• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 & BAB II PKP DIAN DESI 857457372

N/A
N/A
Dian Desi

Academic year: 2023

Membagikan "BAB 1 & BAB II PKP DIAN DESI 857457372"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan tuntuntan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi- tingginya. (Ki Hajar Dewantara). Seiring dengan perkembangan zaman dan arus globalisasi, dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang cukup rumit dan beragam. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik formal maupun non formal.

Permasalahan tersebut tentu saja akan menghambat dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif. Oleh karena itu, mutu pendidikan harus ditingkatkan melalui berbagai upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan prestasi belajar kepadasiswa di sekolah, karena prestasi belajar merupakan salah satu indikator dari mutu belajar.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menjelaskan tentang Sistem Pendidikan,yaitu: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi dari pendidikan adalah untuk membentuk watak manusia yang cakap, kreatif, mandiri dan berkarakter.

Tujuan pendidikan tersebut akan tercapai apabila seluruh masyarakat terutama tenaga pendidik selalu berupaya meningkatkan suatu pendidikan yang berkualitas melalui peningkatan inovasi model-model pembelajaran yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berkualitas wajib dilaksanakan oleh seorang guru, bagaimana seorang guru mampu menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Proses pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, dapat menghambat kemampuan belajar siswa dalam pemecahan setiap masalah, sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran.

(2)

Model pembelajaran di SD sebaiknya menunjukkan suasana pembelajaran yang variatif, menyenangkan dan tidak membosankan, suasana pembelajaran tersebut dapat terbentuk apabila dalam proses pembelajaran terdapat unsur permainan yang menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa. Hal ini sejalan dengan teori Piaget dalam Dimyati dkk (2009:14) yang menjelaskan bahwasiswa usia SD yakni pada usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda- benda yang bersifat konkrit. Suasana tersebut akan membantu siswa dalam memahami konsep yang dipelajari dan pada akhirnya dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Menurut Heruman (2007: 2) matematika juga dikenal sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Matematika perlu diberikan kepada semuasiswa mulai dari sekolah dasar untuk membekalisiswa agar memiliki kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan karakter dan kemampuansiswa dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan. Sejalan dengan tujuan pada mata pelajaran Matematika di SD menurut Depdiknas (2007:42 ), yaitu:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat dan efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.”

(3)

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika,siswa diharapkan dapat memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran dan guru harus menciptakan suatu proses pembelajaran yang inovatif.

Berdasarkan hasil pengamatan pada hari Senin 14 Oktober 2023, pembelajaran matematika Kelas IV SDN Lojikobong II Kec.Sumberjaya Kab.Majalengka menunjukkan bahwa: (1) Proses pembelajaran hanya fokus pada penugasan, yaitu meminta siswa mengerjakan soal-soal yang terdapat pada buku pelajaran. Hal ini terlihat setelah guru menerangkan materi pelajaran,siswa diberi latihan berupa soal- soal; (2) Siswa kurang dilatih dalam memahami konsep dan berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan, Hal ini terlihat dari hanya siswa tertentu yang menyimak dengan baik, sepertisiswa yang duduk di barisan depan saja yang aktif di kelas. Ada juga siswa yang kurang menunjukkan antusias selama pembelajaran berlangsung. Ada sebagian siswa yang asyik bermain dengan alat tulisnya, ada siswa yang bercanda dengan teman sebangkunya; (3) Jarangnya diadakan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah; dan (4) Siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Hal ini terlihat dari pandangan yang tidak menatap ke depan dan kecilnya suara ketika menyampaikan pendapat.

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993 dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Lebih lanjut Kagan menjelaskan, model pembelajaran Number Head Together (NHT) ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran numbered Number Head Together (NHT) pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut.

(4)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka, peneliti dan guru kelas IV berdiskusi dan bekerjasama untuk memperbaiki proses pembelajaran Matematika di Kelas IV SDN Lojikobong II Kec.Sumberjaya Kab.Majalengka. Peneliti menawarkan solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika di kelas IV dengan menerapkan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT). Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk pelajaran Matematika. Model pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang menantang dan menarik.

Tugas guru dalam hal ini adalah mengajukan masalah; memfasilitasi penyelidikan dan dialogsiswa; mendukung belajar siswa ; membimbing, mendorong, dan mengarahkansiswa (berulang- ulang) untuk mengajukan pertanyaan (masalah), mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri (Trianto, 2011: 71).

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasikan masalah yang timbul dalam kelas yaitu:

a. Banyak guru yang cemas terhadap hasil Ujian Sekolah terutama pada mata pelajaran matematika karena rendahnya keterampilan operasi hitung siswa.

b. Keaktifan siswa yang rendah dalam mengikuti pembelajaran matematika.

c. Kemampuan bekerjasama siswa yang rendah.

d. Kemandirian siswa dalam belajar masih rendah.

2. Analisis Masalah

Pada awalnya mungkin guru bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu guru tidak mesti memulai dengan masalah. Setelah penulis mengidentifikasi masalah yang ada dalam pelajaran matematika, maka penulis dapat merumuskan analisis masalah sebagai berikut :

a. Guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga kondisi kelas tidak kondusif, siswa merasa tidak nyaman ketika pembelajaran berlangsung.

(5)

b. Metode yang digunakan oleh guru kurang tepat karena terlalu banyak ceramah mengakibatkan pembelajaran menoton dan membosankan c. Guru kurang menguasai materi sehingga kurang percaya diri, dan

pelajaran

hanya tertuju kepada siswa yang aktif saja.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Adapun alternatif yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan kelas adalah

dengan menggunakan metode yang tepat, maka penulis merencanakan melakukan

perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan mencoba

mengimplementasikan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN Lojikobong II Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka pada materi “Bilangan Cacah”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat rumusan masalah yakni “Apakah penerapan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivita ssiswa dalam Pembelajaran Matematika di Kelas IV SDN Lojikobong II ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran Matematika siswa Kelas IV SDN Lojikobong II dengan menggunakan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT).

(6)

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together (NHT). untuk Meningkatkan Aktivitas siswa dalam Pembelajaran Matematika (Penelitian Tindakan Kelas Matematika Kelas IV SDN Lojikobong II, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai upaya untuk memperkaya ilmu pengetahuan dibidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan yang penting bagi para peneliti di bidang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari tiga aspek yaitu :

a. Bagi guru, hasil penelitian dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan memberikan informasi tentang alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas yaitu model pembelajaran berbasis masalah.

b. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran pada mata pelajaran Matematika.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk menentukan kebijakan bidang pendidikan, terutama berhubungan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

d. Bagi peneliti, Bertambahnya pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam merencanakan pembelajaran Matematika untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di Kelas IV SDN Lojikobong II dengan menerapkan model pembelajaran Number Head Together (NHT) dan dapat mengetahui masalah–masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran.

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

Kajian teori ini merupakan uraian dari berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mendukung pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Pembahasan teori tersebut mengkaji Metode Number Head Together (NHT) dan hasil belajar matematika.

1. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Bilangan

2) Geometri dan pengukuran 3) Pengolahan data.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Nasional tujuan pembelajaran Matematika di SD adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(8)

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar.

Matematika juga termasuk salah satu dari tiga mata pelajaran yang setiap tahun diujikan secara nasional dalam Ujian Nasional. Dengan demikian tanpa mengesampingkan mata pelajaran yang lain, Matematika termasuk salah satu mata pelajaran yang membutuhkan perhatian khusus.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penyusunan materi pelajaran diserahkan sepenuhnya kepada satuan pendidikan, dalam hal ini sekolah. Tujuannya agar materi yang disusun akan lebih dapat dipahami oleh siswa karena keberadaannya dekat dengan siswa. Lebih jauh lagi, dengan materi yang dekat dengan siswa diharapkan pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan menyenangkan. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Pada hakekatnya pembelajaran matematika di sekolah adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan matematika dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika (Nyimas Aisyah, dkk 2007:

1-4).

Pelaksanaan pembelajaran matematika dimulai dari yang sederhana ke kompleks, jika konsep-konsep awal tidak dipahami oleh siswa sebelumnya, dimungkinkan pemahaman konsep- konsep itu sulit untuk dilanjutkan. Berdasarkan struktur kognitif, materi pokok harus disusun menurut urutan tingkat kesukaran yang logis, dan didasarkan atas pengalaman belajar sebelumnya.

Menurut Bruner dalam Marsudi Raharjo (2011: 22) menyatakan beberapa teorinya sebagai berikut.

1) Enactive: kongkrit (obyek sesungguhnya) Dalam pembelajaran matematika dapat berupa bermain peran memperagakan konsep-konsep matematika tertentu (peragaan kongkrit).

(9)

2) Econic: semi kongkrit (obyek sesungguhnya diganti gambar) Dalam pembelajaran matematika, dalam hal ini pembelajaran soal cerita, kalimat cerita dapat ditulis di atas gambar peragaan dan kalimat matematika yang bersesuaian ditulis di bawah gambar peragaan.

Tujuannya agar siswa dapat menghubungkan sekaligus tiga hal kalimat sehari-hari yang berkaitan dengan masalah matematika, gambaran kerangka berfikir untuk membayangkan susunan obyek-obyeknya, dan bilangan dan operasinya yang bersesuaian.

3) Symbolic: abstrak Ditulis dalam bentuk lambang-lambang saja yang hanya berupa hurufhuruf, angka-angka, lambang-lambang operasi hitung (+, -, ×, :), dan relasi (>, <,

≥, ≤, =).

Pelajaran/materi pokok haruslah “meaningful” artinya bahan pelajaran haruslah mempunyai arti, cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain materi pokok baru haruslah ditanamkan konsep- konsepnya, kemudian dipahamkan konsep- konsep itu dengan beberapa latihan soal termasuk didalamnya soal uraian, baru pembinaan keterampilannya melalui drill, menghafal, permainan dan sebagainya. Jika ke tiga dari konsep itu ditinggalkan maka siswa akan menjumpai kesulitan-kesulitan, sebab konsep-konsep awal bila belum dipahami oleh siswa belum dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang hampir sama dengan materi pokok yang dipelajarinya.

Permainan matematika adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat menciptakan suasana penuh makna dapat dinikmati oleh seluruh siswa. Permainan yang diciptakan seharusnya:

1. dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain

2. dapat diciptakan suasana saling berkompetisi

3. dapat memahami konsep-konsep, dan prinsip-prinsip matematikayang telah dipelajari

4. dapat menciptaka suasana yang menyenangkan 5. mudah dilaksanakan

6. alokasi waktu yang dibutuhkan sesuai dengan alokasi tatap muka (2 jam), dan lain-lain. ( Muchtar A, Karim (1999 : 2))

(10)

Permainan matematika bukan sekedar untuk bermain-main saja, tetapi melalui permainan matematika konsep dapat diingat lebih baik. Di dalam belajar matematika diperlukan ingatan, jika siswa harus menyelesaikan suatu masalah. Permainan matematika yang sering dilakukan akan melekat di otak.

2. METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) a. Pengertian Metode Number Head Together (NHT)

Number Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Sedangkan menurut Trianto, (2011:62) Pembelajaran Number Head Together (NHT) atau penomeran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.

Berbeda dengan Trianto,Anggraini (2012:21) menerangkan pembelajaran ini mempunyai karakteristik utama yaitu guru menunjuk satu siswa untuk mewakili kelompok, sebelumnya guru tidak memberi tahu siapa yang akan mewakili kelompok. Sedangkan Huda (2011: 3) menyatakan bahwa model Number Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan dapat meningkatkan kerjasama siswa.

b. Sintak model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Ibrahim (dalam Hobri 2009:62) ada empat sintak yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran Number Head Together (NHT) yaitu : 1. Penomoran

Penomoran adalah hal yang utama di dalam Number Head Together (NHT), dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

(11)

2. Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.

3. Berpikir bersama

Setiap kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan tiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.

4. Menjawab pertanyaan

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomor- nya sama melaporkan hasil kerjasama kelompoknya untuk seluruh kelas. Pada sesi ini siswa tidak diperbolehkan lagi berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Hal ini dilakukan agar siswa lebih termotivasi untuk berpartisipasi ketika diskusi.

Dari keempat sintak tersebut diatas dapat dikembangkan menjadi enam sintak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Keenam sintak tersebut dapat dilihat yaitu :

1. Persiapan

Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat rancangan program pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT).

2. Pembentukan kelompok

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian membagikan nomer kepada setiap siswa dalam kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan Guru membagikan pertanyaan berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok. Kemudian masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan pertanyaan tersebut secara bersama-sama.

4. Diskusi masalah

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari.

Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

(12)

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

c. Manfaat Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran Number Head Together (NHT) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah: Rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih tinggi.

d. Tujuan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran Number Head Together (NHT) yaitu :

a. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

b. Pengakuan adanya keragaman : Bertujuan agar siswa dapat menerima teman- temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

c. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan metode Number Head Together (NHT) adalah proses pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah.

(13)

e. Kelebihan dan Kelemahan Metode Number Head Together (NHT) a. Kelebihan Metode Number Head Together (NHT)

i. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

ii. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

iii. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.

iv. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.

b. Kelemahan Metode Number Head Together (NHT)

i. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

ii. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

iii. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda- beda serta membutuhkan waktu khusus

f. Hakikat Pemahaman

Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.

Menurut Benyamin S. Bloom, “pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa haus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide tersebut secara mendalam”. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya mengubah, mempertahankan, membedakan. Sedangkan pemahaman menurut kamus linguistik, adalah suatu proses mental dimana pendengar dapat menyerap bunyi yang diucapkan pembicara dan memakainya untuk membangun suatu penafsiran tantang apa yang dimaksud oleh pembicara.

(14)

Hal itu berarti menuntut daya serap dan daya dengar seseorang agar informasi yang disampaikan tepat guna. Seseorang dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya dengan menggunakan kalimatnya sendiri. Siswa tidak lagi menghafal informasi yang diperolehnya, melainkan harus dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut.

Mengajarkan suatu konsep dapat dilakukan dengan memperkenalkan kepada siswa kata-kata kunci untuk digunakan dalam membicarakan mengenai konsep- konsep tersebut dan memeriksa apakah siswa telah membiasakan diri Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antar informasi baru dengan informasi yang telahada pada struktur kognitif siswa.

Penyajian konsep yang umum perlu dilakukan sebelum penjelasan yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat keterkaitan antara informasi yang telah ada dengan informasi yang baru diterima pada struktur kognitif siswa. Indikator pemahaman konsep menurut Benyamin S. Bloom sebagai berikut:

1. Penerjemahan (translation),

Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model. Misalnya dari lambang ke arti. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi, dan menjelaskan kembali.

2. Penafsiran (interpretation)

Penafsiran (Interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan, menjelaskan, dan menggambarkan.

3. Ekstrapolasi (extrapolation).

Ekstrapolasi (extrapolation), yaitu menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan dan mengisi.

(15)

Sedangkan indikator pemahaman menurut Kenneth D. Moore:

“Menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasikan, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan (diantara dua), mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat dan menjelaskan. Penanaman konsep, teorema, dalil, dan rumus-rumus matematika dapat terwujud dengan baik jika para siswa dapat memusatkan perhatiannya terhadap materi ajar yang dipelajari serta selalu melakukan penguatan melalui latihan yang teratur.

Sehingga apa yang telah dipelajari dapat dikuasai dengan baik dan dapat digunakan untuk mempelajari materi selanjutnya. Didalam penelitian ini merujuk pada pemahaman menurut Benyamin S. Bloom, yakni penerjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi sebagai definisi operasionalnya adalah:

a. Translasi, adalah mendefinisi ulang sebuah konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif.

b. Interpretasi, adalah memberikan penjelasan terhadap sebuah konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

c. Ekstrapolasi, adalah memberi kesimpulan atas konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif dengan bahasa sendiri.

B. PENELITIAN TERDAHULU

Terdapat beberapa penelitian telah menerapkan Metode NHT dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika, diantarnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2020), Mira (2021), Indri (2022). Ketiga penelitian tersebut meneliti Metode NHT dalam pembelajaran Matematika di SD. Penelitian yang dilakukan oleh Mira (2020) pada siswa kelas IV SDN Bongas Kulon III Sumberjaya-Majalengka dalam materi pekalian &

pembagian bilangan bulat. Mira (2021) pada siswa Kelas III SDN Lojikobong I Sumberjaya- Majalengka pada materi bilangan pecahan. Indri (2022), dalam penelitiannya pada siswa kelas 4 SDN Cidenok II Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka pada materi operasi hitung bilangan bulat.

Ketiga penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Metode NHT berhasil meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada jenjang SD. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini juga akan memilih Metode NHT untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika pada kelas IV SDN Lojikobong II sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar.

(16)

Meskipun demikian, penelitian ini dilakukan pada tempat dan subjek yang berbeda, yaitu siswa kelas IV SDN Lojikobong II. Selain itu materi yang digunakan dalam penelitian ini juga berbeda yaitu mengidentifikasi Operasi Hitung Bilangan Cacah.

C. KERANGKA BERFIKIR

Penelitian ini dilakukan karena hasil belajar matematika siswa masih di bawah KKM yang ditentukan sekolah, oleh karena itu peneliti ingin menggunakan Metode NHT untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Kerangka berpikir disusun untuk merancang alur proses pembelajaran yang telah dibagi menjadi kondisi awal dan tindakan. Adapun kerangaka berpikir dalam penelitian ini adalah kondisi awal guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang bersifat abstrak tanpa dimulai dengan benda konkret. Menurut Piaget siswa SD pada tahap ini masuk dalam fase operasional konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra, sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan Metode NHT, di mana dalam Metode NHT ini Guru lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas yang berlangsung secara interaktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan melalui bagan pada Gambar 1.

(17)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

D. HIPOTESA DAN TINDAKAN

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menerapkan Metode NHT dalam pembelajaran matematika kelas IV SDN Lojikobong II 2. Penggunaan Metode Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas IV SDN Lojikobong II Tahun Ajaran 2023/2024.

Kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Hasil belajar matematika siswa masih rendah

Kondisi Awal Tindakan

Guru menggunakan pendekatan

pembelajaran yang bersifat abstrak Guru menggunakan Metode NHT

Siswa SD dalam menurut Piaget

masuk dalam operasional konkret 1. Interaktif

2. Aktifitas Belajar Kooperatif 3. konstruksi pengetahuan

menjadi lebih besar

4. penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

5. kepekaan dan toleransi

Diduga terdapat peningkatan hasil belajar matematika

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Vokal Pada Paduan Suara Mahasiswa Di Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) bandung.. (Skripsi Program Strata Satu Pendidikan

Sesuai dengan Statuta Universitas Terbuka No. 23 Tahun 2007 Pasal 94, UPBJJ mempunyai tugas melaksanakan layanan bantuan belajar, melaksanakan layanan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Matakuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).

Di Universitas Terbuka (UT), tugas tutor yaitu membuat rancangan pelaksanaan tuton, membuat materi inisiasi sebanyak 8 buah, menyusun tugas yang akan dikerjakan oleh

Pengaruh Layanan Akademik Terhadap Kepuasan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Terbuka pada Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Mataram.. Jurnal

Kesediaan Berperan Sebagai Supervisor 2 dalam Penyelenggaraan PKP Kepada Kepala UPBJJ Universitas Terbuka Di Kupang Yang bertanda tangan dibawah ini, menerangkan bahwa : Nama :

Ini adalah tugas Silayar/lms, tugas ke 2 lengkap ya kaks, untuk semester 8 tahun ajaran

Rangkuman materi tugas mata kuliah Pendidikan Matematika II untuk semester genap 2023/2024 di Universitas