Siswa dengan kemandirian belajar yang baik, selain memiliki pengetahuan dan motivasi, juga mempunyai disiplin pribadi yang baik. Cobb (dalam Woolfolk, 2007) menyatakan bahwa kemandirian dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain efikasi diri, motivasi dan tujuan.
Aspek-Aspek Kemandirian Belajar
Kemandirian emosional ini ditandai dengan: (a) de-idealisasi, yaitu tidak menganggap orang tua sebagai sosok yang ideal dan sempurna dalam artian orang tua tidak selalu benar dalam menentukan sikap dan kebijakan, (b) orang tua sebagai manusia yaitu, mampu memandang orang tuanya sebagaimana orang lain pada umumnya, (c) Non-ketergantungan, yaitu kemampuan untuk tidak bergantung pada orang tua atau orang dewasa pada umumnya dalam mengambil keputusan, menetapkan sikap dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, dan (d) Individuasi yaitu . kemampuan untuk menjadi orang yang utuh terlepas dari pengaruhnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek kemandirian belajar terdiri dari kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai, aspek emosional, aspek intelektual, aspek sosial dan aspek ekonomi, bebas tanggung jawab, progresif dan gigih, inisiatif, pengendalian. diri dan penentuan nasib sendiri.
Karakteristik Individu yang Memiliki Kemandirian Belajar Karakteristik orang yang mandiri menurut Setiawan (2004), yaitu
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang belajar mandiri antara lain: mengenal diri dan lingkungannya apa adanya, menerima diri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mampu menentukan pilihan dari pilihan-pilihan yang ada, memberikan kepemimpinan pada dirinya sendiri, dan mewujudkan dirinya sendiri.
Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Semakin banyak institusi pendidikan yang menemukan cara untuk mendukung pembelajaran mandiri, seperti program gelar terbuka, pilihan pendidikan individu, dan program inovatif lainnya. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar mandiri adalah siswa belajar dengan percaya diri, bertanggung jawab dalam belajarnya, mampu bekerja mandiri dan belajar secara logis dan penuh keterbukaan.
Srategi dalam Mengembangkan Kemandirian Belajar
Pengertian Self efficacy
Menurut Kurniawan (dalam Maryati, 2008), efikasi diri merupakan pedoman tindakan yang dibangun dalam perjalanan pengalaman interaksional sepanjang hidup individu. Smith & Vetter (dalam Ferdyawati, 2007) menyatakan bahwa efikasi diri adalah sejumlah penilaian terhadap kemampuan yang dirasakan seseorang. Pada dasarnya efikasi diri merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu melakukan tugas yang diberikan dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan atau kemantapan individu dalam memperkirakan kemampuannya dalam melakukan suatu tugas tertentu yang meliputi ciri-ciri tingkat kesulitan tugas (ruang lingkup), meliputi luasnya tugas. bidang tugas (umum) dan kemampuan percaya (kekuatan).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Efficacy
Efikasi diri seseorang akan meningkat atau menurun jika ia menerima informasi positif atau negatif tentang dirinya. Keterlibatan individu dalam peristiwa yang dialami orang lain, dimana hal tersebut menjadikan individu tersebut merasa mempunyai kemampuan yang sama atau lebih dibandingkan orang lain. Persuasi verbal yang dialami individu yang berisi nasihat dan bimbingan realistis dapat membuat individu merasa memiliki kemampuan yang dapat membantunya mencapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa efikasi diri dipengaruhi oleh sifat tugas, insentif eksternal, status atau peran individu dalam lingkungan, serta informasi tentang kemampuannya yang diperoleh dari hasil nyata yang dicapai. dll. pengalaman orang, persuasi verbal dan keadaan psikologis.
Aspek-Aspek Self-Efficacy
Tingkat efikasi diri yang lebih rendah mudah terguncang oleh pengalaman-pengalaman yang melemahkannya, sedangkan seseorang dengan efikasi diri yang kuat akan gigih dalam meningkatkan upayanya bahkan ketika ia menghadapi pengalaman yang melemahkannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek efikasi diri terdiri dari level (tingkat kesulitan tugas), generalitas (kemampuan individu dalam situasi tugas yang berbeda), dan kekuatan (kekuatan atau kepercayaan diri individu dalam menyelesaikan suatu tugas). tugas). ).
Proses-Proses Yang Mempengaruhi Self-Efficacy
Menurut Bandura (dalam Sanrtrock, 2011), ketika dihadapkan pada kegagalan, individu dengan efikasi diri yang tinggi cenderung berasumsi bahwa kegagalan disebabkan oleh usaha yang tidak memadai. Sebaliknya, individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung beranggapan bahwa kegagalannya disebabkan oleh keterbatasan kemampuannya. Individu yang percaya pada kemampuannya mengendalikan situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal negatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses-proses yang mempengaruhi efikasi diri meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses afektif dan proses seleksi.
Sumber Self-Efficacy
Namun efikasi diri yang diperoleh tidak akan banyak berpengaruh apabila model yang dipersepsikan tidak sama atau berbeda dengan model. Sumber efikasi diri pada individu Selain yang telah disebutkan di atas, Anthony (dalam Ghufron dan Risnawita, 2010) mengatakan bahwa pendidikan juga merupakan sumber informasi mengenai efikasi diri seseorang. Sebaliknya, masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung mandiri dan tidak perlu bergantung pada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber-sumber efikasi diri antara lain: coping experience (pengalaman sukses), vicarious experience atau modeling (imitasi), persuasi sosial, keadaan fisiologis dan emosional, serta pendidikan.
Karakteristik Individu yang Memiliki Self Efficacy Tinggi dan Self Efficacy Rendah
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang mempunyai efikasi diri yang tinggi adalah mereka yang memandang kesulitan sebagai tantangan dan bukan sebagai ancaman, sedangkan ciri-ciri individu yang mempunyai efikasi diri adalah mereka yang suka menjauhkan diri dari tugas. .
Tahap Perkembangan Self Efficacy
Disiplin Diri A. Pengertian Disiplin
Sebenarnya disiplin bukanlah kata asli bahasa Indonesia, melainkan merupakan serapan dari bahasa asing “discipline” (Inggris), “discipline” (Belanda) atau “disciplina” (Latin) yang berarti belajar. Lestari (dalam Tu’u, 2004) menyatakan bahwa disiplin dalam arti luas adalah segala bentuk pengaruh yang ditemukan untuk membantu anak mempelajari cara menghadapi tuntutan lingkungannya dan juga cara menyelesaikan tuntutan sebagaimana yang ingin mereka lakukan. lingkungan.
Pengertian Disiplin Diri
Drescher (dalam Tu, 2004) berpendapat bahwa disiplin diri umumnya diartikan sebagai hukuman yang diberikan untuk membuat anak tunduk. Ketertiban menunjukkan kesesuaian seseorang terhadap peraturan perundang-undangan karena didorong oleh sesuatu dari luar, misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasannya. Selain itu pengertian disiplin atau strategi merujuk pada ketaatan seseorang dalam mengikuti aturan karena berpedoman pada kesadaran hati nuraninya.
Dari beberapa pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin diri adalah tingkah laku seseorang yang sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, baik yang timbul karena kesadaran diri, maupun karena sanksi atau hukuman, suatu pembelajaran. proses yang berlangsung, yang meliputi pembentukan karakter anak secara utuh dan dapat bertanggung jawab.
Perlunya Disiplin
Wayson (dalam Ghufron, 2010) melengkapi pendapat di atas dengan mengatakan bahwa disiplin diri adalah perilaku yang dapat diperhitungkan karena dikendalikan oleh nilai-nilai dan diinternalisasikan, sehingga dikatakan bahwa anak yang disiplin diri adalah anak yang memiliki keteraturan. berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral yang sudah ada dalam dirinya tanpa adanya tekanan atau dorongan dari faktor luar. Tanpa kedisiplinan yang baik maka suasana sekolah dan kelas akan kurang kondusif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa belajar menjalani kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.
Disiplin yang ditumbuhkan secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan pola hidup tertib yang akan membuat peserta didik berhasil dalam belajar.
Fungsi Disiplin
Apalagi bagi seorang siswa yang sedang berkembang kepribadiannya, lingkungan sekolah yang tertib, tenang dan tenteram tentunya sangat berperan besar dalam membangun kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik tidak hanya perlu dibangun sejak dini, namun juga perlu dilatih, karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Misalnya seorang siswa yang kurang disiplin bersekolah di sekolah yang disiplinnya baik, maka ia terpaksa harus patuh dan taat pada peraturan dan tata tertib sekolah tersebut.
Hukuman memegang peranan yang sangat penting karena dapat memberikan motivasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi peraturan dan ketentuan yang ada, karena tanpa hukuman maka sangat diragukan apakah siswa akan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
Metode-metode Disiplin Diri
Anak akan menghormati orang tua yang menetapkan aturan, anak juga akan menghormati hukuman orang tua jika konsisten daripada ancaman atau hinaan yang tidak jelas. Tatanan berarti menetapkan aturan yang harus dipatuhi. Dalam hal ini, perasaan benar dan salah anak bergantung pada ikatan emosional yang berkembang antara anak dan orang tuanya. Akan menjadi apa seorang anak di masa depan tergantung pada apa yang disukai dan dikagumi anak tersebut; apa yang dilakukan orang tua dalam hidupnya jauh lebih penting daripada apa yang mereka katakan atau batasan yang mereka tetapkan, karena anak akan meniru orang tuanya, baik atau buruk.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode disiplin diri meliputi peniruan, pola asuh yang sinkron, penghargaan dan hukuman, dan keteraturan.
Aspek-aspek Disiplin Diri
Integritas dan keseimbangan keluarga mempunyai pengaruh positif dalam memastikan anak memiliki keterampilan dasar dan mengembangkan disiplin diri serta kepercayaan terhadap orang tuanya. Stern (dalam Tu,u 2004) menjelaskan berbagai faktor psikologis yang tampak dalam aspek disiplin diri sebagai berikut. Pada umumnya seseorang yang mampu menjalankan disiplin diri dengan baik didorong oleh rasa tanggung jawab yang kuat terhadap apa yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang termasuk dalam disiplin diri adalah sebagai berikut: aspek eksternalisasi, aspek objektifikasi, aspek internalisasi, keutuhan dan keseimbangan kehidupan keluarga, kepercayaan, kebermaknaan, rasa tanggung jawab, mempunyai tujuan. untuk perbaikan, dan menginginkan ketertiban.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Diri
Kerangka Konsep
Hubungan Self-Efficacy dan Disiplin Diri dengan Kemandirian Belajar Bagi siswa sendiri keyakinan yang kuat akan mendorong siswa untuk lebih
Hubungan Self-Efficacy Dengan Kemandirian Belajar
Efikasi diri yang kuat akan menjadi landasan bagi siswa untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang lain terutama orang tuanya. Bandura (dalam Alwisol, 2009) mengatakan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan terpacu untuk tidak bergantung pada orang lain, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah tanpa diingatkan oleh orang tua, mencari sumber belajar tanpa disuruh guru, dll. pada. Melalui perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh individu dengan efikasi diri yang tinggi, semua keyakinan tersebut menjadi landasan bagi siswa untuk tidak selalu bergantung pada orang lain, yang pada akhirnya mendorong siswa untuk lebih mandiri dalam belajar dan tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas. - tugasnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka seorang siswa yang mempunyai self-eficacy yang tinggi akan mempunyai kemandirian belajar yang tinggi pula.
Hubungan Disiplin diri Dengan Kemandirian Belajar
Uraian di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara disiplin diri dengan kemandirian belajar, artinya semakin tinggi disiplin diri maka semakin besar pula kemandirian belajar. Dalam hal ini peneliti juga tertarik dengan kemandirian belajar antara laki-laki dan perempuan yang merupakan faktor yang mempengaruhi kemandirian siswa. Diduga semakin tinggi efikasi diri dan disiplin diri maka semakin tinggi pula kemandirian belajar, atau semakin rendah efikasi diri dan disiplin diri maka semakin rendah kemandirian belajar.
Diasumsikan semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi kemandirian belajar, atau semakin rendah efikasi diri maka semakin rendah kemandirian belajar.