• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V IMPLEMENTASI METODE DAN ... - Smart Library UMRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB V IMPLEMENTASI METODE DAN ... - Smart Library UMRI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

IMPLEMENTASI METODE DAN PEMBAHASAN

5.1 Implementasi Metode

Pada impelementasi metode ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain adalah:

5.1.1 Tahap Informasi

Pada tahap informasi ini telah dikumpulkan beberapa data yang telah selesai dikumpulkan dan diolah sesuai ketentuan yang berlaku. Beberapa tahap itu antara lain adalah :

1. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner disebar untuk mengetahui tingkat keinginan para pelaku usaha di beberapa usaha pecel lele yang ada di kota Pekanbaru-Riau. Kuesioner akan disebar sebanyak 134 gerai pelaku usaha pecel lele dari jumlah 200 yang ada.

Untuk data gerai usaha pecel lele dan sampel yang digunakan bisa dilihat pada lampiran.

Berikut ini adalah rekap data dari hasil penyebaran kuisioner : Tabel 5.1 Data Hasil Penyebaran Kuesioner Terbuka

No Variabel Jumlah Responden

1 Mudah digunakan 64

2 Desain yang menarik 67

3 Daya tahan yang kuat 68

4 Multifungsi 66

5 Aman dan nyaman saat digunakan 70

6 Harga yang ekonomis 64

Total 399

Sumber : Pengumpulan Data, 2020

(2)

Berikut ini adalah grafik persentasi variable pilihan :

Gambar 5.1 Persentasi Pemilihan Variabel Berdasarkan Kuesioner Sumber: Pengolahan Data, 2020

2. Identitas Responden

Dari penyebaran kuesioner terbuka yang terdapat pada Lampiran 3, diketahui identitas responden yang berdasarkan jenis kelamin, usia dan Pendidikan sesuai dari data kuisioner yang disebar antara lain :

a. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk jumlah responden berdasarkan jenis kelamin bisa dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden

Pria 83

Wanita 51

Total 134

Sumber : Pengumpulan Data, 2020 16%

17%

16% 17%

18%

16%

Persentasi Pemilihan Variabel

Mudah digunakan Desain yang menarik Daya tahan yang kuat Multifungsi

Aman dan nyaman saat digunakan

Harga yang ekonomis

(3)

Berikut ini adalah data grafik dari persentasi berdasarkan umur responden :

Gambar 5.2 Data Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Pengolahan Data, 2020

b. Data Responden berdasarkan Usia

Untuk data responden berdasarkan usia, bisa dilihat dari tabel berikut : Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Responden

20-25 Tahun 36

26-30 Tahun 56

>30 Tahun 42

Total 134

Sumber : Pengumpulan Data, 2020

(4)

Berikut ini adalah grafik data responden berdasarkan usia :

Gambar 5.3 Data Identitas Responden Berdasarkan Usia Sumber: Pengolahan Data, 2020

c. Data Responden berdasarkan Pendidikan

Untuk data responden berdasarkan pendidikan, bisa dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Sumber : Pengumpulan Data, 2020

Pendidikan Jumlah Responden

SMP 8

SMA/SMK 101

D3/S1 25

Total 134

27%

42%

31%

Responden Berdasarkan Usia

20-25 Tahun 26-30 Tahun

>30 Tahun

(5)

Berikut ini adalah grafik data responden berdasarkan usia :

Gambar 5.4 Data Identitas Responden Berdasarkan Usia Sumber: Pengolahan Data, 2020

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah dilakukan pengujian data maka didapatkan bahwa uji validitas dan reliabilitasnya adalah valid. Sehingga data yang dikumpulkan dapat digunakan lebih lanjut untuk pengolahan berikutnya. Berikut hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner tertutup yang digunakan untuk uji realibilitas variabel.

a. Uji Validitas

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS 17.0.

Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap Valid. Jika r hitung ≥ r tabel maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

6%

75%

19%

Responden Berdasarkan Pendidikan

SMP SMA/SMK D3/S1

(6)

1. Uji Validitas Tingkat Kepentingan

Berikut akan dijabarkan hasil pengolahan data uji validitas untuk tingkat kepentingan menggunakan software SPSS 17.0 dengan nilai r tabel (Probabilitas Corellation) = 0,159

Tabel 5.5 Hasil Uji Validitas Tingkat Kepentingan

Sumber : Pengolahan Data, 2020

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua variabel dapat dinyatakan valid, karena nilai probabilitas korelasi lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai .= 0,05

2. Uji Validitas Tingkat Kepuasan

Berikut akan dijabarkan hasil pengolahan data uji validitas untuk tingkat kepuasaan menggunakan software SPSS 17.0 dengan nilai r tabel (Probabilitas Corellation) = 0,159

Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Tingkat Kepuasaan

Sumber : Pengolahan Data, 2020

1 2 3 4 5 6 7

Mudah digunakan 0,684 0,000 0,05 0,684>0,159 0,159 Valid

Desain yang menarik 0,504 0,000 0,05 0,504>0,159 0,159 Valid

Daya tahan yang kuat 0,600 0,000 0,05 0,600>0,159 0,159 Valid

Multifungsi 0,562 0,000 0,05 0,562>0,159 0,159 Valid

Aman dan nyaman saat digunakan 0,594 0,000 0,05 0,594>0,159 0,159 Valid

Harga yang ekonomis 0,487 0,000 0,05 0,487>0,159 0,159 Valid

Kesimpulan Variabel

Nilai Korelasi (Pearson Corellation)

Probabilitas Korelasi [sig.(2-

tailed)]

α=5% Valid

jika:2>6

Nilai Korelasi pada Tabel R

1 2 3 4 5 6 7

Mudah digunakan 0,689 0,000 0,05 0,689>0,159 0,159 Valid

Desain yang menarik 0,666 0,000 0,05 0,666>0,159 0,159 Valid

Daya tahan yang kuat 0,744 0,000 0,05 0,744>0,159 0,159 Valid

Multifungsi 0,627 0,000 0,05 0,627>0,159 0,159 Valid

Aman dan nyaman saat digunakan 0,816 0,000 0,05 0,816>0,159 0,159 Valid

Harga yang ekonomis 0,816 0,000 0,05 0,816>0,159 0,159 Valid

Variabel

Nilai Korelasi (Pearson Corellation)

Probabilitas Korelasi [sig.(2-

tailed)]

α=5% Valid

jika:2>6

Nilai Korelasi pada Tabel R

Kesimpulan

(7)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semua variabel dapat dinyatakan valid, karena nilai probabilitas korelasi lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai .= 0,05

b. Uji Realibilitas

Pengukuran dilakukan terhadap 134 data responden. Berikut akan dijabarkan hasil pengolahan data uji reliabilitas untuk tingkat kepentingan menggunakan software SPSS 17.0:

1. Uji Realibilitas Tingkat Kepentingan

Uji realibilitas dilakukan pada tingkat kepentingan dan Kepuasan.

Berikut hasil reabililitas dari data yang telah di uji.

Tabel 5.7 Hasil Uji Realibilitas Tingkat Kepentingan Jumlah

Variabel

Probabilitas Validasi (Cronbach's Alpha)

R Tabel

Reliabel jika CA>R

Tabel

Kesimpulan

6 0,572 0,159 0,572>0,159 Reliabel

Sumber : Pengolahan Data, 2020

2. Uji Realibilitas Tingkat Kepuasaan Tabel 5.8 Hasil Uji Realibilitas Tingkat Kepuasan

Jumlah Variabel

Probabilitas Validasi (Cronbach's Alpha)

R Tabel

Reliabel jika CA>R

Tabel

Kesimpulan

6 0,822 0,159 0,822>0,159 Reliabel

Sumber : Pengolahan Data, 2020

Berdasarkan tabel 5.7 dan 5.8 diatas nilai koefisen reliabilitas (Cronbach Alpha) adalah 0,572 dan 0,822. Dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alphanya

> dari nilai r tabel pada N= 134, DF = N – 2 = 134 - 2 = 132 dengan α = 5% maka nilai r tabel = 0,159. N adalah Jumlah kuisioner yang disebar. Berdasarkan kriteria, nilai Cronbach Alpha diatas sudah lebih besar dari 0,159 maka hasilnya data angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil yang diperoleh dapat dipercaya.

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai r hitung mendekati angka 1. Kesepakatan secara umum reliabilitas yang

(8)

dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:

Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel. Berdasarkan tabel reliabilitas diatas, nilai koefisen reliabilitas (Cronbach Alpha) adalah 0,572 dan 0,822 untuk tingkat kepentingan reliabilitas tinggi.

5.1.2 Tahap Kreatifitas

Pada tahap kreatif ini dilakukan pengembangan ide dari rancangan produk yang memiliki nilai sesuai harapan responden (dalam hal ini mewakili teknisi) yang sesuai dengan hasil pada tahap informasi maka didapat ide-ide yang menjadi faktor penting pilihan konsumen yang berdasarkan variabel dari penyebaran kuisioner perancangan kompor terintegrasi dengan bahan bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas sebagai berikut :

(9)

Tabel 5.9 Ide Alternatif

Variabel Ide

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Mudah digunakan

Sistem kerja bongkar pasang pada semua bagian kompor

Sistem kerja

menggunakan engsel pada kaki kompor

Sistem kerja menggunakan cope join (dipen) pada kaki kompor (posisi kaki kompor bisa di bongkar pasang)

Desain yang menarik

Memiliki desain yang ramping, kuat dan elegan

Memiliki bentuk seperti persegi dan bulat pada bagian atasnya

Memiliki desain tambahan pada bagian samping kompor

Daya tahan yang kuat

Material yang digunakan: Besi siku, plat besi

Material yang digunakan: Besi Hollow (Stalbus), plat besi

Material yang digunakan:

Alumunium, plat besi

Multifungsi

Fungsi utama Memiliki fungsi lain

dalam penggunaan -

Aman dan nyaman saat digunakan

Menggunakan besi tambahan pada engsel sebagai penguat pada kaki kompor

Menggunakan cope join (dipen) pada kaki kompor sehingga kompor bisa berdiri kokoh

-

Harga yang ekonomis

Harganya berkisar 50% dari harga produksi

Harganya

disesuaikan dengan permintaan jumlah yang dipesan dan diberikan diskon

Harga relatif murah dan disesuaikan dengan harga pasar saat ini

Sumber : Pengumpulan Data, 2020 5.1.3 Tahap Analisis

Hal yang dilakukan pada tahap evaluasi ini adalah penyaringan alternatif- alternatif dari tahap kreatif yang muncul dari ide peneliti. Langkah yang dilakukan adalah penyaringan terhadap alternatif-alternatif yang tidak mungkin untuk diterapkan atau diimplementasikan.

(10)

1. Analisis Ide Alternatif

Pada tahap ini peneliti akan mengevaluasi alternatif berdasarkan kuesioner yang disebar pada tahap kreatifitas kepada 134 pelaku usaha. Berikut hasil rekapan data kuisioner yang disebar:

Tabel 5.10 Rekapitulasi Ide Alternatif Berdasarkan Pilihan Responden

Variabel Jawaban Responden

Jumlah

1 2 3

Mudah digunakan 10 36 88 134

Desain yang menarik 77 15 42 134

Daya tahan yang kuat 14 87 33 134

Multifungsi 18 116 - 134

Aman dan nyaman saat digunakan 29 105 - 134

Harga yang ekonomis 20 28 86 134

Sumber : Penyebaran Kuesioner, 2020

Pada tabel di atas dijelaskan bahwa pada variabel 1, pilihan responden dominan kepada alternatif ketiga dengan jumlah 88, untuk variabel 2 dominan pada alternatif pertama dengan jumlah 77, untuk variabel 3 dominan kepada alternatif kedua dengan jumlah 87, untuk variabel 4 dominan pada alternatif kedua dengan jumlah 116, untuk variabel 5 dominan pada alternatif kedua dengan jumlah 105 sedangkan untuk variabel 6 dominan pada alternatif ketiga dengan jumlah 86.

2. Analisis Biaya Bahan Baku

Penentuan bahan baku dalam merancang kompor terintegrasi dengan konversi bahan bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas ini ditentukan berdasarkan pilihan responden (pelaku usaha pecel lele) melalui penyebaran kuesioner. Maka pada tahap ini peneliti akan menganalisa karakteristik dan biaya bahan baku dalam pembuatan alat rancangan. Maka ditentukan analisis bahan dan harga bahan baku pada tabel berikut :

(11)

Tabel 5.11 Karakteristik dan Harga Biaya Bahan Baku

Bahan Baku Qty Harga Total Ukuran

Besi Hollow (Stalbus) 2 Rp 112.155 Rp 224.310 40 x 40 x 2 mm x 6 Meter Plat Besi 1 Rp 300.000 Rp 300.000 1 mm 1.20 x 2.40 Meter Besi Padu 1 Rp 55.500 Rp 55.500 6 meter x 8 mm Besi Jaring Panggang 1 Rp 100.000 Rp 100.000 39,60 cm x 39,60 cm Alas kaki besi hollow 4 Rp 20.000 Rp 20.000 4 Pcs

Kompor semawar 203 1 Rp 52.500 Rp 52.500 1 Pcs Cat minyak hitam 1 Rp 50.000 Rp 50.000 1 Kaleng Rp 690.155 Rp 802.310

Sumber : ragam bahan bangunan, 2020

Gambar 5.5 Bahan Baku Sumber: ragam bahan bangunan, 2020

Setelah dilakukan survei terhadap harga bahan baku maka selanjutnya dapat dihitung pengeluaran dari total harga bahan baku yang digunakan, Jadi harga total bahan baku yang dikeluarkan dalam rancangan alat ini sebesar

(12)

Rp. 966.910. Setelah diketahui harga satuan bahan baku berdasarkan sumber yang didapat, maka dapat dihitung jumlah bahan baku per satu unitnya berikut harga dan bahan baku per unit yang didapat :

3. Analisis Data Antropometri

Hasil dari perhitungan ini akan digunakan untuk mencari dimensi dari alat yang akan dibuat. Berikut ini merupakan perhitungan data manual dimensi produk berdasarkan data antropometri yang telah di ambil.

Tabel 5.12 Data yang Digunakan untuk Perhitungan

No Dimensi Tubuh Simbol Penggunaan Ukuran 1 Rentangan siku dalam posisi

berdiri D33 Digunakan untuk ukuran panjang kompor

secara penuh 2 Panjang lengan atas dalam

posisi duduk D23 Digunakan untuk ukuran lebar kompor secara penuh

3 Tinggi tulang ruas pada posisi

berdiri D6 Digunakan untuk ukuran tinggi kompor

secara penuh Sumber : Data Penelitian, 2020

Pengolahan data antropometri ini menggunakan data subjek dari 135 orang pelaku usaha pecel lele yang berada di Pekanbaru yang terdapat pada Lampiran.

Berikut ini adalah data perhitungan tiap dimensi pengukuran antropometri.

A. Dimensi Rentangan Siku Dalam Posisi Berdiri (D33) 1. Mean / rata-rata (

̅

)

∑ ̅

Total rata-rata sub group adalah = 8997 cm ̅ = ∑ ̅̅̅

=

=

66,6 cm

Dimana:

̅

= mean/rata-rata k = banyak data

∑ ̅

= nilai data ke-i

(13)

2. Standar Deviasi / Simpangan Baku (

σ) σ

= ̅

σ

= √

σ

= = 1,7 cm

Dimana:

σ

= standar deviasi (simpangan baku) xi = nilai data ke-i

̅ = mean/rata-rata N = banyaknya data

3. Standar Deviasi Rata-rata

σx =

=

=

0,4 cm

Dimana:

σx

= standar deviasi rata-rata

σ

= standar deviasi

√ ̅̅̅̅ = Akar dari jumlah data

4. Uji Keseragaman Data

BKA =

̅ +

2. σx = 66,6 + 2 x 0,4 = 67,5 cm BKB =

̅ - 2. σx

= 66,6 – 2 x 0,4 = 65,8 cm Dimana:

σx

= standar deviasi rata-rata ̅ = mean/rata-rata

BKA = Batas Kontrol Atas

(14)

BKB = Batas Kontrol Bawah

5. Uji Persentil (5%, 10%, 50%, 90%, 95%)

Persentil 5 = ̅ x

σx

= 66,6– 1,645 x 0,4 = 65,9 cm Persentil 10 = ̅ x

σx

= 66,6– 1,28 x 0,4 = 66,1 cm Persentil 50 = ̅ = 66,6 = 66,6 cm

Persentil 90 = ̅ x

σx

= 66,6 +1,28 x 0,4 = 67,2 cm Persentil 95 = ̅ x

σx

= 66,1 + 1,645 x 0,4 = 67,4 cm

Di penelitian ini peneliti menggunakan hasil pengukuran data antropometri 50 (2 x D33). Untuk data perhitungan Antropometri tubuh lainnya, dilanjutkan pada Lampiran.

(15)

Berikut ini merupakan data dari hasil perhitungan antropometri untuk tiap ukuran dimensi yang dibutuhkan dalam perancangan.

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Data Antropometri

No Dimensi Total Mean σ σ x BKA BKB Percentil

5th (cm)

Percentil 10th (cm)

Percentil 50th (cm)

Percentil 90th (cm)

Percetil 95th (cm)

1 D33 8997 66,6 1,7 0,4 67,5 65,8 65,9 66,1 66,6 67,2 67,4

2 D23 5302 39,3 1,7 0,4 40,1 38,4 38,6 38,7 39,3 39,8 40,0

3 D6 10015 74,2 2,3 0,6 75,4 73 73,2 73,4 74,2 74,9 75,2

Sumber : Data Penelitian, 2020 Dimana, σ = standar deviasi

σx = Standar Deviasi Rata-rata

(16)

4. Analisis Bahan Baku

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data antropometri, maka dilakukan estimasi bahan baku per unit dan ukuran bahan baku yang digunakan.

Berikut adalah tabel dari biaya bahan baku, yang terdapat pada halaman selanjutnya.

Tabel 5.14 Biaya Bahan Baku Per Unit Material Ukuran Harga (Rp)

Ukuran Terpakai

(cm)

Scraps (cm)

Per Unit

Harga Bahan Baku Per Unit Besi

Hollow (Stalbus)

40 x 40 x 2 mm x 12

Meter

Rp 224.310 953,6 246,4 2 Rp 178.252 Plat Besi 1 mm 1.20 x

2.40 Meter Rp 300.000 98,2 x 106,6

21,8 x

133,4 1 Rp 113.160 Besi Padu 6 meter x 8

mm Rp 55.500 124,16 475,84 1 Rp 11.522 Besi

Jaring Panggang

39,60 cm x

39,60 cm Rp 100.000

39,60 cm x 39,60

cm

0 1 Rp 100.000 Alas kaki

besi hollow

4 Pcs Rp 20.000 4 Pcs 0 4 Rp 20.000 Kompor

semawar 203

1 Pcs Rp 52.500 1 Pcs 0 1 Rp 52.500 Cat

minyak hitam

1 Kaleng Rp 50.000 1 Kaleng 0 1 Rp 50.000

Total Rp 525.434

Sumber : Pengumpulan Data, 2020

Berikut ini adalah tabel dari ukuran bahan baku yang akan digunakan yang telah disesuaikan dengan ukuran antropometri, datanya adalah sebagai berikut :

(17)

Tabel 5.15 Ukuran Bahan Baku yang Digunakan

No Bahan Baku Komponen Keterangan Ukuran Komponen

1 Besi Hollow (Stalbus)

Rangka sisi atas

953,6 cm

286,4 cm

Depan dan belakang 83,20 cm x 2

Kiri, tengah dan kanan 40 cm x 3

Rangka sisi bawah 326,4 cm

Depan dan belakang 83,2 cm x 2

Kiri, tengah dan kanan 40 cm x 3

Tengah kompor 40 cm x 1

Rangka Tengah 40 cm

Depan dan belakang 20 cm x 2

Kaki rangka 300,8 cm

Kiri dan kanan 75,2 cm x 4

2 Plat Besi

Bagian kiri dan kanan

465,6 cm

192 cm

Panjang 25 cm x 4

Lebar 40 cm x 2

Tinggi 3 cm x 4

Tempat Panggang 156,4 cm

Panjang 40 cm x 2

Lebar 38,20 cm x 2

Penutup Kompor 117,2 cm

Panjang 38,60 cm x 2

Lebar 20 cm x 2

3 Besi Padu

Tempat memasak

124,16 cm

124,16

Lingkaran kompor 70,08 cm x 1

Penyangga lingkaran

kompor 13,52 cm x 4

4 Besi Jaring Panggang

Tempat panggang

158,4 cm

158,4 cm

Panjang 39,60 cm x 2

Lebar 39,60 cm x 2

5 Alas kaki besi

hollow Bagian kaki rangka 4 Pcs 4 Pcs

6 Kompor

semawar 203 - 1 pcs 1 pcs

7 Cat minyak

hitam Semua bagian kompor 1 kaleng 1 kaleng Sumber : Data Penelitian, 2020

Dalam pembuatan untuk satu unit kompor dibutuhkan jenis bahan material seperti Besi Hollow (Stalbus), Plat Besi, Besi Padu, Besi Jaring Panggang, Alas Kaki Besi Hollow, Kompor Semawar 203 dan Cat Minyak Hitam dengan keperluan pemakaian material sebanyak 953,6 cm untuk Besi Hollow

(18)

(Stalbus), 465,6 cm plat besi, 124,16 cm besi padu, 158,4 cm besi jarring panggang 4 pcs alas kaki besi hollow, 1 pcs kompor semawar 203 dan 1 kaleng cat minyak hitam dengan total harga bahan baku per unit Rp. 525.434,-

5.1.4 Tahap Pengembangan

Dalam tahap ini semua ide yang sudah dievaluasi, akan direalisasikan dalam bentuk gambar 2 dimensi yang menjelaskan hasil dari ide alternatif yang terpilih sesuai keinginan pengguna berdasarkan kuesioner yang disebar, berikut ini adalah penjelasannya:

1. Kemudahan penggunaan alat

Ide dari variabel ini menjelaskan bagaimana cara kerja sistem alat ini dengan menggunakan baut/sekrup pada kaki kompor sehingga kaki-kaki kompor dapat di bongkar pasang yang memudahkan para pelaku usaha pecel lele warung tenda dalam perpindah-pindah tempat karena sifat dari kompor ini yaitu portable (dapat dipindah-pindahkan). Dalam merakit kompor ini sangat mudah karena tinggal memasangkan kaki kompornya dan dibuka penutup atasnya yang berfungsi sebagai tempat bahan-bahan masak atau lainnya dalam usaha pecel lele.

Kaki kompor dapat dibongkar pasang Penutup atas yang bisa dilipat Gambar 5.6 Kemudahan Penggunaan Kompor

Sumber : Pengolahan Data dengan Sketchup, 2020

(19)

Gambar 5.7 Desain 3D Kompor

Sumber : Pengolahan Data dengan Sketchup, 2020

2. Memiliki desain yang menarik

Unit ini memiliki desain yang menarik dalam hal bentuk fisiknya, ramping dalam segi ukuran dan pemakaian karena dapat dijinjing serta bisa dibongkar pasang, kuat dalam dudukan pada kaki-kai kompor yang memakai system kerja baut/sekrup dan elegan dalam penampilan karena bentuknya yang unik dan berbeda.

Gambar 5.8 Memiliki Desain Yang Menarik Sumber : Pengolahan Data dengan Sketchup, 2020 3. Memiliki daya tahan yang kuat

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material yang tahan, kuat saat digunakan dan anti karat. Seluruh sambungan material yang digunakan dirancang menjadi sebuah unit yang tangguh yang tiap sambungannya di las dengan rapi dan bersih.

(20)

4. Multifungsi

Kompor ini dirancang untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan aktivitasnya sehingga kompor ini memiliki lebih dari satu fungsi yaitu sebagai kompor memasak dan sebagai tempat panggangan yang mana dua kegiatan tersebut bisa dilakukan sekaligus yang bisa menghemat waktu dan bekerja secara efektif dan efisien.

Gambar 5.9 Multifungsi

Sumber : Pengolahan Data dengan Sketchup, 2020

5. Aman dan nyaman saat digunakan

Keamanan dalam penggunaan alat adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perancangan produk karena hal ini mengandung nilai lebih dari suatu produk yang akan dibuat. Dapat dipahami bahwa kenyamanan, keindahan dipengaruhi oleh bentuk, tekstur, warna produk dan material yang digunakan. Pada alat ini tidak hanya mempertimbangkan fungsi secara teknis saja melainkan juga dapat mempertimbangkan faktor kenyamanan dan keamanan dalam memakai. Kompor ini telah dirancang sesuai antropometri yang diharapkan bisa pelaku usaha pecel lele dapat bekerja dengan efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien yang bisa memperbaiki system kerja yang buruk kearah yang lebih baik dalam perancangan kompor ini.

6. Harga yang ekonomis

Dalam masalah harga untuk alat ini sangat murah dan terjangkau bagi penggunanya. Karena dilihat dari segi fungsi dan kegunaannya sangat membantu bagi pelaku usaha pecel lele untuk menunjang kegiatan usaha pecel lele. Sehingga kebutuhan kompor yang ergonomis terpenuhi dan bisa dikerjakan sekaligus secara

(21)

berbarengan antara penggorengan dan pemanggangan sehingga bisa lebih cepat dan efisien. Seperti yang telah di sebutkan diawal untuk harga total bahan baku yang dikeluarkan dalam rancangan alat ini sebesar Rp. 80.310,- dan untuk harga modal unit adalah Rp 525.434,-.

5.1.5 Tahap Rekomendasi

Berdasarkan hasil tahapan sebelumnya dari tahap informasi, tahap kreatifitas, tahap analisa dan tahap pengembangan maka telah dapat dibuat suatu kesimpulan untuk menentukan rekomendasi kompor terintegrasi dengan konversi bahan bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas. Berikut adalah rekomendasi kompor yang terpilih yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.

(22)

Nama komponen dan fungsinya :

Gambar 5.10 Desain 3D Kompor

Sumber : Pengolahan Data dengan Autocad, 2020 Tabel 5.16 Nama dan Fungsi Komponen

No Nama Komponen Fungsi Komponen

1 Penutup Atas/Meja

Sebagai tempat meletakkan bahan-bahan masakan dan lainnya, Sebagai penutup kompor apabila dilipat.

2 Tempat Panggangan Sebagai tempat memanggang masakan 3 Kompor Sebagai tempat memasak

4 Cope Joint (dipen) Untuk penguat kaki-kaki kompor 5 Kaki Kompor untuk dudukan pada rangka kompor Sumber : Data Penelitian, 2020

1

2 3

4

5

(23)

Untuk nama kompor ini yang direkomendasikan adalah “Mix Gas Stove”.

5.1.6 Tahap Perancangan

Pada tahap ini akan diberikan hasil dari rancangan penelitian yang telah dilakukan, antara lain adalah dimensi dan ukuran alat berdasarkan hasil antropometri.

Gambar 5.11 Desain 3D dan Ukuran Kompor Sumber : Pengolahan Data dengan Sketchup, 2020

5.1.7 Rancangan dan Pembuatan Sistem Pendukung Terintegrasi pada Kompor

Dalam rancangan dan pembuatan sistem pendukung terintegrasi ini terdapat dua alat pendukung pada pembuatan kompor ini yaitu sistem pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif dan alat konversi energi dari cair menjadi gas. Perancangan ini dilakukan untuk mengintegrasikan semua sistem menjadi satu kesatuan yang komplit, tidak hanya merancang kompor tetapi disini

(24)

peneliti juga merancang bahan bakar yang digunakan dalam pengopersian kompor tersebut.

5.1.7.1 Rancangan dan Pembuatan Alat Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar Alternatif

Alat pengolahan sampah plastik ini berfungsi sebagai salah satu bahan bakar yang akan digunakan dalam proses pengapian pada kompor. Tujuannya untuk mengurangi sampah plastik secara bertahap sehingga diharapkan dalam pemakaian sampah plastik ini dapat menghemat sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas.

Pada proses pengolahan ini peneliti telah melakukan studi literatur berupa jurnal tentang pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar dan juga melalui wawancara kepada para pakar baik dari akademisi maupun lapangan.

Dalam perancangan ini ada beberapa variabel yang dibutuhkan dalam merancang alat ini yaitu:

1. Metode yang dilakukan merupakan metode pirolisis yaitu dekomposisi termokimia bahan organic melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya, dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.

2. Perancangan bahan bakar untuk proses pemanasan plastik memakai kompor oli bekas.

3. Sistem pendinginan uap plastik menjadi cair dilakukan dengan cara destilasi spiral dimana air dengan suhu normal akan bertemu dengan uap bersuhu tinggi yang akan mentransfer panasnya (Heat Exchanger) kepada air sehingga uap tadi lebih cepat berubah ke fase cair. Sistem pendinginan yang kita gunakan dalam posisi vertikal.

4. Dalam proses akhir peneliti hanya menampung cairan yang berupa minyak yang setara dengan bensin (premium) dan yang lain diabaikan.

Tujuannya ntuk menguji keefektifan pertukaran panas (Heat Exchanger) yang terjadi pada sistem pendingin tersebut.

(25)

5. Hasil akhir berupa bahan bakar plastik tersebut akan kita konversikan menjadi gas dengan campuran bahan bakar minyak (premium ataupun pertalite).

Dari beberapa variabel tersebut maka terbentuklah suatu rancangan alat pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif yang di rancang oleh peneliti sendiri berdasarkan variabel-variabel diatas. Adapun bentuk rancangan alat pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif adalah sebagai berikut:

Gambar 5.12 Desain Alat Pengolahan Sampah Plastik Sumber : Pengolahan Data dengan SketchUp, 2020

1

3

4

6

5 2

11 9

14

10

8

7

12

13

(26)

Tabel 5.17 Nama dan Fungsi Komponen Alat Pengolahan Sampah

No Nama Komponen Fungsi Komponen

1 Reaktor/Tempat Pembakaran Sebagai wadah pembakaran sampah plastik

2 Mainhole Tempat penutup utama reaktor/tempat pembakaran

3 Tungku Api

Tempat berlangsungnya pengapian untuk proses pembakaran pada reaktor/tempat pembakaran

4 Line Blower (Exhaust Fan) Sebagai lewatnya aliran udara menuju tungku api

5 Blower (Exhaust Fan)

Untuk menghembuskan udara sehingga oli bekas bisa masuk menuju tungku api dengan cepat dan pembakarannya sempurna

6 Drum Oli Bekas Tempat penampungan oli bekas 7 Tempat Oli Bekas Untuk menampung oli bekas menuju

line oli bekas

8 Line Oli Bekas Sebagai lewatnya aliran oli menuju tungku api

9 Line Uap

Tempat lewatnya aliran uap hasil pembakaran sampah plastik

10 Tabung Pendingin

Tempat terjadi proses Heat Exchanger pada uap menjadi fase cair dengan bantuan pendingin berupa air dalam kondisi normal

11 Ember Air Sebagai tempat penampungan air

12 Pompa Air

Untuk mempompakan air ke dalam tabung pendingin secara sirkulasi

13 Line Air Masuk

Tempat masuknya air dari ember air menuju tabung pendingin

14 Line Air Keluar Tempat keluarnya air tabung pendingin menuju ember air

Sumber : Data Penelitian, 2020

(27)

5.1.7.2 Rancangan dan Pembuatan Alat Konversi Energi dari Fase Cair Menjadi Fase Gas

Pada rancangan alat ini berfungsi sebagai pengubah energi dari fase cair menjadi fase gas, yang mana dalam hal ini fase cairnya berupa campuran bahan bakar plastik dan bahan bakar minyak (premium ataupun pertalite) yang akan dirubah menjadi fase gas yang bertujuan sebagai bahan bakar pada kompor tersebut. Ini sebagai upaya untuk menghemat sumber daya alam yaitu minyak bumi dan gas, maka sebagai langkah awal peneliti mencampurkan kedua bahan bakar tersebut karena untuk bahan bakar plastik sendiri yang kita hasilkan belum mencapai hasil yang maksimal. Adapun bentuk rancangan alat konversi dari fase cair ke fase gas adalah sebagai berikut:

Gambar 5.13 Skema Alat Konversi Sumber : Pengolahan Data dengan Visio, 2020

Prinsip kerjanya adalah air pump memberikan udara pada tempat bahan bakar disana akan terjadi gelembung-gelumbung udara yang akan merubah bahan bakar tersebut menjadi gas-gas karena memiliki nilai oktan. Setelah berubah menjadi gas, gas tersebut melewati alat pengamanan bahan bakar yang berfungsi apabila air pump dimatikan aliran balik gas tidak langsung menyentuh bahan bakar tetapi melewati alat pengamanan bahan bakar sehingga gas tersebut bisa teredam pada alat pengaman tersebut, alat pengamanan tersebut berisi sabut baja.

Setelah gas tersebut melewati alat pengamanan bahan bakar kemudian menuju kompor dan bisa diatur besar kecil apinya pada kompor.

2

1 3

4 Keterangan

1. Air Pump 2. Tempat Bahan Bakar 3. Alat Pengamanan Bahan Bakar 4. Kompor

(28)

5.2 Pembahasan

Pembahasan diperlukan untuk meneliti dan membahas hasil yang telah didapatkan, agar memudahkan dalam membaca hasil penelitian. Pembahasan terdiri dari :

5.2.1 Analisis Tahap Informasi

Tahap informasi terdiri dari beberapa tahap, antara lain : 1. Penyebaran Kuesioner

Pada pembahasan ini dalam mengetahui karakteristik kompor terintegrasi dengan konversi bahan bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, Kuesioner ini disebar sebanyak 134 gerai usaha pecel lele pengguna kompor. Berikut rekap data hasil penyebaran kuisioner : mudah digunakan, desain yang menarik, daya tahan yang kuat, aman dan nyaman untuk digunakan dan harga yang ekonomis.

2. Identitas Responden

Dapat diketahui dari penyebaran kuesioner identitas responden yang berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan antara lain yaitu dengan data responden laki-laki yang berjumlah 83 orang dan responden perempuan yang berjumlah 51 orang, usia berkisar antara 20-25 tahun berjumlah 36 orang , usia 26-30 tahun berjumlah 56 orang dan usia >30 tahun berjumlah 42 orang, sedangkan berdasarkan Pendidikan SMP yang berjumlah 8 orang, SMA/SMK yang berjumlah 101 orang dan D3/S1 yang berjumlah 25 orang dengan jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 134.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Dari hasil pengolahan kuesioner tertutup maka data yang didapat harus diuji apakah valid atau tidak dengan menggunakan software SPSS 17.0. Dapat diketahui bahwa data tingkat kepentingan dan kepuasaan yang diuji menggunakan softwere SPSS 17.0 dinyatakan valid, karena nilai probabilitas korelasi lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai .= 0,05. Berdasarkan data yang didapatkan dari

(29)

SPSS 2017, nilai koefisen reliabilitas (Cronbach Alpha) adalah 0,572 dan 0,822.

Dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach Alphanya > dari nilai r tabel pada N= 134, DF = N – 2 = 134 - 2 = 132 dengan α = 5% maka nilai r tabel = 0,159. N adalah Jumlah kuisioner yang disebar. Berdasarkan kriteria, nilai Cronbach Alpha diatas sudah lebih besar dari 0,159 maka hasilnya data angket memiliki tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil yang diperoleh dapat dipercaya. Berdasarkan tabel reliabilitas, nilai koefisen reliabilitas (Cronbach Alpha) adalah 0,572 dan 0,822 untuk tingkat kepentingan reliabilitas tinggi.

Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut: Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.

5.2.2 Analisis Tahap Kreatifitas

Pada penelitian ini rancangan yang dilakukan berdasarkan pilihan alternatif dari pengguna dengan melakukan penyebaran kuesioner, sehingga hasil dari rancangan alat tersebut sesuai dengan keinginan dari responden. Adapun alternatif terpilih yang berdasarkan variabel “mudah digunakan” dipilih pada alternatif 3, variabel “desain yang menarik” di piih pada alternatif 1, variabel

“daya tahan yang kuat” dipilih pada alternatif 2, variabel “multifungsi” dipilih pada alternatif 2, variabel “aman dan nyaman saat digunakan” dipilih pada alternatif 2 dan variabel “harga yang ekonomis” dipilih pada alternatif 3.

(30)

5.2.3 Analisis Tahap Analisa

Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap hasil penelitian, antara lain : 1. Analisis Ide Alternatif

Adapun ide alternatif yang dievaluasi berdasarkan pilihan terbanyak itu pada variabel “mudah digunakan” dipilih pada alternatif 3 dengan 88 pilihan, variabel “desain yang menarik” di piih pada alternatif 1 dengan 77 pilihan, variabel “daya tahan yang kuat” dipilih pada alternatif 2 dengan 87 pilihan, variabel “multifungsi” dipilih pada alternatif 2 dengan 116 pilihan, variabel

“aman dan nyaman saat digunakan” dipilih pada alternatif 2 dengan 105 pilihan dan variabel “harga yang ekonomis” dipilih pada alternatif 3 dengan 86 pilihan.

2. Analisis Biaya Bahan Baku

Sedangkan dihitung pengeluaran dari total harga bahan baku yang digunakan ialah sebesar Rp.802.310 , dengan harga alat Rp. 525.434.

3. Analisis Data Antropometri

Untuk hasil data Antropometri adalah sebagai berikut : untuk dimensi rentangan siku dalam posisi berdiri (D33) memakai percentil 50 (2 x D33) dengan nilai 133,2 cm, dimensi Panjang lengan atas dalam posisi duduk (D23) memakai percentil 95 dengan nilai 40,00 cm dan dimensi tinggi tulang ruas dalam posisi berdiri (D6) memakai percentil 95 dengan nilai 75,2 cm.

4. Analisis Bahan Baku

Dalam rancangan ini material yang digunakan ialah besi hollow (stalbus), plat besi, besi padu, besi jaring panggang, alas kaki besi hollow, kompor semawar 203 dan cat minyak hitam.

5.2.4 Analisis Tahap Pengembangan

Adapun penjelasan hasil dari ide alternatif yang terpilih sesuai keinginan pengguna berdasarkan penyebaran kuesioner, berikut penjelasan ide-ide tersebut:

1. Kemudahan Penggunaan Alat

Cara kerja sistem alat ini dengan menggunakan cope join (dipen) pada kaki kompor sehingga kaki-kaki kompor dapat di bongkar pasang yang

(31)

memudahkan para pelaku usaha pecel lele warung tenda dalam perpindah-pindah tempat karena sifat dari kompor ini yaitu portable (dapat dipindah-pindahkan).

2. Memiliki desain yang menarik

Unit ini memiliki desain yang menarik dalam hal bentuk fisiknya, ramping dalam segi ukuran dan pemakaian karena dapat dijinjing serta bisa dibongkar pasang, kuat dalam dudukan pada kaki-kai kompor yang memakai system kerja baut/sekrup dan elegan dalam penampilan karena bentuknya yang unik dan berbeda.

3. Memiliki daya tahan yang kuat

Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah material yang tahan, kuat saat digunakan dan anti karat. Seluruh sambungan material yang digunakan dirancang menjadi sebuah unit yang tangguh yang tiap sambungannya di las dengan rapi dan bersih.

4. Multifungsi

Kompor ini dirancang untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan aktivitasnya sehingga kompor ini memiliki lebih dari satu fungsi yaitu sebagai kompor memasak dan sebagai tempat panggangan yang mana dua kegiatan tersebut bisa dilakukan sekaligus yang bisa menghemat waktu dan bekerja secara efektif dan efisien

5. Aman dan nyaman saat digunakan

Keamanan dalam penggunaan alat adalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perancangan produk karena hal ini mengandung nilai lebih dari suatu produk yang akan dibuat. Dapat dipahami bahwa kenyamanan, keindahan dipengaruhi oleh bentuk, tekstur, warna produk dan material yang digunakan. Pada alat ini tidak hanya mempertimbangkan fungsi secara teknis saja melainkan juga dapat mempertimbangkan faktor kenyamanan dan keamanan dalam memakai. Kompor ini telah dirancang sesuai antropometri yang diharapkan bisa pelaku usaha pecel lele dapat bekerja dengan efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien yang bisa memperbaiki system kerja yang buruk kearah yang lebih baik dalam perancangan kompor ini.

(32)

6. Harga yang ekonomis

Dalam masalah harga untuk alat ini sangat murah dan terjangkau bagi penggunanya. Karena dilihat dari segi fungsi dan kegunaannya sangat membantu bagi pelaku usaha pecel lele untuk menunjang kegiatan usaha pecel lele. Sehingga kebutuhan kompor yang ergonomis terpenuhi dan bisa dikerjakan sekaligus secara berbarengan antara penggorengan dan pemanggangan sehingga bisa lebih cepat dan efisien. Seperti yang telah di sebutkan diawal untuk harga total bahan baku yang dikeluarkan dalam rancangan alat ini sebesar Rp. 802.310 dan untuk harga modal unit adalah Rp 525.434,-. Untuk harga jual sendiri bisa berkisar diharga Rp 700.000,-/unit. Dinilai ekonomis, karena harga kompor lainnya berkisar diatas 1-3 juta. Dan untuk jenis barang ini masih dikuasai oleh sedikit distributor, sehingga mereka bebas dalam menentukan harga. Berikut beberapa gambar dan harga perbandingan yang ada sekarang di pasaran :

Gambar 5.14 Jenis dan Harga Kompor Sumber : Pengumpulan Data, 2020

5.2.5 Analisis Tahap Rekomendasi

Pada tahap ini akan disajikan mengenai rekomendasi terhadap alternatif kompor yang terintegrasi dengan konversi bahan bakar plastik dan bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas yang terpilih yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Berdasarkan pilihan alternatif maka di realisasikan alat dalam bentuk rancang bangun yang terdapat pada Lampiran.

(33)

5.2.6 Analisis Tahap Perancangan

Pada tahap ini akan diberikan hasil dari rancangan penelitian yang telah dilakukan, antara lain adalah dimensi dan ukuran alat berdasarkan hasil antropometri.

5.2.7 Analisis Rancangan dan Pembuatan Sistem Pendukung Terintegrasi pada Kompor

Dalam pembuatan sistem pendukung terintegrasi ini, bukan hanya kompor yang dirancang tetapi dari sistem pengolahan bahan bakarnya yaitu bahan bakar sampah plastik dilanjutkan dengan alat konversi atau pengubah dari fase cair menuju fase gas. Semua sistem ini menjadi satu kesatuan komplit dari suatu rancangan kompor ini karena memiliki bahan bakar sendiri, pengolahan bahan bakar dan alat konversi sehingga bisa memaksimalkan potensi limbah sampah plastik dan menghemat sumber daya alam yaitu minyak bumi dan gas.

Gambar

Gambar 5.1  Persentasi Pemilihan Variabel Berdasarkan Kuesioner  Sumber: Pengolahan Data, 2020
Tabel 5.2  Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin  Jenis Kelamin  Jumlah Responden
Gambar 5.2  Data Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin   Sumber: Pengolahan Data, 2020
Gambar 5.3  Data Identitas Responden Berdasarkan Usia   Sumber: Pengolahan Data, 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel V.2-3 dan Tabel V.2-4 memuat beberapa alternatif kriteria penilaian yang dapat digunakan untuk menilai tingkat akurasi sistem, masing-masing untuk

Untuk menentukan alternatif sistem sistem penyaluran air buangan yang lebih tepat, dapat dilakukan dengan menggunakan diagram alir yang telah mempertimbangkan semua

Tabel 4.16 Hasil RCM pada Belt Conveyor Deskripsi Nilai Komponen kritis Belt Conveyor MTTF 911,13 jam MTTR 4,20 jam 𝛽 0,92948 Jenis pemeliharaan Reactive, Inspection, dan

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian Penerapan Metode Reliability Centered Maintenance pada Conveyor System PLTU Tenayan, maka disarankan untuk melakukan pemeliharaan/preventive

Hasil pengujian aktivitas antibakteri pada masing-masing fraksi menunjukan adanya penghambatan pada bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi 200 ppm.. Pada bakteri

Penurunan kadar TSS, amonia, dan fosfat yang paling efisien yaitu pada massa adsorben 3 gram dan waktu kontak 36 jam yaitu mengurangi TSS limbah cair laundry dari 380 mg/L menjadi 53

Tabel 4.9 Hasil Analisis Kadar Fosfat Massa Adsorben Optimum Sebelum Perlakuanmg/L Setelah Perlakuan Penambahan adsorben Batas Keberterimaan 1 gram 2 gram 3 gram 2,466 mg/L

Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7.Hasil Uji Reabilitas Data Variabel Cronbach’s Alpha Nilai Kritis Kesimpulan