• Tidak ada hasil yang ditemukan

Assalamu`alaikum wa Rahmatullahi wa Barokatuh

N/A
N/A
Trisanet Mutiara

Academic year: 2023

Membagikan "Assalamu`alaikum wa Rahmatullahi wa Barokatuh"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum wa Rahmatullahi wa Barokatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa`atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “MALNUTRISI PADA ANAK”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing saya dalam menyusun makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

BAB II...2

A. Definisi...2

B. Etiologi...2

C. Manifestasi klinis...3

D. Patofisiologi...3

E. Klasifikasi...4

F. Tanda dan Gejala...5

G. Gambaran Klinis...6

H. Pemeriksaan Diagnostik...7

BAB III...8

A. Pengkajian Keperawatan...8

B. Diagnosis/Masalah Keperawatan...9

C. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan...10

D. Implementasi/Tindakan Keperawatan...11

E. Evaluasi...13

BAB IV...14

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung (immediate cause), penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).

Di Indonesia, penderita Malnutrisi terdapat di kalangan ibu dan masyarakat yang kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala Malnutrisi dianggap kondisi “biasa” dan dianggap sepele oleh orang tuanya. Masyarakat di Indonesia, para ibunya berpendapat bahwa anak yang buncit perutnya bukan kekurangan nutrisi, melainkan karena penyakit cacingan.

Kematian akibat Malnutrisi dapat disebabkan oleh kurangnya asupan makanan yang mengakibatkan kurangnya jumlah makanan yang diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian makanan yang salah. Selain itu juga karena adanya penyakit, terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Malnutrisi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan kurang nutrisi, terutama energi dan protein. Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.

B. Etiologi

Malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup, informasi teknik pemberian makan yang tidak cukup atau hiegene jelek.

Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka yang hubungan orang tua-anak terganggu dan anak dari keluarga sosial ekonomi rendah, atau karena kelainan metabolik atau malformasi congenital. Gangguan berat pada sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.

Walaupun defisiensi kalori dan nutrient lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein seperti pada penyakit hati kronik.

Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini terutama berada di daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti “anak tersingkirkan”, yaitu anak yang tidak lagi

(5)

mengisap; dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.

C. Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan dan kekurangan energi 2. Pusing

3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan infeksi)

4. Kulit yang kering dan bersisik 5. Gusi bengkak dan berdarah 6. Gigi yang membusuk

7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat 8. Berat badan kurang

9. Pertumbuhan yang lambat 10. Kelemahan pada otot 11. Perut kembung

12. Tulang yang mudah patah

13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh.

D. Patofisiologi

Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel.

Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan akhirnya menyebabkan asites, gangguan mata, kulit, dan lain-lain. Penyakit kwashiorkor umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang rendah karena tidak mampu membeli bahan makanan yang mengandung protein hewani (seperti daging, telur, hati, susu, dsb.). Sebenarnya protein nabati yang terdapat pada kedelai,

(6)

kacang-kacangan juga dapat menghindarkan kekurangan protein tersebut apabila diberikan, tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak menderita defisiensi protein ini. Kwashiorkor biasanya dijumpai pada anak dengan golongan umur tertentu, yaitu bayi pada masa disapih dan anak prasekolah (balita), karena pada umur ini relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya. Walaupun defisiensi protein menjadi penyebab utama penyakit ini, namun selalu disertai defisiensi berbagai nutrient lainnya. Pada kwashiorkor yang klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.

Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga kemudian timbul edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein beta hingga transport lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan terjadi akumulasi lemak dalam hepar.

E. Klasifikasi

Kurang Energi Protein, secara umum dibedakan menjadi marasmus dan kwashiorkor.

1. Marasmus

Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :

a. Intake kalori yang sedikit.

b. Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.

c. Kelainan struktur bawaan.

d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonates

e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan f. Gangguan metabolism.

(7)

g. Tumor hipotalamus.

h. Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.

i. Urbanisasi.

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori.

Penyebabnya adalah :

a. Intake protein yang buruk.

b. Infeksi suatu penyakit.

c. Masalah penyapihan.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO :

Klasifikasi IMT (kg/ m2)

Malnutrisi berat < 16,0

Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7

Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5

Berat badan normal 18,5 – 22,9

Berat badan kurang ≥ 23

Dengan resiko 23 – 24,9

Obes I 25 – 29,9

Obes II ≥ 30

F. Tanda dan Gejala

Baik pasien dengan kurang gizi maupun gizi buruk, hampir selalu disertai defisiensi nutrient lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul bergantung pada jenis nutrient yang kurang di dalam dietnya, seperti :

1. Kekurangan vitamin A, akan menderita defisiensi vitamin A (xeroftalmia).

Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Xeroftalmia berlanjut menjadi keratomalasia (buta).

2. Defisiensi vitamin B1 (tiamin) disebut atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1 menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental, dan jantung.

(8)

3. Defisiensi vitamin B2 atau ariboflavinosis. Vitamin B2 atau riboflavin berfungsi sebagai koenzim pernapasan.

Kekurangan vitamin B2 menimbulkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut), glositis, kelainan kulit dan mata.

4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.

5. Defisiensi vitamin B12 dapat terjadi anemia pernisiosa. Vitamin B12 dianggap sebagai komponen antianemia dalam faktor ekstrinsik.

6. Defisiensi asam folat akan menyebabkan timbulnya anemia makrositik megaloblastik, granulositopenia, dan trombositopenia.

7. Defisiensi vitamin C menyebabkan skorbut (scurvy). Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblast karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intrasel. Kekurangan vitamin C akan mengganggu integrasi dinding kapiler. Vitamin C diperlukan pula pada proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang, dan dentin. Vitamin C mempunyai peranan penting dalam respirasi jaringan.

8. Defisiensi mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, zat besi, dengan segala akibatnya missal osteoporosis tulang dan anemia, yang paling serius adalah kekurangan yodium karena dapat menyebabkan gondok (goiter) yang merugikan tumbuh kembang anak.

G. Gambaran Klinis

Gambaran klinis anak penderita malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan terganggu, berat dan tinggi badan kurang dibandingkan dengan anak normal.

2. Perubahan mental (cengeng dan apatis).

3. Edema ringan maupun berat.

4. Gejala gastrointestinal, seperti anoreksia kadang hebat sehingga berbagai makanan ditolak. Makanan hanya dapat diberikan melalui sonde.

5. Terkadang makanan yang sudah masuk dimuntahkan kembali. Diare hampir selalu ada. Hal tersebut mungkin karena adanya gangguan fungsi hati, pancreas, dan usus. Sering terjadi intoleransi susu sehingga pemberian susu menyebabkan diare bertambah.

(9)

6. Perubahan rambut, sering dijumpai baik bentuk bangun maupun warna. Khas pada pasien kwashiorkor, rambut kepala mudah dicabut, tampak kusam, kering, halus, jarang, dan berubah warnanya menjadi putih. Tetapi pada bulu mata lebih panjang dari anak normal.

7. Kulit pasien biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih dalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan bersisik. Yang khas untuk penyakit kwashiorkor yaitu crazy pavement dermatosis berupa bercak- bercak putih merah muda dengan tepi hitam yang ditemukan pada bagian tubuh yang sering tertekan, misalnya di bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, dan lipat paha.

8. Pembesaran hati , kadang-kadang batas hati setinggi pusat. Hati teraba kenyal, permukaannya licin dan tepinya tajam. Pada hati yang membesar terdapat perlemakan hebat begitupun hati yang tidak membesar.

9. Anemia; bila pasien menderita cacingan, anemia lebih menjadi berat. Jenis anemia pada pasien kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom, jumlah sel sistim eritropoietik berkurang dalam sumsum tulang. Hypoplasia atau aplasia sumsum tulang ini disebabkan oleh defisiensi protein dan infeksi yang menahun, defisiensi zat besi, kerusakan hati, insufisiensi hormon, dan sebagainya.

10. Kelainan kimia darah; kadar albumin serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit meninggi, sehingga perbandingan albumin/globulin terbalik kurang dari 1.

Kadar kolestrerol serum rendah.

11. Pada biopsy hati ditemukan perlemakan yang kadang-kadang demikian hebat, hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak besar, sering ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, dan infiltrasi sel mononukleus.

12. Hasil autopsy pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, dan sebagainya.

H. Pemeriksaan Diagnostik

Pada data laboratorium penurunan albumin serum merupakan perubahan yang paling khas. Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang pada stadium akhir.Harga glukosa darah rendah, tetapi kurva toleransi glukosa dapat bertipe diabetic.

(10)
(11)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan

Data-data yang perlu dikaji adalah data-data yang didapatkan pada anak berkaitan dengan malnutrisi (khas), sebagai berikut.

1. Anamnesa : a. Identitas.

b. Keluhan utama.

c. Riwayat kesehatan sekarang.

d. Riwayat kesehatan yang lalu.

e. Riwayat kesehatan keluarga.

2. Pemeriksaan fisik :

a. Pada anak penderita kwashiorkor ditemukan keluhan dan gejala, yaitu : 1) Muka sembab.

2) Letargi.

3) Edema.

4) Warna rambut pirang seperti rambut jagung.

5) Alopesia (botak).

6) Anoreksia (kurang nafsu makan).

7) Anemia (anemis).

8) Apatis.

9) Gagal tumbuh.

10) Pada pemeriksaan antropometri, berat badan dan tinggi badan mengalami keterlambatan.

11) Jaringan otot mengecil (atrofi).

12) Jaringan subkutan tipis dan lembut.

13) Kulit bersisik.

b. Pada anak penderita marasmus ditemukan keluhan dan gejala, yaitu :

(12)

1) Kurus (perubahan berat badan).

2) Tampak seperti orang tua (old face).

3) Letargi.

4) Ubun-ubun cekung pada bayi.

5) Malaise.

6) Asites.

7) Apatis dan kelaparan.

8) Pada pemeriksaan antropometri status gizi kurang.

9) Turgor kulit rusak.

10) Kulit berkeriput.

11) Jaringan subkutan hilang.

3. Penunjang diagnosis; pemeriksaan yang sering dilakukan adalah : a. Pemeriksaan darah, umumnya didapatkan hasil :

1) Hb dan eritrosit menurun.

2) Leukosit normal, menurun, atau meningkat.

3) Kadar albumin rendah.

4) Kadar glukosa darah rendah.

5) Kadar kolesterol serum rendah.

b. Pemeriksaan urin, umumnya didapatkan hasil : 1) Berat jenis urin.

2) pH urin.

3) Ketonuria.

4) Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin turun.

c. Pemeriksaan Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien.

B. Diagnosis/Masalah Keperawatan

Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein (kwashiorkor dan marasmus) antara lain :

1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan).

2. Kurang volume cairan.

3. Gangguan integritas kulit.

4. Risiko infeksi.

(13)

5. Kurang pengetahuan.

C. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan 1. Kurang Nutrisi (Kurang Dari Kebutuhan)

Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi energi dan protein (kwashiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan menurun yang juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya enzim yang diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga adanya atrofi vili usus sehingga dapat mengganggu proses penyerapan. Tujuan rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) agar proses metabolisme dalam tubuh kembali normal..

2. Kurang Volume Cairan

Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan karena kemampuan proses penyerapan yang kurang dan berkembang biaknya flora usus yang selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, rencana tindakan yang dapat dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi. Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.

3. Gangguan Integritas Kulit

Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan zat gizi zeperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi kerusakan pada kulit, sangat mudah lecet. Untuk mengatasi masalah tersebut, integritas kulit perlu ditingkatkan. Peningkatannya dapat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.

4. Risiko Infeksi

Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein karena penurunan daya tahan tubuh khususnya sistem kekebalan seluler, mengingat

(14)

kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti bronkopneumonia, dan tuberculosis.

5. Kurang Pengetahuan

Masalah kurang pengetahuan pada anak dengan malnutrisi energi protein ini banyak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan sosial ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya informasi tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang.

Untuk itu, rencana keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan keluarga.

D. Implementasi/Tindakan Keperawatan

1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan), tindakan yang dilakukan :

a. Lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/

hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/ hari pada marasmus.

b. Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein (160- 175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan mineral dan vitamin.

c. Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low lactose milk-llm) dengan cara 1/3 llm ditambah glukosa 10% tiap 100 ml susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari kemudian, pada hari berikutnya 2/3.

d. Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.

e. Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan nutrisi;

seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan tanda vital.

2. Kurang volume cairan, tindakan yang dilakukan :

(15)

a. Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi.

b. Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan keluaran, dengan cara mengukur berat jenis urin.

c. Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.

d. Berikan penjelasan terhadap makanan yang dianjurkan untuk membantu proses penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin, dan mineral.

e. Lihat pengelolaan diare.

3. Gangguan integritas kulit, tindakan yang dilakukan :

a. Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan dua kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti pakaian.

Keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).

b. Lakukan pergantian posisi tidur setiap 2-3 jam dengan dan lakukan pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan alat matras yang lembut.

c. Berikan suplemen vitamin.

d. Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit.

e. Monitor keutuhan kulit setia 6-8 jam.

4. Risiko infeksi, tindakan yang dilakukan :

a. Gunakan standar kehati-hatian umum (universal precaution) seperti dalam mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan menghindarkan anak dari penyakit infeksi.

b. Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi.

c. Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi, seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit, atau tanda infeksi lainnya.

5. Kurang pengetahuan, tindakan yang dilakukan :

a. Ajarkan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi yang seimbang dengan mendemonstrasikan atau memberikan contoh bahan makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan pengganti

(16)

protein hewani apabila dirasakan mahal, seperti tempe, tahu, atau makanan yang dibuat dari kacang-kacangan.

b. Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status gizi dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut.

1. Masalah kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) teratasi ditandai dengan proses metabolisme dalam tubuh kembali normal.

2. Peningkatan hidrasi ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jumlah serta berat jenis urin kembali normal.

3. Integritas kulit meningkat ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak kering, dan elastisitasnya normal.

4. Risiko infeksi berkurang atau tidak ada sama sekali ditandai dengan peningkatan daya tahan tubuh.

5. Meningkatnya pengetahuan keluarga tentang malnutrisi, cara pencegahan, dan cara mengatasinya.

(17)

BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

Bayi dan Anak-anak mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah satu indicator yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat penting dalam pemenuhan nutrisi bayi dan anak-anak terutama di Rumah Sakit.

Setiap orang harus makan. Makanan merupakan bagian yang paling penting dalam kehidupan sebagian bayi dan anak-anak saat bersantap menjadi bagian penting yang dialami bayi dan anak-anak setiap harinya.

Referensi

Dokumen terkait

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan ditandai. dengan BB menurun 3 kg, KGD sewaktu

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake (masukan nutrisi) yang.. tidak adekuat ditandai dengan nafsu makan berkurang dan nyeri

Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan. Resiko tinggi infeksi berhubungan

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak adekuat (nafsu makan berkurang) Pasien mendapat nutrisi yang adekuat.. Kriteria

Tujuan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi setelah dilakukan asuhan keperawatan selam 3 kali 24 jam, kriteria hasil : nafsu makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Anorexia / Mual, Muntah ditandai dengan, ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan, ibu

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang minat pada makanan ditandai dengan Ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, awal 1 porsi,

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan