• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Repository UHN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia disebut juga dengan peralihan hak milik dengan itikad baik, dari debitur kepada kreditur. Wali amanat (debitur) memenuhi kewajibannya pada saat utangnya sudah siap untuk dilunasi, sehingga dalam hal demikian penerima fidusia (kreditur) dapat mengeksekusi jaminan fidusia tersebut. Ketentuan ini berdasarkan Pasal 29 ayat 1 (a) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berlandaskan Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan kepada seluruh civitas akademika di bidang hukum khususnya dalam bidang Hukum Jaminan Fidusia dalam kaitannya dengan pembiayaan konsumen. Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia pada pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Fidusia adalah peralihan hak milik atas suatu benda berdasarkan kepercayaan, dengan ketentuan benda yang hak kepemilikannya dialihkan dalam penguasaan pemiliknya itu tetap menjadi hak milik”. objeknya." Pengertian jaminan fidusia dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia secara tegas menyatakan bahwa jaminan fidusia adalah jaminan kebendaan yang memberikan kedudukan yang didahulukan kepada penerima fidusia, yaitu hak yang diutamakan di atas kreditor lain.

Perjanjian pemberian jaminan fidusia sama dengan perjanjian penjaminan lainnya, yaitu merupakan perjanjian subsider, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 yang berbunyi: Jaminan fidusia adalah perjanjian tambahan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan suatu kewajiban yang menimbulkan bagi para pihak untuk memenuhi suatu pertunjukan.

Sifat Hukum Jaminan

Objek dan Subjek Jaminan Fidusia

Menurut Undang-Undang Fidusia, benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, terdaftar atau tidak terdaftar, bergerak atau tidak bergerak, yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan atau hipotek (pasal 1 ayat 4).18. Objek jaminan fidusia adalah benda yang dapat dijadikan jaminan utang dan dibebani dengan jaminan fidusia. Misalnya: kendaraan bermotor seperti mobil, bus, truk, sepeda motor dan lain-lain; mesin pabrik yang tidak menempel pada tanah/bangunan pabrik; perhiasan; alat perlengkapan kantor; stok barang atau stok, stok barang dengan daftar mutasi barang;.

Misalnya: wesel; sertifikat deposito; Membagikan; hipotek; debitur yang diperoleh pada saat jaminan itu diberikan atau diperoleh kemudian; deposito berjangka; dan seterusnya. Hasil dari benda-benda yang dijadikan obyek jaminan, baik benda bergerak yang berwujud maupun benda bergerak yang tidak berwujud, maupun hasil benda tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yaitu kepemilikan satuan rumah susun di atas tanah dengan hak pakai hasil atas tanah negara (UU Nomor 16 Tahun 1985) dan bangunan rumah yang dibangun di atas tanah orang lain sesuai dengan Pasal 15 UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Objeknya meliputi piutang yang sudah ada pada saat jaminan diberikan, serta piutang yang diperoleh di kemudian hari.19. Subyek jaminan fidusia adalah mereka yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian jaminan fidusia, terdiri dari pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia. Untuk membuktikan bahwa barang yang dijadikan jaminan adalah milik sah wali amanat, maka harus dilihat bukti kepemilikan barang jaminan tersebut.

Sedangkan Wali Amanat adalah orang atau badan sebagai pihak yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan perwalian. Jadi penerima yang dipercaya adalah kreditur (pemberi pinjaman), baik bank sebagai pemberi kredit maupun orang atau badan hukum yang memberikan pinjaman.

Fungsi Jaminan Dan Pembebanan Fidusia

Akta jaminan sekurang-kurangnya memuat: 21. A. identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia; . B. data perjanjian pokok yang dijamin oleh pemegang fidusia; ..C. uraian mengenai barang yang menjadi objek jaminan fidusia; . D. nilai jaminan; . e. nilai barang yang menjadi jaminan fidusia. Jaminan fidusia meliputi asuransi kerugian apabila benda yang dijadikan jaminan fidusia diasuransikan.

Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

  • Pengertian Perjanjian
  • Syarat - Syarat Sahnya Perjanjian
  • Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian
  • Prestasi Dan Wanprestasi Dalam Perjanjian

Bentuk perjanjian yang tertulis dengan demikian bukan sekedar alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat adanya perjanjian itu. Dalam dunia hukum, kata orang berarti penunjang hak dan kewajiban, yang disebut juga dengan subjek hukum. Berhak menguasai benda yang dijadikan subjek jaminan, karena tujuan jaminan adalah untuk menunjang kelangsungan usaha pemegang fidusia (Pasal 1(1) Undang-Undang Penjaminan Keuangan).

Apabila obyek penjaminan telah dieksekusi, maka pemegang fidusia mempunyai hak atas sisa hasil penjualan benda yang dijaminkan setelah dikurangi pembayaran utang-utangnya (Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Penjaminan Fidusia). Di sisi lain, pemegang fidusia berkewajiban menjaga dan melindungi keamanan benda yang menjadi subjek asuransi fidusia. Jika benda yang dijadikan jaminan itu dieksekusi, maka pemegang fidusia wajib menyerahkan benda itu kepadanya (Pasal 30 Undang-Undang Jaminan Fidusia).

Mempunyai hak untuk menjual barang jaminan atas kewenangannya sendiri melalui pelelangan umum apabila pemegang fidusia wanprestasi (Pasal 15(3) Undang-Undang Jaminan Fidusia). Sedangkan kewajibannya berupa pemberian kewenangan kepada pemegang fidusia untuk menggunakan benda yang menjadi subjek jaminan fidusia (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia). Wajib mengembalikan sisa atau kelebihan hasil penjualan barang yang dilindungi jaminan fidusia (Pasal 34(1) Undang-Undang Jaminan Fidusia).

Apabila ternyata debitur tetap lalai, sehingga kreditur harus menegakkan obyek jaminan, maka debitur wajib menyerahkan obyek yang menjadi obyek jaminan tersebut, agar dapat dilaksanakan. Setelah benda jaminan dieksekusi dan hasilnya diperoleh, apabila hasil yang dipaksakan melebihi nilai agunan, maka harus dikembalikan kepada debitur. Pemenuhan dengan demikian berarti suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur sesuai dengan perjanjian 35.

Lebih khusus lagi, Meijers menyatakan bahwa terjadi wanprestasi jika terjadi kegagalan dalam memenuhi kewajiban yang timbul dari perjanjian. Dalam praktik di Belanda, klaim dengan kualifikasi wanprestasi harus didasarkan pada kegagalan untuk mematuhi perjanjian.40.

Perlindungan Hukum Kreditur Dan Debitur Dalam Eksekusi Fidusia

Pengertian Perlindungan Hukum Kreditur

Perlindungan hukum dan kepentingan kreditor dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia terdapat pada Pasal 20 UUJF tentang Pengalihan Jaminan Fidusia, yaitu 'Jaminan Fidusia tetap pada benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia berada di tangan siapapun benda itu berada. . kecuali pemindahtanganan barang persediaan yang menjadi obyek agunan. gadai." Pemberi fidusia dilarang memindahtangankan, menggadaikan, atau menyewakan kepada pihak lain segala benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dan bukan merupakan barang inventaris, kecuali dengan izin tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia. adanya Jaminan Fidusia yang menjadi kewenangan Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum dan penggantian tagihan hasil penjualan;

Tujuan perjanjian jaminan fidusia dalam rangka perlindungan hukum bagi kreditur dengan demikian pada hakekatnya adalah hak istimewa atau hak prioritas dalam rangka pelunasan utang debitur kepada kreditur. Perlindungan hukum terhadap hak tuntutan preferensi juga terdapat dalam Pasal 27 UUJF yang memuat hal tersebut.

Pengertian Perlindungan Hukum Debitur

Hadjon menyatakan bahwa “Perlindungan hukum terhadap rakyat merupakan tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum preventif bertujuan untuk mencegah timbulnya perselisihan, memerintahkan tindakan pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan perselisihan, termasuk berurusan dengan mereka di pengadilan." 47. Hadjon, apabila dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap debitur atas jaminan perwalian dapat dilakukan perlindungan hukum yang bersifat preventif, maka tindakan preventif yang dilakukan kreditur adalah dengan melakukan analisa mendalam terhadap debitur penerima kredit.48.

Eksekusi Objek Jaminan Fidusia

Menurut Philipus M. Hadjon, “Perlindungan hukum terhadap masyarakat merupakan tindakan preventif dan represif yang dilakukan pemerintah. Berdasarkan pendapat Philipus M. Hadjon : apabila dikaitkan dengan perlindungan hukum terhadap debitur berdasarkan jaminan fidusia maka dapat dilakukan perlindungan hukum yang bersifat preventif. Tindakan preventif yang dilakukan kreditur antara lain dengan melakukan analisis mendalam terhadap debitur. yang menerima kredit.48. Apabila eksekusi tersebut dapat dilakukan secara sah, maka undang-undang memberikan hak kepada Penerima Fidusia, dalam kedudukan dan kedudukannya sebagai pemilik yang sah, untuk menguasai Harta Jaminan Fidusia.

Undang-Undang Perwalian melindungi hak wali amanat untuk menjual benda perwalian yang berada di bawah kekuasaannya sendiri, sehingga tidak diperlukan klausul eigenmachtige verkoop yang terdapat dalam pelaksanaan hak gadai. Pada saat melaksanakan Jaminan Perwalian, Wali Amanat wajib menyerahkan barang yang menjadi obyek Jaminan Perwalian. Sebaliknya, apabila pemberi amanah tidak menyerahkan benda yang menjadi subjek jaminan perwalian pada saat pelaksanaan, maka wali amanat berhak mengambil benda yang menjadi subjek jaminan perwalian. dan bila perlu dapat meminta bantuan kepada pihak yang berwajib.

Janji untuk melaksanakan benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 31 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Janji yang memberikan kewenangan kepada penerima fidusia untuk mengambil alih kepemilikan atas barang yang menjadi obyek jaminan fidusia apabila debitur mengingkari janjinya. Proses penyitaan bisa dilakukan jika para pihak terlebih dahulu mengajukan gugatan perdata ke pengadilan.

Beberapa kendala pemberlakuan jaminan fidusia antara lain adalah adanya pengalihan subjek jaminan fidusia kepada pihak ketiga dan subjek jaminan fidusia.

METODE PENELITIAN

  • Ruang Lingkup Penelitian
  • Jenis Penelitian
  • Sumber Bahan Hukum
  • Metode Penelitian
  • Analisis Data

Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau pembuatan peraturan perundang-undangan. Adapun apa yang disertakan sebagai sumber bahan hukum primer untuk digunakan dalam kajian setiap permasalahan dalam penulisan skripsi ini masing-masing. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memerlukan petunjuk dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder, kamus hukum, serta hal-hal yang dapat memberikan pedoman erat kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.

Pengumpulan bahan hukum dijamin dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan sekunder. Analisis data yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan diolah dan dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis menggunakan ukuran kualitatif. Data yang diperoleh dari kepustakaan ditulis, kemudian diarahkan, dibahas dan dijelaskan dengan ketentuan yang berlaku, kemudian disimpulkan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus.

Data yang diperoleh dari data sekunder baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam suatu perjanjian kredit dengan Jaminan Fidusia untuk memberikan perlindungan hukum kepada bank selaku kreditur atas objek Jaminan Fidusia tersebut maka bank selaku

Konsep mengenai kepastian hukum bagi para kreditur yang memberikan kredit dengan sistem cross collateral terutama dalam mengeksekusi jaminan Hak Tanggungan apabila debitur ingkar

a. Untuk mengetahui seberapa jauh perjanjian utang piutang yang dilakukan oleh kreditur dan debitur tersebut telah memenuhi syarat-syarat perjanjian. Untuk mengetahui akibat

Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, dengan Sertipikat Jaminan Fidusia bagi kreditur selaku penerima fidusia akan mempermudah dalam pelaksanaan eksekusi

Sehubungan dengan itu praktek gadai yang ada di Desa Kloposepuluh Kabupaten Sidoarjo, dimana barang jaminan yang diserahkan debitur kepada kreditur sebagai jaminan

Menurut Simons, sebagaimana dikutip oleh Bambang Poernomo bahwa pengertian dari “Strafbaarfeit adalah suatu tindakan yang melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun

Bagi mahasiswa, pentingnya arti menabung bukan hanya untuk mempunyai uang sendiri, tetapi terbiasa dengan manajemen diri yang kokoh agar dapat menjadi orang yang bijak dalam mengatur

Metode Pendekatan Konseptual Conceptual approach Pendekatan ini digunakan karena munculnya pandangan, pengertian, juga konsep hukum mengenai pemberlakuannya kepada Persidangan secara