tua dan tenaga ahli sangat diperlukan agar program pendampingan bisa terlaksana secara maksimal, holistik dan berkelanjutan dalam mendukung keberhasilan akademik, sosial dan kemandirian siswa ABK.

Kendala yang mungkin muncul dalam pendampingan siswa ABK di antaranya rendahnya pemahaman stigma masyarakat terhadap ABK, kurangnya tenaga pendamping terlatih, dan program pembelajaran individual yang belum tertata dengan baik. Kendala-kendala ini harus diatasi agar pendampingan bisa berjalan efektif.

(12)

8

BAB 4 TEKNIK PENDAMPINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pendampingan belajar merupakan upaya untuk membantu proses belajar anak berkebutuhan khusus agar dapat mengikuti pendidikan secara optimal. Pendamping bertugas untuk memfasilitasi kebutuhan khusus siswa dalam mengakses kurikulum dan lingkungan belajar. Tugas utama pendamping antara lain membantu dalam komunikasi dan interaksi sosial, memotivasi dan membimbing dalam mengerjakan tugas, menjembatani pemahaman antara guru dan siswa, serta mengawasi perilaku dan emosi siswa. Pendamping bertanggungjawab langsung kepada orang tua siswa.

Syarat utama menjadi pendamping ABK adalah memiliki kepedulian, kesabaran dan keahlian khusus. Pendamping harus memahami jenis kebutuhan khusus yang diderita murid beserta karakteristiknya. Pelatihan khusus bidang ABK sangat dianjurkan. Beberapa prinsip dasar dalam pendampingan ABK yaitu menghargai keunikan individu, bekerja sama dengan berbagai pihak terkait, dan memastikan partisipasi aktif dari siswa. Selain itu, kebutuhan siswa menjadi prioritas utama.

Metode pendampingan ABK harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing siswa. Misalnya, pendamping tunagrahita perlu lebih banyak contoh konkret dan pembiasaan ketrampilan. Sementara autis membutuhkan struktur, rutinitas dan bantuan dalam interaksi sosial. Kompetensi yang harus dimiliki pendamping meliputi, pertama, kompetensi pedagogik seperti memahami psikologi perkembangan ABK, mampu menyusun program pembelajaran individual (PPI), dan terampil dalam teknik modifikasi perilaku. Kedua, kompetensi kepribadian seperti sabar, telaten, penuh kasih sayang, tegas dan konsisten. Ini diperlukan untuk membangun relasi dan mengelola perilaku siswa. Ketiga kompetensi sosial, seperti interpersonal skill yang baik, kepekaan sosial dan kemampuan bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk keluarga siswa. Beberapa teknik pendampingan yang dapat dilakukan antara lain prompting (pemberian petunjuk), shaping (pembentukan perilaku), chaining (rangkaian perilaku), modeling (contoh perilaku), reinforcemen

(13)

9

positif (penguatan), scaffolding (pemberian bantuan sedikit demi sedikit) dan lain-lain.

Teknik mana yang dipakai disesuaikan kebutuhan masing-masing.

Media pendampingan yang umum digunakan di antaranya media visual seperti gambar, foto dan video untuk memudahkan pemahaman; media audio seperti rekaman suara dan musik; media konkret berupa benda dan alat peraga nyata; serta media interaktif dan game edukatif untuk meningkatkan ketertarikan belajar.

Pendampingan terhadap ABK bisa dilakukan dalam setting individual di rumah maupun kelompok di sekolah reguler yang menerapkan kelas inklusi. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing.

Evaluasi kemajuan hasil pendampingan perlu dilakukan secara berkala, misalnya 3 atau 6 bulan sekali. Instrumen evaluasi berupa tes performa tugas, pengamatan perilaku dan wawancara dengan berbagai pihak. Hasil evaluasi digunakan untuk memperbaiki kualitas pendampingan selanjutnya. Kerja sama yang baik antara pendamping, guru kelas, konselor, terapis, orang tua dan tenaga ahli sangat diperlukan agar program pendampingan bisa terlaksana secara maksimal, holistik dan berkelanjutan dalam mendukung keberhasilan akademik, sosial dan kemandirian siswa ABK. Kendala yang mungkin muncul dalam pendampingan siswa ABK di antaranya rendahnya pemahaman stigma masyarakat terhadap ABK, kurangnya tenaga pendamping terlatih, dan program pembelajaran individual yang belum tertata dengan baik. Kendala-kendala ini harus diatasi agar pendampingan bisa berjalan efektif.

(14)

10

BAB 5 EVALUASI PENDAMPINGAN BELAJAR ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Evaluasi merupakan komponen penting dalam pendampingan belajar ABK guna mengukur kemajuan, mendiagnosis hambatan, hingga memperbaiki program pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh, berkala dan berkelanjutan.

Prinsip evaluasi pendampingan ABK antara lain berorientasi pada kebutuhan individual, menggunakan penilaian otentik, mengedepankan partisipasi aktif siswa, hingga melibatkan kerja sama berbagai pihak secara kolaboratif.

Tujuan evaluasi pendampingan mencakup:

1. Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi akademik dan sosial siswa.

2. Mengidentifikasi hambatan dan kesulitan belajar yang dialami.

3. Menilai efektivitas metode dan media pendampingan yang digunakan.

4. Memberi umpan balik dan arahan perbaikan layanan pendampingan selanjutnya.

Ruang lingkup evaluasi meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang tercakup dalam program pembelajaran individual siswa. Evaluasi menyeluruh pada semua aspek perkembangan.

Prosedur pelaksanaan evaluasi dimulai dari:

1. Menyusun kisi-kisi dan instrumen.

2. Melakukan observasi dan pengukuran performa.

3. Pengumpulan hasil kerja, tugas mandiri dan unjuk kerja siswa.

4. Wawancara dan penyebaran angket ke berbagai pihak.

5. Analisis hasil evaluasi.

6. Penyusunan program tindak lanjut pasca-evaluasi.

(15)

11

Kriteria keberhasilan atau indikator capaian standar dibuat secara spesifik, terukur, achievable dan time-bound sesuai kondisi baseline siswa. Kriteria keberhasilan harus realistis namun menantang.

Instrumen evaluasi pendampingan beragam sesuai tujuan dan kebutuhan pengukurannya. Beberapa contoh instrumen antara lain:

1. Tes tulis dan lisan untuk mengukur aspek kognitif pengetahuan akademik.

2. Penugasan proyek dan penilaian produk untuk keterampilan psikomotor.

3. Pengamatan dan skala sikap untuk ranah afektif.

4. Rekaman video interaksi untuk mengamati perilaku dan kemajuan sosial emosional.

5. Wawancara dan angket orang tua, guru dan siswa itu sendiri.

Pelaksana evaluator bisa melibatkan pendamping sendiri, guru, konselor sekolah, psikolog, terapis, orang tua siswa dan akademisi ABK dari perguruan tinggi mitra. Kerja sama multi-disiplin ini sangat diperlukan.

Pengolahan dan analisis data hasil evaluasi dilakukan secara kuantitatif berdasarkan besaran angka capaian target yang diperoleh dan kualitatif berdasarkan deskripsi interpretatif pencapaian perkembangan dan hambatan yang muncul.

Evaluasi berbasis kuantitatif lebih umum dipakai untuk ranah akademik, sementara kualitatif cocok untuk mengevaluasi perkembangan sosial, perilaku adaptif dan kemandirian. Gabungan keduanya dianjurkan.

Hasil evaluasi bermanfaat sebagai umpan balik program pendampingan dan penyusunan intervensi lanjutan. Misalnya perbaikan strategi pendampingan, modifikasi lingkungan belajar, konseling bagi siswa dan orang tua, hingga adaptasi kurikulum dan standar kelulusan.

(16)

12

Laporan hasil evaluasi harus disampaikan ke berbagai pihak terkait seperti kepala sekolah, dinas pendidikan, lembaga sertifikasi kompetensi dan instansi pembuat kebijakan terkait layanan ABK agar bisa ditindaklanjuti semestinya.

Tantangan evaluasi pendampingan ABK di antaranya pembuatan instrumen penilaian yang reliabel dan valid untuk beragam jenis hambatan siswa, objektivitas hasil evaluasi yang dipengaruhi subjektivitas evaluator, serta kurangnya tenaga dan dana bagi evaluasi menyeluruh dan berkelanjutan. Solusinya antara lain pelatihan psiko-diagnostik ABK, supervisi proses evaluasi, dan alokasi anggaran khusus.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi anak berkebutuhan khusus dengan prestasi belajar matematika. Populasi dalam penelitian ini

Kebutuhan bimbingan dan konseling adalah agar anak berkebutuhan khusus perlu menemukan konsep diri, memfasilitasi penyesuaian diri terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) prevalensi anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Wonogiri tahun 2012, (2) klasifikasi anak berkebutuhan khusus berdasarkan

Seperti motivasi belajar yang terjadi pada siswa dengan kebutuhan khusus, pada dasarnya siswa berkebutuhan khusus memiliki rasa rendah diri, semangat dan motivasi yang rendah

Pembahasan pelaksanaan pendidikan inklusif dalam meningkatkan pengetahuan ABK anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Nganjuk dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek yaitu: Kategori

Menjamin setiap anak berkelainan dan anak anak berkebutuhan berkebutuhan khusus lainnya lainnya sebagai individu yang bermartabat, untuk mendapatkan perlakuan yang manusiawi, pendidikan

Materi perkuliahan Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang membahas tentang definisi, klasifikasi, penyebab, dan pencegahan tunarungu dan gangguan

Petunjuk konsep pendidikan bagi anak berkebutuhan