• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II landasan teori

N/A
N/A
hela aja

Academic year: 2024

Membagikan "Bab II landasan teori"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

2.1.1. Definisi Public Relations

Menurut (Gassing & Suryanto, 2016) menyimpulkan bahwa:

Rumusan definisi PR telah banyak dikemukakan oleh para ahli dan cendikiawan. Pada tahun 1947, di New York berkumpul sejumlah ahli dan pemikir PR. Pada forum tersebut tidak kurang 2000 definisi dikemukakan.

Dari sekian banyak definisi diperoleh suatu rumusan yang dapat diterima oleh semua peserta forum, yakni rumusan Griswold sebagai berikut “PR adalah fungsi manajemen yang melakukan penilaian terhadap sikap publik, menyesuaikan kebijaksanaan tata kerja dari suatu organisasi atau perorangan dengan kepentingan publik dan melakukan program aksi untuk memperoleh pengertian dan persetujuan publik”.

Sedangkan menurut Frank Jefkins dalam (Gassing & Suryanto, 2016), menyatakan bahwa PR adalah “Sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang spesifik berlandaskan pada saling pengertian.”

Di Indonesia sendiri Public Relations biasa dikenal dengan sebutan Humas (Hubungan Masyarakat).

2.1.2. Ruang Lingkup Public Relations

Ruang lingkup tugas Public Relations menurut Cutlip Center dan Broom dalam (Sari, 2017) mengikhtisar sepuluh pekerjaan PR sebagai berikut:

1. Menulis dan mengedit, yaitu menyusun rilis berita dalam bentuk cetak siaran, feature, newsletter untuk karyawan dan stakeholder eksternal dan materi- materi pendukung teknis lainnya.

2. Hubungan media dan penempatan media, yaitu mengontak Koran, suplemen mingguan, penulis freelance, dan publikasi perdagangan agar mereka

(2)

11

mempublikasikan atau menyiarkan berita atau feature tentang perusahan itu sendiri. Selain itu, PR juga merespons permintaan informasi oleh media, memverifikasi informasi oleh media, dan membuka akses ke sistem otorisasi.

3. Riset adalah kegiatan PR mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren, isu yang sedang muncul, iklim politik, peraturan undang-undang, liputan media, opini kelompok kepentingan dan pandangan-pandangan lain berkenaan dengan stakeholder perusahaan.

4. Manajemen dan administrasi adalah kegiatan PR pemrograman dan perencanaan yang bekerja sama dengan manajer lain; menentukan kebutuhan, menentukan prioritas, mendefinisikan publik, setting, dan tujuan serta mengembangkan strategi dan taktik.

5. Konseling, yaitu kegiatan memberikan saran kepada manajemen dalam masalah sosial politik dan peraturan.

6. Acara khusus, PR mengatur dan mengelola konferensi pers, open house, grand opening, perayaan ulang tahun perusahaan, acara pengumpulan dana, dan kegiatan khusus lainnya.

7. Pidato, PR mengatur tampilan dan melatih orang yang memberikan kata sambutan di depan publik.

8. Produksi, PR membuat saluran komunikasi dengan menggunakan keahlian dan pengetahuan multimedia termasuk seni, tipografi, fotografi, tata letak dan menyiapkan presentasi audio visual.

9. Pelatihan, PR mempersiapkan eksekutif dan juru bicara lain untuk menghadapi media dan tampilan di hadapan publik.

(3)

10. Kontak, PR bertugas sebagai penghubung (liaison) dengan media, komunitas, serta kelompok internal dan eksternal lainnya.

Berdasarkan sepuluh kegiatan Public Relations yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup tugas Public Relations (PR) dalam sebuah perusahaan atau organisasi meliputi dua bagian yaitu:

1. Membina hubungan ke dalam (Publik Internal)

Publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit atau badan atau perusahan atau organisasi itu sendiri. PR harus mampu mengidentifikasi atau mengenali hal-hal gambaran negatif di masyarakat sebelum menjalankan kebijakan organisasi.

2. Membina hubungan keluar (Publik Eksternal)

Publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). PR mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya.

2.1.3. Peran Public Relations

Peranan praktik PR (public relations officer) menurut Dozier and Broom dalam (Gassing dan Suryanto, 2016) dibedakan menjadi dua, yakni peranan manajerial (communication manager role) dan peranan teknis (communication technician role). Peranan manajerial dapat diuraikan menjadi tiga bagian, yakni expert preciber fasilitator, problem solving process facilitator dan communication facilitator.

1. Expert Preciber Communication

Praktisi PR diposisikan sebagai ahli dan menjadi penasihat bagi pimpinan organisasi. Peran sebagai penasihat meliputi memberikan masukan dan

(4)

pertimbangan terkait proses pembuatan keputusan. Untuk menjalankan peran ini secara maksimal, praktik PR harus “dekat” dengan top manajemen.

Tujuannya, supaya segala masukan dapat disampaikan secara langsung.

2. Problem Solving Precess Facilitator

Praktisi PR menjadi fasilitator ketika menyelasaikan suatu masalah. Apabila memungkinkan, praktisi PR dapat menjadi leader dalam penanganan krisis.

Untuk menjalankan peran ini, maka praktisi PR dituntut memiliki kualitas profesional, baik secara teoritis maupun teknis lapangan.

3. Communicator Facilitator

Praktisi PR berperan sebagai fasilitator atau jembatan komunikasi antara organisasi dengan publik, baik internal maupun eksternal. Termasuk di dalamnya, praktisi PR harus mampu menjadi penengah bila terjadi kesalahan persepsi. Praktisi PR harus netral sehingga semua pihak sama-sama merasa diuntungkan.

4. Technician Communicator

Praktisi PR dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan di bidang teknis. Praktisi PR dituntut memahami dan menguasai berbagai alat komunikasi. Praktisi PR juga harus mengikuti perkembangan zaman terkait alat komunikasi. Apabila tidak mengikuti perkembangan zaman, komunikasi antara organisasi dengan publik akan terhambat.

2.1.4. Fungsi Public Relations

Menurut Betrand dalam (Gassing & Suryanto, 2016), menguraikan tiga pokok fungsi PR. Pertama, mengabdi kepada kepentingan publik. Kedua, memelihara komunikasi yang baik. Ketiga, menitikberatkan pada aspek moral dan etika yang baik.

(5)

Menurut Edward L. Barnays dalam (Gassing & Suryanto, 2016):

Juga mengungkapkan ada tiga fungsi penting PR dalam organisasi. Pertama, memberikan penerangan kepada publik. Kedua, membujuk publik untuk mengubah sikap dan tindakan. Ketiga, berusaha mempresentasikan sikap organisasi terhadap publik dan sebaliknya.

Selanjutnya menurut Cutlip and Center dalam (Gassing & Suryanto, 2016):

Terdapat empat fungsi PR yang harus dipahami. Pertama, menunjang kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Kedua, menciptakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publiknya. Ketiga, melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan terkait kepentingan umum.

Keempat, membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya.

2.1.5. Tujuan Public Relations

Menurut Frank Jeffkins, dalam bukunya Public Relations dalam (Gassing &

Suryanto, 2016) mengemukakan bahwa ruang lingkup tujuan PR cukup luas mencakup:

1. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak terkait kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan organisasi.

2. Untuk menyebarkan cerita sukses organisasi kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.

3. Untuk meningkatkan bobot kualitas calon pegawai.

4. Untuk memperbaiki hubungan antara organisasi dengan khalayak jika terjadinya peristiwa yang mengakibatkan kecaman atau salah paham.

5. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen supaya lebih efektif dan mengerti ketika memanfaatkan produk organisasi.

6. Untuk mendukung keterlibatan organisasi sebagai sponsor dari penyelenggara suatu acara.

7. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pasar ekspor baru.

(6)

8. Untuk mempersiapkan penerbitan saham tambahan atau karena adanya organisasi yang go public.

9. Untuk meyakinkan khalayak bahwa organisasi mampu bertahan atau bangkit setelah krisis.

10. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan organisasi dalam rangka menghadapi risiko pengambil alihan.

11. Untuk menciptakan identitas organisasi yang baru.

12. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan partisipasi para pimpinan organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.

13. Untuk memastikan para politisi benar-benar memahami kegiatan atau produk yang positif supaya organisasi yang bersangkutan terhindar dari peraturan, undang-undang dan kebijakan yang merugikan.

14. Untuk menyebarkan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan.

2.2 Studi Literature

2.2.1. Media Komunikasi Public Relations

Menurut Mingkid dalam (Maifianti & Agustia, 2018) mengatakan bahwa

“media komunikasi merupakan sarana yang digunakan oleh komunikan dalam penyampaian pesan kepada komunikan baik secara lisan maupun tulisan”.

Menurut Harold Laswell dalam (Mingkid, 2018)“In which channel yaitu saluran atau media yang digunakan dalam proses komunikasi apakah langsung atau tatap muka dan sebagainya”.

2.2.2 Company Profile

Menurut maimunah dalam (Sunarya, Nurasiah, & Agustian, 2017) “Company Profile adalah sebuah aset suatu lembaga atau perusahaan yang dapat digunakan

(7)

untuk meningkatkan suatu image atau citra dari perusahaan untuk menjalin kerjasama dengan relasi perusahaan, lembaga dan instansi yang terkait lainnya”.

Menurut Binanto dalam (Dewo dan Dewi, 2019)“Company Profile adalah identitas dari suatu perusahaan, baik dalam bidang jasa maupun produk yang bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan kepada pelanggan tentang perusahaan”.

2.2.3. Perancangan Ulang

Kata perancangan menurut Kausar, dkk, perancangan merupakan pengembangan sistem dari sistem yang sudah ada atau sistem yang baru, dimana masalah-masalah yang terjadi pada sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru (L. Sunarya, Saputra, & Ramadhiani, 2017).

Sedangkan menurut Tahap ejaan bahasa Indonesia berasal dari kata kerja

“merancang”, yang kemudian mendapatkan awalan per- dan akhiran – an.

Setelah itu, terjadi peleburan kata sehingga terbentuklah kata perancangan.

Kata “merancang” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti merencanakan,mengatur segala sesuatu lebih dahulu (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2018).

2.2.4 Video Profile

Menurut M. Suyanto dalam (Dewo dan Dewi, 2019)“Video company profile adalah media yang efektif dalam mempropagandakan perusahaan, produk, hingga pada promosi untuk potensi dari suatu daerah”.

Menurut (Budiarto, Bella, & Yuliania, 2018)menyimpulkan bahwa:

Teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satu fps.

(8)

2.2.5 Corporate Branding

Menurut Abratt dan Kleyn dalam (Andriyanto, Budiono dan Wiyanto, 2018)

Corporate branding adalah pendekatan manajemen merek holistik yang diadopsi oleh perusahaan untuk menciptakan identitas perusahaan yang unik”.

Menurut De Chematory dalam (Andriyanto, Budiono dan Wiyanto, 2018)

Corporate branding didefinisikan sebagai merek yang merepresentasikan perusahaan dimana nilai-nilai korporat diperluas ke berbagai macam kategori produk/jasa”.

2.2.6. Publik Eksternal

Menurut (Gassing & Suryanto, 2016) mengatakan bahwa:

Publik adalah individu ataupun suatu kelompok dalam masyarakat yang terikat oleh suatu institusi, organisasi lembaga atau perusahaan dan yang lebih penting adalah memiliki karakteristik hubungan, kepentingan, perhatian (interest) yang sama. Dalam implementasi proses dan program kerja Public Relations, jenis publik dalam organisasi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu publik internal dan publik eksternal. Publik eksternal yaitu publik yang bukan karyawan dan posisinya berada di luar struktur organiasi, institusi perusahaan; yang meliputi Community Public(komunitas lokal), pemerintah, pers (media massa), konsumen, pemasok, pengecer, agen, LSM, Non Government Organization (NGO), parpol, lembaga keuangan, atau pihak perbankan, lembaga keamanan (security), lembaga hukum, lembaga pendidikan, dan sebagainya.

2.2.7. Marketing Public Relations

Menurut Thomas L. Harris dalam (Oktaviani, 2018) “Marketing Public Relations adalah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredible dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan”.

Menurut Alifahmi dalam (Oktaviani, 2018) “Marketing Public Relations adalah salah satu mix dalam marketing mix yang mempunyai peranan penting dalam fungsi pemasaran, pendekatan dari marketing public relations berorientasi kepada minat, harapan, aspirasi, dan kepedulian konsumen untuk kemudian mengkaitkan kesan yang terjadi pada perusahaan”.

Referensi

Dokumen terkait

yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang dilandaskan pada saling pengertian..

Menurut Schwecke dan Bostrom (1991) dalam Potter & Perry (2005), Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana

Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan pada khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau

Menurut (Santos, 2003) dalam jurnal Bai Pengfei e-service quality dapat diartikan dengan evaluasi secara keseluruhan dari pelanggan mengenai sangat baik kualitas dari

Menurut Sihite (2011:65), menyatakan bahwa setiap orang yang datang ke hotel baik untuk menginap, makan, minum, atau untuk keperluan lainnya, biasanya disebut

Menurut Jefkins dalam Ruslan (2008: 77-79) menyatakan bahwa citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dicapai oleh manajemen terhadap lembaga atau

Menurut Definisinya, Komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media

Dari penjelasan diatas, terlihatlah bahwa PR (public relation) menjadi komponen nyata dalam usaha komunikasi pemasaran sehingga segala aktifitas PR (public